Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN STUDI LAPANGAN ETNOMATEMATIKA “KAMPUNG

NAGA”
Dalam Rangka Melengkapi Tugas Perkuliahan Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika

Dosen :
Dra. Hj. Nunung Sobarningsih, M.Pd.
Rikrik Nurdiansyah, M.Pd.

Kelas 5C
Oleh Kelompok 4:
Nurul Muhsinin 1172050077
Rafiqa Nur Hasna Maulida 1172050079
Ratih Alya Farhani 1172050081
Regi Ahmad Zaelani 1172050082
Riza Aulia 1172050087
Safira Chairunnisa 1172050090
Salma Nur Qolbi 1172050091
Saraswati Amalia Dewi 1172050093
Shofira Urwatul Wutsqo 1172050096
Syifa Afianti Nur Fadhilah 1172050105

JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019
A. Latar Belakang Kegiatan
Daerah Jawa Barat terkenal akan segala kebudayaannya. Salah satu
daerah yang terkenal adalah Kampung Naga, yang berada di Tasikmalaya.
Ternyata, di Kampung Naga banyak objek budaya yang dapat dikaitkan
dengan matematika, misalnya kehidupan perokonomian yang ada di
kampung tersebut, dan matematika adalah salahsatu bidang yang dapat
dikaitan dengan budaya. Dalam bidang matematika kampung naga
merupakan salah satu objek kajian etnomatematika. Oleh karena itu kami
mahasiswa pendidikan matematika semester 5 UIN Sunan Gunung Djati
Bandung melakukan studi lapangan untuk mencari objek kajian tesebut di
Kampung Naga. Hubungan antara budaya dan matematika adalah langkah
penting untuk mengenali berbagai cara berfikir yang dapat meyebabkan
berbagai bentuk matematika. Inilah yang disebut etnomatematika.
Secara bahasa etnomatematika adalah, terdiri tiga kata yaitu awalan,
“etno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada
konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos dan
symbol. Yang kedua kata dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan,
mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean,
mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan dan yang terakhir pemodelan.
Akhiran, “tik” berasal dari techn, dan brmakna sama seperti teknik.
Sedangkan secara istilah diartikan sebagai “Matematika yang dipraktekan
di antara kelompok budaya diidentifikasikan seperti masyarakat nasional
suku, kelompok buruh, anak anak dari kelompok usia tertentu dan kelas
profesional” (Zulkifli M. 2016. Etnomatematika dalam Sistem Pembilang
Pada Masyarakat Melayu Riau. Jurnal Penelitian Sosial dan Keagamaan
dietrbitkan. Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau)

B. Tujuan
Mengambil seluruh objek kajian yang berkaitan antara budaya dan
matematika yang terdapat di Kampung naga. Seperti Banyak tangga, atau
banyak bangunan , atau tahannya sebuah bangunan dan perekonomian yang
berada di kampung naga.
C. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat oleh semua kalangan
terkhusus kepada para mahasiswa sebagai alat untuk memberikan
pemahaman lebih terhadap objek kajian matematika yang sangat berkaitan
dengan budaya atau dapat disebut dengan etnomatematika.

D. Nilai Budaya Dengan Pembelajaran Matematika


Nilai – nilai budaya yang terdapat di Kampung Naga dan bisa
digunakan untuk mendukung proses pembelajran matematika diantaranya
anyaman bambu. Anyaman bambu yang dibuat oleh masyarakat Kampung
Naga memiliki bentuk yang bermacam-macam. Anyaman yang dibuat ada
yang berbentuk lembaran atau bangun datar (dua dimensi) dan ada yang
berbentuk bangun ruang (tiga dimensi). Yang berbentuk lembaran atau
bangun datar (dua dimensi), misalnya kipas (hihid)dan dinding (bilik).
Selain benda dua dimensi, masyarakat kampung Naga juga mampu
membuat benda anyam tiga dimensi, seperti bakul (boboko),kukusan
(aseupan), tolombong, ayakan, dan tempat snack. Benda anyam tiga dimensi
tersebut berbentuk kerucut, tabung, dan kubus. Bentuk benda anyam yang
dibuat oleh masyarakat Kampung Naga hampir sama dengan benda anyam
yang dibuat oleh masyarakat Sunda pada umumnya. Perbedaannya yaitu
hingga saat ini masyarakat Kampung Naga masih membuat anyaman
tersebut dan menggunakannya sebagai perkakas atau perabot rumah tangga.
Benda-benda anyam tersebut digunakan oleh masyarakat Kampung Naga
untuk memudahkannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya,
kukusan(aseupan) masih digunakan oleh masyarakat Kampung Naga untuk
menanak nasi. Hal ini berbeda dengan masyarakat Sunda pada umumnya
yang sudah menggunakan rice cookeruntuk menanak nasi. Oleh karena itu,
menurut hemat peneliti anyaman masyarakat Kampung Naga memiliki
kekhasan tersendirikarena nilai guna dari anyaman yang masih
dimanfaatkan masyarakat Kampung Naga dalam kehidupan sehari-
hari.Unsur geometri yang mungkin diungkap dari pola-pola anyaman yang
dibuat oleh masyarakat Kampung Naga, yaitu unsur simetri dan isometri.
Unsur simetri yang terungkap yaitu simetri huruf “H”. Sedangkan, unsur
isometri yang terungkap yaitu translasi, refleksi, dan refleksi geser (glide
reflection). Hal ini dapat terjadi karena dalam proses menganyam
diperhatikan susunan urutan lusi (bilah bambu vertikal) yang diangkat dan
tidak diangkat serta susunan urutan jalinan yang berulang. Unsur geometri
pada pola anyaman dipaparkan dalam tabel 1.

No. Pola Anyaman Bentuk Pemodelan Unsur Geometri


1. Anyam Silang Tunggal Translasi

2 Anyaman Silang Ganda Simetri

3. Anyaman Tiga Sumbu Translasi dan


Refleksi

Tabel 1
Seperti yang terlihat pada tabel 1, unsur geometri yang terungkap
pada model pola anyaman yang pertama yaitu translasi. Pola baris ketiga
merupakan hasil translasi dari baris pertama, pola baris keempat merupakan
hasil translasi dari baris kedua, dan seterusnya. Begitu pula dengan bilah
bambu vertikal, pola anyaman pada bilah bambu vertikal ketiga merupakan
hasil translasi bilah bambu vertikal pertama, bilah bambu vertikal keempat
merupakan hasil translasi dari bilah bambu vertikal kedua, dan seterusnya.
Pada model pola anyaman kedua, unsur geometri yang terungkap
adalah simetri huruf H. Pada pola tersebut, sisi kanan adalah cermin dari
sisi kiri dan bagian atas juga merupakan cermin dari bagian bawah. Bagian
kiri dan kanan saling kongruen oleh garis simetri vertikal. Begitu pula
dengan bagian atas dan bawah saling kongruen oleh garis simetri horizontal.
Pada model anyam ketiga, unsur geometri yang terungkap adalah
translasi, refleksi, dan refleksi geser (glide reflection). Dalam pola tersebut,
bentuk segienam ditranslasikan dengan jarak tetap dan arah tertentu,
sehingga segienam asal dengan segienam hasil translasi memiliki bentuk
dan ukuran yang sama. Sedangkan, refleksi terlihat pada pola segitiga yang
terbentuk dari pola anyam tiga sumbu. Refleksi tersebut dilakukan terhadap
garis cermin horizontal. Refleksi geser (glide reflection) juga terlihat dari
pola segitiga yang direfleksikan terhadap garis cermin horizontal, kemudian
hasil refleksinya ditranslasikan dengan jarak tetap dan arah tertentu.
E. Soal Matematika dalam Konteks Budaya “Kampung Naga”

Kisi - Kisi Penulisan Soal

Jenjang Pendidikan : SMP/MTs/Sederajat


Mata Pelajaran : Matematika
Kurikulum : 2013
Kelas : VII
Bentuk Soal : 1 Uraian Singkat

Kompetensi Indikator Level Tingkat Nomor Bentuk


No
Dasar Soal Kognitif Kesukaran Soal Soal
1. 4.1 Diberikan Level 2 Mudah 1 Uraian
Menyelesaikan permasalahan Singkat
masalah yang dalam
berkaitan dengan kehidupan
urutan beberapa sehari-hari,
bilangan bulat peserta didik
dan pecahan dapat
(biasa, menentukan
campuran, waktu
desimal, persen) pergantian
atap dan
dinding
secara
bersamaan.

Soal :
1. Terdapat suatu rumah di
Kampung Naga milik mbah Kuncen
dengan atap dan dinding yang tahan
selama x dan y tahun. Jika atap
1
tersebut di ganti setiap dari
2

pergantian dinding dan dinding


tersebut diganti setiap 5 dekade, maka
apakah pada 150 tahun kedepan dinding dan atap tersebut diganti secara
bersamaan ?
Penyelesaian:
Diketahui :
x adalah lamanya pergantian atap
y adalah lamanya pergantian dinding
1
𝑥 = 2𝑦

y = 5 dekade = 50 tahun

Ditanyakan :
Apakah pada 150 tahun kedepan dinding dan atap tersebut diganti secara
bersamaan ?

Jawab :
1
𝑦 = 50 → 𝑥 = (50) = 25
2
Jadi atap diganti setiap 25 tahun.

Tabel Pergantian Atap dan Dinding


1 2 3 4 5 6
x 25 50 75 100 125 150
y 50 100 150 200 250 300

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada 150 tahun kedepan atap diganti untuk
yang ke 6 kali dan dinding diganti untuk yang ke 3 kali.
Jadi, dapat disimpulkan pada 150 tahun kedepan atap dan dinding diganti
secara bersamaan.
Kisi - Kisi Penulisan Soal

Jenjang Pendidikan : SMP/MTs/Sederajat


Mata Pelajaran : Matematika
Kurikulum : 2013
Kelas : VIII
Bentuk Soal : 1 Uraian Singkat

Kompetensi Indikator Level Tingkat Nomor Bentuk


No
Dasar Soal Kognitif Kesukaran Soal Soal
1. 4.1 Diberikan Level 2 Sedang 1 Uraian
Menyelesaikan permasalahan Singkat
masalah yang dalam
berkaitan dengan kehidupan
pola pada barisan sehari-hari,
bilangan dan peserta didik
barisan dapat
konfigurasi menjawab
objek. permasalahan
yang
diberikan
tentang waktu
pengambilan
air.

Soal :

2. Untuk mengambil air bersih, Budi harus


menaiki dan menuruni tangga sejumlah 444 anak
tangga, untuk menaiki 1 anak tangga Budi
membutuhkan waktu 1 detik, ketika sudah
mencapai anak tangga ke 150 Budi membutuhkan
waktu 1.5 detik untuk menaiki 1 anak tangga, dan
ketika sudah mencapai anak tangga ke 350 Budi
membutuhkan waktu 2 detik. Selanjutnya setiap
40 anak tangga Budi beristirahat selama 5 detik.
Kemudian ketika menuruni tangga, Budi membutuhkan waktu setengah dari
ketika ia menaikinya. Apakah dalam waktu 15 menit , Budi dapat
mengambil air bersih tersebut ?
Penyelesaian :
Terdapat 444 anak tangga,
 Setiap anak tangga 1 hingga 150 membutuhkan waktu 1 detik,
sehingga : 150 × 1 = 150 detik.
 Setiap anak tangga ke 151 hingga 350 membutuhkan waktu 1.5
detik, sehingga : 200 × 1.5 = 300 detik.
 Setiap anak tangga ke 351 hingga 444 membutuhkan waktu 2 detik,
sehingga : 94 × 2 = 188 detik.
 Setiap 40 anak tangga beristirahat selama 5 detik, sehingga : 444 −
4 = 440 ÷ 40 = 11 → 11 × 5 = 55 detik.

Total waktu yang dibutuhkan Budi untuk menaiki tangga adalah : 150 +
300 + 188 + 55 = 693 detik = 11 menit 33 detik.

Sehingga waktu yang dibutuhkan Budi untuk menuruni tangga adalah :


693 ÷ 2 = 346.5 detik = 5 menit 46.5 detik.

Jadi total waktu yang dibutukan Budi untuk menaiki dan menuruni
tangga adalah : 693 + 346.5 = 1039.5 detik = 17 menit 19.5 detik.
Sehingga dalam waktu 15 menit Budi tidak bisa mengambil air tersebut.
F. Penutup
Telah terlaksananya Studi Lapangan Etnomatemaika di Kampung Naga yang
bertujuan untuk mengambil seluruh objek kajian yang berkaitan antara budaya dan
matematika yang terdapat di Kampung naga. Seperti Banyak tangga, atau banyak
bangunan , atau tahannya sebuah bangunan dan perekonomian yang berada di kampung
naga. Laporan ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat oleh semua kalangan
terkhusus kepada para mahasiswa sebagai alat untuk memberikan pemahaman lebih
terhadap objek kajian matematika yang sangat berkaitan dengan budaya atau dapat
disebut dengan etnomatematika. Objek kajian yang terdapat di kampung Naga berupa
anyaman dan bentuk pemodelannya yang memiliki beberapa pola diantaranya Anyam
Silang Tunggal, Anyam Silang Ganda, dan Anyam Tiga Sumbu. Dan terdapat unsur
metematika yang terkandung di dalamnuya yaitu unsur Geometri seperti Translasi,
Simetri, serta Translasi dan Refleksi.

G. Hasil Presentasi

Tanggal Presentasi : Tanda Penilai,


Dosen :
Nilai :
(60 s.d 100) (________________________)
Catatan Penilai :

Anda mungkin juga menyukai