Ana Faiqoh1, Dwi Ajeng Setiani2, Elga Tania Diniyanti3, Wati Susilawati4
1
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, email: anafaiqoh98@gmail.com
2
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, email: ajengsetiani224@gmail.com
3
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, email: elgataniad@gmail.com
4
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, email: wati85@uinsgd.ac.id
Abstrak
Guru memiliki peranan yang signifikan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan serta menciptakan peserta didik yang berkarakter. Idealnya
seorang guru harus mempunyai kinerja dan kompetensi salah satunya
adalah kepribadian dan etika . Kepribadian dan etika guru yang ideal
menghasilkan generasi emas yang berkarakter dan kompetitif. Tujuan
artikel ini adalah untuk mendeskripsikan kepribadian dan etika guru
matematika ideal dalam membentuk karakter siswa. Artikel ini
merupakan penelitian kepustakaan (library research). (sebelum ini
harus ada isu dulu) Dari kajian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa kepribadian dan etika guru yang ideal dapat
membentuk siswa yang cerdas, kompetitif, dan berkarakter.
Kata kunci: Etika, Karakter Siswa, Kepribadian, Guru Ideal
Abstract
Basically, a Teacher has an important role in improving the education’s
quality. A Teacher is the main creator of education’s resource that
producing an ideal future generations. The purpose of this research is to
know the Mathematic Teacher’s ideal characteristics and ethics in
creating the students’ characteristics. The method used in this research is
the literature review, which originated from books and many other
published journals. From this research, it can be concluded that the
Teacher’s ideal characteristics and ethics can give a positive impact in
creating the students’ characteristics. Since the Teacher who has these
aspects, can indeed give a good example toward the students in the
teaching-learning process so it helps in creating their students’
characteristics.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak dalam kehidupan manusia, karena
manusia membutuhkan pendidikan guna membentuk dan mempersiapkan
pribadinya agar menjadi pribadi yang diharapkan. Oleh karenanya yang berperan
penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang potensial
adalah pendidikan, sehingga setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh
pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, tidak terlepas dari peran seorang guru. Hal ini
disebabkan guru merupakan bagian terpenting dalam pendidikan. Guru
merupakan faktor yang sangat signifikan dalam membentuk karakter siswa,
memberikan bekal pengetahuan yang bermanfaat, menanamkan nilai-nilai moral
budaya dan menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
Karena, guru lah yang berinteraksi secara langsung dengan siswa untuk
memberikan bimbingan.
Dalam perspektif Islam, guru merupakan sosok yang sangat dihargai dan
sosok yang sangat mulia dikarenakan islam sangat menghargai orang-orang yang
berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik. Karena hal ini dilihat dari
fungsi pendidik yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter siswa,
lalu menjadi sosok yang digugu dan ditiru oleh siswa, bahkan menjadi suri
tauladan bagi siswa, sehingga guru bukan hanya bertugas untuk menyampaikan
kajian materi pembelajaran saja namun juga pengajaran mengenai akhlak. Oleh
karenanya, faktor yang menjadikan kualitas pendidikan dapat berjalan maju atau
mundur sangat dipengerahui oleh peran guru. Peran guru berkontribusi dalam
pembentukan karakter siswa, maka menjadi guru ideal merupakan hal penting.
Sebagai guru ideal perlulah setiap guru memenuhi kriteria yang dilihat dari
berbagai sudut, salah satu yang harus dimiliki ialah kepribadian dan etika yang
ideal, terutama sebagai guru matematika.
Namun kita ketahui bahwa saat ini banyak sekali permasalahan mengenai
kepribadian dan etika guru yang berdampak pada pembentukan karakter siswa,
salah satunya adalah seorang guru yang melakukan kekerasan terhadap siswa yang
bertujuan untuk dapat mendisiplinkan dan menanamkan rasa tanggung jawab
terhadap siswa yang telah melanggar peraturan. Pada kenyataannya, guru yang
melakukan tindakan kekerasan terhadap siswa hanya akan membuat mereka
trauma dan menimbulkan rasa takut terhadap guru tersebut saat proses
pembelajaran berlangsung, sehingga tujuan untuk menjadikan siswa menjadi
disiplin ataupun bertanggung jawab tidak terpenuhi. Padahal, masih banyak cara
yang dapat dilakukan dalam memberikan hukuman terhadap siswa tanpa
merugikan kedua belah pihak. Karena jika alasan menggunakan kekerasan, maka
patuhnya ia terhadap guru bukan karena sungguh-sungguh patuh melainkan hanya
karena rasa takut. Selain itu, terdapat pula permasalahan mengenai sikap guru
yang kurang disukai oleh siswa.
Siswa yang diharapkan sebagai penerus generasi bangsa mulai dirasuki
kebiasaan tidak baik. Begitu banyaknya siswa yang berlaku kurang senonoh di
masyarakat, seperti terlibat narkoba, pergaulan bebas, kebiasaan tawuran antar
sesama pelajar, berkelahi, membolos dan lainnya. Permasalahan yang terjadi
berangkat dari pribadi yang kurang disiplin. Melihat kondisi tersebut, siswa harus
belajar disiplin dan gurulah yang harus memulainya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis ingin mengkaji bagaimana
kepribadian dan etika yang harus dimiliki guru matematika ideal dalam
membentuk karakter siswa.
PEMBAHASAN
Problematika Kepribadian Guru dan Karakter Siswa
Sebelum melangkah lebih jauh dalam mengkaji tentang peran kepribadian
dan etika seorang guru matematika ideal dalam membentuk karakter siswa, ada
baiknya melihat problematika kepribadian guru dan karakter siswa yang terjadi
saat ini.
Dalam proses pembentukan karakter siswa, guru merupakan sosok
terpenting dalam membentuk karakter siswa yang ideal. Namun, pada
kenyataannya banyak sekali problematika kepribadian guru matematika di
Indonesia yang sangat mempengaruhi proses pembentukan karakter siswa.
Menurut (Subianto, 2013), fenomena melorotnya akhlak generasi bangsa,
acapkali menjadi apologi bagi sebagian orang untuk memberikan kritik pedasnya
terhadap institusi pendidikan. Hal tersebut teramat wajar karena pendidikan
sesungguhnya memiliki misi dalam membentuk manusia dengan akhlak mulia,
karatekter akhlak mulia merupakan salah satu profil yang diharapkan dari praktek
pendidikan nasional.
Sekolah-sekolah memang melahirkan manusia cerdas, namun kurang
memiliki kesadaran akan pentingnya nilai-nilai moral dan sopan santun dalam
hidup bermasyarakat. Perhatian masyarakat saat ini menyoroti keberadaan guru
dan siswa dengan pandangan negatif. Rendahnya mutu guru atau rendahnya
kualitas pendidikan guru sangat perlu diperhatikan untuk menunjang
keprofesionalan guru dalam berprofesi. Lebih tragis lagi, kemerosotan moral pada
siswa siswi dianggap karena kegagalan guru dalam mendidik dan memberi suri
tauladan, dimana suri tauladan tersebut berasal dari kepribadian yang dimiliki
seorang guru.
Melemahnya kompetensi kepribadian guru yang sedang menjalar dalam
dunia pendidikan mulai dari kasus kekerasan non fisik seperti memaki, mencaci,
dan beberapa tindakan fisik seperti mencubit, memukul dan tindakan kekerasan
lainnya. Selain itu, terdapat pula permasalahan mengenai sikap guru yang kurang
disukai olehsiswa, seperti halnya guru yang suka merokok dilingkungan sekolah,
memakai pakaian yang kurang sesuai dengan aturan, sering datang terlambat
dalam proses pembelajaran dan permasalahan lainnya, yang berdampak pada
pembentukan siswa yang tidak maksimal. (Hilman, 2010). Tindakan seorang guru
yang kurang baik seperti ini akan ditiru oleh siswanya kelak. Guru harus menjadi
model dalam pembelajaran pendidikan moral, kegiatan pembiasaan dapat
diintegrasikan pada proses pembelajaran disekolah misalnya; gotong royong,
bakti sosial, shalat berjamaah, membaca Al-Quran dan lain-lain, kegiatan-
kegiatan tersebut wajib diikuti oleh warga sekolah termasuk guru. Kecenderungan
tugas guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan nilai-nilai
moral yang terkandung dalam ilmu pengetahuan tersebut terutama ilmu
pengetahuan matematika, apalagi kondisi pembelajaran saat ini sangat
berorientasi pada peroleh angka-angka sebagai standarisasi kualitas pendidikan.
(Fachrunnisa, 2016)
Permasalahan yang tampak dalam kasus siswa pada saat ini contohnya
menurut (Islami, 2017) adalah (1) Tidak disiplin, perilaku tidak disiplin dapat kita
lihat bahwa masih ada beberapa siswa yang sering membolos sekolah, terlambat
sekolah dan hal lain yang melanggar peraturan sekolah. (2) Tidak jujur, perilaku
tidak jujur seorang siswa terlihat pada saat mereka sedang melaksanakan ujian,
yakni perilaku mencontek, masih adanya siswa yang belum bisa jujur dalam
mengerjakan soal-soal mereka. Dari mulai ulangan harian, UTS maupun UAS
masih terdapat siswa yang tengok kanan kiri dalam mengerjakannya. Dan banyak
siswa yang tidak mau berterus terang kepada gurunya. (3) Tawuran antarsekolah
dan tindakan kekerasan yang hidup di dunia pendidikan formal. Perilaku tawuran
atau kekerasan dan perilaku tidak terpuji lainnya di sekolah-sekolah, tidak
mungkin terjadi dengan tiba-tiba. Seseorang menampilkan perilaku tersebut
merupakan hasil belajar juga, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seorang guru tidak hanya sebatas menyampaikan informasi dan
memindahkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya saja tanpa menyampaikan
materi etika dan bermoral sedikitpun, guru harus memiliki pribadi yang disiplin,
arif, dan berwibawa. Sehingga dengan situasi seperti saat ini, para guru seharusnya
mempunyai fungsi ganda. Pertama, mereka mengajar sesuai dengan bidangnya.
Kedua, mereka juga harus memunyai kepribadian yang baik serta membimbing
etika, tata krama dan sopan-santun. (Echsanudin, 2011)
Oleh karena itu, pendidikan kita harus peduli terhadap upaya untuk
mencegah perilaku kekerasan atau perilaku tidak terpuji lainnya secara dini
melalui program pendidikan, Agar budaya damai, sikap toleransi, empati, dan
sebagainya, dapat ditanamkan kepada Peserta didik semenjak mereka berada di
tingkat pendidikan pra sekolah maupun pada tingkat pendidikan dasar. (Wahyu,
2011)
yang ideal. Karena dengan lahirnya guru-guru yang ideal akan membantu dalam
proses pencapaian tujuan pendidikan.
dewasa dengan penuh wibawa. (4) Menunjukkan kerja keras serta tanggung jawab
yang tinggi dengan penuh rasa percaya diri; dan (5) Menjunjung tinggi kode etik
profesi guru. (Sapan, Darwis, & Minggi, 2017)
Sebagai seseorang yang dijadikan cerminan bagi para peserta didik, guru
harus memiliki kemampuan yang berhubungan dengan aspek pengembangan
kepribadian. Berikut poin – poin kompetensi kepribadian guru matematika yang
ideal diantaranya: (1) Guru dituntut memiliki kepribadin yang stabil dan konsisten.
Guru bertindak sebagai penyampai yang sesuai dengan norma hukum maupun
norma sosial. Sangat disayangkan jika ada seorang guru melakukan tindakan yang
tidak terpuji, dan tidak profesional, atau melakukan hal yang tidak mencerminkan
prilaku seorang guru sama sekali. (2) memiliki kepribadian yang lebih dewasa.
Kedewasaan seorang guru dapat dilihat dari caranya mengatur emosi atau
amarahnya. Untuk itu, sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai mental yang
kuat agar tidak mudah terbawa sifat emosi. Sebab, jika seorang guru terlihat emosi
yang berlebihan akan menjadi trauma dan takut untuk melanjutkan proses
pembelajaran. Alasan ini akan berdampak pada turunnya minat siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. (3) memiliki kepribadian yang terbuka.
Keterbukaan terhadap para peserta didik akan berdampak baik pada hubungan guru
dengan muridnya. Karena itu menunjukkan keterbukannya dalam berfikir maupun
dalam bertindak. (4) Kepribadian yang berwibawa. Kepribadian ini ditunjukkan
kepada para peserta didik agar berpengaruh positif terhadap siswa sehingga siswa
akan menghormatinya. (5) Menjadi teladan bagi siswa. Menjadi seseorang yang
menjadi contoh bagi para murid, sudah seharusnya seorang guru bisa menjadi
teladan yang baik agar kelak para muridnya bisa berfikir dan berprilaku sebagai
seseorang yang teladan juga.karena guru akan selalu menjadi contoh bagi peserta
didiknya. (6) Memiliki akhlak yang terpuji. Guru diharuskan berakhlak terpuji
karena perannya yang sangat penting sebagai penasihat bagi para muridnya.
Bimbingan pertama seorang guru bukanlah dari materi melainkan membimbing
peserta didik itu sendiri kea rah yang positif yaitu kearah yang lebih baik. Guru
adalah cerminan bagi siapapun yang mengenalnya terutama peserta didiknya,
karena guru adalah seseorang yang akan membantu perubahan dalam negeri ini.
(Adawiyah, 2016)
Menurut (Nursyamsi, 2014), ada beberapa cara untuk memahami
bagaimana perkembangan kepribadian seorang guru, diantaranya adalah (1)
Pembahasan. Mengerjakan suatu pekerjaan yang terampil secara terus menerus
dengan konsisten dalam waktu yang lama, sehingga pekerjaan itu benar-benar
dikuasai dan akhirnya menjadi kebiasaan yang susah untuk ditinggalkan. Proses ini
akan berubah menjadi kebiasaan, yang pada akhirnya akan menjadi sifat-sifat
pribadi yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. (2) Peneladanan. mencontoh
suatu pemikiran, sikap, sifat-sifat dan perilaku orang yang dikagumi, sehingga akan
ditiru dan dijadikan kebiasaan oleh diri sendiri. (3) Pemahaman yang akan
diterapkan suatu saat nanti. Berusaha untuk mempelajari serta memahami sesuatu
yang baik, kemudian berusaha untuk mendalami dan menjiwainya, sehingga suatu
saat nanti akan diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. (4) Ibadah wajib yang
dibarengi dengan ibadah sunah serta berbuat baik dibarengi dengan niat karena
Allah, akan mengembangkan kualitas terpuji pada mereka yang melaksanakannya.
“ ... Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan
ketahuilah mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah
yang didasarkan kepada ajaran agama Islam. Oleh karena itu, sebagai pendidik
aspek etika harus selalu dikembangkan karena berkaitan dengan nilai moralitas
yang dapat mencerminkan kepribadian pendidik dalam proses pembelajaran.
Guru dalam menjalankan profesinya menyangkut urusan memanusiakan
manusia (humanisasi), sehingga akan berdampak buruk jika setiap perangai guru
tidak berbalut nilai-nilai etika, niscaya fenomena dehumanisasi akan menggejala
dalam proses pendidikan dan muncul kekhawatiran yang panjang terhadap
pembentukan moralitas peserta didik yang merupakan sumber daya manusia yang
terpenting. (Ibrahim & Hendriani, 2017). Dengan adanya etika, setiap guru
memiliki hak masing-masing dalam memutuskan perilaku paling baik yang ada
pada dirinya sesuai dengan norma yang berlaku. Sehingga dengan perilaku baik
tersebut akan menimbulkan hal positif terhadap hubungan antar manusia, yang
menjadikan hubungan tersebut menjadi harmonis, saling menghormati,
menghargai dan sebagainya. Sehingga etika dapat memberikan hubungan baik dan
harmonis antara guru dan siswa.
Kemudian, dalam kinerja guru matematika tidak terbatas pada penyampaian
materi pelajaran yang bersifat kognitif saja tetapi harus di prioritaskan juga dalam
afektif dan psikomotorik. Guru harus belajar dan meningkatkan diri khususnya
dalam aspek etika. Persoalan ini begitu penting untuk bekal etika yang harus
dimiliki oleh pribadi seorang guru, terutama sebagai guru matematika dalam
berinteraksi dengan peserta didiknya dan hubungannya terhadap materi dalam
pengajarannya. Seorang guru matematika tidak hanya mengajarkan tentang
matematika tersebut tetapi juga memberi pengajaran terhadap peserta didik
mengenai moral dan etika yang baik atau buruk agar membentuk karakter yang baik
dalam diri siswa. Di dalam kurikulum 2013, aspek terpenting yang menjadi
penilaian terhadap siswa adalah sikap yang dimiliki peserta didik, yakni harus
bersikap jujur, disiplin, bertanggung jawab, memiliki sopan santun dan mempunyai
pendirian. Proses pembelajaran harus selalu berjalan dengan baik karena karakter
dan keterampilan yang dimiliki siswa terbentuk dari proses pembelajaran yang
berlangsung. (Khoiriyah, 2016).
Mengingat betapa pentingnya etika guru, Rasulullah SAW adalah sosok
figur yang paling sukses dalam mendidik. Rasul melandasi setiap gerak-gerik
langkahnya dengan “cinta” , sebagaimana firman Allah dalam surah āli-Imrān ayat
159. Dalam sebuah kajian nyata, etika pendidikan mengharuskan pendidik
melakukan sesuatu tindakan yang beretika, terutama dalam proses pembelajaran.
Proses pendidikan harus dijalankan dengan etika yang diharapkan, karena melalui
pembelajaran tidak hanya berkaitan menganai sisi penanaman nilai baiknya saja
namun juga berkaitan dengan sisi penerapan etika baik kepada peserta didik
maupun pendidik. (Tanyid, 2014)
Dalam kitab Tadzkirah al-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-
Muta’allim, Ibn Jama’ah lebih rinci lagi menjelaskan konsep guru ini dalam
kaitannya dengan etika seorang guru, baik terhadap dirinya sendiri, maupun
terhadap muridnya, bahkan terhadap mata pelajaran, termasuk etika dalam proses
belajar mengajar. Untuk etika yang harus dimiliki guru diantaranya adalah (1)
Selalu konsisten bahwa dirinya ada dalam pengawasan Allah. Hal ini membawa
konsekuensi bagi seorang guru bahwa dirinya selalu ada dibawah pengawasan
Allah baik lahir maupun bathin, dengan demikian pada setiap gerakannya,
diamnya, perkataannya serta perbuatannya selalu didasari oleh perasaan bahwa
murid-muridnya. Sorotan mata mereka itu tembus, yang akan membakar hati
nuraninya, terasa dalam hatinya kekurangan itu, bagaimanapun dia berusaha keras
untuk menutupinya.
Sehingga, kunci keberhasilan atau faktor penentu seorang pendidik dalam
membangun karakter siswa salah satunya adalah etika seorang guru tersebut. Oleh
karena itu, sebagai guru matematika haruslah menerapkan etika yang ideal dalam
proses pembelajaran matematika yang diantaranya adalah mengajarkan dan
mempraktikan etika agama, selalu menghiasi wajahnya dengan senyum, selalu
menggunakan kata-kata yang baik saat berinteaksi, selalu memperhatikan dan
membimbing siswa yang melakukan kesalahan, selalu menjawab pertanyaan
siswa, menjaga kebersihan diri dan pakaiannya, memiliki keikhlasan dalam
melaksanakan tugas mengajar, dapat membimbing murid agar memiliki niat yang
baik dalam belajar, mengajak peserta didik cinta terhadap ilmu-ilmu yang
dipelajari, membuat peserta didik ingin mencari tau mengenai hal yang berkaitan
dengan ilmu tersebut, memperhatikan peserta didik untuk selalu menyimak dan
memahami materi pelajaran dengan baik, selalu memberikan motivasi untuk
berprestasi, melakukan monitoring setiap saat kepada peserta didiknya, memiliki
suara saat mengajar yang stabil yakni tidak meninggikan ataupun merendahkan
suaranya hingga tidak memberikan manfaat yang sempurna. (Asikin, 2015)
SIMPULAN
Guru dipandang ideal dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya
memiliki aspek kepribadian dan etika yang sesuai dengan norma dan kode etik
keguruan. Kepribadian seorang guru matematika haruslah sesuai dengan
kompetensi kepribadian guru menurut Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 dan
juga sesuai dengan permendiknas No. 16 tahun 2007 mengenai kemampuan standar
kompetensi kepribadian. Sedangkan etika yang dimiliki guru matematika harus
sesuai dengan kode etik yang berlaku di Indonesia serta kode etik yang sesuai
dengan pendidikan islam.
Kepribadian dan etika guru yang ideal dapat memberi pengaruh positif
terhadap pembentukan karakter siswa. Karena guru yang memiliki aspek tersebut,
tentu akan memberikan contoh yang baik terhadap siswa dalam proses
pembelajaran sehingga membantu dalam pembentukan karakter siswanya. Namun
seperti permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa masih terdapat
masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadian dan etika guru
matematika, baik mengenai sikap ataupun perilaku seorang guru yang kurang
menyenangkan sehingga berakibat buruk bagi pembentukan karakter siswa. Hal ini
perlu diadakan pelatihan dan pembinaan yang formal mengenai arti penting
kepribadian dan etika guru yang ideal dalam proses pembelajaran yang
mempengaruhi pembentukan karakter siswa. Oleh karena itu, kepribadian dan etika
merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki seorang guru matematika
guna membentuka karakter siswa yang positif.
DAFTAR RUJUKAN
Adawiyah, R. (2016). Profesionalitas Guru dan Pendidikan Karakter (Kajian
Empiris di SDN Kabupaten Balangan). Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 6(11).
Asikin, I. (2015). Konsep pendidikan perspektif Ibnu Jama'ah (Telaah terhadap
etika guru dalam kegiatan belajar mengajar). Edukasi Islami Jurnal
Pendidikan Islam, 04, 852-842.
Audina, P. (2017). Pengembangan pendidikan karakter berwawasan kebangsaan di
sekolah dasar melalui penguatan pelaksanaan kurikulum 2013. Prosiding
Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan, 1(1), 249-254.
Darojah, N. R., & Hadijah, H. S. (2016). Analisis pengaruh kompetensi kepribadian
guru dengan motivasi belajar sebagai variabel intervening terhadap prestasi
belajar siswa kelas X administrasi perkantoran. Jurnal pendidikan
manajemen, 1(1), 115-125.
Dzulfikar, A. (2016). Kecemasan matematika pada mahasiswa calon guru
matematika. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 1(1), 34-44.
Echsanudin. (2011). Etika guru menurut Ibn Jama'ah dan relevansinya dengan
kompetensi guru. Riau: Universitas Islama Negeri Sultan Syarif Kasim .
Fachrunnisa, M. (2016). Kompetensi kepribadian guru menurut pandangan An-
Nawawi. Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hamalik, O. (2014). Psikologi belajar dan mengajar. Bandung: SINAR BARU
ALGENSINDO.
Hamzah, U. (2011). Profesi Kependidikan:Problema,Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.