Anda di halaman 1dari 4

Subunit 2

Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara Produktif

A nda telah memahami dan mengapresiasi sastra secara reseptif.


Menyenangkan, bukan? Sekarang, bagaimana dengan apresiasi sastra
anak-anak secara produktif? Pemahaman dan penguasaan tentang apresiasi
sastra produktif sangat fungsional dan menunjang pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab Anda dalam menyukseskan amanah Kurikulum tentang apresiasi
sastra. Tentu kita sepaham bahwa kualitas apresiasi sastra anak di SD antara
lain ditentukan oleh taraf pemahaman dan pengalaman apresiasi sastra yang
Anda miliki sebagai guru kelas. Oleh karena itu, perlu Anda kaji dan berlatih
tentang pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-
anak secara produktif. Untuk memperoleh pemahaman dan pengalaman
bermakna tentang berbagai pendekatan tersebut, silakan baca dengan sungguh-
sungguh uraian berikut.

Pendekatan Parafrastis
Parafrase merupakan salah keterampilan yang dapat meningkatkan apre-
siasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya
sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau
gagasan pokoknya, misalnya prosa menjadi puisi, puisi menjadi prosa , prosa
menjadi drama atau seba-liknya. Dengan melalui pengubahan bentuk tersebut,
siswa dapat semakin memahami isi karya sastra tersebut. Aminuddin (2004)
menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk
karya sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu
dengan menggu-nakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan
pengarang.
Mengapa pendekatan parafrastis perlu dipahami dan dialami oleh siswa?
Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa para pengarang sering menggunakan
kata yang konotatif, kias, elipsis atau menghilangkan sebagian unsur, dan
kurang menaati tatabahasa karena adanya hak licentia poetica pengarang
Kesemuanya itu dapat menyulitkan pembaca untuk memahami karya sastra
tertentu. Melalui parafrase, pembaca dapat semakin memahami karya sastra
tertentu.

8 - 22 Unit 8
Di samping itu, Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan
parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa (a) pengubahan bentuk
karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra yang lain (puisi ke prosa atau
sebaliknya) akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman
pembaca yang bersangkutan (b) gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam
bentuk yang berbeda, misalnya puisi ke prosa, (c) simbol yang konotatif
(mengandung ketaksaan makna atau abstrak) dapat diganti dengan kata yang
lebih konkret dan mudah dipahami, (d) pengungkapan yang eliptis dapat
ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.
I.G.P. Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan
puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni sebagai
berikut.
(a) Teknik larik yakni perubahan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa dengan
mendasarkan kepada kalimat demi kalimat yang terdapat dalam puisi
tersebut.
(b) Teknik bait yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa didasarkan
kepada susunan bait demi bait yang menyusun puisi yang diparafrasekan.
(c) Teknik global yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa yang
didasarkan kepada keseluruhan unsur yang membentuk puisi itu. Makna
yang tercermin dalam puisi itu dituangkan ke dalam bentuk prosa .
Berikut disajikan contoh parafrase puisi ke prosa.

HARI LIBUR
Hatiku gembira
Ujian usai sudah
Rapor ku terima
Aku rangking pertama
Esok amulai libur
Liburan kuhabiskan di rumah nenek
Liburan sambil melepas rindu
Kunikmati damainya desa
Tiap hari
Kutelusuri pematang sawah
Bernyanyi riang
Menyambut kicau burung
Satu minggu sudah
Hari libur habis

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8- 23


Aku harus pulang
Selamat tinggal
Selamat tinggal nenek

Puisi yang berjudul “Hari Libur” di atas dapat diubah menjadi sebuah
cerita seperti berikut.
HARI LIBUR
Selain hari minggu, saya selalu menyelesaikan tugas PR selama 1-
2 jam sesudah bangun tidur siang hari. Setelah itu, baru pergi main
bersama teman-teman. Setelah salat magrib secara berjamaah dengan
Bapak, Ibu dan Kakek, Nenek, dan Kakak, saya belajar selama satu jam
untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, kemudian
pergi menonton dan tidur. Dengan demikian, pada waktu ujian cawu,
seluruh pertanyaan dapat saya jawab dengan baik dan tepat. Dengan
ketekunan dan kedisiplinan belajar tersebut, pada waktu menerima rapor,
di , lalu saya buka, di dalamnya tertulis sebagai peringkat I . langsung saya
mengucapkan Alhamdulillah, betapa senangnya dan puasnya saya saat itu.
Begitu pun, mama ,bapak, dan nenek di rumah.
Sesaat setelah pembagian rapor, ada siswa bertanya, “Kapan mulai
libur cawu , Bu?,” tanya Imran.
“Libur cawu mulai besok,” jawab Bu Guru.
Ady sambung bertanya, “Berapa lama libur, Bu?”
Jawab bu Guru, “Sembilan hari. Jadi kita mulai sekolah pada hari
Rabu”
Pada malam harinya, bapak bertanya, “Berapa lama kau libur,
Nak?” “Sembilan hari , Pak!” Jawabku singkat. “Lalu di mana akan
berlibur?” tanya bapak Lagi.“ “Saya mau berlibur ke rumah nenek di desa
sambil melepas rindu, sekaligus menikmati damai dan indahnya panorama
desa.“ Jawabku dengan wajah yang ceria.“ Itu ide yang bagus. Insya Allah
nanti bapak-ibu antar besok sekalian melepas rindu juga dengan nenek dan
kelu-arga lainnya di desa kelahiran bapak.
Keesokan harinya, tepatnya pada hari minggu pagi, saya berangkat
bersama Ayah dan ibu ke rumah nenek yang jauhnya sekitar 25 kilometer
dari rumah kami. Dua jam kemudian saya tiba rumah nenek. Betapa
gembiranya nenek menyambut kami, saya langsung dipeluk dan dicium

8 - 24 Unit 8
sambil berkata “Kenapa baru datang, Nak. Lama sekali rasanya baru
bertemu. Nenek sudah rindu sekali”. Baru libur, Nek! Jawabku.
Selama di rumah nenek, setiap hari aku berjalan bersama nenek,
mene-lusuri pematang sawah sambil menyanyi dengan riang gembira.
Utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh, kami berjalan-jalan
bersama nenek mengelilingi desa sambil mendengarkan kicauan berbagai
macam burung yang begitu mengasyikkan. Alangkah indahnya berlibur di
rumah nenek.
Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenek bahwa besok
saya akan pulang karena sudah beberapa hari di sini . “Mengapa cepat
sekali pulang cucuku? Rindu nenek masih...” ” Lusa hari sekolah sudah
mulai, Nek!” sambungku cepat. “Kalau begitu, nenek tidak bisa
menahanmu, nanti bapakmu marah.” Nek, bisa antar saya besok sekalian
jalan-jalan ke kota. Sudah lama juga nenek tidak ke kota. Nanti kita jalan-
jalan menikmati ramai dan hiruk pikuknya kendaraan dan megahnya ba-
ngunan di kota Makassar .“ “Nenek sudah tua, dan ada sepupumu akan
dinikahkan minggu depan” Jawabnya.
Keesokan harinya, Bapak dan Ibu menjemputku. Sekiat 20 meter
dari rumah nek, Saya melambaikan tangan kepada nenek sambil
mengucapkan dalam hati “Selamat tinggal panorama desaku yang indah
dan permai, sela-mat tinggal nenek tersayang , sampai jumpa nek di libur
cawu mendatang.”

Bagaimana? Anda telah memahami uraian materi subunit 2 di atas?


Jika ya, kerjakan latihan berikut untuk meningkatkan pemahamannya tentang
parafrase puisi.

Parafrasekan puisi berikut ini menjadi prosa!

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8- 25

Anda mungkin juga menyukai