Anda di halaman 1dari 4

Nama : Agustina

NIM : 1701105091

Kelas : Etnomatematika 6A

Laporan Hasil Penggalian Konsep Matematika Dasar Yang Dikembangkan Dalam


Budaya

1. Konsep Matematika Dalam Permainan Batok Kelapa


Batok kelapa atau dalam bahasa indonesia tempurung kelapa merupakan
permainan tradisional dimana siswa berjalan dari garis start menuju garis finish
menggunakan tempurung kelapa sebagai pijakan. hubungannya dengan matematika
adalah jarak yang ditempuh dapat digunakan dalam pembelajaran materi pengukuran
panjang. Melalui permainan ini diharapkan siswa siswi mampu menguasai konsep
lebih mendalam. Permainan ini akan menjadi pengalaman yang bersifat alami bagi
siswa yang bisa digunakan sebagai awal pembelajaran matematika yang bermakna.
Berdasarkan hasil penelitian Fanni Fatoni (2014) dapat diketahui bahwa
aktivitas yang didesain (aktivitas pengukuran panjang standar melalui pengukuran
panjang non standar permainan tradisional batok kelapa) dapat menjadi situasi yang
membantu siswa dalam memahami satuan pengukuran panjang standar. Hal ini dapat
membawa siswa belajar mengembangkan pemahamannya dari tahap informasi berupa
pengukuran panjang non standar dalam permainan tradisional batok kelapa menuju
tahap formal, yaitu penggaris sebagai pembelajaran matematika yang bermakna.
Sebagai titik awal pembelajaran hasil pengukuran panjang non standar terhadap jarak
tempuh dengan konteks permainan batok kelapa.
2. Konsep Matematika Dalam Musik dan Tarian
a. Musik

Konsep matematika yang ditemukan pada proses pembuatan marawis dapat


mempermudah pengrajin marawis dalam membuat corak pada alat musik marawis.
Karena dengan memanfaatkan konsep translasi, pengrajin tidak perlu membuat
banyak cetakan/ mal, dalam proses ini pengrajin cukup membuat 1 buah mal dapat
digunakan untuk menduplikasi bentuk corak dengan cara menggeser atau
memindahkan letak mal nya sesuai dengan posisi corak yang diinginkan. Jika ditinjau
dari bentuk coraknya, untuk satu buah konsep matematika dapat memuat corak yang
berbeda-beda. Misalnya pada konsep translasi bisa dicontohkan dengan corak yang
berbeda-beda. Hal tersebut juga berlaku pada bangun geometri dan konsep
matematika lainnya meliputi konsep refleksi, simetri lipat, simetri putar, sudut dan
bidang datar berupa lingkaran. Berdasarkan pemaparan diatas konsep tersebut dapat
menjadi sumber belajar dengan cara menjadikan berbagai macam corak pada alat
musik marawis sebagai contoh kontekstual pada pembelajaran matematika

b. Tarian

Tarian caci merupakan sebuah tarian kesatriaan dan warisan budaya daerah
masyarakat Manggarai. Secara etimologis Caci brasal dari 2 kata yakni ca dan ci. Ca
berarti satu dan ci berarti lawan. Jadi, tarian Caci berarti tarian seorang melawan
seorang yang lain yang memiliki prinsip sportif dan kreatif dalam aksi. Dalam
aksinya, terdapat dua kelompok laki-laki yang akan bertarung, dalam pertarungan ini
dua kelompok laki-laki tersebut dipasangkan satu lawan satu. Dalam matematika,
terlihat bahwa konsep memasangkan laki-laki dalam permainan caci dalam dua
kelompok tersebut menggunakan konsep himpunan, dimana dua kelompok pemain
tersebut merupakan dua himpunan pemain dan lawan pemain. Misalkan A = {a 1, a2 ,
a3 ,...} dan B = {b1, b2 ,b3,...}.

3. Konsep Matematika Dalam Rumah Adat, Agama, Tempat Ibadah, dan Interaksi
Sosial
a. Rumah Adat

Pada rumah adat Limas Palembang terdapat banyak konsep Etnomatematika


seperti bidang datar misalnya lingkaran, persegi, persegi panjang dan bangun ruang
misalnya balok, kubus, trapesium, limas terpancung dan sebagainya. Bentuk artistik
pada bagian dalam rumah merupakan karya seni penggunaan konsep reflesksi dan
dilatasi pada geometri transformasi, prinsip pengubinan terdapat pada lantai rumah
dan pola barisan pada tangga rumahnya. Pola atau bentuk pada bagian-bagian rumah
limas ini dapat menjadi alternatif sebagai sumber belajar matematika pada materi
konsep geometri, dan geometri transformasi yang dapat menambah wawasan peserta
didik mengenai keberadaan matematika yang ada pada salah satu unsur budaya
khususnya pada rumah adat Limas Palembang yang mereka miliki, serta
meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mengaitkan konsep-konsep yang
dipelajarai dengan situasi dunia nyata. Sehingga mengenal Etnomatematika rumah
Limas Palembang sebagai rumah adat menjadi budaya yang tidak dilupakan bahkan
seriiring dengan perkembangan zaman,dan dapat lebih dipahami oleh semua
masyarakat terutama pada para pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran
matematika agar bisa lebih disesuaikan dengan konteks kota Palembang.

b. Tempat Ibadah

Konssep matematika dasar yang ada dalam arsitektur Masjid Raya Sultan Riau
yang dikaitkan dalam tema budaya:

1. Bangun datar berupa persegi panjang dan lingkaran yang terdapat pada bagian
pintu saat dilakukan penarikan garis serta bagian atas pintu yang membentuk
setengah lingkaran
2. Bangun ruang berupa balok, limas melengkung , segi tujuh dan segi empat,
serta tabung pada bagian dinding, kubah, dan pilar menara yang ada pada
masjid tersebut
3. Transformasi geometri yang terdapat pada arsitektur masjid, yaitu refleksi
(pencerminan) terdapat pada bentuk pintu dan jendela kiri dan kanan.

c. Agama

Kontirbusi matematika dalam konteks Fikih

1. Dalam hal tertentu, matematika memiliki kesamaan karakteristik dengan ilmu


fikih, yakni sama-sama berpedoman pada aturan, hukum yang jelas, rumus
dan bertumpu pada kesepakatan sehingga dapat diformulasi rumus secara
matematis
2. Kontribusi matematika sebagai ilmu hitung atau ilmu pasti atau ilmu tentang
besaran nyata-nyata memberikan kemudahan dalam memahami dan
mengamalkan sebagian besar ilmu fikih, seperti mengerjakan rukun islam,
yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, serta faraid
3. Alquran yang merupakan pedoman bagi umat islam dalam mengamalkan ilmu
yang terdapat di dalamnya benar-benar telah memberikan pesan secara
numerik seperti menetapkan waktu shalat, menentukan kadar zakat fitrah
maupun zakat harta benda, puasa, fidiah,haji dan faraid.

d. Interaksi Sosial
Dalam kurikulum 2004, indikator mengenai topik logaritma adalah mengubah
bentuk pangkat ke bentuk logaritma dan sebaliknya, melakukan operasi aljabar
dalam bentuk logaritma, menentukan syarat perpangkatan, penarikan akar dan
logaritma, dan menyederhanakan bentuk aljabar yang memuat bentuk pangkat,
akar, dan logaritma. Kaitannya dengan interaksi sosial adalah dalam mengajarkan
teori logaritma ini, guru melakukan tanya jawab mengenai materi logaritma,
menjelaskan materi logaritma, mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran logaritma, meminta siswa untuk maju mengerjakan soal logaritma,
dan mengoreksi hasil pekerjaan siswa yang mengerjakan soal logarutma.
Sedangkan yang dilakukan siswa adalah bertanya mengenai materi logaritma,
maju mengerjakan soal logaritma atas inisiatif sendiri, memperlihatkan hasil
pekerjaannya kepada guru, mengungkapkan pendapatnya, dan membetulkan
jawaban/tulisan yang salah.

Anda mungkin juga menyukai