Anda di halaman 1dari 25

PENGELOLAAN KURIULUM DALAM MANAJEMEN

MUTU TERPADU DALAM PENDIDIKAN

Mata Kuliah : Manajemen Mutu Pendidikan

Disusun Oleh : Kelompok 6


1. Ummi Kalsum (1710203030)
2. Junengsih (1710203013)
3. E. Desti Rahma (1710203009)
Dosen Pengampuh : Kasinyo Harto, M.Ag

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
TA 2018/2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang
saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen
kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi.
Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan
pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh subsistemnya.
Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka
sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum
sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya.
Dalam proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan
manajemen adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan proses-
proses tersebut.Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang
mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk
mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya.
Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga pendidikan
dan sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Kurikulum itu sendiri hal yang sangat menetutukan kebehasilan kegiatan belajar
mengajar secara maksimal.
Pengelolaan kurikulum berkaitan dengan pengelolaan pengalaman belajar
yang membutuhkan stretegi tertentu sehingga menghasilkan produktifitas belajar
bagi siswa. Dengan demikian, kami ingin memberikan pemaparan dalam suatu
pengelolaan kurikulum. Dan kami berniat untuk membuat suatu makalah yang
berjudul Pengelolaan Kurikulum.
A. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu
“manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka disimpulkan
pengelolaan itu adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu
kegiatan Atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Banyak didefenisikan oleh para ahli tentang pengelolaan diantaranya sebagai
berikut:
a. Terry , mengartikan pengelolaan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain.
b. Jhon D. Millet, pengelolaan adalah suatu proses pengarahan dan
pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam
kelompok formal untuk mencapai tujuan.
c. Andrew F. Siulus, pengelolaan pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasion, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai
sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sehingga akan dihasilkan suatu
produk atau jasa secara efesien.
d. Sedangkan Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko, adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
manusia dan daya organisasi lainya, agar mencapai organisasi yang telah
ditetapkan.1
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi,
mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan
mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai
tujuan organisasi. Agar bisa tercapai hasil yang optimal, maka segala sesuat perlu
pengelolaan.

1
Sobri, Pengelolaan Pendiidkan, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009), Hal.2.
B. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum baru masuk khazanah perbendaharaan kata dalam dunia
pendidikan di Indonesia pada sekitar tahun 1968, sejak kelahiran Kurikulum
sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1950. Ketika itu, istilah yang digunakan
dalam dunia pendidikan adalah rencana pelajaran, bukan kurikulum. (Suparlan,
Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pelajaran, Jakarta: Bumi
Aksara, 2012, hlm. 34)
Kurikulum merupakan bagian dan sistem pendidikan yang tidak bisa
dipisahkan dengan komponen sistem lainnya. Tanpa kurikulum suatu sistem
pendidikan tidak dapat dikatakan sebagai sistem pendidikan yang sempurna.
Kurikulum sering sekali menjadi tolak ukur bagi kualitas dan penyelenggaraan
pendidikan. Baik buruknya kurikulum akan sangat menentukan terhadap baik
buruknya kualitas output pendidikan. (hal 277, ema fatmawati, karakteristik
kurikulum, desain pengembangan; Karakteristik Kurikulum, Desain
Pengembangan Kurikulum, Peran Pemimpin , Pt LkiS Printing cemerlang
yogyakarta)
Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu
curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah
kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada
zaman romawi kuno. Dalam bahasa prancis, istilah kurikulum berasal dari kata
courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan finish untuk
memperoleh medali atau penghargaan (Zainal Arifin, hal:2, Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum, Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2011.)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Rusman, hal: 3, Manajemen Kurikulum, Seri II; Jakarata: PT. Raja
Grafindo Persada: 2009).2

2
Sukiman, Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), Hal.2.
UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi, kurikulum adalah seperangkat rencana yang tersusun atas isi, dan
bahan pelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.

C. Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan kurikulum merupakan aktifitas yang mengelola secara
komperhensif terhadap komponen-komponen dalam kurikulum sehingga
tercapainya tujuan kurikulum yang sudah ditetapkan.
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum
yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen
kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena
itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak
mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan sebelumnya.3
Jadi, Pengelolaan kurikulum dalam pendidikan merupakan serangkaian
aktifitas yang dilakukan secara sistematik terhadap komponen-komponen
kurikulum yang ada agar tujuan kurikulum dapat tercapai.

D. Ruang Lingkup Pengelolaan Kurikulum


Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum
nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan

3
Ibid, Hal.4.
kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan
kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.
Jadi, ruang lingkup kurikulum meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan
(implementasi) dan juga kegiatan penilaian kurikulum (evaluasi) agar kurikulum
yang digunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

E. Prinsip dan Fungsi Pengelolaan Kurikulum


Prinsip dan fungsi yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum adalah beberapa hal sebagai berikut, yaitu :
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan
aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum.
Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai
dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada
posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak
yang terlibat.
4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum,
sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang
berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relative singkat.
5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi
dan tujuan kurikulum.
Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu mempertimbangkan kebijaksanaan
pemerintah maupun Departemen Pendidikan Nasional, seperti UUSPN No. 20
tahun 2003, kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan program,
kebijaksanaan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, kebijaksanaan penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), keputusan dan peraturan
pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis
sekolah yang bersangkutan. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan
manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif,
efisien dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber maupun komponen
kurikulum.4
Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan
sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui
pengelolaan yang terencana dan efektif.
2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai
hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik
tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan
ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan
kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang
dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan
dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran, dengan pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif
dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas
siswa dalam belajar.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain
yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian
ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di
samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan

4
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya,2006), Hal.19.
pembelajaran yang efektif dan efisien, karena adanya dukungan kondisi positif
yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan
masyarakat khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu
disesuaikan dengan cirri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat.
Indikator-indikator yang terdapat dalam peningkatan mutu pendidikan adalah
sebagai berikut :
1. Dilihat dari profesionalitas guru
a) Seorang guru harus menguasai materi pelajaran iptek.
b) Sosok guru juga harus mempunyai sikap dan perilaku yang dapat diteladani.
c) Guru memiliki kecintaan dan berkomitmen terhadap profesi. Guru menjadi
motivator agar peserta didik aktif belajar.
d) Guru menguasai berbagai strategi pembelajaran dan teknik penilaian.
e) Guru bersikap terbuka dalam menerima pembaruan dan wawasan.

2. Dilihat dari kurikulum


a) Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dankebutuhan masyarakat.
b) Pengembangan kurikulum mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
c) Program pembelajaran disusun secara sistematis dan komprehensif.
d) Program pembelajaran mendukung aspek spiritual, intelektual, sosial,
emosional dan kinestetik.
e) KBM dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik. (Deden
Makbuloh, Manajemen mutu pendidikan Islam: model pengembangan teoridan aplikasi
sistem penjaminan mutu, (RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 190.5

3. Standar mutu pendidikan

5
Deden Makbuloh, Manajemen mutu pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011, Hal.190.
Standar pengukuran mutu dalam pendidikan sendiri meliputi 4 mutu input,
proses, output, dan outcome, yaitu:
a) Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah berproses.
b) Proses pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang aktif,
kreatif dan juga menyenangkan.
c) Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar dalam bidang akademik dan
non akademik siswa tinggi.
d) Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat ter-serap di dunia kerja,
gaji yang wajar, dan semua pihakmengakui kehebatannya lulusannya dan
merasa puas.
Mutu dalam konteks manajemen mutu terpadu atau Total Quality
Management (TQM) bukan hanya suatu gagasan, tetapisuatu filosofi dan
metodologi untuk membantu lembaga dalammengelola perubahan secara
sistematik dan totalitas, melalui suatuperubahan visi, misi, nilai, serta tujuan. Di
dalam dunia pendidikanuntuk menilai mutu lulusan suatu sekolah dilihat dari
keseuaiandalam kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang telahditetapkan
di dalam kurikulum.
Berikut ini merupakan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dengan kondisi biaya yang terbatas :
a. Organisasi mengkomunikasikan perkiraan keuangan (pendapatan dan
pengeluaran) serta perencanaan keuangan organisasi.
b. Melakukan sistem penganggaran berisi pembatasan pengeluaran yang
telah ditetapkan sebelumnya.
c. Menekankan masalah keuangan dalam organisasi dan mengevaluasi
pelaksanaan anggaran.
d. Melakukan evaluasi internal oleh warga pendidikan untuk memantau
proses pelaksanaan program yang telah dilaksanakan.
e. Memberdayakan seluruh kreativitas dan sifat inovatif seluruh komponen
sekolah dalam menciptakan media pendidikan, sehingga tidak semua
kegiatan harus dilandasi oleh pembiayaan.6
Jadi, prinsip dan fungsi pengelolaan kurikulum yang dapat memengaruhi
pengelolaan kurikulum dalam peningkatan mutu terpadu pendidikan ialah
efisiensi biaya, profesionalitas guru, dan standar mutu pendidikan.

F. Mutu Lulusan
Lulusan sebagai Output sekolah merupakan bagian dari sistem dalam
manajemen mutu pendidikan. Mutu lulusan tidak dapat dipisahkan dari Contect,
Input, Proses, Output dan Outcome. Untuk itu, mutu lulusan yang sesuai dengan
keinginan pelanggan pendidikan adalah out put yang mempunyai kriteria sebagai
out comes yaitu dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan siap untuk
bekerja.
Mutu lulusan menurut Immegart (1972: 100) dirumuskan dalam bentuk
kepentingan yaitu: (1) sinergi dengan rumusan tujuan, kepentingan pimpinan
sekolah, eksekutif, pendukung dan petugas sekolah, dan (2) sinergi dengan
kepentingan rumusan pelanggan sekolah.
Pendidikan dikatakan relevan apabila peserta didik menjadi berkompeten dan
mampu memenuhi lapangan pekerjaan. Sehingga kepala sekolah harus bisa
mengelola program sekolah dengan cara mempertemukan keinginan masyarakat
dan kebutuhan peserta didik. Peserta didik harus mampu menonjolkan potensinya,
dan guru dapat melakukan pembinaan untuk meningkatkan potensi peserta
didiknya. Disini, guru mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mengelolah
pembelajaran.7
Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menghasilkan lulusan yang
siap pakai, tingkat kelulusan peserta didik tinggi, dan banyak lulusan yang
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Jenkins 1977: 19-21).
Namun kenyataannya dilapangan, banyak peserta didik yang kurang menguasai

6
Cucun Sunaengsih, Pengelolaan Pendidikan, (Sumedang: UPT Sumedang Press, 2017),
Hal.26.
7
Suparno Eko, Manajemen Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Hal.15.
ilmu yang dipelajari, tidak mampu berpikir kritis dan tidak mampu berbuat dalam
kehidupan atau pekerjaan, dan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Sudah menjadi keharusan bagi kepala sekolah yang selalu siap dalam mensikapi
perubahan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat global.
Jadi, dalam dunia pendidikan mutu dari lulusan alumni sangat diperlukan demi
meningkatkan dan mempopulerkan sekolah tersebut bahwa memiliki alumni-
alumni terbaik yang masuk ke dalam universitas ternama.

G. Kepemimpinan Pendidikan Mutu


Mutu terpadu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi organisasi
yang menerapkannya. Unsur utama yang menentukan mutu sebuah institusi
adalah kepemimpinan. Menurut Peter dan Austin, gaya kepemimpinan tertentu
dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu (sebuah gaya yang mereka
singkat dengan MBWA atau management by walking about (manajemen dengan
melaksanakan)). MBWA menekankan pentingnya kehadiran pemimpin dan
pemahaman atau pandangan mereka terhadap karyawan dan proses institusi. Gaya
kepemimpinan akan mementingkan komunikasi visi dan nilai-nilai institusi
kepada pihak-pihak lain, serta berbaur dengan para staf dan pelanggan. Peter dan
Austin menganjurkan pentingnya pemimpin yang unggul dalam mencapai mutu
merupakan pertimbangan yang penting. Signifikasi kepemimpinan untuk
melakukan transformasi TQM tidak boleh diremehkan. Tanpa kepemimpinan,
pada semua level institusi, proses peningkatan tidak dapat dilakukan dan
diwujudkan. Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi seorang
pemimpin, karena TQM adalah proses dari atas ke bawah (top-down).8
Mengkomunikasikan visi Seorang manajer harus memberi arahan, visi dan
inspirasi. Dalam organisasi-organisasi TQM, seluruh manajer harus menjadi
pemimpin dan pejuang proses mutu. Mereka harus mengkomunikasikan visi ke
seluruh orang dalam institusi. TQM mencakup perubahan dalam pola pikir
manajemen serta perubahan peran. Peran tersebut berubah dari mentalis ‘saya
adalah bos’ menuju mental bahwa manajer adalah pendukung dan pemimpin para

8
Ibid, Hal 20.
staf. Fungsi pemimpin adalah mempertinggi mutu dan mendukung para staf yang
menjalankan roda mutu tersebut. Gagasan-gagasan tradisional tidak akan bisa
berjalan berbarengan dengan pendekatan mutu terpadu. Karena TQM akan
merubah institusi tradisional mulai dari pimpinan hingga para staf serta memutar-
balikan hirarki fungsi institusi tersebut. TQM memberdayakan para guru dan
memberikan mereka kesempatan yang luas untuk berinisiatif. Oleh karena alasan
itulah sering dikatakan bahwa institusi TQM hanya membutuhkan manajemen
yang sederhana dengan kepemimpinan yang unggul.
Peran pemimpin dalam mengambangkan sebuah budaya mutu Fungsi utama
pemimpin adalah sebagai berikut:
1. Memiliki visi mutu terpadu bagi institusi
2. Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
Mengkomunikasikan pesan mutu
3. Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek
institusi
4. Mengarahkan perkembangan karyawan Berhati-hati dengan tidak
menyalahkan orang lain saat persoalan muncul tanpa bukti-bukti yang
nyata
5. Memimpin inovasi dalam institusi Mampu memastikan bahwa struktur
organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggung jawab dan mampu
mempersiapkan delegasi yang tepat
6. Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik bersifat
organisasional maupun cultural
7. Membangun tim yang efektif dan Mengembangkan mekanisme yang
tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan.9
Jadi, seorang pemimpin haruslah melakukan beberapa kegiatan demi
meningkatkan mutu pendidikan yaitu pemimpin haruslah melibatkan para guru
dan seluruh staf dalam aktivitas penyelesaian masalah, dengan menggunakan
metode ilmiah dasar, prinsip-prinsip mutu statistic dan kontrol proses, Memilih
untuk meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana cara

9
Ibid, Hal.25.
mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana
seharusnya mereka bersikap.

H. Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM)


Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM)
merupakan suatu sistem nilai yang mendasar dan komperhensip dalam mengelola
organisasi dengan tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka
panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada tercapainya kepuasan
pelanggan dengan tetap memperhatikan secara memadai terhadap terpenuhinya
kebutuhan seluruh stakeholders organisasi yang bersangkutan. Masalah kualitas
dalam MMT menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak
dalam organisasi.
Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi
komperhensip dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan
produk yang dihasilkan. Masalah kualitass juga tidak lagi dimaknai dan
dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya
kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor
non fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut.
Keterpaduan factor-faktor ini akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi
lebiih meningkat dan bermakna.10
Isu tentang kualitas sangat cepat berkembang di lingkungan pendidikan
pada penghujung abad XX terutama di Indonesia sebagai negara berkembang.
Salah satu tahapnya adalah dari tahun ke tahun lulusan SLTA dan Perguruan
Tinggi sebagai angkatan kerja yang tidak memperoleh kesempatan kerja
jumlahnya semakin besar. Identifikasi terhadap kondisi itu dialamatkan pada
rendahnya kualitas (mutu) lulusan, dalam arti pengetahuan, keterampilan, dan
keahlian yang dikuasainya tidak sesuai dengan kualifikasi yang dituntut di
lapangan kerja yang ada atau sangat rendah kemampuannya untuk mandiri dalam
bekerja. Isu seperti itu menimbulkan keyakinan dan dorongan untuk membenahi
proses belajar mengajar sebagai usaha memperbaiki kualitas lulusan dengan

10
Sudiyono, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal.45.
mengimplementasikan Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality
Management-TQM) di organisasi pendidikan jalur sekolah maupun Perguruan
Tinggi.
MMT dikembangkan tidak sekekar sebagai konsep yang menekankan pada
kualitas produk terakhir, karena untuk memperoleh produk yang berkualitas,
dipengaruhi juga oleh berbagai faktor lainnya. MMT yang tidak sekedar
menekankan pada kualitas produk akhir itu, juga mengutamakan kulitas proses,
lingkungan kerja dan sumber daya manusianya yang menghasilkan produk
sebagaimana diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumennya. Sejalan dengan itu,
Goetsch dan Davis (1994) sebagaimana dikutip oleh Fandy Tjiptono dan
Anastasia Diana (1996) yang mengatakan “kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan.”.
Tolak ukur keberhasilan dari kualitas yang dicapai dapat diukur dari
banyaknya anggota masyarakat yang merasa puas atau sebaliknya semakin
berkurang atau tidak ada keluhan anggota masyarakat pada proses pemberian
pelayanan.11
Jadi, manajemen mutu terpadu nilai yang mendasar dan komperhensip
dalam mengelola organisasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
yang berkualitas dengan memberikan layanan terbaik di lingkungan pendidikan.

I. Tahapan Pengelolaan Kurikulum


Tahapan pelaksanaan kurikulum di sekolah meliputi: (a) Perencanaan, (b)
Pengorganisasiaan dan koordinasi, (c)Pelaksanaan, (d)Pengendalian
1. Tahap Perencanaan
GBPP merupakan produk dari prencanaan kurikulum yang dijadikan
panduan bagi penyelenggara pendidikan di tingkat sekolah. Pada tingkat
persekolahan perencanaan kurikulum dimulai dari kajian terhadap GBPP
yang dirinci ke dalam rencana-rencana pembelajaran. Pada tahap ini
kurikulum dijabarkan sampai menjadi rencana pengajaran (RP).

11
Ibid, Hal.50.
2. Tahap Pengorganisasian dan Koordinasi
Pada tahap ini, kepala sekolah mengatur pembagian tugas mengajar,
penyusunan jadwal pelajaran dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler, sebagai
berikut:
a. Pembagian tugas mengajar dan tugas lain perlu dilakukan secara
merata, sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru. Diupayakan
setiap guru memperoleh jam tugas sesuai dengan beban tugas
minimal. Pemerataan beban tugas akan menumbuhkan rasa
kebersamaan. Pemberian tugas yang sesuai dengan keahlian dan
minat akan meningkatkan motivasi kerja guru. Memperoleh tugas
sesuai dengan bebean minimal akan membuat guru merasa aman
dan dapat naik pangkat dengan tepat waktu.
b. Penyusunan jadwal pelajaran diupayakan agar guru mengajar
maksimal 5 hari/ minggu, sehingga ada 1 hari tidak mengajar untuk
pertemuan MGMP. Setiap hari sebaiknya guru tidak mengajar lebih
dari 6 jam, sehingga ada waktu istirahat.
c. Penyusunan jadwal pola kegiatan perbaikan dan pengayaan secara
normal setiap mata pelajaran akan memerlukan kegiatan perbaikan
bagi siswa yang belum tuntas penugasan terhadap bahan ajar. Oleh
karena itu, ketika menyusun jadwal pelajaran sudah harus
dialokasikan waktu untuk kegiatan perbaikan bagi siswa yang
belum tunatas dan pengayaan bagi yang sudah tuntas.
d. Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
ekstrskurikuler perlu difokuskan untuk mendukung kegiatan
kurikulerdan kegiatan lain yang mengarah, pada pembentukan
keimanan/ketakwaan, kepribadian, dan kepemimpinan dengan
keterampilan tertentu. Setiap awal cawu kegiatan ekstrakurikuler
sudah harus disusun bersamaan dengan penyusunan jadwal pelajaran
e. Penyusunan jadwal penyegaran guru. Guru secara periodik perlu
mendapatkan penyegaran tentang perkembangan iptek maupun
metode mengajar. Penyegaran perlu dijadwalkan, dengan
memanfaatkan waktu-waktu libur sekolah.
4. Tahap Pelaksanaan
Tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervise, dengan tujuan
untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi.
Dengan cara itu guru akan merasa didampingi pimpinan, sehingga akan
meningkatkan semangat kerjanya.
5. Tahap Pengendalian
Pada tahap ini, paling tidak ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuannya,
b. pemanfaatan hasil evaluasi.
Jadi, tahapan pengelolaan kurikulum terdiri dari Perencanaan,
Pengorganisasiaan dan koordinasi, Pelaksanaan, Pengendalian.

J. Karakteristik Pengelolaan Kurikulum


Beberapa karakteristik KBK menurut Anonim (2002) yaitu :
(1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun kelompok.
(2) Berorientasi pada hasil belajar (outcome) dan keberagaman
(3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
(4) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
(5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Nurhadi et al (2003) merangkum beberapa karakteristik KBK
sebagai berikut:
(1) Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan selesainya materi.
(2) Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan
potensi siswa.
(3) Pembelajaran berpusat pada siswa.
(4) Orientasi pembelajaran pada proses dan hasil.
(5) Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan beragam, dan
bersifat kontekstual.
(6) Guru bukan satu-satunya sumber belajar
(7) Belajar sepanjang hayat (lifelong education): (a) belajar mengetahui
(learning to know); (b) belajar melakukan (learning to do); (c) belajar
menjadi diri sendiri (learning to be) dan (d) belajar hidup dalam
keberagaman (learning to live together).
Jadi, karakteristik pengelolaan kurikulum memiliki karakteristik yang
sangat penting dalam pendidikan.12

K. Peran serta Guru


Implementasi KBK berimplikasi terhadap serangkaian tuntutan yang harus
dipenuhi oleh seorang guru dalam menjalan tugas keprofesionalannya. Dengan
asumsi bahwa gurulah yang paling tahu mengenai tingkat perkembangan peserta,
perbedaan perorangan (individual) siswa, daya serap, suasana dalam kegiatan
pembelajaran, serta sarana dan sumber yang tersedia maka guru berwenang untuk
menjabarkan dan mengembangkan kurikulum ke dalam silabus. Pengembangan
ini hendaknya mendasarkan pada beberapa hal diantaranya: isi (konten), konsep,
kecakapan / keterampilan, masalah, serta minat siswa (Anonim, 2004). Guru perlu
memahami prinsip-prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan
internal siswa. Peningkatan kemampuan ini misalnya dilakukan dengan
menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu
mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual (Anonim, 2003).
Pentingnya peran guru dalam implementasi kurikulum ditegaskan juga oleh Lee
(1996) serta Mars (1980) dan Syaodih (1988) di dalam Mulyasa (2003).
Peran guru dalam pembelajaran pada konteks KBK, menurut Sanjaya (2005),

12
https://nidasa.wordpress.com/2010/08/08/pengelolaan-kurikulum/
adalah sebagai: (1) fasilitator; (2) manajer; (3) demonstrator; (4) administrator; (5)
motivator; (6) organisator; dan (7) evaluator. Sebagai fasilitator guru berperan
untuk memudahkan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, terutama
dalam kaitannya dengan penggunaan media dan sumber belajar. Sebagai manajer
pembelajaran guru berperan dalam menciptakan suasana / iklim belajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, melalui pengelolaan kelas
yang baik.
Peran sebagai demonstrator dapat ditunjukkan dengan penampilan guru
yang menjadi acuan bagi siswa. Sebagai administrator guru memungsikan
penggunaan dokumentasi dan data siswa untuk keperluan pembinaan dan
bimbingan. Sebagai organisator peran yang diharapkan pada guru dalam
mengorganisasi siswa, baik secara kelompok maupun individual, sehingga tetap
terjaga keharmonisan diantara siswa. Guru sebagai evaluator harus memilik
kemampuan untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran pada masing-
masing siswa dan kelompok siswa, serta mampu menggunakannya sebagai alat
untuk penentuan tindak lanjut.
Jadi, peran serta guru dalam pengelolaan kurikulum untuk Peningkatan
kemampuan siswa dengan menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang
memungkinkan siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan
kontekstual.

L. Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen
tertentu. Bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen-komponen,
yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan
komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan
satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem
kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem
kurikulum pun akan terganggu pula.
1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin
diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya
dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan
tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Misalkan,
filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah pancasila,
maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah
membentuk masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan
kurikulum berhubungan dengan visi dan misi serta tujuan-tujuan yang lebih
sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran
Tujuan pendidikan mempunyai klasifikasi, dari tujuan yang sangat
umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang
kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasika
menjadi empat, yaitu :
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang bersifat
paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan
pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan
penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang
sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggara oleh
lembaga pendidikan formal, informal, maupun non formal. Tujuan
pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku
yang ideal sesuai pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang
dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk Undang-Undang. TPN
merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan
pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang
bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-
Undang No. Tahun, Pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional yang
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

b. Tujuan Institusional (TI)


Tujuan Institusional (TI) adalah tujuan yang harus dicapai oleh
setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat
didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap
siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan
program di suatu lembaga tertentu. Tujuan institusional merupakan
tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan
dalam bentuk kompetensi lulusan oleh setiap jenjang pendidikan
seperti misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah,
kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.
c. Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan Kurikuler (TK) adalah tujuan yang harus dicapai oleh
setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu tujuan
kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus
dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang
studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler
juga pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai
tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian setiap tujuan
kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai
tujuan institusional. Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan bidang
studi matematika di SD, tujuan pembelajaran IPS di SLTP dan lain
sebagainya. Dalam kurikulum yang berpotensi pada pencapaian
kompetensi, tujuan kurikuler menggambarkan standar isi setiap
mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai siswa pada
setiap satuan pendidikan. Dalam klasifikasi tujuan pendidikan,
tujuan instruksional atau sekarang lebih popular dengan tujuan
pembelajaran, merupakan tujuan yang paling khusus.
d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
Tujuan pembelajaran (TP) merupakan bagian dari tujuan kurikuler,
dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh
anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam
bidang studi tertentu dalam sekali pertemuan. Karena hanyaguru
yang memahami kondisi di lapangan, termasuk memahami
karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu
sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran ini adalah tugas
guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu
merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak
didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran. Menurut Bloom,
dalm bukunya Taxonomy of Educational Objectives yang terbit
pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus
dirumuskan dapat digolongkan kedalam tiga klasifikasi atau tiga
domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Komponen Isi/Materi Pembelajaran
Pada komponen isi kurikulum lebih banyak menitikberatkan
pada pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam
kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya memuat semua
aspek yang berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap atau perilaku), dan psikomotorik (keterampilan atau skill) yang
terdapat pada isi setiap mata pelajaran yang disampaikan dalam
kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum dan kegiatan
pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan dari semua aspek
tersebut.
3. Komponen Metode
Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan. Metode yang tepat adalah metode
yang sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai
dalam setiap pokok bahasan. Dalam posisi ini guru hendaknya tidak
menerapkan satu metode saja, tetapi guru dapat menerapkan berbagai
metode agar proses pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan
dan mencapai sasaran yang direncanakan.
4. Komponen evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah
berakhir (Oliva, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut, maka
dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan dari kurikulum itu
sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum,
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum
dapat dipertahankan atau tidak, bagian mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut
menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif.
Jadi, komponen-komponen pengelolaan kurikulum terdiri dari, yaitu
komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian
tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen
harus saling berkaitan satu sama lain.

M. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Definisi yang
dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan antara apa
yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas
(instruction/pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang menentang
pemisahan ini, tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan
antara keduanya. Kelompok yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa
kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin saja tidak,
sedangkan apa yang terjadi di sekolah/kelas adalah sesuatu yang benar-benar
terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga berbeda atau
bahkan menyimpang dari apa yang di rencanakan. 13
Jadi, Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan
penyusunan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan
yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

13
https://kakauciha.blogspot.com/2016/10/makalah-pengelolaan-kurikulum.html
PENUTUP

Kesimpulan :

Pengelolaan itu adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu


kegiatan Atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Kurikulum merupakan bagian dan sistem pendidikan yang tidak bisa


dipisahkan dengan komponen sistem lainnya. Tanpa kurikulum suatu sistem
pendidikan tidak dapat dikatakan sebagai sistem pendidikan yang sempurna.
Kurikulum sering sekali menjadi tolak ukur bagi kualitas dan penyelenggaraan
pendidikan

Pengelolaan kurikulum merupakan aktifitas yang mengelola secara


komperhensif terhadap komponen-komponen dalam kurikulum sehingga
tercapainya tujuan kurikulum yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Eko Suparno. 2011. Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamalik Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya.

Makbuloh Deden. 2011. Manajemen mutu pendidikan Islam. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Sobri. 2009. Pengelolaan Kurikulum. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Sudiyono.2004. Manajemen Mutu Terpadu.Jakarta: Rineka Cipta.

Sukiman. 2015. Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Cucun.2017. Pengelolaan Pendidikan. Sumedang: UPT Sumedang Press.

https://nidasa.wordpress.com/2010/08/08/pengelolaan-kurikulum/

https://kakauciha.blogspot.com/2016/10/makalah-pengelolaan-kurikulum.html

Anda mungkin juga menyukai