Anda di halaman 1dari 26

KEBIJAKAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Dibuat sebagai salah satu syarat pendaftaran Short Course ke Australia


Bagi Guru dan Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh:
Nama : Muhammad Sarwo Edi, S.Ag, MA.Pd
NIP : 197705072005011003
Tugas : Guru PAI SD 4 Soco

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUDUS


1436 H/2015 M

1
‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

KATA PENGANTAR

Alh}amdulillah, puji syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah atas


hidayat, taufik, dan inayah serta nikmat sehat dan waktu sehingga penulis dapat
menjalani hidup dalam kebahagiaan dan ketentraman. Salawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, dan semua
sahabat serta pengikutnya.
Ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, H.A. Basuri
(almarhum) dan Siti Zainab yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik,
membimbing, dan senantiasa mendoakan penulis sejak kecil hingga saat ini, dan
terima kasih juga kepada yang terhormat pengawas Pendidikan Agama Islam yang
telah memberikan bimbingannya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai guru
Pendidikan Agama Islam di SDN 4 Soco, serta rekan sejawat yang telah
memberikan masukan-masukan terkait dengan dunia pendidikan. Semua pihak
yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Semoga seluruh dukungan moral dan
material yang diberikan kepada penulis menjadi amal saleh yang bermanfaat.
Amin.

Kudus, 08 Oktober 2015

Penulis,

Muhammad Sarwo Edi

2
DAFTAR ISI

JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
ABSTRAK 4
PENDAHULUAN 4
RUMUSAN MASALAH 7
FOKUS MASALAH 8
KONDISI OBJEKTIF 8
TUJUAN YANG DIHARAPKAN 8
PEMBAHASAN 9
ANALISIS 24
KESIMPULAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26

3
Abstrak

Supervisi sebagai pembinaan yang direncanakan untuk membantu para


guru dan pegawai di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Kegiatan supervisi biasa dilakukan
oleh para penilik dan pengawas dari dinas pendidikan tingkat kecamatan atau
kabupaten/kota, di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah, sedangkan dalam
bidang Pendidikan Agama Islam dilakukan oleh pengawas PAI dari Kementerian
Agama. Melalui kegiatan supervisi pada dunia pendidikan diharapkan dapat
mengevaluasikan kegiatan yang ada di sekolah agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Tugas pokok supervisor sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan
penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi- fungsi supervisi, baik
supervisi akademik maupun supervisi manajerial.

A. PENDAHULUAN
Kita meyakini bahwa salah satu program yang dapat menyiapkan dan
merekayasakan arah perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan adalah
pendidikan. Pendidikan dalam konsep pengembangan masyarakat merupakan
dinamisasi dalam pengembangan manusia yang beradab. Jonh Dewey
mengungkapkan pendapatnya bahwa pendidikan adalah; “sebuah proses
pembentukan kepribadian yang bersifat intelektual dan emosional yang
berhubungan dengan alam semesta dan sesama manusia.1 Sejak manusia
menghendaki kemajuan dalam kehidupan, maka sejak itu pula timbul gagasan
untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui
pendidikan, karena itu dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan
senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi
demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakatnya.2
Dalam pelaksanan pendidikan baik itu subjek maupun objek adalah
manusia. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12/2007 tanggal

1
. Educational Ideologis Contemporary expressions of Educational Philosophirs, @ & @
1981 Good Year Publishing Company , Inc. Santa Monika, California 90401, America Serikat, Alih
Bahasa ; Omi Intan Naomi (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 11.
2
Douwe Beijjaard & Paulien C.Meijer, Teacher Professional Development in Changing
Conditions, (Netherland: Springer, 2005) ,h. 1

4
28 Maret 2009 mengisyaratkan tentang Standar yang harus dimiliki oleh Pengawas
Sekolah/Madrasah. Oleh karena itu, pengawas sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Maka peninjauan kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah/madrasah


dalam upaya strategis peningkatan mutu pendidikan sangatlah diperlukan.
Eksistensi pengawas sekolah dinaungi oleh sejumlah dasar hukum. Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 adalah landasan hukum yang terbaru yang menegaskan
keberadaan pejabat fungsional itu. Selain itu, Keputusan Menteri Pendayagunaan
aparatur Negara Nomor 118 Tahun 1996 (disempurnakan dengan keputusan nomor
091/2001) dan Keputuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20/U/1998
(disempurnakan dengan keputusan nomor 097/U/2001) menetapan pengawas
sebagai pejabat fungsional yang permanen sampai saat ini.

Supervisi pendidikan merupakan bagian dari fungsi-fungsi pokok


administrasi pendidikan. Oleh karena itu, sebagai bagian penting yang tidak
terpisahkan dengan bagian lainnya, isu kebijakan mengenai supervisi pendidikan
selalu saja menarik untuk dibicarakan. Pembicaraan tentang hal ini, tentu saja
tidak dapat dilepaskan dengan administrasi pendidikan itu sendiri.

Supervisi adalah suatu usaha atau kegiatan pembinaan yang direncanakan


untuk membantu para guru dan pegawai sekolah atau lembaga pendidikan lainnya
dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Berbagai macam
usaha atau kegiatan yang dapat dilakukan berkaitan dengan supervisi, antara lain
pertemuan kelompok, pembicaraan perorangan, kunjungan kelas, ceramah,
lokakarya, demonstrasi tentang teknik-teknik dan metode-metode mengajar yang
baru, penilaian yang dilakukan secara sistematis, dan pertukaran pengalaman serta
pikiran-pikiran baru.

Semua ini bermaksud untuk membimbing guru, dalam meningkatkan


kesanggupan dan memperluas pandangan mereka. Supervisi dalam hal ini
mempunyai pengertian yang luas, yakni segala macam bentuk bantuan dari para
pimpinan sekolah yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru

5
dan para pegawai sekolah lainnya di dalam mencapai tujuantujuan pendidikan.
Bantuan tersebut berupa bimbingan, dorongan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru. Sebagai contoh, misalnya
bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang baik
terhadap fase dari seluruh proses pengajaran. Supervisi sebagai suatu bentuk
pengawasan langsung biasanya dilakukan secara berhadap-hadapan antara
pengawas dan para guru. Supervisi termasuk kewajiban terpokok dalam
administrasi dan merupakan pusat perhatian bagi perkembangan para siswa dan
perbaikan pengajaran dengan segala aspek-aspeknya.

Fungsi-fungsi pokok administrasi pendidikan secara keseluruhan adalah


perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengoordinasian
(coordinating), komunikasi (communication), supervise (supervision),
kepegawaian (staffing), pembiyaan (budgeting), dan penilaian (evaluating).
Seluruh fungsi ini harus berjalan dengan baik sehingga jika administrasi berjalan
dengan baik sesuai dengan fungsinya, dapat ditentukan administrasinya baik dan
berhasil.

Pembicaraan mengenai administrasi pendidikan, dalam hal ini, hanya


dalam ruang lingkup administrasi persekolahan. Oleh karena itu, pembicaraan
berikutnya hanya yang berhubungan dengan administrasi sekolah, termasuk
pembicaraan tentang supervisi pendidikan di sekolah. Supervisi pada tingkat
sekolah, tentunya dilakukan oleh kepala sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah
bertanggung jawab atas segala permasalahan yang ada di sekolah khususnya,
segala aspek untuk sebesar-besarnya tercapainya tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien.

Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengwasan


atau supervisi. Supervise sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-
aktivitas untuk menentukan kondisi-kondisi atau syarat-syarat esensial yang
akan menjamin tercapainya tujun-tujuan pendidikan.3 Sebagaimana telah

3
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2002), h. 20

6
dijelaskan sebelumnya, supervisi sebagai salah satu fungsi pokok dalam
adminitrasi pendidikan menuntut keterlibatan berbagai pihak. Selain pengawas
dari dinas pendidikan, baik tingkat kecamatan atau kabupaten/kota dalam ruang
lingkup yang lebih luas, kepala sekolah juga merupakan pengawas atau supervisor
bagi para guru dan pgawai lainnya yang ada di tingkat sekolah.

Pada tingkat sekolah, kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya


sebagai supervisor dituntut dari dirinya suatu kompetensi yang memungkinkannya
dapat atau mampu meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat yang
diperlukan bagi upaya pencapaian kemajuan sekolahnya. Dengan demikian,
diharapkan berbagai tujuan pendidikan pada tingkat sekolah dapat dicapai secara
maksimal.

Upaya-upaya untuk mencapai tingkat kemajuan diatas, harus terus


menerus dilakukan oleh kepala sekolah selaku supervisor. Segala hal yang
berhubungan dengan pencapaian tersebut, termasuk cukup atau tidaknya, lengkap
atau tidaknya komprehensif atau tidaknya syarat untuk pencapaian tersebut, perlu
dicermati oleh kepala sekolah. Jadi, dapat dikatakan bahwa kepala sekolah
disamping bertanggung jawab dalam hal kelancaran proses belajar mengajar dan
kegiatan administrasi sekolah sehari-hari lainnya sebagai wujud perannya selaku
administrator, juga bertanggung jawab mengawasi, membina, dan memotivasi
kinerja para guru dan pegawai lainnya sebagai wujud perannya selaku supervisor.

Supervisi yang dilakukan oleh para penilik dan pengawas, mereka itu
datang dan berkunjung secara berkala ke setiap sekolah yang menjadi binaan
mereka. Sebagaimana kepala sekolah, para penilik dan pengawas ini juga
melakukan pengawasan dan pembinaan kinerja para kepala sekolah, guru-guru, dan
pegawai lainnya dalam rangka peningkatan mutu dan kemajuan sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH
Setelah memperhatikan latar belakang, tujuan yang telah dirumuskan
dan realitas yang terjadi di lapangan, permasalahan ini dirumuskan sebagai
berikut:

7
1. Bagaimanakah sebenarnya yang dimaksud dengan konsep tindakan
supervisi?
2. Bagaimanakah fenomena yang terjadi di sekolah tentang tindakan
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan para
penilik/pengawas?
3. Bagaimanakah bentuk-bentuk tindakan supervisi yang ideal?
C. FOKUS MASALAH

Permasalahan ini difokuskan pada bagaimana fenomena yang terjadi di


sekolah tentang tindakan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan para
penilik/pengawas. Fokus ini, hanya tertuju pada upaya untuk menjelaskan tentang
apa dan bagaimana fenomena tersebut serta upaya mencari solusinya.

D. KONDISI OBJEKTIF

Berdasarkan latar belakang, tujuan, permasalahan, serta realitas


dilapangan, ditemukan beberapa hal penting sebagai berikut: Supervisi tingkat
sekolah amat efektif jika dilakukan langsung oleh kepala sekolah. Supervisi akan
berjalan degan baik apabila tercapai tujuan keberhasilan sebagaimana
direncanakan jika kepala sekolah menjadikan para guru dan pegawai lainnya
sebagai mitra kerja. Fungsi supervisi dilakukan oleh sebagian supervisor telah
melenceng dari konsep seharusnya sehingga proses pengawasan berjalan tidak
efektif. Sebagian dari para penilik dan pengawas masih senang mengerjakan pola
tugas atasan dan bawahan. Supervisor datang kesekolah tidak tentu waktunya. Di
satu sisi hal ini berdampak baik karena kepala sekolah, guru, dan pegawainya
selalu bersiaga melakukan hal terbaik bagi sekolahnya. Akan tetapi, di sisi lain hal
itu membuat kalang kabut orang lain kerena tujuannya yang lain.

E. TUJUAN YANG DIHARAPKAN

Tujuan dari permasalahan ini yaitu: ingin mendeskripsikan lebih jauh


mengenai konsep supervisi, melihat dan mengangkat fenomena yang terjadi di
sekolah tentang tindakan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan para
penilik/pengawas, serta mencari dan menentukan bentuk-bentuk supervisi ideal.

8
F. PEMBAHASAN

Supervisi yang ada di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada
para guru dan pegawai lainnya merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dan
menjadi sebuah keniscayaan. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor merupakan
bagian yang terintegrasi dengan fungsi administrasi pendidikan lainnya. Kepala
sekolah merupakan sosok sentral yang menjadi tumpuan bagi pengambilan
kebijakan pada tataran sekolah, baik bagi administrator, motivator, atau
supervisor. Kepala sekolah merupakan orang yang bertanggung jawab penuh akan
keberhasilan sekolah tersebut menjalankan fungsi- fungsinya sebagai lembaga
pendidikan. Sementara itu, guru-guru dan pegawai lainnya merupakan aktor lain
yang turut serta bermain dalam arena pendidikan tersebut. Keberhasilan kepala
sekolah bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individualnya, melainkan
turut serta ditentukan oleh kerja samanya dengan para guru dan pegawai lain yang
ada di sekolah tersebut. Dalam kapasitasnya tersebut, kepala sekolah juga
merupakan seorang manajer atau seorang organisator.

1. Kepala sekolah: penguasa tunggal

Dalam banyak kasus yang terjadi di lapangan, sering kali kepala sekolah
lebih banyak berperan sebagai seorang pimpinan atau penguasa tunggl pada
tingkat sekolah. Sering pula disebut kepala sekoah sebagai “raja-raja kecil” yang
memiliki kekuasaan penuh atas segala kepemilikan aset sekolah, pendaatan
dan pemasukan keuangan sekolah, atau penentuan nasib para pegawainya,
termasuk didalamnya yang berkehendak atas naik tidaknya pangkat para guru
dan pegawainya.

Kepala sekolah seperti ini seringkali bertindak sewenang-wenang dalam


mengambil kebijakan-kebijakannya. Bagi para guru dan pegawai yang memiliki
kemampuan dalam mengambil hati mempunyai peluang untuk kebagian rezeki
kepala sekolah tersebut. Akan tetapi, bagi para guru dan pegawai lainnya yang
tergolong dalam garis oposisi dan berani melawan berbagai kebijakan kepala
sekolah atau setidak- tidaknya menurut kepala sekolah tersebut termasuk tdak
patuh, maka menaikan pangkatnya akan dipersulit, rezekinya di potong di tengah

9
jalan, promosi jabatan tidak diurus atau tidak diberikan, peluang karier di tutup,
dan sebagainya

Pada kondisi yang demikian itu, tindakan supervisi sama artinya dengan
tindakan mencari-cari kesalahan atau kekurangan bawahannya. Supervisi
merupakan ajang untuk melakukan penekanan-penekanan. Dalam situasi seperti
itu, suasana yang muncul adalah suasana ketakutan, seperti takut berbuat salah,
takut dimarahi, takut keliru, takut yang tidak menentu atau takut yang tidak
beralasan. Hal ini menciptakan suasanan ketidak nyamanan bekerja, inisiatif dan
kreativitas guru dalam mengajar diramalkan tidak akan muncul kalau model
supervisi yang dilakukan kepala sekolah seperti diatas.

Reaksi para guru umumnya terhadap fenomena tindakan supervisi


yang mengarah kepada tindakan kepala sekolah yang antidemokratis,
otoritarianisme, dan cenderung bersifat tirani ini, sering kali hanya mencari
amannya. Sebisanya melakukan apa yang diperintahkan oleh kepala sekolah,
dan sedapat mungkin berusaha tidak melakukan apa yang tidak diinginkannya.
Kalau bisa menghilang, guru-guru tersebut cenderung inginnya menghindari
perjumpaan dengan kepala sekolah. Kalau terpaksa bertemu, maka ia bersiap-siap
menundukkan wajah atau badan.

2. Kepala sekolah: perpanjangtanganan rezim


Dunia pendidikan, selama ini sering kali dijadikan alat untuk memperkuat
rezim. Dengan jumlah yang relatife besar, para guru dan keluarga, dituntut oleh
kepala sekolah untuk memenangkan salah satu partai yang bersangkutan, pada
setiap pemilihan umum. Barang siapa yang ketahuan tidak mencoblos partai yang
bersangkutan ketika pemilihan umum, maka sangsi yang akan diterimanya akan
sangat merugikan dirinya dan keluarganya.

Selama masa orde baru, apapun yang dilakukan oleh kepala sekolah di atas,
setali tiga uang dengan bentuk supervisi yang dilakukan oleh para penilik
dan pengawas. Pada masa sebelum otonomi ini, para kepala sekolah dan guru
memiliki “dualism kepemimpinan,” terutama yang terjadi pada tingkat sekolah
dasar. Satu pihak, ada penilik dan pengawas yang datang dari kantor departemen

10
tingkat kecamatan dan pihak lainnya, ada suku dinas P dan K yang berasal dari
pemerintahan kabupaten dan kota. Kedua bentuk pimpinan ini, secara berkala akan
mendatangi setiap sekolah. Setiap kedatangan para penilik ini, membuat hati
smeua guru dan kepala sekolah bergetar kencang.

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pada tingkat satuan pendidikan, peranan kepala sekolah, pendidik dan


tenaga kependidikan sangat berpengaruh untuk menggerakkan potensi satuan
pendidikan dan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan
yang muncul dalam pengelolaan madrasah/sekolah umumnya terkait dalam
pemenuhan kebutuhan manajemen madrasah, penciptaan iklim organisasi yang
kondusif, kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi sikap dan keyakinan
dirinya maupun orang lain untuk melakukan perubahan. Kemampuan dalam
pengembangan perspektif program pendidikan dalam lingkup madrasah/sekolah
serta kemampuan menggunakan model perencanaan peningkatan madrasah/sekolah
yang stategis.4
Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagai motor penggerak
sekaligus penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan cara pencapaian
tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan.5 Untuk mencapai efektivitas dalam
kepemimpinannya, kepala sekolah harus memiliki tiga keterampilan konseptual
berkaitan dengan keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi.
Keterampilan manusiawi berkaitan dengan keterampilan bekerjasama,
memotivasi dan memimpin. Keterampilan teknis berkaitan dengan keterampilan
dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas tertentu. Menurut Mulyasa, yaitu:

a. Belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dan
pegawai sekolah lainnya.
b. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana.

4
Ahmad Rojikun dan Namaduddin, Strategi Perencanaan Manajemen Berbasis Madrasah
di Tingkat Madrasah, (Jakarta: PT. Lista Fariska Putra, 2008), 82.
5
Mulyasa. E. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004). h. 126.

11
c. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
yang sedang dilaksanakan.
d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain.
e. Berpikir untuk masa yang akan datang dan
f. Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.
Kepala sekolah merupakan pejabat formal, manajer, pemimpin dan
pendidik. Jabatan kepala sekolah memerlukan persyaratan universal yang harus
dipenuhi. Persyaratan tersebut meliputi keahlian atau kemampuan dasar dan sifat
atau watak. Selain persyaratan universal juga terdapat persyaratan khusus yang
meliputi berbagai macam kemampuan seperti penguasaan terhadap tugas dan
keterampilan professional dan kompetensi administrasi dan pengawasan.

Kepala sekolah perlu meningkatkan kemampuan dan keterampilan


para pelaksana pendidikan. Sebagai pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan
hendaknya kepala sekolah memiliki pengetahuan yang luas dan keterampilan
kepemimpinan. Hal itu perlu dimiliki agar mampu mengendalikan, mempengaruhi
dan mendorong bawahannya dalam menjalankan tugas dengan jujur, tanggung
jawab, efektif dan efesian. Kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja
guru dengan: Pertama: menetapkan sistem manajemen terbuka yaitu kepala
sekolah menerima saran, yang muncul dari semua pihak lingkungan baik dari
guru, karyawan serta siswa.

Manajemen terbuka ini memberikan kewenangan kepada para guru untuk


memberika saran bahkan kritik yang membangun bagi sekolah. Kedua: Kepala
sekolah juga menerapkan pembagian tugas dan tanggungjawab dengan para guru
agar guru yang terlibat lebih memahami tugasnya masing-masing dan diharapkan
adanya kerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Ketiga: Kepala sekolah
menerapkan hubungan vertikal ke bawah yaitu kepala sekolah menjalin
hubungan baik terhadap semua bawahan yaitu kepada guru dan karyawan hal
ini dilakukan agar mereka bersedia melaksanakan tugas-tugas dengan sebaik-
baiknya, memupuk kesetian dan tanggung jawab kepada pimpinan, tugas dan
tempat kerja.

12
Kepala sekolah juga melakukan pendekatan-pendekatan untuk
meningkatkan daya kreasi, inisiatif yang tinggi untuk mendorong semangat
bawahannya. Keempat: Kepala sekolah melakukan pemetaan program-program
kegiatan untuk meningkatkan motivasi kerja guru seperti: kegiatan briefing,
penghargaan bagi guru yang berprestasi, peningkatan kesejahjetraan guru,
peningkatan SDM, memberikan pelatihan untuk para guru, memberikan perhatian
secara personel, workshop, outbond. Melalui program- program tersebut maka
diharapkan guru-guru mampu mengembangkan proses kerjanya dan mampu
menghasilkan output yang baik sesuai program yang diselenggarakan. Kelima:
Kepala sekolah melakukan pengawasan yang bersifat continue dan menyeluruh
yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aspek antara lain: personel, pelaksanaan
kegiatan, material dan hambatan-hambatan. Pengawasan yang dilakukan kepala
sekolah berdasarkan pada tujuan sekolah, agar pekerjaan atau kegiatan dapat
berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan untuk
mengetahui hambatan ataupun kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan
kegiatan. Keenam: Kepala sekolah melakukan evaluasi meliputi evaluasi
terhadap uraian tugas dan evaluasi bukti-bukti dokumen, dengan cara melihat
langsung terhadap bukti-bukti tugas yang telah dilakanakan oleh guru kemudian
memberikan masukan apabila terdapat kesalahan atau kurang sesuai dengan
kriteria yang diharapakan. Kepala sekolah memberikan solusi terhadap hambatan-
hambatan yang dihadapi oleh guru dalam melakukan tugasnya.6 Masukan dari
kepala sekolah sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi guru tidak akan
berguna bila guru tidak bertindak sebagaimana masukan dari kepala sekolah.

4. Tugas Kepala Sekolah

Kepala sekolah selain melakukan tugas yang bersifat konseptual, yaitu:


merencanakan, mengorganisir, memecahkan masalah dan mengadakan kerja sama
dengan guru dab masyarakat juga harus mampu melaksanakan kegiatan yang

6
Suyanto dan Djihad Hisam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia
Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adi, 2000). h. 26.

13
bersifat praktis/teknikal.7 Dalam bidang pendidikan keterampilan teknikal adalah
kemampuan kepala sekolah dalam menanggapi dan memahami serta cakap
menggunakan metode pengetahuan, keuangan, pelaporan, penjadwalan, dan
pemeliharaan.

Penerapan fungsi manajerial kepala sekolah yang terbagi dalam 3


keterampilan, yakni: keterampilan teknikal, keterampilan hubungan manusia, dan
keterampilan konseptual manajerial kepala sekolah. Kompetensi kepala sekolah
adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang mungkin menjadi
kompeten dalam mengambil keputusan tentang penyediaan, pemanfaatan, dan
peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah.

Kompetensi manajerial kepala sekolah sebagaimana tertulis dalam


Permendiknas no. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah dijabarkan
sebagai berikut: menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkat
perencanaan, mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan, dalam
rangka pendayagunaan sumberdaya sekolah mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang efektif, mengelola
sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal,
mengelola hubungan sekolah- masyarakat dalam rangka pencarian dukungan
ide, mengelola kesiswaan terutama dalam rangka penerimaan siswa baru.

5. Hakikat Supervisi

Supervisi dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk


meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang
direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu
pencapaian tujuan (Robbins 1997). Supervisi (Pengawasan) juga merupakan fungsi
manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit

7
Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah; dalam organisasi pembelajar (learning
organization), (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 75.

14
dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang
dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja 2001). Oleh karena itu mudah
dipahami bahwa supervisi pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang
harus diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya (Mantja 2001).

Berdasarkan konsep tersebut, maka proses perencanaan yang


mendahului kegiatan supervisi harus dikerjakan terlebih dahulu. Perencanaan yang
dimaksudkan mencakup perencanaan: pengorganisasian, wadah, struktur, fungsi
dan mekanisme, sehingga perencanaan dan supervisi memiliki standard dan tujuan
yang jelas. Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan
bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu
sekolah. Sahertian, menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan
tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan,
terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok
dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil

pembelajaran.8

Burhanuddin, memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat


substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada
segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru
yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran.9
Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan
acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang
diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu
penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan
yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi
belajar mengajar. Supervisor/Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah

8
Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. (Jakarta: Bineka Cipta. 2000).
h. 19.
9
Burhanudin. Analisis Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1990). h. 284.

15
pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan
pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang
ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan (Pandong, A. 2003).

Tugas pokok supervisor sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan


penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik
supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan
fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:
1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja
kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah.
2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah
beserta pengembangannya.
3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program
pengembangan sekolah secara olaboratif dengan stakeholder sekolah.
Bantuan yang diberikan oleh supervisor dalam meningkatkan kemampuan
guru adalah:
1. Merancang program belajar mengajar.
2. Melaksanakan proses belajar mengajar.
3. Menilai proses dan hasil belajar.
4. Mengembangkan manajemen kelas.
Mengacu pada SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan
fungsional pengawas dan angka kreditnya, Keputusan bersama Mendikbud nomor
03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38
tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas serta
Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, dapat dikemukakan
tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang meliputi:
1. Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA.

16
2. Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan
hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi atau pengawasan
manajerial sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi atau
pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya memberikan
pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program,
proses, sampai dengan hasil. Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala
sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah atau penyelenggaraan
pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik
berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas
proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa. Sedangkan
wewenang yang diberikan kepada pengawas sekolah meliputi:
1. Memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang
optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kode etik profesi.
2. Menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lainnya yang diawasi
beserta faktor- faktor yang mempengaruhinya.
3. Menentukan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan
pembinaan.
Wewenang tersebut menyiratkan adanya otonomi pengawas untuk
menentukan langkah dan strategi dalam menentukan prosedur kerja
kepengawasan. Namun demikian pengawas perlu berkolaborasi dengan kepala
sekolah dan guru agar dalam melaksanakan tugasnya sejalan dengan arah
pengembangan sekolah yang telah ditetapkan kepala sekolah. Berdasarkan kedua
tugas pokok di atas maka kegiatan yang dilakukan oleh pengawas antara lain:
a. Menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester dan
setiap tahunnya pada sekolah yang dibinanya.
b. Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil
belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru.

17
c. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan,
proses pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh
terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa.
d. Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor
sumber daya pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi
sekolah.
e. Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru
tentang proses pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan siswa.
f. Melaksanakan penilaian dan monitoring penyelenggaran pendidikan
di sekolah binaannya mulai dari penerimaan siswa baru,
pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada
pelepasan lulusan/pemberian ijazah.
g. Menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah binaannya dan
melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan
stakeholder lainnya.
h. Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah sebagai
bahan kajian untuk menetapkan program kepengawasan semester
berikutnya.
i. Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam rangka akreditasi
sekolah.
j. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam
memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan
penyelenggaraan pendidikan.

6. Fungsi Supervisi

Fungsi supervisi ialah memberi petunjuk, mendorong, menjelaskan,


membimbing, dan membantu meningkatkan situasi belajar, serta membantu para
guru agar ia mengajar lebih baik. Jadi supervisi adalah suatu proses yang
merupakan bagian dari proses pendidikan, juga sebagai proses sosial yang
demokratis, yang fungsi utamanya ialah kepemimpinan. Adapun peranan supervisi
dalam kegiatan pendidikan, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

18
a. Supervisi sebagai program yang berencana untuk memajukan
pengajaran. Perencanaan dalam supervisi penting sekali, sebab
menyangkut banyak kegiatan yang berpangkal pada keperluan-
keperluan situasi yang berkaitan dengan banyak orang yaitu para siswa,
orang tua siswa, para guru, para pimpinan sekolah, para pengawas, dan
mereka yang berkepentingan dengan sekolah. Mereka ikut
menentukan secara koperatif fungsi-fungsi dan kegiatan kegiatan
supervisor, yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas supervisi.
b. Supervisi sebagai inspeksi. Supervisi menurut gagasan administrasi
otokratis, berarti inspeksi, yaitu suatu kegiatan mencari kesalahan-
kesalahan dan kelemahan- kelemahan, apakah perintahperintah atau
peraturan-peraturan itu ditaati. Sesuai dengan tujuannya, pada suatu
kunjungan sekolah misalnya, bila pemeriksaan yang dilakukan secara
formal selesai, inspektur mengatakan kepada kepala sekolah atau guru
kelas apa yang salah dan apa yang harus dikerjakan. Kelalaian diancam
dengan hukuman-hukuman administratif. Dalam hal ini sedikit
sekali pertimbangan diarahkan terhadap kepentingan-kepentingan
khas dan minat siswa yang sedang belajar. Kegagalan anak atau
siswa dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Inspeksi bukanlah suatu
pengawasan yang berusaha menolong para guru untuk mengembangkan
dan memperbaiki cara dan daya kerja sebagai pendidik dan
pengajar. Inspeksi dijalankan terutama untuk mengawasi bawahan
apakah telah menjalankan apa-apa yang sudah diinstruksikan, dan
sampai di manakah para guru melaksanakan tugastugas yang
ditetapkan oleh atasannya.
c. Supervisi sebagai kepemimpinan yang koperatif. Tugas utama
supervisi dalam administrasi pendidikan yang demokratis bukanlah
membuat konduite guru, melainkan membantu para guru untuk
memajukan proses belajar-mengajar. Supervisi yang dimaksud dalam
hal ini adalah bagaimana membantu para guru untuk mengembangkan
dan menggunakan potensi sepenuhpenuhnya.

19
Sehubungan dengan itu, supervisi diharapkan mampu menyediakan
bermacammacam kepemimpinan yang mampu meningkatkan efisiensi dan
dayaguna usaha dan program dari usaha sekolah secara keseluruhan serta untuk
menambah atau memperkaya lingkungan semua guru. Hal ini meliputi usaha-usaha
untuk membangun semangat para karyawan, menciptakan kondisi-kondisi bekerja
yang menyenangkan, mendorong inisiatif dan daya cipta, menyediakan
kesempatan-kesempatan agar para guru dapat bekerja sama dalam memikirkan dan
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh mereka dan sekolah. Para
guru diikutsertakan dalam merumuskan kebijakankebijakan administratif, dalam
menentukan langkah-langkah untuk tercapainya berbagai tujuan, menilai
program sekolah, dan dalam segala usaha perubahan dan perbaikan program
yang didasarkan atas penilaian yang obyektif dan koperatif. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa supervisi diharapkan mampu menyediakan jenis
kepemimpinan yang dapat mengembangkan sifat-sifat kepemimpinan pada
orang lain.

7. Supervisi dan semangat otonomi daerah

Setelah reformasi bergulir, dan akhirnya, rezim orde baru tumbang,


tuntutan otonomi daerah semakin kencang diutarakan dan disurakan oleh banyak
kalangan. Sejalan dengan semangat otonomi daerah, beberapa kewenangan
pemerintah pusat akhirnya diserahkan kepada pemerintah daerah, termasuk
diantaranya, beberapa kewenangan di bidang pendidikan. Kantor wilayah
Departemen Pendidikan Nasional yang selama ini berwenang sebagai
perpanjangan tangan pusat di daerah, sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah
daerah. Oleh sebagian besar pemda, kanwil tersebut dilebur menjadi dinas
pendidikan provinsi dan kabupaten/kota. Dengan demikian, dualisme
kepemimpinan yang selama ini ada, khususnya, pada tingkat sekolah dasar,
sekarang ini sudah tidak ada lagi.

Tuntutan reformasi juga mengisyaratkan adanya tuntutan untuk


menjalankan konsep demokratis di segala bidang, apalagi disegala bidang
pemerintahan. Pemerintahan dan jajaran dibawahnya, dituntut untuk

20
melaksanakan prinsip-prinsip demokratis dalam setip pengambilan keputusan dan
atau implementasi kebijakannya.

Keterkaitan dengan itu, tuntutan untuk mereformasi dan mereposisi fungsi


dan peran kepala sekolah serta para penilik/pengawas yang selama ini menjadi raja-
raja kecil dalam sebuah Negara, menjadi bagian yang tidak terelakan. Kepala
sekolah yang selama ini memegang jabatan sampai yang bersangkutan pension,
bahkan jabatan seumur hidup, saat ini, mulai mengemukakan alterntif pemikiran
untuk memuat masa tugas setiap kepala sekolah itu hanya satu atau dua periode
(4-8 tahun). Jika dalam masa tugasnya tersebut yang bersangkutan melakukan
kesalahan, dia punya peluang untuk diberhentikan dari jabatannya itu ditengah-
tengah masa jabatannya. Dalam bentuk yang demikian, peran kepala sekolah tidak
lagi menjadi orang satu-satunya yang mengambil kebijakan, tetapi pengambilan
keputusan dilakukan secara demikratis, musyawarah untuk mufakat, dan dalam
menjalankan kebijakan tersebut terjalin kerja sama yang harmonis antara kepala
sekolah dan guru, antara guru dan guru, atau antara kepala sekolah dan guru dengan
para pegawai.

8. Metode dan Tehnik Supervisi

Untuk mencapai tujuan supervisi pendidikan, seorang supervisor dapat


menggunakan berbagai cara atau metode dan teknik. Seorang supervisor yang
langsung berhadapan dengan orang-orang yang disupervisinya, menggunakan
metode “langsung”. Sedangkan apabila dalam pelaksanaannya menggunakan
berbagai alat perantara (media komunikasi) berarti ia menggunakan metode “tidak
langsung”. Supervisor yang dalam pelaksanaan supervisinya berhadapan dengan
seorang saja, maka digunakannya teknik “perorangan”, sedangkan apabila ia
berhadapan dengan sejumlah orang tertentu, maka dipergunakannya teknik
“kelompok”. Metode umum dalam supervisi yang ditujukan untuk memperbaiki
situasi belajar, secara teoritis dibagi dalam dua katagori : (1) yang berhubungan
dengan memperbaiki cara mengajar, dan (2) yang berkenaan dengan perkembangan
profesi guru. Adapun secara operasional teknik supervisi antara lain dapat
mencakup lokakarya, studi bebas, klinik, konferensi, buletin (surat selebaran),

21
observasi (pengamatan), kunjungan dan demonstrasi. Konferensi dalam
supervisi secara teknis dapat dibagi menjadi dua macam :

1. Konferensi perorangan atau individu, bermaksud untuk menetapkan


masalah khusus dan untuk membahas langkah-langkah serta cara
memecahkan masalah tersebut dengan para guru yang bersangkutan.
2. Konferensi kelompok, bermaksud untuk memberi kesempatan kepada
anggota staf menyumbang pengalamnnya untuk memberi dorongan ke
arah pelaksanaan yang lebih baik. Dapat dikatakan di sini bahwa
melalui penggunaan teknik dengan bijaksana, maka anggota staf
bersama-sama diarahkan ke dalam jiwa kelompok atau jiwa korps atau
kebersamaan.

Pada umumnya buletin dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu segi


administrative dan segi supervisi. Jenis buletin administratif misalnya yang
banyak membawakan informasi rutin untuk para guru berbentuk pengumuman-
pengumuman. Sedangkan jenis buletin supervisi masih diperinci lagi menjadi
supervisi umum dan supervisi khusus. Supervisi umum memberikan bermacam-
macam informasi dan menyangkut masalahmasalah yang lebih luas. Supervisi
khusus masalahnya bersifat khusus, misalnya peninjauan kurikulum, guru khusus
dan situasi sekolah yang khusus. Teknik demonstrasi tidak dimaksudkan untuk
menirukan sesuatu, tetapi untuk mencari inspirasi baru atau untuk memperbaiki
cara mengajar para guru di sekolah. Dalam hal ini guru yang telah memiliki teknik
yang baik diminta mendemonstrasikan kemampuan atau kebolehannya di hadapan
rekan-rekan lainnya. Guru lain dipersilahkan mengamati atau melakukan observasi
terhadap guru yang mendemonstrasikan kemampuannya tersebut.

9. Supervisi ideal

Dalam lima tahun terakhir ini, dalam kaitannya dengan tindakan supervisi,
setiap kepala sekolah dan penilik/pengawas tidak lagi bisa sewenang-wenang
terhadap guru dan pegawai lainnya. Konsep tindakan supervisi yang baik perlahan-
lahan mulai diterapkan oleh setiap para sekolah dan penilik/pengawas. Saat
ini, setiap kepala sekolah minimal telah mengantongi sertifikat kursus/pelatihan

22
manajemen sekolah, bahkan di beberapa pemerintah daerah telah ada pula yang
diisyaratkan memiliki ijazah S1 manajemen pendidikan atau administrasi
pendidikan. Tindakan supervisi, dewasa ini semakin mengarah pada bentuk
supervisi yang lebih profesional dan akademik.

Burton dalam Purwanto mengisyaratkan tindakan supervisi yang


menitikberatkan pada proses social, yaitu adanya kerja sama yang harmonis
antara guru supervisor dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi,
tidak ada lagi yang menempatkan guru sebagai subjek pasif. Lebih lengkapnya,
perhatikan cuplikan pendapat Burton tersebut,” supervision is an expert technical
service primary aimed at studying and improving cooperativlly all factors witch
child growth and development”.

Apa yang dilakukan saat ini oleh sebagian kepala sekolah dalam
rangka supervisi, sesuai dengan pikiran Burton di atas, telah dapat dikatakan tepat.
Dalam hal ini, supervisi diarahkan perhatiannya pada dasar-dasar pendidikan dan
cara-cara anak belajar dan perkembangannya dalam pencapaian tujuan pendidikan
secara umum. Artinya, kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap pencapaian dan peningkatan mutu pendidikan di sekoalahnnya masing-
masing. Kepala sekolah secara terus menerus melakukan perencanaan bersama
guru, monitoring dan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, serta
melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara rencana program dengan
pelaksanaan di lapangan. Setelah itu, kembali membut rencana program yang
terbaik secara bersama-sama dengan guru dan seluruh staf. Kunci keberhasilan
kepala sekolah selaku supervisor disekolahnya adalah mengusahakan peningkatan
kemampuan para guru dan stafnya untuk secara bersama- sama mengembangkan
situasi belajar mengajar yang kondusif.10 Peningkatan ini hanya akan dapat dicapai
melalui peran komunikasi yang efektif.11 Komunikasi ang efektif akan
mengilangkan ambiguitas antara supervisor dan yang disupervisi.12 jadi, apa yang

10
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Teknologi Kejuruan, (jakarta:
Depdikbud, 1988
11
stephen Robbin, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Preshindo, 1997)
12
Sudiyono, Peran Komunikasi Bagi Supervisor, Jurnal Eccopesion , (Malang:
Yayasan Pegupon), No. 1, Juli 1998, h. 52.

23
dilakukan kepala sekolah, selaku supervisor di sekolahnya masing-masing amat
dituntut kemampuan berkomunikasi yang biak, sehingga perannya tersebut tidak
lagi menjadi sesuatu yang menakutkan atau mengkhawatirkan para guru.

Tidak demikian halnya dengan supervisi yang dilakukan oleh para penilik
atau pengawas, jabatan pengawas atau supervisor telah menjadi satu dengan
mereka selama ini. Merekalah yang dikenal dalam masyarakat sebagai
pengawas/supervisor. Ini merupakan jabatan yang mereka dapatkan setelah
mereka mengabdi selama ini sebagai kepala sekolah. Ini merupakan jabatan karier
yang tertinggi bagi para guru. Oleh karena itu, jabatan ini terasa sangat prestisius
sehingga banyak diinginkan oleh para mantan kepala sekolah.

Dewasa ini, jabatan mereka atau supervisor ini telah mengalami banyak
perubahan. Mereka ini sekarang lebih banyak berperan sebagai kunci, yaitu
menjadi perantara antara pemimpin wilayah dengan guru-guru atau personalia
lainnya. Juga sebagai orang yang berfungsi sebagai tempat menumpahkan
kepentingan nilai-nilai dan orientasi yang berbeda antara pimpinan pendidikan
pada tingkat wilayah dengan guru-guru dan staf lainnya.

G. ANALISIS

Supervisi bagi kepala sekolah bukanlah hal aneh dan baru. Bagi kepala
sekolah setelah kemerdekaan, tugas kompleks kepala sekolah menjadi tuntutan.
Para guru menyadari betul bahwa segala usaha yang dilakukan semata-mata demi
tercapainya tujuan pembelajaranyang efektif. Keefektivan inilah akan berdampak
pada hasil belajar siswa. Kerja sama yang baik dan harmonis antara kepala sekolah,
guru, dan pegawai lainnya akan melancarkan program implementasi pendidikan
yang direncanakan bersama. Adanya pengawas atau supervisi dari dinas
pendidikan kabupaten/kota akan membuat kepala sekolah, guru, dan pegawai
lainnya selalu berada pada kondisi siap mengerjakan yang terbaik.

Sering kali pendekatan kepala sekolah sebagai supervisor didasar atas


hubungan atasan-bawahan. Masih adanya sebagian supervisor dari dinas
pendidikan kabupaten/kota selain bersikap sebagai atasan-bawahan saat
menjalankan tugasnya, uga ingin dilayani sebagai raja. Sebagian supervisor hanya

24
menunjukkan kesalahan dan kekurangan kinerja kepala sekolah, guru dan staf
tanpa adanya upaya memberikan solusi pemecahan atau memberikan bagaimana
yang seharusnya dan sebaiknya.

Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor dalam administrasi pendidikan


telah disadari sepenuhnya oleh kepala sekolah dan telah bisa dijalankan.Tugas guru
yang utama, baik untuk keperluan diawasi atau tidak selalu mengacu pada
perbaikanhasil belajar siswa. Mental supervisor yang tidak jujur akan menghambat
hasil kemajuan sekolah yang diawasi karena tidak fokus pada fungsi yang
sesungguhnya, Pola hubungan atasan bawahan yang dikondisikan sebagai sisa
peninggalan orde baru membuat kinerja kepala sekolah, guru dan staf kurang
efektif, selalu merasa dibawah tekanan.

H. KESIMPULAN
Defenisi supervisi masih disalah artikan dan disalah gunakan oleh
supervisor. Supervisi memiliki peran strategis dalam memajukan pendidikan
secara umum. Supervisi yang dilakukan akan lebih baik jika dapat mewujudkan
hubungan yang harmonis antara kepala sekolah, guru, dan pegawai lainnya, akan
tetapi hal tersebut tidak akan banyak membantu jika guru sebagai ujung tombak
pada pelaksanaan pendidikan tidak menjalankan perannya dengan baik. Dan
supervisi harus menyadari betul fungsi jabatannya dan perlu ada control dari
atasannya secara langsung dan simultan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Teknologi Kejuruan,


(Jakarta: Depdikbud, 1988).

Beijjaard, Douwe & Paulien C.Meijer, Teacher Professional Development in


Changing Conditions, (Netherland: Springer, 2005).

Burhanudin. Analisis Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan


Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990).
Educational Ideologis Contemporary expressions of Educational Philosophirs, @
& @ 1981 Good Year Publishing Company , Inc. Santa Monika,
California 90401, America Serikat, Alih Bahasa ; Omi Intan Naomi
(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002).

Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan


Implementasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004)

Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosda Karya, 2002).

Robbin, Stephen, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Preshindo, 1997).

Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. (Jakarta: Bineka Cipta.
2000).

Sudiyono, Peran Komunikasi Bagi Supervisor, Jurnal Eccopesion, (Malang:


Yayasan Pegupon), No. 1, Juli 1998.

Suyanto dan Djihad Hisam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia


Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adi, 2000).

Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah; dalam organisasi pembelajar


(learning organization), (Bandung: Alfabeta, 2009).

26

Anda mungkin juga menyukai