MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas semester pendek mata kuliah:
Evaluasi Pembelajaran PAI
Yang diampu:
Dr. Muhammad Zaini, M.A.
Disusun oleh:
Nurul Khomariyah (12201173374)
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Penilaian Kelas dan Penilaian Autentik dengan baik dan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan jahiliyah menuju jalan
yang terang-benderang ini yaitu agama Islam.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung,
2. Dr. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Dr. Muhammad Zaini, M.A selaku dosen pengampu semester pendek
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI.
4. Sifitas akademik IAIN Tulungagung yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian Kelas 3
B. Pengertian Penilaian Autentik 4
C. Perbedaan Penilaian Kelas dan Penilaian Autentik 7
D. Contoh Instrumen yang Digunakan dalam Penilaian Kelas dan
Penilaian Autentik 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 14
DAFTAR RUJUKAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan
perubahan sosial. Perubahan ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup
yang berkualitas.1 Oleh karena itu segala upaya dilakukan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan kualitas pendidikan
yang baik, maka diharapkan dapat mencetak generasi-generasi unggul dan
berkualitas.
Berbicara mengenai pendidikan tentu tidak dapat dilepaskan dari
kurikulum. Dari masa ke masa kurikulum mengalami perubahan. Perubahan
ini dapat terjadi karena tentu suatu kurikulum yang sudah diberlakukan akan
terus dikaji dan dikembangkan. Selain itu, perubahan kurikulum juga
didasarkan pada tantangan zaman. Seiring perkembangan zaman tentu
kebutuhan masyarakat juga berubah mengikuti zamannya. Sehingga,
kurikulum haruslah dapat menjawab kebutuhan masyarakat.
Pada setiap kurikulum terdapat penilaian yang berbeda-beda.
Misalnya penilaian berbasis kelas (PBK) yang digunakan dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Sedangkan dalam Kurikulum 2013 menggunakan penilaian
autentik. Dalam penilaian berbasis kelas atau penilaian kelas dengan
penilaian autentik tentu memiliki beberapa perbedaan dan memiliki
instrumennya masing-masing.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian
penilaian kelas, pengertian penilaian autentik, perbedaan penilaian kelas dan
penilaian autentik, contoh instrumen yang digunakan dalam penilaian kelas,
dan contoh instrumen yang digunakan dalam penilaian autentik. Diharapkan
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
1
Achmad Patoni, Kajian dalam Perspektif Pendidikan Anak, (Jakarta: PT Bina Ilmu,
2004), 1
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian penilaian kelas?
2. Bagaimana pengertian penilaian autentik?
3. Bagaimana perbedaan penilaian kelas dan penilaian autentik?
4. Bagaimana contoh instrumen yang digunakan dalam penilaian kelas dan
penilaian autentik?
C. Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, tujuan yang perlu dicapai
dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk memaparkan pengertian penilaian kelas
2. Untuk memaparkan pengertian penilaian autentik.
3. Untuk memaparkan perbedaan penilaian kelas dan penilaian autentik.
4. Untuk memaparkan contoh instrumen yang digunakan dalam penilaian
kelas dan penilaian autentik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar
peserta didik.oleh karena itu, diperlukan data sebagai informasi yang
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusan tersebut
berhubungan dengan tingkat keberhasilan peserta didik.6 Penilaian berbasis
kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses
pembelajaran.7 Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan
level pencapaian prestasi siswa.8 Penilaian berbasis kelas itu sendiri pada
dasarnya merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan scara terpadu dalam
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan mengumpulkan karya siswa
(portofolio), hasil karya (produk), penguasaan (proyek), kinerja
(performance), dan tes tertulis (paper and pen). Fokus penilaian diarahkan
pada penguasaan kompetensi dan hasil belajar siswa sesuai dengan level
pencapaian prestasi siswa.9 Dalam praktiknya Penilaian Berbasis Kelas harus
memperhatikan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.10
Agar penilaian kelas dapat berjalan dengan baik, maka seorang
pendidik perlu memperhatikan hal-hal berikut:11
1. Mengacu Pada Kemampuan (Competency Referenced) Materi yang
di cakup dalam penilaian kelas harus terkait secara langsung dengan
indikator pencapaian kemampuan tersebut.
2. Berkelanjutan, penialaian yang di lakukan di kelas oleh guru harus
merupakan peroses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana
mengajar guru selama satu semester dan tahun ajaran.
3. Didaktis, Perencanaan bahan penilaian yang kreatif dan menarik
dapat mendorong siswa untuk menyelesekan tugas penilaian, baik
yang bersifat individual maupun kelompok dengan penuh antusiasi
6
Ricu Sidiq, dkk, Strategi Belajar Mengajar Sejarah: Menjadi Guru Sukses, (Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2019), 155
7
Surapranata, Hatta dalam Ika Sriyanti, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), 62
8
Sigalingging dalam Ika Sriyanti, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019), 62
9
Ika Sriyanti, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2019), 63
10
Umi Salamah, “Penjaminan Mutu Penilaian Pendidikan”, Jurnal Evaluasi, Vol. 2, No.
1, 2018, 279
11
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005),
190-191
4
dan menyenangkan.
4. Mengenali Informasi, Penilaian kelas yang baik harus dapat
memberikan imformasi yang cukup bagi guru untuk mengambil
keputusan dan umpan balik.
5. Melihat yang Benar dan yang Salah, Dalam melaksanakan
penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil
penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya
kesalahan yang secara umum terjadi pada siswa sekaligus melihat
hal-hal positif yang di berikan siswa.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kelas adalah
penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses pembelajaran yang
merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru melalui
sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasi belajar
atau kompetensi siswa selama di kelas yang harus memperhatikan ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian kelas digunakan dalam kurikulum
KBK dan KTSP.
12
Anis Marfuah, Febriza, “Penilaian Autentik pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Sekolah dan Perguruan Tinggi”, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, 2019, 38-
39
5
Menurut Suyadi, authentic assessment yakni proses yang di lakukan
pendidik untuk menghimpun informasi tentang kelanjutan belajar yang di
lakukan peserta didik.13 Penilaian ini dibutuhkan untuk mendeteksi apakah
peserta didik sungguh-sungguh belajar atau tidak, memahami atau tidak,
menguasai atau tidak, apakah pengalaman belajar peserta didik memiliki
pengaruh yang positif terhadap kelanjutan baik intelegensi maupun mental
peserta didik. Penilaian yang autentik dilakukan secara tergabung dengan
prosedur pembelajaran. Penilaian ini dilakukan sebagai kontinu selama proses
pembelajaran berjalan. Oleh karena itu, penilaian dipusatkan pada proses
belajar, bukan pada hasil belajar. Secara lebih umum tentang penilaian
autentik didefinisikan sebagai penilaian yang dibuat secara menyeluruh untuk
mengevaluasi sejak dari input, proses, maupun output pembelajaran.14
Menurut Rusman penilaian autentik adalah suatu istilah/ terminologi
yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang
memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Selanjutnya Rusman
menjelaskan penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka
berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian
autentik harus mampu menggambarkan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan
apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka
menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum
mampu menerapkan perolehan belajar dan sebagainya.15 Sedangkan menurut
Majid penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa
perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan benar.16 Menurut Masnur Muslich penilaian
13
Suyadi dalam Anis Marfuah, Febriza, “Penilaian Autentik pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah dan Perguruan Tinggi”, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.
3, No. 2, 2019, 39
14
Marfuah, Febriza, “Penilaian Autentik pada Pembelajaran......., 39
15
Rusman dalam Pariang Sonang Siregar, Rindi Ganesa Hatika, Ayo Latihan Mengajar:
Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Peerteaching dan Microteaching), (Yogyakarta:
Deepublish, 2019), 14
16
Majid dalam Pariang Sonang Siregar, Rindi Ganesa Hatika, Ayo Latihan Mengajar:
Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Peerteaching dan Microteaching), (Yogyakarta:
6
autentik ditujukkan dengan proses penilaian yang mencakup sejumlah bukti
yang menunjukkan pecapaiam hasil belajar peserta didik, penilaian ini
dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran. 17 Selanjutnya
Kunandar mengemukakan bahwa penilaian autentik memperhatikan
keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan.18 Menurut Hidayat menyatakan hal ini sejalan dengan orientasi
Kurikulum 2013, yang terjadinya peningkatan keseimbangan antara
kompetensi sikap (ttitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan
(knowledge).19
Penilaian autentik berkelanjutan yang menjamin pencapaian dan
penguasaan kompetensi. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan
informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran
yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan
20
dicapai. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran
(output) pembelajaran.21
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik
adalah penilaian yang dilakukan secara menyeluruh mulai dari input, proses,
dan output pembelajaran yang mengharuskan perserta didik untuk
memperlihatkan prestasi dan hasil belajar berupa kemampuan dalam
kehidupan nyata dalam bentuk kinerja, ataupun hasil kerja. Penilaian ini harus
memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap,
Deepublish, 2019), 14
17
Masnur Muslih dalam Pariang Sonang Siregar, Rindi Ganesa Hatika, Ayo Latihan
Mengajar: Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Peerteaching dan Microteaching),
(Yogyakarta: Deepublish, 2019), 14
18
Kunandar dalam Pariang Sonang Siregar, Rindi Ganesa Hatika, Ayo Latihan Mengajar:
Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Peerteaching dan Microteaching), (Yogyakarta:
Deepublish, 2019), 14
19
Hidayat dalam Pariang Sonang Siregar, Rindi Ganesa Hatika, Ayo Latihan Mengajar:
Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Peerteaching dan Microteaching), (Yogyakarta:
Deepublish, 2019), 14
20
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ,
(Jakarta: Kencana, 2017), 50.
21
Umi Salamah, “Penjaminan Mutu.......,282
7
pengetahuan, dan ketrampilan. Penilaian autentik digunakan dalam kurikulum
2013.
22
Inah, “Penilaian Berbasis Kelas.......,32
23
Marfuah, Febriza, “Penilaian Autentik pada Pembelajaran.......,36
24
Sriyanti, Evaluasi Pembelajaran.......,63
8
dikembangkan untuk mendorong guru untuk mengajar lebih sistemtik dan
terarah sehingga kepala sekolah atau pengawas mampu melihat keefektifan
pengajaran karena guru mendapatkan tempat dan kesempatan setiap hari
dalam mengelola kelasnya.25 Penilaian autentik harus mampu
menggambarkan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau
belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu
menerapkan perolehan belajar dan sebagainya. 26
Penilaian Berbasis Kelas merupakan prinsip, sasaran yang akurat dan
konsisten tentang kompetensi atau hasil belajar siswa serta pernyataan yang
jelas mengenai perkembangan dan kemajuan siswa. Maksudnya adalah
Penilaian Berbasis Kelas dapat menggambarkan kompetensi, keterampilan,
dan kemajuan siswa selama dikelas.27 Sedangkan penilaian autentik
menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta, menekankan
konteks yang mencerminkan dunia nyata, menggunakan data yang diperoleh
langsung dari dunia nyata. Maksutnya disini yaitu proses penilaian yakni
bagian yang tidak dapat terpisah dari prosedur pembelajaran dan
mencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari.28
Jadi, perbedaan penilaian kelas dan penilaian autentik dapat
disimpulkan dalam tabel berikut.
25
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung:
PT Imperial Bhakti Utama, 2007), 263
26
Rusman dalam Pariang Sonang Siregar, Rindi Ganesa Hatika, Ayo Latihan Mengajar:
Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Peerteaching dan Microteaching), (Yogyakarta:
Deepublish, 2019), 14
27
Sriyanti, Evaluasi Pembelajaran.......,63
28
Marfuah, Febriza, “Penilaian Autentik pada Pembelajaran.......,45
9
melalui sejumlah bukti untuk dalam bentuk kinerja, ataupun hasil
membuat keputusan tentang kerja.
pencapaian hasi belajar atau
kompetensi siswa
10
Pengembangan Instrumen Afektif: Sikap Disiplin
1. Definisi Konseptual
Disiplin berasal dari bahasa Inggris discipline yang berakar dari kata
disciple yang berarti murid, pengikut, penganut, atau seseorang yang
meneriman pengajaran dan menyebarkan ajaran tersebut. Disiplin yang
berasal dari kata discipline dapat berarti peraturan yang harus diikuti;
bidang ilmu yang dipelajari; ajaran; hukuman atau etika-norma-tata cara
bertingkah laku. Discipline bermakna orang yang menegakkan disiplin-
menegakkan peraturan.29
The Liang Gie menyatakan disiplin adalah suatu keadaan tertib
dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati.30 Sejalan dengan
itu Mustari menyatakan disiplin adalah tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.31
Daryanto dan Darmiatun menyatakan bahwa disiplin pada dasarnya
merupakan kontrol diri dalam mematuhi aturan, baik dari diri maupun dari
luar diri.32
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau
peraturan.33 Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan
membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang tak
sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang).34
Suratman memberikan pengertian disiplin sebagai suatu ketaatan uang
29
Sindu Mulianto, dkk. Panduan Lengkap Supervisi Diperkaya Perspektif Syariah,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), 171
30
The Liang Gie dalam Arsyi Mirdanda, Motivasi Berprestasi dan Disiplin Peserta Didik
serta Hubungannya dengan Hasil Belajar, (Pontianak: Yudha English Gallery, 2018), 22
31
Mustari dalam Arsyi Mirdanda, Motivasi Berprestasi dan Disiplin Peserta Didik serta
Hubungannya dengan Hasil Belajar, (Pontianak: Yudha English Gallery, 2018), 22
32
Daryanto, Darmiatun dalam Arsyi Mirdanda, Motivasi Berprestasi dan Disiplin Peserta
Didik serta Hubungannya dengan Hasil Belajar, (Pontianak: Yudha English Gallery, 2018), 22
33
Meity Taqdir Qodratillah, dkk. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), 100
34
Suhardi, ”Peran Kedisiplinan terhadap Peningkatan Prestasi Olahraga dan Kesehatan
Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Edukasi, Vol. 1, No. 1, 2016, 2
11
sungguh-sungguh dan didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas
dan kewajiban serta sikap dan perilaku sesuai dengan aturan atau tata
kelakuan yang semestinya di dalam suatu lingkungan tertentu. 35 Jadi,
disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan.
2. Definisi Operasional
Disiplin adalah sikap kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap tata
tertib atau peraturan. Jadi, disiplin pada pembelajaran PAI adalah sikap
patuh dan taat siswa terhadap peraturan atau tata tertib pada pembelajaran
PAI.
35
Suratman dalam Suhardi, ”Peran Kedisiplinan terhadap Peningkatan Prestasi Olahraga
dan Kesehatan Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Edukasi, Vol. 1, No. 1, 2016, 2
12
3. Tabel Pengembangan
Skala
Dimensi Indikator Pernyataan
Sikap
Patuh dan Siswa patuh dan taat mengikuti 1) Siswa duduk dengan sigap menghadap ke depan pada Likert
Taat
pembelajaran PAI di Kelas saat pembelajaran PAI berlangsung.
2) Siswa tidak gaduh dan menggangu teman saat Likert
pembelajaran PAI berlangsung
3) Siswa tidak berbicara sendiri ketika guru memberikan Likert
penjelasan saat pembelajaran PAI berlangsung
4) Siswa tidak bolos saat pembelajaran PAI Likert
Siswa patuh dan taat 5) Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu Likert
mengerjakan tugas yang 6) Siswa mengerjakan PR dirumah (tidak di sekolah) Likert
diberikan oleh guru
Patuh dan Siswa patuh dan taat terhadap 7) Siswa menjalankan ibadah tepat waktu Likert
Taat peraturan dalam kehidupan 8) Siswa berangkat ke sekolah tepat waktu Likert
12
11) Siswa mengikuti kegiatan membaca Alquran setiap pagi Likert
sebelum pembelajaran dimulai
Pedoman Penilaian
Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
A. Pengertian Penilaian Kelas
. Penilaian kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam
rangka proses pembelajaran yang merupakan proses pengumpulan dan
penggunaan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat
keputusan tentang pencapaian hasi belajar atau kompetensi siswa selama di
kelas dan harus memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Penilaian kelas digunakan dalam kurikulum KBK dan KTSP.
B. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara menyeluruh
mulai dari input, proses, dan output pembelajaran yang mengharuskan
perserta didik untuk memperlihatkan prestasi dan hasil belajar berupa
kemampuan dalam kehidupan nyata dalam bentuk kinerja, ataupun hasil
kerja. Penilaian ini harus memperhatikan keseimbangan antara penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Penilaian autentik
digunakan dalam kurikulum 2013
C. Perbedaan Penilaian Kelas dan Penilaian Autentik
Penilaian Kelas Penilaian Autentik
14
kompetensi siswa
DAFTAR RUJUKAN
15
Hamalik Oemar, Psikologi Belajar dan Belajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2004
Mirdanda, Arsyi. 2018. Motivasi Berprestasi dan Disiplin Peserta Didik serta
Hubungannya dengan Hasil Belajar. Pontianak: Yudha English Gallery
Qodratillah, Meity Taqdir. dkk. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan
Sidiq, Ricu. dkk. 2019. Strategi Belajar Mengajar Sejarah: Menjadi Guru Sukses.
Medan: Yayasan Kita Menulis
Siregar, Pariang Sonang. Rindi Ganesa Hatika. 2019. Ayo Latihan Mengajar:
Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Peerteaching dan
Microteaching). Yogyakarta: Deepublish
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama
Inah, Ety Nur. 2012. “Penilaian Berbasis Kelas”. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Sosial
dan Keislaman. 18(1): 29-41
16
17