Disusun oleh:
Nurul Khomariyah
12201173374
Agustus 2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
A. Identitas Buku……………………………………………………………..1
B. Deskripsi Buku……………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………3
A. Kekurangan………….………….………….………….………….………25
B. Kelebihan………….………….………….………….………….………....25
DAFTAR PUSTAKA………….………….………….………….………….……..26
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Identitas Buku
Buku : Evaluasi Pembelajaran
Penulis : Drs. Zaenal Arifin, M.Pd
Jumlah Halaman : 312
Cetakan : Pertama Oktober 2009
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya
Alamat Penerbit : Jl. Ibu Inggit Gamasih No.40, Bandung 40252
E-mail : rosdakarya@rosda.co.id
B. Deskripsi Buku
Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teksnis Prosedur, salah satu komponen
yang penting yang merupakan tugas professional guru dalam pembelajaran
adalah melaksanakan evaluasi pembelajaran. Istilah “evaluasi” sengaja
digunakan oleh penulis untuk membedakannya dengan istilah “penilaian”.
Alasannya, pembelajaran sebagai suatu sistem tidak hanya terdiri atas hasil
belajar tatapi juga komponen-komponen penting lainnya, seperti guru,
strategi, dean media. Namun, bukan berarti di dalam buku ini tidak digunakan
istilah penilaian karena hal tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari evaluasi itu sendiri.
Sebagai bentuk akuntabilitas guru dalam melaksanakan pembelajaran,
maka setiap guru dan tenaga kependidikan lainya harus memahami konsep,
prinsip, teknik, dan procedur evaluasi pembelajaran sehingga hasil evaluasi
pembelajaran sehingga hasil evaluasi dapat memberikan kepuasan bagi
berbagai pihak. Di lingkungan pendidikan formal, guru juga harus dapat
menggunakan berbagai inovasi dalam modelpenilaian yang diamanatkan oleh
pemerintah melalui kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004, yaitu
penilaian berbasis kelas dengan salah satu jenisnya adalah penilain portofolio.
1
Hasil evaluasi pembelajaran selain untuk mengisi buku rapor peserta
didik juga dapat dijadikan feedback bagi guru untuk melakukan refleksi
pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, setiap saat guru dapat
meningkatkan kinerjanya secara bertahap dan semoga mutu pendidikan dapat
ditingkatkan dengan adanya evaluasi pembelajaran.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
2. Kedudukan Evaluasi Dalam Pembelajran
Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang
dilakukan agar seseorang dilakaukan untuk belajasecra sungguh-sungguh
yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan social, sadangkan kata
“pengajaran” lebih cenderung pada kegiatan mengajar guru di kelas.
Dengan demikian, kata “pembelajaran” ruanglinkupnya lebih luas
daripada kat “pengajaran”. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu
proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif
dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, baik di kelas
maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasi
kompetensi yang ditentukan.
Kata “Prestasi” berasal dari kata Belanda yaitu prestatie. Dalam
bahasa Indonesia “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi
belajar” (achievenment) berbeda dengan “hasil belajar” (learning
autcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembetukan watak
peserta didik.
Kata prestasi banyak yang digunakan dalam berbagai dan kegiatan
antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya
pembelajaran. Salah satu komponen pembelajaran adalah evaluasi. Begitu
juga dalam prosedur pembelajaran, salah satu langkah yang harus
ditempuh guru adalah evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat
penting dan strategis karena evaluasi merupakan suatu bagian yang tidak
bisa terpisahkan dari pembelajaran.
4
nenyusun soal atau megembangkan instrumen evaluasi lainnya. Ada
dua cara yang dapat dtempuh guru untuk merumuskan tujuan evaluasi
yang bersifat khusus. Pertama, melakukan perincian ruang lingkup
evaluasi. Kedua, melakukan perincian proses mental yang akan
dievaluasi. Selian itu tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
mengetahui keefektifan dan efesiensi sistem pembelajaran, baik yang
menangkut tentang tujuan, materi, metode, media,sumber belajar, baik
lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Tujuan khusus
evaluasi pembelajaran disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran
itu sendiri.
b. Fungsi evaluasi pembelajaran, menurut Scriven (1967) fungsi evaluasi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi
sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh
dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu
atau sebagian besar kurikulum yang sedangdikembangkan. Sedangkan
fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan
dari sistem secara keseuruhan dan fungsi ini dapat dilaksanakan
apabila menggembangkan suatu kurikulum telah dianggap selsai.
Selain itu, Stanley dalam Oemar Hamalik (1989) mengemukakan
secara spesifik tentang fungsi tes dalam pembelajaran yang
dikatagorikan kedalam tiga fungsi yang saling berinteraksi yakni
fungsi instruksional, fungsi administratif, dan fungsi bimningan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka fungsi evaluasi pembelajaran
untuk perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran. Selanjutnya
untuk akreditasi. Dalam UUD No.20/2003 Bab I Pasal 1 ayat 22,
dijelaskan bahwa “akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan
program dalam satuan pendidikan berdasarkan criteria yang telah
ditetepkan”. Salah satu komponen akreditasi adalah
pembelajaran.artinya, fungsi akreditasi dapat dilaksanakan jika hasil
5
evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga
pendidikan.
6
Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu
(pengejaran, bimbingan atau latihan) secara interaksi individu dengan
lingkungannya untuk mencpai manusia seutuhnya (insan kamil).usaha yang
dimaksud adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sadar
dan terencana, sedangkan kemampuan berarti kemampuan dasar atau potensi.
Asumsinya, setiap manusia mempunyai potensi untuk dapat dididik dan dapat
mendidik. Aspek kepribadian menyangkut tentang sika, bakat, minat,
motivasi, nilai-nilai yang melakat pada diri seseorang.
Dalam UU No.20/2003 Bab Ipasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa
“standar nasional pendidikan adalah kritera minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.standar nasional pendidikan bukan hanya mengatur tentang standar
isi, tetapi juga stadar proses, kompetensi standar lulusan, tenag kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
Stsandar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar
peserta didik.
Artinya pemerintah sudah mengatur bagaimana tahapan-tahapan
melakukan penilaian, langkah-langkah operasional yang harus ditempuh oleh
pendidikan, dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang
proses dan hasil belajar peserta didik. Untuk jenjeng pendidikan dasar dan
menengah, pelaksanaan penilain pendidikan dapat dilakukan oleh pendidik,
satuan pendidikan, pemerintah.
Standar Nasional Pendiadikan sebagai criteria minimal dalam sistem
pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Hal ini dimksudkan agar dapat mencapai tujuan Standar Nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
7
Dalam UU. No. 20/2003 Bab IX Pasal 35 ayat (3) dijelaskan bahwa
pengembangan standar nasional pendidikn secara pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan sandardisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan. Keberadaan badan tersebut
diatur dalam PP.19/2005 Bab XI pasal 73. Ditegaskan dalam Pasal 77 bawa
dalam menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 76 ayat (3),
BSNP didukung dan berkoordinasi dengan depatemen dan departemen yang
menangani urusan pemerinttahan di bidang agama, dan dinas yang menangani
pendidikan di provinsi/kabupaten/kota.
8
2. Model-Model Evaluasi
a. Model Tyler, model ini dibangun atas dua dasar
pemikiran. Pertama, evaluasi ditunjukan pada tingkah laku peserta
didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal
peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
seudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil). Menurut
Tyler ada tiga langkah pokok yang herus dilakukan, yaitu
menentukan tujuan pembelajaran yang akan dievaluasi,
menentukan situasi dimana pesrta didik memperoleh kesempatan
ununjukan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan, dan
menentukan alat evaluasi yang akan dipergunakanuntuk mengukur
tingkah laku peserta didik.
b. Model yang Berorientasi pada Tujuan, dalam pembelajaran, kita
mengenal adanya tujuan pembelajaran umum dan khusus. Model
evaluasi ini menggunakan kedua tujuan tersebut sebagai criteria
untuk menentukan keberasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses
pengukuran untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran
telah tercapai.
c. Model Pengukuran, banyak mengemukakan pemikran-pemikiran
dari .Thorndike dan R.L.Ebel. model ini sangat menitikberatkan
pada kegiatan pengukuran. Pengukuran digunakan
untukmenentukan kualitas suatu sifat (attribute) tertentu yang
ditentukan oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit
ukuran tertentu.
d. Model Kesesuaian, (Ralph W.Tyler, John B.Carrol, and Lee
J.Cronbach), model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk
melihat kesesuaian (Cogruence) antara tujuan dan hasilbelajar
yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk
menyempurnakan sistem bimbinganpeserta didik dan untuk
memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan.
9
e. Educational System Evalu Ation Model, evaluasi berarti
membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak hanya
dimensi hasil saja) dengan sejumlah criterion, baik yang bersifat
mutlak/interen maupun relative/ekstern.
f. Model Alkin, evaluasi adalah suatu prosesuntuk menyakinkan
keputusan, mengumpulkan informasi yang tepat menganalisis
informasi sehingga dapat di susun laporan bagi pembuat keputusan
dalam memilih beberapa alternative.
g. Model Responsif, menekankan pada pendekatan kualitatif-
naturalistik.
3. Pendekatan Evaluasi
Pendekatan evaluasi merupakan sudut pandan seseorang dalam
menelaah atau mempelajari evaluasi. Pendekatan tradisional
berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan di sekolah yang
ditunjukan pasa perkembanggan aspek intelektual
pesertadidik.pendekatan sistem, totalitas dari berbagai komponen yang
saling berhubungan dan kerergantungan.
10
Pelaksanaan Evaluasi, pelaksanaan evalusai artinya bagai mana cara
melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dalam
perencanaan evaluas telah disinggung semua hal yang berkaitan dengan
evaluasi. Artinya tujuan evaluasi, model dan jenis evaluasi,objek evaluasi,
instruman evaluasi,sumber data, semuanya sudah dipersiapkan pada tahap
perencanaan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi sangat bergantung pada jenis
evaluasi yang digunakan.
Monitoring Pelaksanaan Evaluasi, tujuannya adalah untuk mencegah
hal-hal yang negative dan meningkatkan efesiensi pelaksanaan evaluasi.
Monitoring mempunyai dua fungsi pokok. Pertama, untuk melihat relevansi
pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluasi. Kedua, utuk melihat hal-
hak apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi.
Pengelola Data, setelah semua data dikumpulkan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, maka selanjutny dilakukan pengelola data. Mengelola
data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah
sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil evaluasi, ada yang
berbentuk kualitatif, ada juga yang berbentuk kuantitatif, sedangkan data
kualitatif tentu diolah dan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data
kuantitatifdiolah dan dianalisis dengan bantuan statiska, baik statistika
deskriptif maupun statistika infernsial.
Pelaporan Hasil Evaluasi, semua hasil evaluasi harus dilaporkan kepada
berbagai pihak yang berkepentingan seperti orang tua/wali, kepala sekolah,
pengawas pemerintah, mitra sekolah, dan peserta didik itu sendiri sebagi
akuntabilitas publik. Dalam dokumen kurikulum berbasis kompetensi, Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) menjelaskan, “laporan kemajuan
siswa dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu, laporan prestasi dalam
mata pelajaran dan laporan pencapaian.
Pengguanaan Hasil Evaluasi, untuk keperluan laporan pertanggung
jawaban, untuk keperluan sleksi, untuk keperluan promosi, untuk keperluan
diagnosis, untuk memperdiksi masa depan peserta didik.
11
E. Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes
Pengemangan Tes Bentuk Uraian, bentuk uraian dapat digunakan untuk
mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif.
Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk enguraikan,
mengorganisaikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katnya sendiri
dalam dalam bentuk, teknik dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainya.
Pengembangan Tes Bentuk Objektif, sering juga tes dikotomi, karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0.disebut tes
objektif karena peniliannya objektif. Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk,
yaitu benar-salah,pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban
singkat.
Pengembangan Tes LIsan, yaitu tes yang menuntut jawaban dari peserta
didik dalam bentuk lisan.peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan
kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan.
Pengembangan Tes Perbuatan, adalah tes yang menuntut jawaban
peserta didik dalam bentuk prilaku, tindakan, atau perbuatan.
12
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa
objek-objek tertentu.
Daftar Cek (Check List), adalah suatu daftar yang berisi subjek dan
asfek-asfek yang akan diamanti. Daftar cek dapat memungkinkan guru
sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapaun kecilnya, tetepi
dianggap penting.
Sekala Penilaian ( Rating Scale), dalam daftar cek, penilian hanya dapat
mencatat ada tidaknya variable tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala
penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-
tingkatan yang telah ditentukan.
Angket (Quetioner), angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan
mencatat data atau informasi, pendapat, pemahaman dalam hubungan kasual.
Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara kecuali dalam
implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara
dilaksanakan secara lisan.
Studi Kasus (Case Study),adalah studi yang mendalam dan komperensif
tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu.
Pengerian mendalam dan kompernsif adalah mengungkapkan semua variable
dan aspek-aspek yang melatar belakanginya, yang diduga menjadi penyebab
timbulnya prilaku atau kasus tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Catatan Insidental (Anecdotal Records),adalah catatan-catatan singkat
tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara
perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru
terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenan dengan tingkah laku
peserta didik.
Sosiometri, adalah suatu proseduruntuk merangkum, menysun, dan
sampai batas tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik
tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan diantra mereka.
Inventori Kepribadian, hampir serupa dengan tes kepribadian,bedanya
pada inventori jawaban peserta didik tidak memakai criteria benar-
13
salah.semua jawaban peserta didik adalah benar selamadia menyatakan yang
sesungguhnya. Aspek-aspek kepribadian yang biasanya dapat diketahui
melalui inventori ini, seperti sikap, minat, sifat-sifat, kepemimpinan, dan
dominasi.
Teknik Pemberian Penghargaan Kepada Peserta Didik, dianggap penting
karena banyak respons dan tindakan positif dari peserta didik yang timbul
sebagai akibat tindakan belajar, tetapi kurang mendapat perhatian dan
tanggapan yang serius dari guru.seharusnya guru memberikan penghargaan
kepada setiap tindakan positif dari peserta didik dalam berbagai bentuk baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar.
14
menetapkan apakah strategi, metode dan media mengajar yang
digunakannya telah memadai, dan keputusan membantu guru dalam
membuat pertimbangan dan keputusan daministrasi.
15
didik, bagi orang tua karena peniliaain berbasis kelas nermanfaat untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan anaknya, bagi peserta didik karena
penilian berbasis kelas bermanfaat untuk mementau hasil pencapaian
kompetensi secara utuh baik aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai.
2. Pengertian Portofolio
Istilah portofolio (portfolio) pertama kali digunakan oleh kalangan
artis dan potografer. Secara umum portofolio merupakan kumpulan
dokumen berupa objek penilaian yang dipakai oleh seseorang,kelompok,
lembaga, organisai atau perusahaan yang bertujuan untuk
mendokumentasikan dan menilai perkembangan suatu proses.
16
Tujuan penilaian portofolio adalah untuk membeerikan informasi
kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap
dengan dukungan data dan dokumen yang kuat. Fungsi penilaian
portofolio,portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta
didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan
inovasi pembelajaran, portofolio sebagai alat pembelajaran merupakan
komponen kurikulum, portofolio sebagai alat penilaian autentik, prtofolio
sebagai suber informasi.
17
jenis kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Jenis penilaian
portofolio terdapat peserta didik didalamnya bisa perseorangan atau
kelompok, selanjutnya sistem terdapat proses, kerja produk, tampilan,
dokumen.
18
3. Konversi Skor
Konvesi skor adalah proes transformasi skor mentah yang dicapai
peserta didik ke dalam skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan
nilai hasil belajar yang diperoleh.
19
Validitas menunjukan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang
sedang, dan ada yang rendah. Selanjutnya validitas selalu dihubungkan
dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik. Dalam literature modern
tentang evaluasi, banyak dikemukakan tentang jenis-jenis validitas, antara
lain validitas permukaan, validitas isi, validitas empiris, dan validitas
konstruk dan vailiditas factor.
2. Relibilitas
Relibilitas dalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu
instrument. Relibilitas tes berkenaan dengan petanyaan. Menurut
perhitungan product moment dari pearson, ada tiga macam relibilitas,
yaitu kefisien stabilitas, koefisien ekuivalen, dan koefisien konsistensi
internal.
3. Kepraktisan
Kepraktisan meruoakan syarat satu tes standar. Kepraktisan
mengandung arti kemudahan suatu tes, baik dalam mempersiapkan,
menggunakan, mengolah, dan menafsirkan maupun
mengadministrsikannya. Dimyati dan Mujiono (1994) ecaluasi meliputi
kemudahan mengadministrasi, waktu yang disediakan untuk melancarkan
evaluasi, kemudahan menskor,kemudahan interpretasi dan aplikasi,
tersedianya bentuk instrument evaluasi yang ekuivalen atau sebanding.
4. Analisis Kualitas Butiran Soal
Tingkat kesukaran soal, perhitungan tingkatan kesukaran soal adalah
pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal
memiliki tingkatan tingkatan kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan
bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan
tidak pula terlalu mudah. Menghitung tingkatat kesukaran soal bentuk
objektif dan uraian.
Daya pembeda, penghitungan daya pembeda adalah pengukuran
sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang
20
belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan criteria tertentu.
Semakain tinggi daya pembeda suatu butiran soal, semakin mampu
butiran soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai
dan tidak menguasai kompetensi.
5. Analiasi Pengoceh
Pada soal bentuk pilihan ganda ada alternative jawaban (opsi) yang
merupakan pengoceh. Butiran soal yang baik, pengocehnya akan dipilih
secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya,
butirsoal yang kurang baik, pengocehnya akan dipilih secara tidak merata.
Pengoceh dianggap baik bila jumlahnya peserta didik yang memilih
pengoceh itu sama atau mendekati jumlah ideal. Indek pengoceh dihitung
dengn rumus:
IP =Keterangan:
IP = indeks pengoceh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengoceh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = jumlah alternative jawaban (opsi)
1 = bilangan tetap
6. Analisis Homogen Soal
Homogeny tidaknya butiran soal diketahui dengan hitungan
koefisien korelasi antara skor tiap soal den skor tota.penghitunganya
dikakukan sebanyak butiran soal dalam tes bersangkutan. Salah satu
teknik korelasi yang dapat digunakan adalah korelasi produc-moment atau
korelasi point biserial.
7. Efektifitas Fungsi Opsi
Setelah tingkat kesukaran soal, daya pembeda, homogenitas, dan
analisis pengoceh dihitung, selanjutnya perlu diketahui pula apakah suatu
21
opsi dari setiap soal berfungsi secara efektif atau tidak. Dapat digunakan
langkah-langkah berikut, menentukan jumlah peserta didik, menetukan
jumlah sampel, baik untuk kelompokatas maupun kelmpok bawah,
membuat table penguji efektivitas opsi, menghitung jumlah alternative
jawaban yang dipilih peserta didik, menentukan efektivitas fungsi opsi.
22
Bagi administrator, menentukan penetapan peserta didik,
menentukan kenaikan kelas, pengelompokan peserta didik disekolah
meningkat terbatasnya fasilitas pendidikan yang tersedia serta indikasi
kemajuan peserta didik pada waktu mendatang.
4. Keberhasilan Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhi berbagai factor.
Salah satunya adalah factor guru dapat melaksanakan
pembelajaran.untukitu, dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus
berpijak pada prinsip-prinsip tertentu. Dimyati dan Mudjiono (1994)
mengenukakan ada tujuh prinsip pembelajaran yaitu, perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan, dan perbedaan individual.
23
observasi dan wawancara.untuk melengkapi hasil evaluasi diri, kita bisa
meminta bantuan peserta didik melakukan pengamatan terhadap
pembelajaran yang diikuti.
Factor-faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan
dalam Pembelajaran. Salah satu jenis penilaia yang dapat dilakukan guru
dalam pembelajaran adalah penilian diagnosis, yaitu penilaian yang
berfungi mengidentifikasi factor-faktor penyebab kegagalan atau
pendukung keberhasilan dalam pembelajaran. Guru dapat melakukan
perbaikn-perbaik dalam meningkatkan kualitas pembelajran.
7. Pembelajaran Remedial
Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah
materi. Banyak hasil penelitian menunjukan lemahnya penguasan peserta
didik terhadap materipembelajaran. Padahal dalam silabus, materi
pembelajaran sudah diatur dengan demikian rupa, baik ruang lingkup,
urutan materi maupun penetapan materi. Tujuan pembeajarabn remedial
adalh membentu dan menyembyhkan pserta didik yang mengalami
kesulitan belajar memalui perlakuan pembelajaran.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kekurangan
Di dalam buku evaluasi pembelajaran ini mengenai kekurangan dalam
penulisan dan pembahasan yaitu dalam penulisan buku masih ada penulisan
EYD yang kurang tepat sehingga pembaca merasa kurang puas dalam buku
ini, selanjutnya dalam pembahasan buku evaluasi ini masih ada kata yang
masih kurang berkenan dalam pembahasan sehingga pembaca merasakan
beberapa subab yang masih pembaca kurang pahami, selanjutnya dalam
pemaparan yang menyangkut analisis kualitas tes itu masih belum paham
dalam subab tersebut dengan demikian penulis lebih rinci dalm pemaparan
subab tersebut.
B. Kelebihan
Di dalam buku evaluasi pembelajaran ini mengenai kelebihan buku ini
pembaca ingin berterima kasih sebelumnya tentang buku ini karena dengan
buku ini pembaca merasa menambah wawasan dan pengetahuan. Kelebihan
dalam buku ini yaitu dalam pembahasan mampu membuat pembaca merasa
paham dari subab yang telah dipaparkan selain itu dalam bahasa buku ini
sangat sederhana sehingga membuat pembaca merasa paham dalam isi buku
evaluasi pembelajaran dan bahasa buku ini tidak baku sekali dalm pemaparan
isi buku sehingga pembaca tidak merasa kesulitan dalm membaca.
25
DAFTAR PUSTAKA
26