Disusun oleh:
JURUSAN MATEMATIKA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1.1 Masalah Klasik Pendidikan Matematika.................................................................3
2.2 Paradigma Baru Tentang Bagaimana Siswa Belajar...................................................4
2.2.1 Pengembangan Pembelajaran Matematika melalui Learning Trajectory............6
2.2.2 Hakikat Pembelajaran Konstuktive......................................................................6
2.2.3 Pendidikan Matematika Realistik........................................................................6
2.3 Pentingnya Pendidikan Matematika di abad 21..........................................................9
2.4 Bagaimana Matematika Harus di Ajarkan Secara Efektif.........................................15
BAB III PENUTUP................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan matematika masih mengalami
berbagai masalah diantaranya pelajaran dianggap sebagai mata pelajaran yang
menakutkan. Anggapan ini lahir karena banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal matematika sehingga membuat mata pembelajaran matematika tidak
menarik. Selain itu manfaat pembelajaran matematika kurang dapat dirasakan manfaatnya
oleh orang lain. Paradigma ini menjadikan siswa untuk enggan bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran matematika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Padahal, dalam dunia yang semakin kompleks ini, setiap orang dituntut memiliki
kemampuan berpikir yang tinggi dan kreatif, berkepribadian jujur dan mandiri, serta
sikap tanggap terhadap perkembangan masyarakat dan lingkungan sekitar (NCTM,
1989; National Research Council, 1989).
Kondisi ini terjadi di banyak negara dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di
Indonesia, di mana demokrasi, hak asasi manusia, dan kemandirian individu,
kelompok, masyarakat, dan wilayah dianggap penting. Pertanyaannya adalah, apa
yang harus kita lakukan agar pembelajaran matematika di sekolah dapat memotivasi
siswa untuk belajar matematika dan dapat mendidik siswa agar menjadi orang yang
dapat berpikir mandiri dan kreatif, berkepribadian mandiri, serta memiliki kompetensi
dan keberanian dalam menghadapi tantangan. masalah dalam hidup mereka? Apabila
pembelajaran matematika di sekolah kita dapat membangun karakteristik siswa
seperti itu, berarti pembelajaran tersebut telah memberikan kontribusi yang besar
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Dengan menelaah lebih dalam terlihat bahwa dalam kurikulum KTSP dan
sebelumnya, tujuan pembelajaran matematika yang ditujukan untuk pengembangan
seluruh potensi siswa belum dirancang secara sengaja. Artinya, pengembangan
kemampuan berpikir, pembentukan sikap, dan pengembangan kepribadian termasuk
pengembangan soft skill belum direncanakan secara menyeluruh dalam pembelajaran.
Mengapa itu terjadi? Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah dalam
implementasinya, nilai yang diberikan oleh kurikulum diakhiri dalam bentuk pidato
retorika seolah-olah tidak diperhitungkan. Paradigma pembelajaran matematika saat
ini juga tidak mendukung.
Kurikulum baru, akan memberikan hasil yang sama dengan kurikulum lainnya
jika tidak dijaga oleh paradigma pembelajaran yang tepat dan tidak ditangani oleh
guru yang profesional dan inovatif. Mereka adalah guru yang tidak alergi dan tidak
skeptis terhadap perkembangan dan perbaikan, termasuk perbaikan paradigma
pembelajaran matematika.
2.2. Paradigma baru Pembelajaran Matematika
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sedikit banyak telah
mempengaruhi kehidupan manusia di berbagai sektor baik dalam politik, ekonomi,
hukum, budaya, sosial, dan tak terkecuali pendidikan. Dengan bantuan teknologi
seperti alat elektronik maupun aplikasi pencarian, mencari informasi menjadi tak
terbatas dan transfer ilmu pengetahuan dapat lebih mudah dan cepat.
4
Akibat perkembangan teknologi menimbulkan pemikiran bahwa cara guru
memperlakukan muridnya tidak akan pernah sama karena perkembangan teknologi
juga menuntut untuk mempertimbangkan perubahan yang signifikan terhadap proses
pengajaran yang dilakukan. Jadi proses pengajaran yang dilakukan juga mengalami
modifikasi dengan menerapkan teknologi yang berkembang seiring berkembangan
teknologi. Dalam sudut pandang ini, Morrow (1991) seperti yang disebutkan oleh
Lappan & Briars (1994), mengakui bahwa siswa secara aktif membangun
pengetahuan mereka sendiri dari pengalaman mereka dan mengandalkan teman
sebaya, tutor, guru, dan diri mereka sendiri.
Berkaitan dengan tuntutan dan harapan pendidikan matematika, Sumarmo
(2002:2) mengatakan bahwa pendidikan matematika pada hakekatnya memiliki dua
arah dalam pengembangannya yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa
mendatang. Pada pembelajaran masa kini, pembelajaran mengarah kepada
pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematik
dan ilmu pengetahuan lainnya. Sedangkan untuk kebutuhan masa yang akan datang
pembelajaran matematika memberikan kemampuan nalar yang logis, sistemastis,
cermat, dan kritis serta berpikir objektif dan terbuka dalam kehidupan sehari-hari serta
menghadapi masa depan yang terus berubah.
Mengajar matematika bukanlah sekedar menyampaikan materi baik definisi
maupun aturan-aturan serta prosedur untuk para murid hafalkan melainkan bagaimana
melibatkan para siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga
dapat membangun atau mengkontruksi pengetahuan mereka. Dalam proses
pembelajaran tersebut hendaknya diingat bahwa setelah kegiatan belajar dan mengajar
berakhir harus adanya hasil yang nampak sebagai hasil belajar siswa. Oleh karena itu
proses pembelajaran hendaknya diarahkan pada kompetensi-kompetensi yang akan
dicapai.
Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada siswa sebagai manusia yang
memiliki potensi untuk belajar serta berkembang. Siswa harus berperan aktif dalam
mencari dan mengembangkan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas dari apa
yang disampaikan oleh guru. Guru harus lebih berperan sebagai fasilisator yang
mendukung dan membimbing para siswanya kearah pembentukan pengetahuan oleh
diri mereka sendiri.
Representasi matematika yaitu suatu aspek yang selalu hadir dalam pembelajaran
matematika. Representasi atau model dari suatu konsep matematika dengan
5
menghadirkan model-model konsep matematika secara konkrit (benda nyata). Hal ini
dapat memicu timbulnya kemampuan untuk mengaitkan ide-ide matematika sehingga
memunculkan kemampuan siswa untuk bernalar dan berkomunikasi.
2.2.1. Pengembangan Pembelajaran Matematika Melalui Learning Trajectory
Learning Trajectory adalah alur berpikir siswa tentang matematika ,
perkembangan, dan bentuknya. Dikarenakan setiap siswa memiliki karakter dan
potensi masing-masing dalam memikirkan matematika, maka learning trajectory
bersifat personal dan konstektual. Dari sifat tersebut, maka dapat diusahakan
untuk mencari pola-pola pada kelompok siswa pada suatu konteks pembelajaran
matematika tertentu.
Mengingat hal tersebut maka diungkapkan learning trajectory akan membawa
manfaat besar bagi guru matematika. Clements & Sarama (2009) dalam Dian
Armanto & Max Stephens (2011) mengatakan :”In learning mathematics,
students follow development progressions in learning mathematical ideas and
skills in their own way”.
Untuk mengungkap learning trajectory siswa, maka dalam mengajar guru perlu
melakukan kegiatan observasi belajar dan menafsirkan sesuai teori yang ada.
Learning trajectory siswa dipengaruhi oleh asumsi dasar tentang hakekat dan
kompetensi matematika sekolah, baik dalam kompetensi konten matematika
maupun proses matematika. Teori belajar yang sesuai dengan pengembangan
learning trajectory yaitu pembelajaran konstruktive dan saintifik (Simon, 1995:
ibid),
2.2.2. Hakikat Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran konstektual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yaitu :
Konstruktivisme, menemukan, bertanya,masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan
penilaian yang sebenarnya.
Model Pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran konstektual yaitu:
1. Pembelajaran langsung
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
4. Pembelajaran Problem Terbuka (Open Ended)
5. Model SAVI (Somatic, Auditory, Visuality, Intellectuality)
2.2.3. Pendidikan Matematika Realistik
6
Pendidikan Matematika Realistik dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans
Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas manusia yang
harus dikaitkan dengan realitas. Dunia riil diperlukan untuk mengembangkan situasi
konstektual dalam menyusun materi kurikulum. Materi kurikulum yang berisi
rangkaian soal-soal konstektual dapat membantu proses pembelajaran yang bermakna
bagi siswa.
Pengajaran matematika dengan pendekatan realistis meliputi aspek berikut :
1. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah yang “riil” bagi siswa
sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya.
2. Permasalahan yang diberikan diarahkan sesuai tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran
3. Pembelajaran berlangsung secara interaktif
Paradigma baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal sistem
persekolahan harus memiliki ciri-ciri antara lain (Zamroni, 2000):
1. Pendidikan menekankan pada proses pembelajaran daripada mengajar
2. Pendidikan diorganisasir dalam suatu struktur yang fleksibel
3. Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki
karakteristik khusus dan mandiri
4. Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa
berinteraksi dengan lingkungan.
Konsepsi tentang siswa dalam Pembelajaran Matematika Realistik yaitu:
1. Siswa memilik seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya.
2. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu
untuk dirinya sendiri
3. Membentuk pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi
penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali dan
penolakan
4. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk diri sendiri berasal dari
seperangkat ragam pengalaman
5. Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya, dan jenis kelamin mampu
memahami dan mengerjakan matematik
Konsep tentang guru dalam Pembelajaran Matematika Realistik yaitu :
1. Guru hanya sebagai fasilitator belajar
7
2. Guru harus mampu membanguan pengajaran yang interaktif
3. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
menyumbang dalam proses pembelajaran
4. Guru tidak terpaku pada materi dalam kurikulum melainkan harus
berperan aktif dalam mengaitkan materi dengan dunia nyata.
Walaupun pelaksanaan pembelajaran berbasis realistik telah diterapkan
dalam Kurikulum 2013 dengan berbagai pembaruan yang ada serasa belum
maksimal. Hasil studi yang dilakukan Bappernas menunjukkan bahwa
peningkatan kesejahteraan guru belum berdampak pada peningkatkan kualitas
guru. Revitalisasi LTPK perlu diarahkan pada pengembangan program
program akademik dan pembaruan kurikulum. Untuk mendukung pelaksanaan
Kurikulum 2013 dapat maksimal guru perlu melakukan 10 langkah
pengembangan diantaranya:
a. Mengembangkan RPP yang memfasilitasi siswa untuk membangun
keilmuan dan keahliannya
b. Mengembangkan Apersepsi sebagai kegiatan siswa dan bukan
kegiatan guru
c. Mengembangkan kegiatan diskusi kelompok
d. Mengembangkan skema pencapaian keterampilan hidup
e. Mengembangka LKS yang memfasilitasi siswa agar memperoleh
keterampilan hidup (LKS harus dibuat mandiri oleh guru dan bukan
hanya kumpulan soal atau berasal dari sumber tertentu)
f. Mengembangkan kegiatan asesmen berupa portofolio dan Authentics
Assessment
g. Mengembangkan kegiatan refleksi siswa dengan menyampaikan
kesimpulan diskusi kelompoknya
h. Mendorong siswa mendapatkan kesimpulan
i. Mengembangkan media atau alat peraga yang menunjang
j. Mengembangkan metode pembelajaran yang dinamis, kreatif ,
fleksibel, dan konstektual.
Searah dengan paradigma baru aspek perilaku yang diharapkan dari siswa yaitu:
1. Siswa aktif berdiskusi baik mengajukan pertanyaan, menyampaikan
gagasan dan bertukar pedapat serta aktif dalam mencari bahan pelajaran
yang mendukung pembelajaran
8
2. Mampu bekerjasama dengan membuat kelompok belajar.
3. Bersikap demokratis, baik dalam menyampaikan gagasan,
mempertahankan gagasan, serta menerima gagasan dari orang lain.
4. Memiliki kepercayaan diri tinggi.
Sebagai contoh Hasil survei dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017
sebesar 143,26 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia 262 juta orang.
Dengan demikian menjadi sebuah tugas yang tidak mudah bagi setiap guru,
sebagai ujung tonbak pendidikan, dalam membentuk karakter siswanya agar
9
menjadi siswa mandiri dan berkemauan. Pembelajaran matematika yang
dilaksanakan harus mampu memfasilitasi siswa yang mandiri dan mampu
mewujudkan cita-cita bangsa.
Kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung mutlak tidak lagi cukup
untuk dapat berkompetisi di abad 21 yang penuh dengan tantangan. Pendidikan
yang dilaksanakan harus mampu menyiapkan para siswa agar dapat berkompetisi
di masyarakat global. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah dalam
membentuk sumber daya yang berkualitas adalah mencanangkan Indonesia kreatif
tahun 2045.
10
mengembangkan framework pembelajaran di abad 21 yang menuntut peserta didik
untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi,
media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan
hidup dan karir (2015: 21). Framework ini juga menjelaskan tentang keterampilan,
pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai agar siswa dapat sukses dalam
kehidupan dan pekerjaanya.
Life and Career skill adalah keterampilan individu untuk hidup dan berkarir,
meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan mengatur diri sendiri,
interaksi sosial dan budaya, produtivitas dan akuntabilitas, kepemimpinan dan
tangggung jawab.
11
kreatif (creative thinking), keterampilan komunikasi (communication), dan
keterampilan kolaborasi (collaboration).
Luther (2012: 115) berpendapat bahwa fungsi dari pendidikan adalah untuk
mengajar seseorang berpikir intensif dan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah
kemampuan seseorang untuk menganalisis, menginterpretasikan,mengevaluasi, dan
mesistesakan informasi-informasi yang diperoleh (Sunardi, 2016).
12
LTSIN menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah proses (bukan hasil) untuk
menghasilkan ide baru dan ide itu merupakan gabungan dari ide-ide yang
sebelumnya belum disatukan (Izzati, 2014).
Untuk mengembangkan karakter ini, seorang guru perlu membuka ruang dan
kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitasnya. Hal ini
sebagai langkah untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik.
Selain itu, budayakan apresiasi terhadap sekecil apapun peran dan prestasi
peserta didik. Langkah ini bertujuan untuk memberi motivasi untuk
meningkatkan prestasinya sehingga semangat untuk belajar semakin bertambah.
13
komunikasi, membaca, menulis, mengevaluasi pesan, dan menggunakan teknologi
(Sunardi, 2016).
14
Menurut Sunardi, (2016) kegiatan yang dilakukan dalam kolaborasi antara lain:
halnya siswa, yang sama-sama mencari pengetahuan. membangun kelompok,
menyusun tujuan, mengelola waktu, curah pendapat dan menyelesaikan konflik
yang ada dalam kelompok.
15
1. Kita harus mengajarkan keterampilan dasar dan keterampilan tingkat tinggi. Kita
bisa sangat efisien jika kita mengajarkan keterampilan dasar untuk kemudian
mempraktikkannya dalam pemecahan masalah.
2. Saat menggunakan teknologi baru kita harus yakin ada keuntungan pedagogis atau
dapat membebaskan siswa dari aktivitas membosankan serta dapat membebaskan
pikiran mereka untuk berpikir dan menjadi kreatif.
3. Pendidikan matematika harus dilihat sebagai aktivitas seumur hidup, dengan
harapkan untuk terus digunakan dan dipelajari.
4. Matematika harus dipelajari sebagai satu kesatuan yang terintegrasi
5. Semua siswa harus mau dan mampu untuk menggunakan matematika secara
efektif dalam pemecahan masalah.
6. Guru membantu siswa belajar matematika menerapkan metode tertentu, kita harus
mengevaluasi hasilnya; pengetahuan konten, kemampuan dan kemauan untuk
menggunakan matematika dengan tepat, dan seterusnya
7. Persiapan guru harus ditingkatkan. Guru harus melihat pembelajaran matematika
dan metode pengajaran yang lebih baik sebagai kegiatan seumur hidup.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran matematika masih dianggap menakutkan dan sulit bagi sebagian besar
siswa sedangkan manfaat pembelajaran matematika kurang dapat dirasakan manfaatnya
oleh orang lain. Paradigma ini menjadikan siswa untuk enggan bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran matematika. Mengajar matematika bukanlah sekedar
menyampaikan materi melainkan bagaimana melibatkan para siswa untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran sehingga dapat membangun atau mengkontruksi pengetahuan
mereka. Berkaitan dengan tuntutan dan harapan pendidikan matematika, bahwa
pendidikan matematika pada hakekatnya memiliki dua arah dalam pengembangannya
yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa mendatang.
17
DAFTAR PUSTAKA
18