Oleh:
Kelompok 8
JURUSAN FISIKA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Kurikulum Tersembunyi dan Pembentukkan Karakter “ dengan tepat
waktu. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas wajib dari mata kuliah
Telaah Kurikulum.
Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membantu dan
membimbing serta kepada teman-teman yang terkait dalam penyusunan makalah
ini, sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari dosen dan seluruh pembaca, agar dapat
dijadikan pedoman perbaikan untuk penyusunan makalah selanjutnya.
Peyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembentukkan Karakter 3
B. Keteladanan Guru 5
D. Proses Pembelajaran 8
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Mengetahui proses pembelajaran.
5. Memahami cara menumbuhkan pendidikan kritis .
6. Mengetahui kode etik peserta didik .
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah,
dunia usaha, dan media massa.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam
mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar
penghormatan atas komitmen yang dipilih.
3
kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan
metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di
lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan
pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul
akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.
Tidak sedikit, masyarakat pada umumnya mengasosiasikan istilah
karakter dengan apa yang disebut dengan temperamen, dalam artian unsur
psikososial yang terkait dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sehingga
dapat diistilahkan bahwa karakter ini dengan kepribadian. Kepribadian sendiri,
merupakan ciri, karakteristik atau gaya dan sifat khas pada diri seseorang yang
bersumber dari bentukan lingkungannya, misal keluarga pada masa kecil,
lingkungan pergaulan atau bawaan seseorang sejak lahir .
4
ada keseluruhan komponen yang masuk di dalamnya. Lebih khusus lagi adalah
kepribadian seorang guru.
Kepribadian seorang guru sangatlah penting terutama di dalam
mempengaruhi kepribadian siswa. Karena guru memiliki status seseorang yang di
anggap terhormat dan patut di contoh, maka keteladanan guru menjadi penting.
Selain itu, guru adalah seorang pendidik. Pendidikan itu sendiri memiliki arti
menumbuhkan kesadaran kedewasaan.
Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia.Risalah yang diemban guru
sangat agung.Seorang guru harus memiliki bekal dan persiapan agar dapat
menjalankan profesi dan risalahnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
bagi seorang guru dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, yakni sebagai
berikut: Menguasai materi pelajaran dengan matang melebihi siswa-siswanya dan
mampu memberikan pemahaman kepada mereka secara baik. Guru harus
memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar, seperti
pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun, berpandangan jauh
ke depan, cepat tanggap, dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat
kritis. Guru harus menguasai cara-cara mengajar dan menjelaskan. Dia mesti
menelaah buku-buku yang berkaitan dengan bidang studi yang
diajarkannya.Sebelum memasuki pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik,
waktu dan ilmu (materi).Maksud kesiapan mental dan fisik adalah tidak mengisi
pelajaran dalam keadaan perasaan yang kacau, malas ataupun lapar.Kesiapan
waktu adalah dia mengisi pelajaran itu dengan jiwa yang tenang, tidak
menghitung tiap detik yang berlalu, tidak menanti-nanti waktu usainya atau
menginginkan para siswa membaca sendiri tanpa diterangkan maksudnya, atau
menghabiskan jam pelajaran dengan hal-hal yang tidak ada gunanya bagi
siswa.Sedangkan maksud kesiapan ilmu adalah dia menyiapkan materi pelajaran
sebelum masuk kelas. Dia menyiapkan apa yang dikatakannya. Sebiasa mungkin,
dia menghindari spontanitas dalam mengajar jika tidak menguasai materinya.
5
dinyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional yang berkewajiban untuk
senantiasa menjunjung tinggi Kode Etik Guru, agar kehormatan dan martabat
guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalannya dapat terpelihara. Kode Etik
Guru berisi seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan
tugas dan layanan profesional guru, sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan,
sosial, etika dan kemanusiaan.
Tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan segenap potensi
siswanya secara optimal, agar mereka dapat mandiri dan berkembang menjadi
manusia-manusia yang cerdas, baik cerdas secara fisik, intelektual, sosial,
emosional, moral dan spiritual. Sebagai konsekuensi logis dari tugas yang
diembannya, guru senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya.
Dalam konteks tugas, hubungan diantara keduanya adalah hubungan profesional,
yang diikat oleh kode etik. Berikut ini disajikan nilai-nilai dasar dan operasional
yang membingkai sikap dan perilaku etik guru dalam berhubungan dengan siswa,
sebagaimana tertuang dalam rumusan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI):
1. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
6
6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan.
10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil.
11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
14. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-
alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
7
16. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.
8
1. Kegiatan belajar mengajar di kelas
2. Kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan
3. Kegiatan ko-kurikuler atau ekstrakurikuler
4. Kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.
Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan integrasi dalam semua mata
pelajaran. Bagi mata pelajaran PKN dan Agama, karakter dikembangkan sebagai
dampak pembelajaran dan juga dampak pengiring. Selain itu, mata pelajaran
lainnya wajib mengembangkan rancangan pembelajaran pendidikan karakter yang
diintegrasikan ke dalam kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak
pengiring bagi berkembangnya karakter dalam peserta didik.
Lingkungan satuan pendidikan perlu dikondisikan agar lingkungan fisik
dan sosial kultural satuan pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama
dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian
di satuan pendidikan yang mencerminkan perwujudan karakter yang dituju. Pola
ini ditempuh dengan melakukan pembiasaan dengan pembudayaan aspek-aspek
karakter dalam kehidupan keseharian di sekolah dengan pendidik sebagai teladan.
9
kesadaran kelas, kesadaran gender, maupun kesadaran kritis lainnya. Oleh karena
itu, pendidikan lebih merupakan pembebasan manusia. Pendidikan merupakan
sarana memproduksi kesadaran untuk mengembalikan kemanusiaan manusia.
Pendidikan kritis merupakan media untuk resistensi dan aksi sosial yang tidak
dapat dipisahkan. Pendidikan merupakan bagian dari proses transformasi sosial,
maka pendidikan kritis merupakan proses perjuangan polotik.
1. Belajar dari realitas atau pengalaman; yang dipelajari bukan ajaran (teori,
pendapat, kesimpulan, wejangan, nasihat, dan seterusnya) dari seseorang, tetapi
keadaan nyata masyarakat atau pengalaman seseorang atau sekelompok orang
yang terlibat di atas keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas
pengetahuan seorang yang lebih tinggi dari lainnya. Keabsahan pengetahuan
seorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan/pengalaman
langsung, bukan pada retorika atau kepintaran omong-nya.
2. Tidak menggurui; karena itu tidak ada guru dan tidak ada murid yang digurui,
semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah guru sekaligus
murid pada saat yang bersamaan.
3. Dialogis; proses berlangsungnya belajar mengajar bersifat komunikasi dalam
berbagai bentuk kegiatan (diskusi, kelompok bermain, dan sebagainya), dan
media (peraga, grafik, audio-visual, dan sebagainya) yang lebih
memungkinkan terjadinya dialog kritis antara semua orang yang terlibat dalam
proses pelatihan tersebut.
Paradigma pendidikan kritis adalah sangat berbeda dengan paradigma
pendidikan yang telah disebut sebelumnya. Paradigma Pendidikan kritis (critical
10
pedagogy), yang kemudian disebut pendidikan kritis saja, merupakan mazhab
pendidikan yang menyakini terdapatnya muatan politik dalam semua aktivitas
pendidikan.Pendidikan ini memiliki orientasi yang berbeda dengan madzab
pendidikan konsevativ dan liberal. Meskipun pendidikan kritis sama-sama berasal
dari liberalisme barat, tetapi sikapnya lebih tajam tentang kedudukan individu dan
fungsi kebudayaan masyarakat.
Pendidikan kritis berupaya memberdayakan kaum tertindas dan
mentransformasikan ketidakadilan sosial yang terjadi di masyarakat melalui
media pendidikan. Visi pendidikan kritis berlandaskan pada suatu pemahaman
bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, kutural, ekonomi,
dan politik yang lebih luas. Institusi pendidikan tidaklah bersifat netral,
independen, dan bebas dari pelbagai kepentingan, tetapi pada dasarnya merupakan
ajang pertarungan dari berbagai kepentingan antara pengetahuan, kekuasaan dan
ideologi. Berbagai kepentingan itulah yang akan membentuk dan mempengaruhi
subyektifitas peserta didik. Ketika pendidikan berwajah ideologi ekonomi
kapitalis maka peserta didik pemikiran dan subyektifitasnya juga demikian.
Pendidikan kritis memiliki tiga unsur fundamental. Ketiganya adalah
pengajar (guru), peserta didik, dan realitas dunia . Hubungan antara guru dan
peserta didik memililiki pola hubungan pertemanan (partnership) yang saling
melengkapi dalam proses pembelajaran. Keduanya memiliki hubungan yang
sejajar, jarak sosial vertikal ditiadakan, dan diupayakan menjadi hubungan
horisontal diperkuat. Ketika hubungan vertikal yang berlaku maka akan
melahirkan pendidikan gaya bank. Guru dan peserta didik merupakan subyek
yang sadar. Guru membangun kesadaran kritis peserta didik agar mampu
mendemistifikasi kepentingan ideologis yang menyelimuti realitas dunia.
Basis pendidikan kritis adalah ketidakadilan dan kesetaraan. Pendidikan
bukan hanya berkutat pada persoalan kebijakan pendidikan, kurikulum, dan
sekolah (atau praktik pendidikan persekolahan), melainkan keadilan sosial dan
kesetaraan. Pendidikan tidak hanya melulu pada praktik yang tertulis tetapi harus
berlangsung dalam kenyataan sosial sehari-hari. Ketika upaya kapitalisasi
memasuki ranah pendidikan, maka kelas sosial yang pertama kali terkena
dampaknya adalah masyarakat miskin, masyarakat difabel dan masyarakat
11
terasing. Masyarakat tersebut tidak mampu menjangkau dengan sumberdaya
apapun yang dimilikinya. Mereka akan tersingkir keluar batas yang “ditentukan‟
oleh kaum yang lebih berdaya (kapitalis, berpunya), bahkan mereka akhirnya
tidak akan mampu memperoleh pendidikan. Sementara kelas menengah ke atas
membentuk subkultur tersendiri dengan identitas yang ketat, memiliki jenis
sekolah-sekolah khusus, dan sederet identitas yang lain (Agus Salim, 2007 : 180).
Kode etik berasal dari kata kode dan etik . Kode berarti simbol atau
tanda ,sedangkan “ etik “ berasal dari bahasa latin “ethicia” dan bahasa Yunani
etos.Dalam kedua bahasa tersebut ,etik berarti norma-norma ,nilai-nilai,kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia.
Kode etik peserta didik adalah aturan-aturan norma yang dikenakan
kepada peserta didik ,berisi sesuatu yang menyatakan boleh tidak boleh ,benar
tidak benar ,layak tidak layak ,dengan maksud agar ditaati oleh peserta
didik.Aturan-aturan tersebut,bisa berupa yang tertulis ataupun yang tidak
tertulis,termasuk didalamnya adalah tradisi-tradisi yang lazim ditaati di dunia
pendidikan,khususnya sekolah.
12
sangat penting demi menjaga harkat dan martabat kemanusiaan peserta didik
secara keseluruhan.
Adapun isi yang terkandung di dalam kode etik adalah sebagai berikut ;
1) pertimbangan dan rasionalitas mengapa kode etik tersebut ditetapkan dan harus
ditaati.
2) standar tingkah laku peserta didik yang layak ditampilkan ,baik ketika berada
di sekolah ,di lingkungan keluarga ataupun di masyarakat.
3) kapan peserta didik harus sudah berada di sekolah ,dan kapan juga peserta
didik harus sudah berada di rumah kembali.
4) pakaian yang bagaimanakah yang layak dipakai oleh peserta didik terutama di
lingkungan sekolah.
5) apa saja yang wajib dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan lembaga
pendidikan atau sekolahnya.
6) bagaimanakah hubungan antara peserta didik dengan guru,kepala
sekolah,personalia yang lain dengan teman sebaya,orang tua,masyarakat umum
bahkan tamu yang sedang berkunjung ke sekolah.
7) apa yang dilakukan peserta didik ketika ada temannya yang merasa kesusahan.
13
4) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi tim perumus
kode etik dan tawarkan kepada mereka siapa yang harus mendampingi tim
dalam merumuskan kembali konsep-konsep yang sudah mendapatkan banyak
masukan.
5) Konsep kode etik peserta didik hendaknya di tanda tangani oleh ketua tim
perumus dengan mengetahui ketua OSIS,yang selanjutnya di ajukan kepada
kepala sekolah untuk mendapat pengesahan.
6) Kode etik peserta didik yang sudah sampai di tangan kepala sekolah kemudian
disahkan melalui surat keputusan (SK).Maka sejak ini kode etik pesert didik
dinyatakan sah dan berlaku sampai batas waktu yang ditentukan sesuai dengan
SK tersebut.
14
tidak dipergunakan , karena terbukti tidak efektif untuk mengubah prilaku peserta
didik,bahkan jika guru menggunakan hukuman ini dan peserta didik ada yang
cedera,maka yang bersangkutan dapat diajuhkan ke pengadilan sebagai orang
yang bersalah atau mengadakan penganiayaan.Oleh karena itu,sebaiknya
hukuman ini di hindari di dunia pendidikan termasuk sekolah.
2) Penahanan di Kelas
Penahanan di kelas adalah jenis hukuman yang diberikan kepada peserta
didik karena peserta didik melakukan kesalahan.Penahanan di kelas mungkin
efektif manakalah dikaitkan dengan beban pekerjaan yang bersifat mendidik
kepada peserta didik,misalnya bersangkutan harus mengerjakan soal,menyapu
kelas,mengepel kelas dan sebagainya.Hukuman demikian juga efektif jika guru
meminta ganti rugi atau kompensasi kepada peserta didik dalam bentuk
melakukan pekejaan-pekerjaan di perpustakaan atau di laboratorium.
3) Menghilangkan Privilege
Menghilangkan privilege adalah pencabutan hak-hak istiimewayang ada
pada diri peserta didik .Ini perluh dilakukan agar yang bersangkutan mengetahui
kesalahan memang tidak boleh diperbuat apalagi diulang –ulang .Misalnya
saja,peserta didik tidak diperkenankan mengikuti pelajaran untuk beberapa
saat,tidak mendapatkan rezeki kelak dan sebagainya.
4) Hukuman Denda
Denda juga boleh dikenakan kepada peserta didik,sepanjang hal tersebut
tetap dalam batas peserta didik,hanya saja uang denda tersebut harus masuk ke
khas sekolah .Dengan adanya denda demikian,diharapkan peserta didik tidak terus
melanggar peratran.Pembayaran denda demikian haruslah disertai dengan tanda
terima atau kwitansi.
5) Sanksi
Sanksi lain yang bisa diberikan adalah skors untuk beberapa hari bagi
peserta didik yang terbukti melanggar.Sanksi demikian hendaknya diberikan jika
memang yang bersangkutan layk diberi sanksi dan mungkin sebelumnya sudah
mendapat peringatan secara ringan dan keras,lisan dan tertulis.Selain itu ada
hukuman lain ,misalnya saja menatap tajam siswa,,memberikan teguran-teguran.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan dalam kurikulum tersembunyi merupakan kegiatan satuan
pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata
pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat. Kegagalan pendidikan dalam membentuk manusia
berkarakter baik, salah satunya karena kurang adanya keseimbangan
pengembangan antara programmed curriculum dengan hidden curriculum.
3.2 Saran
Demikian penulisan makalah ini semoga dengan membaca makalah ini
,pembaca dapat lebih paham tentang kurikulum tersembunyi dan pemebentukkan
karakter. Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan yang harus
dilengkapi,untuk mencapai kesempurnaan tentunya. Kami hanyalah manusia biasa
yang penuh dengan kekurangan, untuk itu penulis mohon dengan segala
kerendahan hati, untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun,
dengan harapan agar makalah ini bisa lebih sempurna.
16
DAFTAR PUSTAKA
17