Anda di halaman 1dari 11

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA GEOMETRI TRANSFORMASI

PADA BATIK CIREBON

Ratih Alya Farhani, Rianti Anisa Suciati, Riza Aulia, Safira Chairunnisa, Tanti Nur
Rahmawati, Siti Robiah Awaliyah

Sarjana Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Email: rizaali227@gmail.com

Abstract

Mathematics is one of the subjects that is avoided by many students, the reason is certainly not only
one, but one of them is mathematics as a subject in school tends to look far away from the mathematics
of everyday life so that many students feel it is not important to struggle in learning mathematics.
Therefore it is necessary to study the application of mathematics in the culture of certain societies and
groups or commonly called ethnomatics. This study examines the transformation geometry
ethnomatics in Cirebon batik. Geometry of transformation is one of the chapters in mathematics that
discusses translation, rotation, reflection and dilation. This research was conducted by collecting
papers from various sources about Cirebon batik which is made using the concept of geometry. The
results of this study indicate that mathematics is closely related to the making of batik patterns which
are native to Indonesian culture

Keywords: Ethnomatics, Transformation Geometry, Cirebon Batik, Batik Patterns.

A. PENDAHULUAN
Budaya yaitu kebiasaan yang di dalamnya berisi unsur-unsur nilai penting dan
fundamental. Budaya tersebut diwariskan oleh nenek moyang ke generasi selanjutnya. Implikasi
konsep matematika selalu ada dalam kebiasaan-kebiasaan tersebut tanpa kita sadari. Hasil budaya
di Indonesia memperlihatkan konsep matematika, seperti di dalam lukisan, ukiran hingga kesenian
semisal batik. Jadi, tidak salah jika matematika adalah bagian dari budaya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan seni budaya, suku dan bahasa.
Beragam macam seni dan budaya yang tak ternilai harganya, seperti seni tari, seni lukis hingga
batik. Budaya yang menjadi sorotan dunia adalah batik. Bahkan pada tanggal 2 Oktober 2009 telah
ditetapkan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangibel Heritage of Humanity oleh UNESCO.
Sehingga pada tanggal 2 Oktober diperingati dengan hari batik nasional, hal ini merupakan
perwujudan dari rasa bangga Indonesia terhadap batik yang sudah mendapat pengakuan dunia.
(Arwanto, 2017)
Batik Indonesia tersebar di seluruh Indonesia, di pulau Jawa Barat terdapat 4 sentra batik
yaitu Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya dan Garut. Sentra batik tertua dan banyak memiliki
pengaruh besar kepada perkembangan batik adalah daerah Cirebon. Banyak sekali jenis atau model
batik di Cirebon. Ciri khas dari batik Cirebon adalah dengan khasnya batik pesisiran dengan warna
dan motif yang memiliki keunikan sehingga berbeda dengan batik lainnya. Suatu kebanggaan
warga Cirebon karena batiknya telah dikenal sampai ke jenjang internasional.
Budaya semakin berkembang dan etnomatematika tidak dapat disadari keberadaannya oleh
orang-orang sekitar. Dikatakan bahwa begitu luas arti etnomatematika, lebih luas dari kata etno.
Sehingga matematika merupakan antropology budaya dari matematika dan pendidikan
matematika. Di pendidikan formal, matematika terlihat rumit karena dilengkapi dengan sebuah
teorema, definisi bahkan hingga rumus-rumus padahal etnomatematika lebih sederhana. Dengan
adanya etnomatematika, hal ini akan memperlihatkan cara yang berbeda dalam matematika
tentunya dengan memperhatikan pengetahuan matematika dalam pendidikan formal. (Arwanto,
2017)

B. METODE
Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan
pendekatan etnografi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara eksplorasi,
observasi, dokumentasi dan studi literatur. Eksplorasi, observasi dan dokumentasi dilakukan untuk
menemukan bentuk geometri transformasi pada batik Cirebon. Selanjutnya studi literatur
dilakukan untuk menganalisis konsep transformasi pada batik Cirebon.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


(Sudirman, Rosyadi, & Damayanti, 2017)Bentuk artistik pada batik dihasilkan melalui
transformasi titik, garis atau bidang datar melalui translasi (pergeseran) dan refleksi
(pencerminan).
(Arwanto, 2017)Apabila motif batik Cirebon ini dicermati dengan baik, maka dapat
ditemukan adanya beberapa konsep matematika Geometri Transformasi yang terkandung di
dalamnya. Konsep Matematika tersebut antara lain konsep simetri, transformasi (refleksi,
translasi, dan rotasi). Tidak hanya dapat diperhatikan dari motifnya, namun konsep matematika
ini secara tidak langsung dapat diperhatikan pada cara pembuatan beberapa motif batik. Tidak
banyak yang menyadari sesungguhnya budaya masyarakat pengrajin batik telah menanamkan
nilai-nilai matematis di dalamnya.
Hasil dari Penelitian ini berupa gambaran tentang nama dan jenis batik Cirebon berupa
berbagai jenis motif yang mengandung nila-nilai Matematis sebagai berikut:
A. Konsep Geometri Transformasi Pada Batik Cirebon Motif Kawung
(Rudyanto, Kartikasari, & Pratiwi, 2019)Batik kawung adalah batik yang berasal dari
Cirebon. Motif Kawung termasuk jenis Batik Geometreis Cirebon. Motif batik tersebut memiliki
pola mirip buah Kawung yaitu sejenis kelapa atau buah kolang-kaling. Motif ini memiliki arti
empat buah daun bunga yang merekah. Bunga teratai adalah bunga yang melambangkan kesucian
dan umur panjang.
Motif batik ini juga apablia dengan detail kita lihat maka akan didapati bahwa motif ini
memiliki ide matematis yaitu mengenai refleksi, translasi, dan rotasi. Refleksi pada motif ini yaitu
refleksi terhadap sumbu x & y. Pada motif kawung juga terlihat berkaitan dengan rotasi atau
perputaran akan kembali pada titik semulanya.

1. Konsep Refleksi
Konsep refleksi, atau bisa juga disebut pencerminan
pada geometri transformaasi ternyata terdapat pada batik
Kawung. Pada Gambar ini cukup dibuat sketsa motif
sebelah kiri dari garis tengah yang berwarna biru, yang
selanjutnya sketsa ini ditaruh disebelah kanan, bawah atau
posisi tertentu lainnya yang akhirnya akan memperoleh
motif batik yang utuh seperti gambar disamping. Lebih
rincinya sebagai berikut :

 Bentuk dasarnya adalah elips

Gambar tahap 1
 Bentukkan pada motif batik Buah Kawung dapat dipandang sebagai hasil refleksi atau
pencerminan bentuk dasar. Hasil pencerminan gambar tahap 1
Pada garis y, q dan z menghasilkan orientasi bentuk sebagai berikut.

z
y

 Gabungan pencerminan terhadap sumbu x,y,dan z menghasilkan satu bentuk atau motif
pada batik motif buah kawung

Buah Kawung

 Kemudian refleksikan Gambar sebelumnya terhadap garis vertikal dan horizontal, agar
memperbanyak motif yang sama pada batik kawung. Refleksikan terhadap sumbu X dan Y

Keterangan : Garis Hijau sebagai cermin sumbu Y dan Orange adalah Cermin sumbu X
 Setelah itu diperoleh motif kawung.
Selain konsep-konsep yang sudah dijelaskan diatas, terdapat konsep lain yang ada di
dalam motif ini, yaitu konsep translasi.
2. Konsep Traslasi
Dalam konsep lain yang digunakan dalam
pembuatan batik Cirebon Geometris motif kawung
adalah konsep translasi. Dengan memindahkan atau
menggeser sketsa motif batik ke posisi tertentu,
tentunya cukup jelas menggambarkan bahwa konsep
translasi telah diterapkan dalam pembuatan motif
batik. Gambar disamping merupakan contoh konsep
translasi pada motif ini.
Motif yang diberi tanda persegi hijau(motif a)
digeser sekian satuan ke kanan sehingga diperoleh
motif hasil translasi yag diberi tanda persegi kuning
(motif a’) . Pada motif ini terdapat keterkaitan dengan
konsep translasi dimana terjadi pergeseran dari titik a diatas sumbu X lalu ditranlasi menjadi
a’ dibawah sumbu X.

3. Konsep Rotasi

Batik Cirebon jenis Geometris Motif kawung memiliki


Keterkaitan Dengan Konsep Rotasi Pada Sumbu X dan Y.
Dari gambar disamping dapat diamati bahwa pada
motif kawung juga mengandung unsur rotasi perputaran).
Dimana jika di amati setiap kelopak berotasi
45°,90° 𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 180°

Demikian sedikit ulasan rotasinya :

Rotasi 90°

Rotasi 180°
B. Konsep Geometri Transformasi Pada Batik Cirebon Motif Lengko-Lengko

1. Konsep Translasi
Salah satu konsep geometri transformasi
yang digunakan dalam pembuatan batik Cirebon
Geometris motif lengko-lengko adalah konsep
translasi.
Secara sederehana transalasi dapat
dikatakan sebagai pergeseran, jika kita lihat batik
tersebut maka memiliki pergeseran yang
sistematis yaitu berpindah ke sebelah kanan
dengan sistematis.
Dengan memindahkan atau menggeser
sketsa motif batik ke posisi tertentu, tentunya
cukup jelas menggambarkan bahwa konsep translasi telah diterapkan dalam pembuatan
motif batik. Gambar disamping merupakan contoh konsep translasi pada motif ini.
Motif yang diberi tanda persegi hijau(motif a) digeser sekian satuan ke kanan sehingga
diperoleh motif hasil translasi yag diberi tanda persegi kuning (motif a’)

 Dalam motif lengko-lengko ini, motif dasarnya adalah sebuah kurva


 Kemudian digeser atau ditranslasi n skala sebanyak n kali terhadap garis horizontal tanpa
menghilangkan kurva pertama

Sehingga diperoleh motif Longko-longko seperti pada Gambar diatas.

2. Konsep Dilatasi
Selain konsep matematika yang telah
dijabarkan diatas. Batik ini, juga terdapat konsep
dilatasi. Dilatasi (pembesaran atau perkalian) ialah
suatu transformasi yang mengubah ukuran
(memperkecil atau memperbesar) suatu bangun tetapi
tidak mengubah bentuk bangun yang bersangkutan,
yang selanjutnya digunakan untuk membuat motif
batik yang utuh.
Sebagai contoh pada Gambar ini, motif pada
longko-longko yaitu garis yang membentuk sebuah
kurva, kemudian garis yang membentuk kurta itu digeser lalu diperbesar, sehingga diperoleh
motif batik yang utuh seperti Gambar diatas.
Jadi Motif yang utuh dihasilkan dari dilatasi motif pertama yang berukuran kecil, yang
seteleh di dilatasi menghasilkan bentuk yang sama dengan ukuran yang berbeda.

Keterangan :
Motif utama yaitu panah berwarna hijau, lalu dilakukan pergeseran dan dilatasi perbesar, sehingga
didapat bentuk yang sama akan tetapi ukuran berbeda yaitu yang ditandai dengan panah warna
kuning. Sehingga diperoleh motif batik yang utuh.
Dari paparan di atas jelas bahwa dalam motif batik ini juga juga terkandung konsep dilatasi.
Tentu masih banyak motif batik lainnya yang diterapkan dengan menggunakan konsep dilatasi.
C. Konsep Geometri Transformasi Pada Batik Cirebon Motif Liris

Unsur geometri yang ditemukan pada motif batik pertama yaitu konsep translasi.
Penerapan konsep translasi ini terlihat jelas pada motif Batik Liris Trusmi Cirebon, yaitu
dengan memindahkan atau menggeser sketsa motif batik ke posisi tertentu. Motif a digeser
sekian satuan ke kanan sehingga diperoleh motif a’. Selanjutnya, a’ digeser ke kanan sekian
satuan lagi sehingga diperoleh a’’, dan seterusnya, sehingga diperoleh motif batik Liris
Trusmi Cirebon seperti pada tabel nomor 1 di atas.
D. Konsep Geometri Transformasi Pada Batik Cirebon Motif Ukel

Konsep rotasi pada bangun datar juga dapat ditemukan pada pembuatan motif Batik
Ukel Trusmi Cirebon di Tabel Nomor 2. Kita dapat melihat konsep rotasi dengan jelas
dengan cara memutar motif yang dibuat sesuai dengan sumbunya. Sebagai contoh, pada
motif batik pada Tabel Nomor 2, motif a pertama-tama dicerminkan terhadap sumbu
cermin vertikal yaitu 𝑙, sehingga diperoleh a’, a’ selanjutnya diputar 180° sehingga
diperoleh a’’. Dari proses ini, diperoleh motif batik Ukel Trusmi Cirebon pada tabel Nomor
2.
Jadi, hakikatnya pada pembuatan motif batik cirebon telah diterapkan konsep
transformasi. Bahkan dalam pembuatan motif batik tidak hanya salah satu dari konsep
transformasi yang diterapkan, namun beberapa konsep transformasi juga dapat diterapkan
sekaligus.
D. SIMPULAN

Unsur
No. Pola Batik
Geometri

Refleksi,
1. Translasi,
dan Rotasi

Motif Kawung

Translasi
2
dan Dilatasi
Motif Longko-Longko

3 Translasi

Motif Liris

4. Rotasi

Motif Ukel

Jadi, hakikatnya pada pembuatan motif batik cirebon telah diterapkan konsep transformasi.
Bahkan dalam pembuatan motif batik tidak hanya salah satu dari konsep transformasi yang
diterapkan, namun beberapa konsep transformasi juga dapat diterapkan sekaligus.

E. Daftar Pustaka
Arwanto. (2017). Eksplorasi Etnomatematika Batik Trusmi Cirebon Untuk Mengungkap Nilai Filosofi & Konsep
Matematika. PHENOMENON Journal, 7. Retrieved Desember 24, 2019
Fajriyah, E. (2018). Peran Etnomatematika Terkait Konsep Matematika Dalam Mendukung Literasi. Jurnal Unnes,
1, 3. Retrieved Desember 24, 2019
Lubis, A. N., & Yanti, D. (2018). Identifikasi Etnomatematika Batik Besurek Bengkulu Sebagai Media & Alat Peraga
Penyampaian Konsep Kekongruenan & Kesebangunan. 16(3), 4-7.
Nurjamil, D., & Nurhayati, E. (2019). Eksplorasi Unsur Matematika Dalam Pembuatan Batik Khas Tasikmalaya.
Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhamadiyah Kuningan, 5(2).
Rachmawati, I. (2012). Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo. MATHEdunesa Journal, 5-6.
Rudyanto, N. E., Kartikasari, A., & Pratiwi, D. (2019). Etnomaematika Budaya Jawa: Inovasi Pembelajaran
Matematika Di Sekolah Dasar. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar, 3(2).
Suciati, N., Silvia, S., Nurfadhilah, D., & Santoso, E. (2019). Penerapan Etnomatematika Motif Batik Khas
Majalengka Menggunakan Konsep Geometri Transformasi. (2019: Produsing Seminar Nasional Pendidikan
1).
Sudirman, Rosyadi, & Damayanti, W. (2017). Penggunaan Etnomatematika pada Karya Seni Batik Indramayu Dalam
Pembelajaran Geometri Transformasi. PEDAGOGY Jurnal Pendidikan Matematika, 2, 5-9.
Sudirman, Son, A. L., & Rosyadi. (2018). Penggunaan Etnomatematika Pada Batik Paoman Dalam Pembelajaran
Geometri Bidang di sekolah Dasar. IndiMath Jurnal, 1(1), 4-9.

Anda mungkin juga menyukai