Dosen Pengampu: Awal Nur Kholifatur Rosyida, M.Pd & Radiusman, M.Pd)
Oleh:
Kelas 3F
Anggota Kelompok 3
(2020/2021)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan seluruh
sekalian alam, oleh karena rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Matematika Sekolah 2 Standar NCTM (Communication, Conection, And
Representation)” dengan baik dan insya Allah tepat waktu.
Tidak lupa pula kami menyampaikan rasa terima kasih pada dosen pembimbing
yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang sangat bermanfaat dalam
proses penyusunan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
A. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
B. Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
A. Komunikasi Matematika (Mathematical Communication)..............................................................4
1. Pengertian Komunikasi Matematis (Mathematical Communication)..............................................4
2. Kemampuan Komunikasi Matematis...............................................................................................7
3. Implementasi Komunikasi Matematika di Sekolah..........................................................................9
4. Contoh Soal dan Penyelasaian Komunikasi Matematika...............................................................10
B. Koneksi Matematika (Mathematical Connection).........................................................................12
5. Pengertian Koneksi Matematika (Mathematical Connection)...................................................12
6. Tahapan Koneksi Matematika....................................................................................................14
7. Kemampuan Koneksi Matematika.............................................................................................15
8. Implementasi Koneksi Matematika...........................................................................................17
9. Contoh Soal dan Penyelasaian Koneksi Matematika.................................................................18
A. Representasi Matematika (Representation Mathematic)..............................................................19
1. Pengertian Representasi Matematika........................................................................................19
2. Bentuk Bentuk Representasi......................................................................................................21
3. Kemampuan Representasi Matematika.....................................................................................22
4. Implementasi Representasi Matematika di Sekolah..................................................................25
5. Contoh soal dan Penyelesaian Representasi Matematika.........................................................28
BAB III........................................................................................................................................................30
PENUTUP...................................................................................................................................................30
ii
A. Kesimpulan....................................................................................................................................30
B. Saran..............................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan keadaan zaman membawa pengaruh yang
besar didalam perubahan kurikulum di Indonesia. berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Menteri
pendidikan dasar dan menengah yang lalu telah mencetuskan kurikulum baru yang
dikenal dengan kurikulum Nasional (Haji, Abdullah, & Maizora, 2017). Peraturan
tersebut mengubah berbagai standar nasional pendidikan. Kurikulum ini merupakan
revisi dari kurikulum terdahulu yakni kurikulum 2013. Penerapan kurikulum ini dimulai
pada tahun 2014. Hal tersebut sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh menteri
pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 156928/MPK.A/KR/2013.
Banyak dampak yang ditimbulkan oleh perubahan kurikulum ini, salah satunya adalah
perubahan paradigma pembelajaran yang kini menjadi konstruktivisme (Pitriani &
Afriansyah, 2016).
Menurut Kartika & Tandililing (2016) kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi, antara lain ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan
materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik integratif dengan
contextual teaching and learning (CTL). Dikarenakan hal tersebut, guru dituntut untuk
bisa menyesuaikan diri dan mengubah pola pembelajaran mereka. Salah satu bentuk
perubahan tersebut adalah pemilihan model pembelajaran atau pun pendekatan
pembelajaran (Gordah, 2012). Guru harus merancang sebuah kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum baru ini, namun juga harus efektif mengingat beban
materi yang diberikan juga cukup banyak.
Mata pelajaran matematika, sebagai mata pelajaran yang ada pada setiap jenjang
pendidikan, tentu juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan kurikulum. Guru
yang mengajar mata pelajaran ini juga harus siap memberikan sebuah kegiatan
pembelajaran yang mampu menyesuaikan perubahan kurikulum baik dari segi materi
maupun pendekatan yang digunakan (Noto, Hartono, & Sundawan, 2016);(Haji et al.,
2017);(Prihandhika, 2017).
1
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, National Council of Teachers
of Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dari
jenjang pendidikan dasar hingga kelas XII memerlukan standar pembelajaran yang
berfungsi untuk menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan berfikir, kemampuan
penalaran matematis, memiliki pengetahuan serta keterampilan dasar yang bermanfaat.
Standar pembelajaran tersebut meliputi standar isi dan standar proses (Isfayani, Johar, &
Munzir, 2018). Standar isi adalah standar pembelajaran matematika yang memuat
konsep-konsep materi yang harus dipelajari oleh siswa, yaitu: bilangan dan operasinya,
aljabar, geometri pengukuran analisis data dan peluang. Sedangkan standar proses adalah
kemampuankemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk mencapai standar isi.
Menurut NCTM (2000) standar proses meliputi: pemecahan masalah (problem solving),
penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi
matematis (mathematical connection), dan representasi (representation) (Yuliani, Praja,
& Noto, 2018).
Makalah ini merupakan lanjutan pembahasan dari matematika standar 1 yang
membahas tentang pemecahan masalah (problem solving), serta penalaran dan
pembuktian (reasoning and proof). Makalah ini akan mengulas, mendeskripsikan, serta
menjelaskan mengenai matematika standar 2 berstandar NCTM yaitu komunikasi
(communication), koneksi matematis (mathematical connection), dan representasi
(representation).
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi matematika?
2. Bagaimanakah cara pengimplikasian komunikasi matematika di sekolah?
3. Apa itu koneksi matematika?
4. Bagaimanakah tahapan-tahapan koneksi matematika?
5. Bagaimana cara pengimplikasian koneksi matematika di sekolah?
6. Apa itu representasi matematika?
7. Bagaimana cara pengimplikasian representasi matematika di sekolah?
B. Tujuan
1. Untuk menjelaskan komunikasi matematika.
2. Untuk menjelaskan pengimplikasian komunikasi matematika di sekolah.
2
3. Untuk menjelaskan koneksi matematika.
4. Untuk menjelaskan tahapan-tahapan koneksi matematika.
5. Untuk menjelaskan cara pengimplikasian koneksi matematika di sekolah.
6. Untuk menjelaskan representasi matematika.
7. Untuk menjelaskan cara pengimplikasian representasi matematika di sekolah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Matematika (Mathematical Communication)
1. Pengertian Komunikasi Matematis (Mathematical Communication)
Matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi secara tepat. Matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir tetapi
matematika sebagai alat komunikasi antar siswa dan guru dengan siswa (Ega Edistria,
2017). Setiap siswa diharuskan belajar matematika dengan alasan bahwa matematika
merupakan alat komunikasi yang sistematis dan tepat, karena matematika berhubungan erat
dengan kehidupan sehari-hari. Dengan berkomunikasi siswa dapat meningkatkan kosa kata,
mengembangkan kemampuan berbicara, menulis ide-ide secara sistematis, dan memiliki
kemampuan belajar yang lebih baik.
4
Menurut Baroody (dalam Ega Edistria, 2017) menyebutkan sedikitnya ada 2 alasan
penting yang menjadikan komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu ditingkatkan
dikalangan siswa. Pertama, mathematics as language; matematika tidak hanya sekedar alat
bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan
masalah namun matematika juga “an invaluable tool for communicating a variety of ideas
clearly, precisely, and succintly, yang artinya sebagai suatu alat yang berharga untuk
mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat, dan cermat (Zakiri et al., 2018).
5
Berdasarkan Principles and Standards for School Mathematics dari NCTM tahun
2000 (dalam Meiva Marthaulina Lestari Siahaan & Napitupulu, 2018) kemampuan
komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:
Menurut Triana & Zubainur (2019) komunikasi matematis dapat diartikan sebagai
suatu percakapan yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas. percakapan berisi tentang
materi matematika yang dipelajari di kelas, komunikasi di lingkungan kelas adalah guru dan
siswa. Sedangkan komunikasi matematis dapat secara tertulis maupun lisan yang
disampaikan guru kepada siswa. Sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan
sebaliknya, jika komunikasi antara siswa dengan guru tidak berjalan dengan baik maka
kemampuan komunikasi matematis rendah.
6
Adapun indikator komunikasi matematika jenjang sekolah dasar adalah sebagai
berikut:
7
komunikasi, tidak terjadi kesalahpahaman informasi yang disampaikan (Pratiwi & Waziana,
2018).
Agar komunikasi matematika itu dapat berjalan dan berperan dengan baik, maka
diciptakan suasana yang kondusif dalam pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
kemampuan siswa dalam komunikasi matematika, siswa sebaiknya diorganisasikan dalam
kelompok-kelompok kecil yang dapat dimungkinkan terjadinya komunikasi multi-arah,
yaitu komunikasi siswa dengan siswa dalam satu kelompok. Melalui komunikasi yang
terjadi di kelompokkelompok kecil, pemikiran matematika siswa dapat diorganisasikan dan
dikonsolidasikan.
Dengan adanya komunikasi yang baik di dalam kelas tentunya akan membantu siswa
dalam memecahkan masalah yang terkait dengan pembelajaran maematika. Kaitan antara
komunikasi dan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah komunikasi
dalam pembelajaran matematika bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami soal
8
cerita dan mengkomunikasikan hasilnya. Selain itu penguasaan bahasa yang baik mampu
mengkristalkan dan membantu pemahaman dan idea matematika siswa.Kemampuan siswa
dalam mengkomunikasikasikan masalah matematika, pada umumnya ditunjang oleh
pemahaman mereka terhadap bahasa (Triana & Zubainur, 2019).
Guru selayaknya dapat membangun lingkungan agar siswa mau untuk berjuang
memperoleh ide, membuat kesalahan, dan merasa tidak yakin (Mustamin, 2018). Kebiasaan
seperti ini menjadikan siswa berani berpartisipasi secara aktif dalam mencoba memahami
apa yang diminta untuk dipelajari karena mereka tahu bahwa mereka tidak akan dikritisi
secara personal, meskipun sebenarnya yang dikritisi adalah pemikiran matematis mereka.
Komunikasi sebaiknya berfokus pada permasalahan nyata. Guru sebaiknya mengidentifikasi
dan memberi tugas yang memenuhi hal-hal berikut (NCTM, 2000):
9
c. Memungkinkan timbulnya berbagai representasi.
d. Memberikan kesempatan siswa untuk menginterpretasikan, memberi alasan, dan
menduga.
Guru juga harus memfasilitasi pembelajaran matematika siswa melalui diskusi kelas
yang membutuhkan keterampilan dan penilaian yang baik (Rusmini & Surya, 2017).
Contohnya, untuk meyakinkan siswa guru dapat menunjuk siswa lain yang memiliki cara
yang berbeda untuk mempresentasikan idenya di depan kelas. Guru sebaiknya juga
memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkontribusi dalam pembelajaran,
meskipun tidak mungkin untuk memberikan kesempatan bicara bagi seluruh siswa
(Hemdriana, Slamet, & Sumarmo, 2014). Dengan demikian, siswa akan memperoleh
pertanyaan dari guru dan siswa lainnya untuk menjelaskan pemikiran matematis dan
penalarannnya.
Guru juga perlu mengontrol siswa-siswa yang terlihat tidak aktif agar mereka tidak
hilang dari lingkaran diskusi kelas untuk waktu yang terlalu Panjang (Muqtada et al., 2018).
Tetapi, dengan pembelajaran yang banyak menyertakan komunikasi lisan memungkinkan
terjadinya pernyataan atau topik yang tidak relevan atau tidak mengandung subtansi
matematis. Meskipun hal ini terjadi, guru dan siswa tetap memperoleh keuntungan. Guru
dapat menggunakan komunikasi lisan atau tulis untuk memberi siswa kesempatan sebagai
berikut (NCTM, 2000).
10
tentang hubungan dan pertanyaan dalam masalah dan menerjemahkannya ke dalam bahasa
matematika. Siswa harus memahami konsep dari operasi dan menulis kalimat matematika
terbuka jika mereka akan menggunakan strategi itu.
Penyelesaian:
11
Jawab: 24 : 8 = 3
Jadi, setiap anak mendapatkan 3 batang seledri.
Dalam hal ini, siswa dapat memecahkan masalah tersebut secara individu atau
berkelompok menggunakan strategi yang mereka tahu. Setelah mereka menyelesaikan
masalah, siswa dapat melaporkan solusi dan bagaimana cara berpikir untuk mendapatkan
solusi tersebut. Setelah siswa memecahkan banyak masalah menggunakan strategi yang
mereka pilih, tunjukkan bahwa mereka telah membangun konsep operasi dan pengenalan
kalimat matematika. Siswa dapat menggunakan konsep atau pemahaman mereka sendiri
dalam memaknai dan memahami soal. Siswa dapat menggunakan bahasa mereka sendiri
dalam memecahkan masalah matematika tersebut. Dengan begitu, siswa akan lebih mudah
dalam mengartikan soal tersebut dalam bahasa matematika.
12
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis itu perlu
dikembangkan oleh para siswa.
Gagasan koneksi matematis telah lama diteliti oleh W.A. Brownell tahun 1930-an,
namun pada saat itu ide koneksi matematis hanya terbatas pada koneksi pada aritmetik
(Hendriana et al., 2014). Koneksi matematis diilhami oleh karena ilmu matematika tidaklah
terpatisi dalam berbagai topik yang saling terpisah, namun matematika merupakan satu
kesatuan. Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari ilmu selain matematika dan
masalah-maslah yang terjadi dalam kehidupan. Tanpa koneksi matematis maka siswa harus
belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah
(NCTM, 2000). Konsep-konsep dalam bilangan pecahan, presentase, rasio, dan
perbandingan linear merupakan salah satu contoh topik-topik yang dapat dikait-kaitkan
(Kenedi et al., 2019).
Dari tujuh kemampuan koneksi yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sebenarnya terdapat tiga kata kerja indikator pada kemampuan koneksi yang
13
dimaksud. Kata kerja indikator tersebut yaitu melihat/ mengenal, menghubungkan, dan
menggunakan/ menerapkan. Sementara itu, terdapat empat komponen yang dapat
dikoneksikan secara matematis yaitu: pengetahuan konseptual dan prosedural, topik-topik
dalam matematika, topik/pelajaran di luar matematika, dan aktivitas kehidupan sehari-hari
(Sari, Chandra, & Sudirman, 2018).
14
konteks dan motivasi untuk mempelajari fungsi linear, karena data berpasangan sering
ditampilkan dengan grafik fungsi. Bentuk juga merupakan tema lain yang dapat digunakan
untuk memperlihatkan koneksi matematika. Sebagai contoh bentuk kurva berkaitan dengan
karakteristik datanya.
Kedua, mathematical process atau proses matematis. Aspek proses matematis dari
koneksi matematis meliputi: representasi, aplikasi, problem solving dan reasoning (Asiyah,
Suyitno, & Safa’atullah, 2017). Empat kategori aktivitas ini akan terus berlangsung selama
seseorang mempelajari matematika. Agar siswa dapat memahami konsep secara medalam,
mereka harus membuat koneksi diantara representasi. Aktivitas aplikasi, problem solving,
dan reasoning, membutuhkan berbagai pendekatan matematika, sehingga siswa dapat
menemukan koneksi. Sebagai contoh untuk mencari turunan menggunakan definisi fungsi,
siswa harus mengaplikasikan limit dan komposisi fungsi. Komposisi fungsi dengan polinom
berderajat besar melibatkan ekspansi binomial, yang koofisiennya dapat diperoleh melalui
perhitungan kombinatorik (Yosopranata, Zaenuri, & Mashuri, 2018). Aktivitas problem
solving seperti pencarian nilai optimum melibatkan pemodelan, representasi aljabar atau
kalkulus. Pembuktian rumus-rumus turunan merupakan kegiatan reasoning yang melibatkan
ide-ide matematis.
15
teritegrasi. Oleh karena itu memandang matematika secara keseluruhan sangat penting
dalam belajar dan berpikir tentang koneksi diantara topik-topik dalam matematika.
Kaidah koneksi dari Yosopranata et al. (2018) menyebutkan bahwa setiap konsep,
prinsip, dan keterampilan lainnya. Stuktur koneksi yang terdapat di antara cabang-cabang
matematika memungkinkan siswa melakukan penalaran matematis secara analitik dan
sintetik. Melalui kegianatn ini, kemampuan matematis siswa menjadi berkembang. Bentuk
koneksi yang paling utama dalah mencari koneksi dan relasi diantara berbagai struktur
dalam matematika. Dalam pembelajaran matematika guru tidak perlu membantu siswa
dalam menelaah perbedaan dan keragaman struktur-struktur dalam matematka, tetapi siswa
perlu menyadari sendiri adanya koneksi antara berbagai struktur dalam matematika. Struktur
matematika adalah ringkas dan jelas, sehingga melalui koneksi matematis maka
pembelajaran matematika menjadi lebih mudah dipahami oleh anak (Hidayah & Kurniaasih,
2019). Metha et al. (2018) menyatakan bahwa tidak hanya koneksi matematis yang penting
namun kesadaran perlunya koneksi dalam belajar matematika juga penting. apabia ditelaah
tidak ada topik dalam matematika yang berdiri sendiri tanpa adanya koneksi dengan topik
lainnya. Koneksi antar topik dalam matematika dapat dipahami anak apabila anak
mengalami pembelajaran yang bermakna. Koneksi diantara proses-proses dan konsep-
konsep dalam matematika merupakan objek abstrak artinya koneksi ini terjadi dalam pikiran
siswa, misalnya siswa menggunakan pikirannya pada saat mengkoneksikan antara symbol
dengan represntasinya (Xu, Liu, Cheng, & Chen, 2019). Dengan koneksi matematis maka
pelajaran matematika terasa menjadi lebih bermakna.
Dalam artikel lain disebutkan bahwa koneksi matematis merupakan “alat pemecahan
masalah”. (Nägele, Weckwerth, Szymanski, & Planck, 2014) membenarkan ungkapan
NCTM bahwa koneksi matematis merupakan alat pemecahan masalah. Dengan menganggap
koneksi matematis sebagai alat pemecahan masalah, maka implikasinya terhadap
pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran harus membangun koneksi baru dan
menggunakan koneksi yang telah terbentuk untuk menyelesaikan suatu masalah. Jika siswa
tidak mampu untuk membangun suatu koneksi maka koneksi tidak berperan apa-apa dalam
pemecahan masalah (Hidayah & Kurniaasih, 2019).
16
Keterkaitan antar konsep atau prinsip dalam matematika memegang peranan yang
sangat penting dalam mempelajari matematika. Dengan pengetahuan itu, siswa memahami
matematika secara lebih menyeluruh dan lebih mendalam. Selain itu dalam menghafal juga
semakin sedikit dan akibatnya belajar matematika menjadi lebih mudah (Metha et al., 2018).
Jadi, kemampuan koneksi matematis sangat penting dimiliki oleh siswa khususnya
dalam belajar matematika. Pentingnya koneksi matematis tersebut secara umum dapat
dirangkum sebagai berikut (Hidayah & Kurniaasih, 2019):
a. Koneksi matematis dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat memahami
matematika secara mendalam, lebih menyeluruh dan lebih bermakna,
b. Koneksi matematis sangat bermanfaat bagi siswa sebagai alat dalam problem solving,
dan
c. Koneksi matematis dapat memberikan pengalaman belajar yang bisa meningkatkan
kemandirian belajar, menumbuhkan kepercayaan, dan kesadaran yang lebih tinggi
tentang manfaat matematika.
17
dan simbol abstrak diperlukan pada saat siswa belajar memahami maknaoperasi bilangan.
Di sekolah menengah, representasi yang beragam perlu ditampilkan, dieksplorasi, dan
ditekankan. Sebagai contoh ketika mempelajari kesebanguan dua segiempat, representasi
yang diperlukan meliputi representasi gambar, simbol dan tabel.
Ketika siswa dapat melihat hubungan terhadap bidang isi matematika yang berbeda,
mereka mengembangkan pandangan matematika sebagai suatu kesatuan. Selama mereka
membangun pada pemahaman matematika mereka sebelumnya sambil belajar konsep-
konsep baru, siswa menjadi semakin sadar akan koneksi antara berbagai topik matematika.
Seperti pengetahuan siswa tentang matematika, kemampuan mereka untuk menggunakan
berbagai representasi matematika, dan akses mereka ke teknologi canggih dan peningkatan
software, menjadikan koneksi mereka dengan disiplin ilmu lain, terutama ilmu-ilmu science
dan ilmu-ilmu sosial, memberi mereka kemampuan matematika yang lebih besar.
18
1) Berapa banyak kertas yang digunakan di sekolah Anda dalam satu tahun? Berapa
banyak pohon yang ditebang untuk membuat kertas-kertas yang digunakan di sekolah
Anda?
Jawab:
Fakta menunjukkan bahwa 250 kg kertas memerlukan kira-kira satu pohon sebagai
bahan bakunya. Berapa banyak kertas yang digunakan sekolah Anda setiap hari? Jika
satu hari menggunakan 100 lembar kertas maka dalam satu tahun ada 100 × 365 =
36.500 lembar. Satu lembar kertas beratnya 5 g, berarti dalam satu tahun menggunakan
kertas sebanyak 36.500 × 5 = 182.500g = 182,5kg. Jika ada 1.000 sekolah maka dalam
setahun menghabiskan 1.000 × 182,5 = 182.500 kg. Mengingat 250 kg diperlukan satu
pohon maka untuk 182.500kg kertas diperlukan 730 pohon. Bayangkan jika keadaan ini
berlangsung dalam puluhan tahun di seluruh dunia. Berapa pohon yang ditebang untuk
keperluan membuat kertas?
Masalah di atas merupakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (atau paling
tidak masalah kontekstual) yang penyelesaiannya memerlukan keterampilan, fakta, konsep
dan prosedur matematika. Disini matematika menjadi alat (tool) untuk mengorganisasi,
menyimpulkan, menyajikan data dan menyediakan bahan untuk membuat keputusan.
Dalam masalah tersebut, siswa tidak hanya belajar mengenai matematika saja, tetapi
siswa juga dapat belajar mengenai bagaimana menyajikan suatu data dengan baik. Selain
itu, siswa juga mendapatkan informasi mengenai penggunaan kertas pada kehidupan sehari-
hari. Dengan mengetahui hal tersebut, diharapkan siswa dapat menghemat penggunaan
kertas untuk melindungi populasi pohon di Indonesia.
19
konsep matematis lebih dalam dengan menggunakan representasi yang bermacam-macam.
Kemampuan representasi yang digunakan dalam belajar matematika seperti menggambar
grafik maupun simbol akan membantu komunikasi dan berpikir siswa (Ramziah, 2016).
Mereka juga akan belajar menggunakan bentuk representasi seperti eksponen dan
notasi ilmiah ketika bekerja dengan angka-angka besar dan kecil serta menggunakan suatu
variasi grafis untuk merepresentasikan dan menganalisis himpunan data (NCTM, 2000).
Representasi pada hakekatnya bukan menunjukkan kepada produk atau hasil yang
terwujud dalam bentuk konstruksi baru, tetapi juga proses berpikir yang dilakukan dalam
menangkap dan memahami konsep, operasi, dan hubungan-hubungan matematis dari suatu
konfigurasi (Dahlan dan Juandi, 2011);(Ningsih, 2018).
Dengan kata lain representasi berlangsung dalam dua tahap, yaitu representasi
internal dan eksternal. Representasi internal didefinisikan sebagai proses berpikir tentang
ide-ide matematis yang memungkinkan pikiran seseorang bekerja atas ide tersebut (Yang et
al., 2016). Sedangkan representasi eksternal adalah perwujudan untuk menggambarkan apa
yang dikerjakan secara internal. Menurut Kartini (2009), anak dapat diekspos pada sejumlah
perwujudan fisik, misalnya”lima” dan kemudian mulai mengabtraksikan konsep lima
tersebut. Dalam proses ini, anak tersebut dapat membangun sebuah representasi internal
(representasi mental, representasi kognitif, gambaran mental, skema) (Kurhan & Kurhan,
2017). Dapat disimpulkan bahwa representasi matematis adalah ungkapan-ungkapan dari
ide-ide matematika yang digunakan untuk memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil
kerjanya dengan cara tertentu sebagai hasil interpretasi dari pikirannya.
20
2. Bentuk Bentuk Representasi
Representasi berguna untuk menyelesaikan masalah atau memperjelas, atau
memperluas ide-ide matematika. Mulai dari proses mengumpulkan fakta (data), menyusun
tabel atau grafik, sampai pada pengembangan representasi simbolik (aljabar). Kartini (2009)
mengungkapkan bahwa pada dasarnya bentuk-bentuk representasi digolongkan menjadi
representasi visual (gambar, diagram grafik, atau tabel), representasi simbolik
(pernyataan/notasi matematik, numerik/simbol aljabar), dan representasi verbal (teks
tertulis/katakata) (Ratnasari, Tadjudin, Syazali, & Andriani, 2018). Bentuk-bentuk
representasi tersebut dijadikan sebagai dasar dan indikator dalam menilai kemampuan
representasi siswa. Dasar/standar kemampuan representasi yang dikemukakan National
Council of Teachers of Mathematics (2000) yaitu sebagai berikut.
21
konsep matematika dalam kehidupan seharihari melalui pemodelan. Hal tersebut
diakibatkan oleh proses pembelajaran matematika yang didesain guru cenderung deduktif
(penyampaian rumus, aturan, atau dalil matematika secara langsung) tanpa diawali oleh
proses induktif atau tanpa pemberian konteks yang berkaitan dengan aturan-aturan
matematika yang diajarkan (Juandi dan Dahlan, 2011).
22
Representasi-representasi berbeda yang mengacu pada konsep yang sama akan
saling melengkapi dan semuanya bersamasama berkontribusi untuk pemahaman global
darinya (Gagatsis & Shiakalli dalam Gagatsis & Elia, 2005). Oleh karena itu, tiga anggapan
untuk penguasaan konsep dalam matematika ialah sebagai berikut.
Representasi yang dihadirkan oleh siswa tidak mesti yang konvensional atau yang
sudah biasa kita kenal tapi dapat merupakan representasi yang tidak konvensional yang
dapat mereka mengerti. Sebagaimana yang dijelaskan dalam NCTM. Penting bagi kita
mendorong para siswa untuk merepresentasikan berbagai gagasan mereka di dalam cara-
cara yang mereka mengerti, bahkan jika representasi- representasi pertama mereka tidak
konvensional. Penting juga bahwa mereka mempelajari bentuk-bentuk representasi yang
konvensional untuk mempermudah belajar matematika dan komunikasi mereka dengan
orang lain tentang gagasan- gagasan matematis. (NCTM, 2000)
23
Dari beberapa defenisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa representasi
matematis adalah ungkapan-ungkapan dari ide-ide matematika (masalah, pernyataan,
definisi, dan lain-lain) yang digunakan untuk memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil
kerjanya dengan cara tertentu (cara konvensional atau tidak konvensional) sebagai hasil
interpretasi dari pikirannya.
Sejumlah pakar (Goldin; 2002 dalam Maulyda, 2018) membagi representasi menjadi
dua bagian yakni representasi eksternal dan internal. Representasi eksternal, dalam bentuk
bahasa lisan, simbol tertulis, gambar atau objek fisik. Sementara untuk berfikir tentang
gagasan matematika maka mengharuskan representasi internal. Representasi internal
(representasi mental) tidak bisa secara langsung diamati karena merupakan aktivitas mental
dalam otaknya.
Schnotz (dalam Maulyda et al., 2019)) membagi representasi eksternal dalam dua
kelas yang berbeda yaitu representasi descriptive dan depictive. Representasi descriptive
terdiri atas simbol yang mempunyai struktur sembarang dan dihubungkan dengan isi yang
dinyatakan secara sederhana dengan makna dari suatu konvensi, yakni teks, sedangkan
representasi depictive termasuk tanda-tanda ikonic yang dihubungkan dengan isi yang
dinyatakan melalui fitur struktural yang umum secara konkret atau pada tingkat yang lebih
abstrak, yaitu, display visual.
Lebih lanjut Gagatsis dan Elia (2004) mengatakan bahwa untuk siswa kelas 1, 2 dan
3 sekolah dasar, representasi dapat digolongkan menjadi empat tipe, yaitu representasi
verbal (tergolong representasi descriptive), gambar informational, gambar decorative, dan
garis bilangan (tergolong representasi depictive). Perbedaan antara gambar informational
dan gambar decorative adalah pada gambar decorative, gambar yang diberikan dalam soal
tidak menyediakan setiap informasi pada siswa untuk menemukan solusi masalah, tetapi
hanya sebagai penunjang atau tidak ada hubungan langsung kepada konteks masalah.
Gambar informational menyediakan informasi penting untuk penyelesaian masalah atau
masalah itu didasarkan pada gambar.
24
grafik, atau dengan tabel data. Lesh, Post dan Behr (dalam Hwang, et. al., 2007) membagi
representasi yang digunakan dalam pendidikan matematika dalam lima jenis, meliputi
representasi objek dunia nyata, representasi konkret, representasi simbol aritmatika,
representasi bahasa lisan atau verbal dan representasi gambar atau grafik.
Di antara kelima representasi tersebut, tiga yang terakhir lebih abstrak dan
merupakan tingkat representasi yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah matematika.
Kemampuan representasi bahasa atau verbal adalah kemampuan menerjemahkan sifat-sifat
yang diselidiki dan hubungannya dalam masalah matematika ke dalam representasi verbal
atau bahasa (Yuanita et al., 2018). Kemampuan representasi gambar atau grafik adalah
kemampuan menerjemahkan masalah matematik ke dalam gambar atau grafik. Sedangkan
kemampuan representasi simbol aritmatika adalah kemampuan menerjemahkan masalah
matematika ke dalam representasi rumus aritmatika.
25
representasi matematika dan membantu mereka menggunakan representasi tersebut. Penting
untuk guru memperhatikan cara di mana perbedaan representasi dari objek yang sama dapat
menyampaikan informasi yang berbeda dan menekankan pentingnya memilih representasi
yang sesuai dengan keterangannya (NCTM, 2000).
26
bila menggambarkan proses kognitif untuk sampai pada pemahaman tentang suatu ide
dalam matematika.
Guru harus merubah pola pembelajaran yang biasanya memberikan rumus- rumus
jadi tanpa memberikan pemahaman lebih lanjut, menjadi pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merepresentasikan pemahaman akan konsepnya sendiri.
Pemberian kesempatan untuk membuat representasi informal terlebih dahulu menuju ke
representasi formal akan mengarahkan dan membimbing siswa dari situasi konkret ke
27
situasi abstrak. Siswa diberi kesempatan untuk mengamati pola, melihat dan membuat
hubungan dalam pola, membuat generalisasi, dan kemudian membuat ekspresi
matematikanya.
Pendapat Mc.Coy, Baker dan Little (Alhaddad, 2010) bahwa aktivitas pembelajaran
matematika yang melibatkan siswa berlatih dan berkomunikasi dengan menggunakan ragam
representasi menyebabkan lingkungan pembelajaran lebih kaya. Dalam pembelajaran
matematika , representasi tidak harus terikat pada perubahan satu bentuk ke bentuk lainnya
dalam satu arah, tetapi bisa dua arah atau bahkan multi arah.Representasi-representasi
berbeda yang mengacu pada konsep yang sama akan saling melengkapi dan semuanya
bersama-sama berkontribusi untuk pemahaman secara global.
Contoh sederhana ketika siswa sekolah dasar kelas satu diberikan pertanyaan
“Berapa banyak kaki yang ada di rumahmu?”. Representasi yang diberikan siswa, sebagai
berikut.
Beragam bentuk representasi dari masalah yang sama diberikan oleh siswa untuk
mengomunikasikan gagasannya. Kemampuan representasi matematik siswa akan terus
berkembang jika guru selalu menciptakan aktivitas pembelajaran matematika yang mampu
melatih siswa untuk berkomunikasi menggunakan ragam representasi sejak dini.
28
1) Ayah membuat pagar sepanjang 6 meter. Terdapat jarak 3 meter antar tiang pagar.
Berapa banyak tiang dibutuhkan? (Kunci: 3 tiang)
Soal di atas dapat membantu dan melatih siswa dalam mengomunikasikan gagasannya
sehingga kemampuan mereka dalam merepresentasikan matematika akan terus
berkembang. Peran guru dalam hal ini yaitu membantu siswa dalam menerjemahkan soal
tersebut ke dalam gambar agar siswa menjadi mampu dalam merepresentasikan soal
tersebut menurut pemahaman mereka sendiri. Siswa dapat merepresentasikan soal tersebut
ke dalam diagram atau gambar. Siswa dapat terlebih dahulu mengambar sketsa tiang
dengan mengandaikan tiang tersebut berjarak 6 meter. Kemudian siswa dapat mengambar
masing masing tiang dengan jarak tiga meter. Dengan melakukan hal tersebut, siswa dapat
menyimpulkan ada berapa tiang yang dibutuhkan dalam membuat pagar. Selain itu, siswa
juga dapat mengerjakan tugas tersebut dengan berdiskusi dengan masing-masing teman
mereka tentang apa yang telah dilakukan. Jika siswa lain memiliki kesulitan dalam melihat
gambar teman mereka, siswa dapat diminta menaruh gambar matematika mereka pada
posisi yang lebih bagus untuk dilihat. Sehingga siswa yang lain dapat memahami maksud
dari gambar matematika tersebut.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi secara tepat. Komunikasi matematis merupakan cara berbagi ide-ide dan
memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide menjadi objek yang dapat
direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. Proses komunikasi juga membantu
membangun makna dan mempermanenkan ide-ide serta dapat menjelaskan ide-ide (NCTM,
2000).
Menurut (Dina & Ikhsan, 2019), pentingnya komunikasi karena beberapa hal yaitu untuk
menyatakan ide melalui percakapan, tulisan, demonstrasi, dan melukiskan secara visual dalam
tipe yang berbeda; memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide yang disajikan
dalam tulisan atau dalam bentuk visual; mengkonstruksi, memginterpretasi, dan mengaitkan
berbagai bentuk representasi ide dan berhubungannya; membuat pengamatan dan konkekture,
merumuskan pertanyaan, membawa dan mengevaluasi informasi; menghasilkan
danmenyatakan argumen secara persuasif.
Guru dapat membentuk kemampuan komunikasi siswa saat diskusi kelas. Pertama yaitu
membentuk perilaku yang mendukung proses pembelajaran di kelas. Selain itu, memilih dan
menggunakan permasalahan matematika yang memungkinkan terjadi banyak komunikasi.
Ketiga, memandu diskusi kelas mengenai apa yang sedang dipelajari dengan memantau proses
belajar siswa. Guru sebaiknya berusaha untuk membentuk pembelajaran yang kaya akan
komunikasi matematis dimana siswa diyakinkan untuk membagikan idenya dan mencari
pembenaran hingga ia paham (Zakiri et al., 2018). Beberapa pengajaran sekolah menjadikan
komunikasi sebagai pusat pengajaran dan pembelajaran matematika serta menilai pengetahuan
siswa.
30
Setiawan, Suyitno, & Susilo (2017) mengemukakan bahwa aspek-aspek yang berkaitan
dengan koneksi matematis disasumsikan ada tiga. Ketiga aspek yang dimaksud yaitu: (1)
unifying themes atau penyatuan tema-tema., (2) mathematical processes atau proses matematis,
dan (3) mathematical connectors atau konektor matematis.
NCTM (2000), menyatakan bahwa matematika bukan kumpulan dari topik dan
kemampuan yang terpisah-pisah, walaupun dalam kenyataannya pelajaran matematika sering
dipartisi dan diajarkan dalam beberapa cabang. Matematika merupakan ilmu yang teritegrasi.
Oleh karena itu memandang matematika secara keseluruhan sangat penting dalam belajar dan
berpikir tentang koneksi diantara topik-topik dalam matematika.
Ketika siswa dapat melihat hubungan terhadap bidang isi matematika yang berbeda,
mereka mengembangkan pandangan matematika sebagai suatu kesatuan. Selama mereka
membangun pada pemahaman matematika mereka sebelumnya sambil belajar konsep-konsep
baru, siswa menjadi semakin sadar akan koneksi antara berbagai topik matematika. Seperti
pengetahuan siswa tentang matematika, kemampuan mereka untuk menggunakan berbagai
representasi matematika, dan akses mereka ke teknologi canggih dan peningkatan software,
menjadikan koneksi mereka dengan disiplin ilmu lain, terutama ilmu-ilmu science dan ilmu-
ilmu sosial, memberi mereka kemampuan matematika yang lebih besar.
Kemampuan matematis yang perlu dikembangkan di antaranya adalah kemampuan
representasi matematis. Siswa dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman konsep
matematis mereka dan hubungannya seperti membuat, membandingkan, dan menggunakan
variasi representasi. Representasi meliputi bentuk objek, gambar, diagram, grafik, dan simbol
yang juga dapat membantu siswa mengkomunikasikan pikiran mereka (Sajadi, Amiripour, &
Representasi berguna untuk menyelesaikan masalah atau memperjelas, atau memperluas
ide-ide matematika. Mulai dari proses mengumpulkan fakta (data), menyusun tabel atau grafik,
sampai pada pengembangan representasi simbolik (aljabar). Representasi-representasi berbeda
yang mengacu pada konsep yang sama akan saling melengkapi dan semuanya bersamasama
berkontribusi untuk pemahaman global darinya (Gagatsis & Shiakalli dalam Gagatsis & Elia,
2005).
Guru membantu siswa belajar menggunakan representasi melalui mendorong mereka
membuat dan menggunakan representasi untuk mendukung pikiran dan komunikasi mereka.
Guru membantu siswa mengembangkannya melalui mendengarkan, bertanya, dan membuat
31
suatu usaha untuk memahami apa yang mereka coba komunikasikan dengan gambar atau
tulisan mereka, khususnya ketika tidak terbiasa melibatkan representasi. Jadi, guru memiliki
sebuah peran penting dalam membantu siswa mengembangkan rasa percaya diri dan
kemampuan dalam membuat representasi mereka sendiri ketika mereka butuh menyelesaikan
suatu masalah yang menantang (NCTM, 2000).
B. Saran
Kami selaku penulis mengetahui bahwa makalah ini memilki banyak sekali kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.
32
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lis. 2017. Pengembangan Soal Untuk Mengukur Kemampuan Koneksi Antar Topik
Matematika Siswa Sekolah Dasar. Universitas Sjakhyakirti Palembang
Hodiyanto. 2017. KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7. No. 1. Hal 9 – 18.
Maulyda, Muhammad Archi. 2020. PARADIGMA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
NCTM. Malang: CV IRDH.
Wardani, Sri, dkk. 2010. PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA DI SD. KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT
JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN MATEMATIKA.
33