Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELITIAN

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PERMAINAN


TRADISIONAL MASYARAKAT LAMAHOLOT DAN INTEGRASINYA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh :

YOVENTA VERNAS VERO

1701030015

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul “Eksplorasi Etnomatematika Pada Permainan
Tradisional Masyarakat Lamaholot Dan Integrasinya Dalam Pembelajaran
Matematika”.Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keguruan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang.

Penulis juga menyampaikan limpah terima kasih kepada semua yang telah
membantu dalam penyusunan proposal ini sehingga penulisan proposal ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih memiliki bnayak


kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan yang terbatas.Oleh karena itu
baik usulan,saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan proposal ini agar menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata penulis harap proposal penelitian ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Kupang,

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 5
E. Definisi Operasional ............................................................................ 6
BAB 2 KAJIAN TEORI ........................................................................... 7
A. Eksplorasi .............................................................................................. 7
B. Pembelajaran Matematika ..................................................................... 7
C. Budaya .................................................................................................. 14
D. Permainan Tradisional .......................................................................... 15
E. Etnomatematika .................................................................................... 23
F. Penelitian Yang Relevan ....................................................................... 27
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 29
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 29
B. Lokasi Dan Objek Penelitian ................................................................ 29
C. Instrumen Penelitian ............................................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 31
E. Teknik Analisis Data ............................................................................. 34
F. Keabsahan Data ..................................................................................... 36
G. Prosedur Penelitian................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam dan budaya


yang melimpah.Tidak hanya keindahan alam yang sudah terkenal di mata
dunia,Indonesia juga memiliki keanekaragaman budaya yang patut kita
banggakan.Setiap daerah atau masyarakat memiliki corak dan budaya
masing – masing yang memperlihatkan ciri khasnya.Hal ini bisa dilihat
dari berbagai bentuk keanekaragaman budaya yang ada di
Indonesia,misalnya pakaian adat,rumah adat,kesenian,bahasa,permainan
tradisional dan lain – lain.
Permainan tradisional merupakan salah satu kebudayaan bangsa yang
beraneka ragam coraknya.Permainan tradisional bersifat menghibur
dengan menggunakan alat sederhana atau tanpa alat yang telah diwariskan
dari generasi ke generasi.Didalam kehidupan masyarakat yang
multikultural terdapat beragam permainan tradisional atau bahkan
memiliki kemiripan permainan tradisional didaerah yang satu dengan
daerah lainnya.
Banyak permainan tradisional dari berbagai daerah misalnya di Adonara
ada permainan kemoti,pereka,semedan,molu,ketaro,kelata,temokane dan
lain sebagainya.Beragam permainan tradisional tersebut sangat diminati
oleh anak – anak terdahulu dibanding masa sekarang.
Diera 90-an dari anak – anak hingga remaja selalu bermain permainan
tradisional dengan cara yang tradisional pula,hingga memberi kesan yang
tidak terlupakan.Dilihat dari segi interaksi sosial,umumnya permainan
tradisional membutuhkan lebih dari satu pemain dalam memainkannya
sehingga dari permainan tersebut timbul interaksi sosial antar
pemain.Interaksi langsung seperti ini sangat penting agar anak dapat

1
belajar bagaimana cara berkomunikasi dan cara beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Matematika merupakan suatu ilmu dasar yang memegang peranan
penting dalam kehidupan.Matematika sangat berguna bagi manusia pada
umumnya dan siswa pada khususnya.Ada banyak permasalahan
dikehidupan manusia yang dapat dimodelkan secara matematis kemudian
dianalisis untuk menemukan penyelesaiannya.Namun,secara umum
masyarakat memandang matematika sebagai suatu ilmu abstrak yang sulit
untuk dipelajari.Anggapan itu seringkali mengakar dalam pemikiran
masyarakat bahkan anak – anak ketika hendak mempelajari
matematika.Hal ini tentunya berdampak buruk dalam proses pencapaian
tujuan pembelajaran matematika disekolah.
Dalam kehidupan sehari – hari,terdapat banyak manfaat dari aplikasi
mtematika.
Salah satu bentuk aktivitas manusia yang mengaplikasikan matematika
didalamnya yaitu mengurutkan bilangan,berhitung,mengelompokkan
objek – objek benda kedalam kelompok yang sama dan lain – lain.Jadi
secara ataupun tidak matematika memang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari – hari.Matematika ada dalam transaksi jual beli di
pasar,dalam membangun suatu gedung,menjahit baju,bahkan pada saat
bermain ada matematika dan masih banyak lagi aktivitas manusia yang
berkaitan dengan matematika.Dengan demikian,seharusnya matematika
bukanlah suatu ilmu yang abstrak bagi masyarakat karena sesungguhnya
matematika telah dipraktikkan dalam kehidupan budaya masyarakat sejak
dahulu kal hanya masyarakat tidak menyadarinya.Oleh sebab itu,hadirnya
gagasan etnomatematika mampu memperkaya
Menurut Nur,dkk (2015:1) pendidikan dan budaya merupakan satu
kesatuan utuh yang berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan
merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu dalam
masyarakat.Hubungan antara matematika dan budaya disebut dengan
etnomatematika.

2
Etnomatematika bukan hanya tentang matematika akan tetapi
etnomatematika juga mengenai nilai – nilai budaya yang berada
didalamnya.Etnomatematika menjadi penting bahwa didalam budayanya
terdapat unsur matematika yang dapat dijadikan pegangan oleh guru
supaya dapat memanfaatkan permainan tradisional sebagai bahan
pembelajaran siswa.
Diperlukannya pembelajaran matematika berbasis budaya bertujuan
untuk dapat mentransformasi nilai – nilai budaya untuk membangun
karakter bangsa ini yang dapat dilakukan melalui etnomatematika.
Pembelajaran matematika melalui pendekatan etnomatematika
memberikan dampak positif terhadap kemampuan matematika.Misalnya
kemampuan memahami konsep matematika,kemampuan berhitung dan
kemampuan pemahaman masalah.
Melalui integrasi budaya kedalam matematika,diharapkan siswa lebih
mudah memahami konsep matematika.Selain itu,penerapan
etnomatematika sebagai sarana untuk memotivasi,menstimulasi peserta
didik dalam mengatasi kejenuhan dan kesulitan dalam belajar
matematika.Dan juga kehadiran matematika yang bernuansa budaya akan
memberikan konstribusi yang besar terhadap matematika di
sekolah,karena sekolah merupakan institusi sosial yang berbeda dengan
yang lain sehingga memungkinkan terjadinya sosialisasi antara beberapa
budaya.Selain membuat siswa tertarik untuk belajar,permainan tradisional
juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh siswa karena mereka bergerak
aktif dan juga dengan bermain dapat meningkatkan keterampilan sosial
anak.Misalnya ketika bermain anak mempelajari tentang
kompetisi,negosiasi,komunikasi dan empati.Hal ini dapat meningkatkan
kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan orang sekitar.
Unsur etnomatematika merupakan unsur budaya yang mengandung
konsep matematika.Unsur etnomatematika tersebut dapat berupa kerajinan
tradisional,artefak,permainan tradisional dan aktivitas yang berwujud
kebudayaan lainnya.

3
Dalam permainan tradisional masyarakat lamaholot dapat ditemukan
aktivitas bernuansa matematika.Hal ini dapat ditemukan pada saat proses
permainan tersebut berlangsung.Peran masyarakat dalam upaya
melestarikan permainan rakyat sangat penting dengan menjadikannya
sebagai perangkat dalam kehidupan masyarakat,mengingat pula banyak
manfaat yang dapat dikaji pada permainan tersebut yakni keterkaitannya
dengan pembelajaran matematika.Perangkat yang dimaksud meliputi
wadah hiburan dan kreasi serta penanaman sikap.
Oleh karena itu,berdasarkan uraian tersebut,penulis tertarik untuk
mengeksplor aspek matematika pada permainan tradisional dengan judul
“Eksplorasi Etnomatematika Pada Permainan Tradisional Masyarakat
Lamaholot Dan Integrasinya Dalam Pembelajaran Matematika”. Hasil
penelitian etnomatematika ini dapat diintegrasikan kedalam pembelajaran
matematika.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. apa saja etnomatematika yang terdapat pada permainan
tradisional masyarakat Lamaholot?
2. Bagaimana hasil eksplorasi pada permainan tradisional
masyarakat lamaholot dan integrasinya dalam pembelajaran
matematika?

4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan apa saja etnomatematika yang terdapat
dalam permainan tradisional masyarakat lamaholot.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana hasil eksplorasi pada
permainan tradisional masyarakat lamaholot serta integrasinya
dalam pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diberikan dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat bagi peneliti
Untuk mengetahui bahwa ada etnomatematika yang terdapat
dalam suatu permainan tradisional
2. Manfaat bagi masyarakat lamaholot
Untuk dapat mengetahui keterkaitan antara matematika dan
budaya dalam aktivitas sehari – hari.
3. Manfaat bagi peneliti lain
Sebagai referensi untuk peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis dalam mengungkap aspek – aspek matematika
pada kebudayaan – kebudayaan yang ada diberbagai
daerah,sehingga semakin banyak aspek – aspek yang terungkap
dari kebudayaan – kebudayaan dari berbagai daerah tersebut.
4. Manfaat bagi guru
Agar dapat melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah
dengan menghubungkan matematika dengan budaya yaitu
dengan memanfaatkan permainan tradisional yang ada sebagai
media pembelajaran.
5. Manfaat bagi siswa
Untuk mengurangi rasa jenuh,maka siswa dapat belajar dan
memahami matematika sambil bermain .

5
E. Definisi Operasional
Dalam suatu penelitian,untuk menghindari terjadinya perbedaan
pemahaman terhadap istilah yang ada serta perbedaan persepsi dan
kesalahapahaman maka perlu diberikan penjelasan sebagai berikut :
1. Eksplorasi dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk menggali etnomatematika pada permainan
tradisional masyarakat lamaholot.
2. Etnomatematika pada permainan tradisional yaitu untuk
menemukan dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan
unsur etnomatematika dan konsep matematika yang terdapat
pada permainan tradisional masyarakat lamaholot.
3. Integrasi pembelajaran matematika yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah adalah mengintegrasikan etnomatematika
dalam permainan tradisional masyarakat Lamaholot pada
pembelajaran matematika disekolah.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Eksplorasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,eksplorasi diartikan sebagai
penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih
banyak tentang keadaan terutama sumber – sumber alam yang terdapat di
tempat itu atau bisa juga dikatakan eksplorasi adalah kegiatan untuk
memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru.Sementara Purwadi
dalam Desmawati (2018 : 10) menyatakan bahwa eksplorasi adalah suatu
aktivitas yang dilakukan untuk menggali dan mencari informasi atau
alternatif yang sebanyak – banyaknya untuk hal yang berkaitan dengan
kepentingan masa mendatang.
Berdasarkan pada penjelasan diatas,maka dapat disimpulkan bahwa
eksplorasi dalam penelitian ini adalah kegiatan mencari dan menggali
informasi dari sumber – sumber tertentu untuk memperoleh suatu
pengetahuan baru dari suatu budaya yang berkembang dalam masyarakat.

B. Pembelajaran Matematika
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya.Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah
belajar adalah dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu
yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan,keterampilan atau sikapnya.
Belajar matematika sendiri merupakan suatu proses seorang siswa
untuk mengerti dan memahami tentang matematika.Pada pembelajaran
matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa
sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan.
Sedangkan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun,meliputi unsur manusiawi,material,fasilitas,perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

7
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru
matematika dalam mengerjakan matematika kepada peserta didiknya,yang
didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan,potensi,minat,bakat dan kebutuhan
peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam
mempelajari matematika.
Berdasarkan uraian diatas,dapat dikatakan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses atau kegiatan untuk mengetahui dan memahami
mengenai matematika yang biasanya terdapat interaksi antara guru dan
peserta didik untuk menyamakan presepsi mengenai konsep matematika
yang sedang dipelajari.
Pembelajaran matematika saat ini,terkadang peserta didik merasa sulit
untuk memahaminya karena kurang dilibatkan dalam pembelajaran secara
kontekstual.Hal ini karena pembelajaran matematika lebih dominan
menekankan aspek pengetahuan konseptual matematika (knowledge
oriented) daripada aspek keterampilan dan pembentukkan sikap ( skill dan
attitude).
Sebenarnya,konsep kontekstual bisa didapatkan dengan mudah atau
secara sederhana dari hal yang sering atau lazim diketahui atau dilakukan
oleh peserta didik.Modal budaya siswa yang dibawanya ketika masuk
sekolah jarang (tidak) digunakan dalam pembelajaran matematika di
sekolah.Siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengenal peranan
masyarakat diberbagai budaya/suku dalam mengembangkan ide – ide
matematis.
Pendapat umum bahwa matematika adalah ilmu yang berhubungan
dengan bilangan dan operasi hitung bilangan,suatu ilmu yang memiliki
objek kajian yang abstrak.Dengan demikian matematika tidak ada
hubungannya dengan budaya.Matematika tidak ada dalam
budaya.Kenyataan bahwa matematika tidak terlepas dari
budaya,matematika adalah bagian dari budaya.Dominikus (2018)

8
mengungkapkan matematika adalah suatu fenomena budaya, terdapat
dalam setiap budaya, tertanam atau terkandung dalam setiap budaya,
dibentuk oleh setiap budaya, dipengaruhi oleh budaya dan mempunyai
bentuk tersendiri sesuai dengan kebutuhan lingkungan dan tujuan
masyarakat. Hal ini berarti setiap budaya yang berbeda akan memiliki
matematika yang berbeda.
Jadi,matematika dan budaya merupakan dua hal yang saling
berhubungan satu dengan yang lain.Pada satu sisi,matematika dibentuk
oleh budaya dan pada sisi yang lain matematika digunakan sebagai alat
untuk membentuk dan memajukan budaya.Dengan kata lain,matematika
tidak bebas dari budaya tetapi terikat dengan budaya.Matematika sebagai
konstruksi sosial – budaya dan terkandung dalam aktivitas
manusia,sehingga dikatakan bahwa matematika adalah aktivitas manusia.
Adapun skenario atau tahapan pembelajaran matematika berbasis
budaya atau etnomatematika (Dominikus,2019) adalah sebagai berikut:
1. Tahapan Eksplorasi (exploration)
Pada tahap ini,siswa menggali ide matematis dalam budaya
dimana siswa diberikan materi tentang budaya (literasi
budaya).Dalam tahapan inisiswa mengenal dan tahu dan mengingat
kembali budaya yang menjadi konteks
pembelajaran.Memanfaatkan sumber daya yang bervariasi dalam
pembelajaran matematika.Sumber belajar itu sendiri tidak hanya
guru dan buku saja.
2. Tahap Pemetaan (Mapping)
Melalui dampingan guru,siswa membuat peta hubungan antara
konsep matematika sekolah dan etnomatematika.Kemudia memilih
konsep matemtika yang bersesuaian untuk dipelajari baik secara
individu maupun kelompok.

9
3. Tahap Eksplanasi (Explanation)
Pada tahap ini,siswa mempelajari konsep matemtika
sekolah,mengkomunikasikan apa yang dipelajari,saling berbagi dan
mengapresiasi apa yang dipelajari dalam berbagai bentuk.
4. Tahap Refleksi (Reflextion)
Merangkum apa yang dipelajari baik pengetahuan matematika
dan nilai – nilai hidup (living values) yang dikembangkan dan
diperoleh dalam proses pembelajaran matematika.
Dapat dikatakan bahwa matematika atau pengetahuan matematika terdapat
dalam setiap budaya,dipengaruhi oleh budaya dan mempunyai bentuk
tersendiri sesuai dengan kebutuhan lingkungan dan tujuan
masyarakat.Dengan demikian,matematika dapat ditemukan dalam setiap
budaya. Meski demikian,hal ini belum disadari oleh guru sehingga budaya
tidak dijadikan sebagai media dan konteks pembelajaran matematika.Oleh
karena itu,suatu model atau pendekatan pembelajaran matematika
diperlukan agar dalam pelaksanaannya lebih efektif dan menyenangkan.
Adanya kebudayaan yang dikaitkan dengan matematika tidak lepas dari
suatu model pembelajaran yang mana guru dituntut untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi peserta didik.Dengan model pembelajaran
yang tepat,siswa tidak hanya mendengarkan dan menghafal materi yang
diberikan oleh guru,tetapi siswa juga aktif mencari materi yang akan
dipelajarinya.Dengan demikian,siswa terdorong atau termotivasi untuk
lebih memahami konsep matematika yang yang baik yang berkaitan
dengan sekolah maupun masalah yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.
Hariastuti (2017) mengatakan bahwa beragamnya metode dan model
pembelajaran seringkali dilakukan oleh guru,tetapi masih ada yang belum
memberikan hasil positif.Kemampuan siswa yang beragam juga membuat
guru harus menentukan metode atau model yang tepat sehingga konsep
pembelajaran dapat tersampaikan dengan maksimal.Metode pembelajaran
yang tidak tepat mengakibatkan siswa enggan untuk belajar matematika.

10
Model pembelajaran yang cocok untuk mengaitkan matematika dengan
kehidupan sehari – hari adalah pembelajaran kontekstual.Pembelajaran
kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) itu sendiri
merupakan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks
dunia nyata yang dihadapi siswa sehari – hari baik dalam lingkungan
keluarga,masyarakat,alam sekitar dan dunia kerja sehingga siswa mampu
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari – hari (Sanjaya,2006).
Dari konsep pembelajaran kontekstual,ada tiga hal yang harus dipahami
yaitu :
a. Pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi,artinya proses pembelajaran
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.Proses
pembelajaran CTL tidak mengharapkan siswa hanya menerima
pelajaran,akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran.
b. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata,artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan
antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan
nyata.Hal ini sangat penting,sebab dengan dapat merelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,bukan saja
materi itu akan bermakna secara fungsional,akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam tetap pada memori
siswa,sehingga tidak mudah dilupakan.
c. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan,artinya CTL tidak hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya,akan tetapi bagaimana
materi yang dipelajari itu dapat mewarnai perilakunya.Materi
pembelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk

11
diotak dan kemudian dilupakan,akan tetapi bekal mereka dalam
mengarungi kehidupan.
Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Membuat keterkaitan – keterkaitan yang bermakna,CTL
membuat siswa – siswi mampu mengkaitkan pembelajaran
dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk
menemukan makna dan makna memberi mereka alasan untuk
belajar.
b. Melakukan kegiatan – kegiatan yang berarti,yang menekankan
bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan didalam
kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat
mengkaitkan materi dengan pelajaran dengan kehidupan siswa.
c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,merupakan
pembelajaran yang aktif,mandiri,melibatkan kegiatan
menghubungkan masalah ilmu dan dengan kehidupan sehari –
hari dengan caranya sendiri.Pembelajaran yang diatur siswa
sendiri,memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya
belajarnya sendiri.
d. Bekerja sama,dalam suatu kelas yang menggunakan model
CTL maka akan mengusung siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok serta membantu mereka memahami bagaimana
mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
e. Berpikir kritis dan kreatif,membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi,berpikir kritis dan dan
berpikir kreatif.
Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur,kecakapan sistematis dalam menilai,memecahkan
masalah,menarik keputusan,memberi keyakinan,menganalisis
asumsi dan pencarian ilmiah.

12
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk
meningkatkan kemurnian,ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu.
f. Membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang,bukan hanya
mengembangkan kemampuan – kemampuan intelektual,dan
keterampilan,tetapi juga aspek – aspek kepribadian : integritas
pribadi,sikap,minat,tanggungjawab,disiplin,motif berprestasi
dan sebagainya.Guru dalam pembelajaran kontekstual juga
berperan sebagai konselor dan mentor.dengan demikian,tugas
dan kegiatan yang dilakukan siswa harus sesuai dengan
minat ,kebutuhan dan kemampuannya.
g. Mencapai standar yang tinggi,yang dimaksud bukan hanya
meliputi standar akademis semata,melainkan pula standar
tinggi dari lingkungannya secara nyata.Tugas ini menantang
siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
mereka dalam situasi dunia nyata.
h. Menggunakan penilaian autentik,merupakan antitesis dari
ujian standar,dimana penilaian ini memberi kesempatan pada
siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil
mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari atau sebagai
umpan balik terhadap isi pelajaran dengan lingkungannya
sendiri.
Berdasarkan komponen CTL diatas,maka untuk menyusun rencana
pembelajaran dikelas menggunakan komponen tersebut sebagai dasar
pijakkan untuk melakukan langkah – langkah pembelajarannya.
Secara garis besar,langkah – langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai
berikut :
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri dan
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.

13
b. Melaksanakan sejauh mungkin penemuan untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar ( dalam kelompok – kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh belajar.
f. Lakukan refleksi
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Dengan adanya permainan tradisional dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran.Dengan metode pembelajaran menggunakan
permainan akan membuat siswa lebih tertarik mempelajari suatu
materi.Selain membuat siswa tertarik untuk belajar,permainan tradisional
juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh siswa karena mereka bergerak
aktif dan juga dengan bermain dapat meningkatkan keterampilan sosial
anak.Misalnya,ketika bermain anak mempelajari tentang
kompetisi,negosiasi,komunikasi dan empati.Hal ini dapat meningkatkan
kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan orang sekitar.
Jadi berdasarkan penjelasan diatas, model pembelajaran yang akan
digunakan dalam membelajarkan matematika adalah model pembelajaran
kontekstual dengan metode pembelajaran permainan tradisional.Dengan
demikian,pengintegrasian budaya dalam belajar matematika di sekolah
maka disatu sisi membantu upaya pelestarian budaya dan disisi lain para
siswa akan berkembang dan bertumbuh diatas budayanya.

C. Budaya
Koentjaningrat (Sidin,2018) mengartikan kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu buddhayah .Kata buddayah merupakan bentuk
jamak dari budi,yang dapat diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan
dengan akal.
Dominikus mendefenisikan kebudayaan mencakup dua
hal.Pertama,istilah budaya digunakan untuk mengacu pada pola kehidupan
masyarakat,kegiatan dan pengaturan material dan sosial yang berulang
secara teratur yang merupakan kekhususan suatu kelompok masyarakat

14
tertentu.Dalam hal ini pengertian budaya mengacu pada benda – benda dan
peristiwa – peristiwa yang bisa diamati atau diindrai dilingkungan
hidup.Kedua,istilah budaya dipakai untuk mengacu pada sistem
pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan sistem nilai dan
ide,benda – benda, peristiwa dan kepercayaan yang dihayati oleh
sekelompok manusia di suatu lingkungan hidup tertentu dan di suatu kurun
tertentu.

D. Permainan Tradisional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah permainan berasal dari
kata ”main” yang berarti melakukan sebuah permainan untuk
menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenang – senang
baik menggunakan alat – alat tertentu atau tidak menggunakan
alat,sedangkan kata tradisional berasal dari kata tradisi yang berarti adat
kebiasaan yang turun temurun dan masih dijalankan dimasyarakat.
Menurut Dharmamulya (2008: 21), pada permainan tradisional tidak hanya
mengandung unsur kesenangan tetapi juga mengandung nilai - nilai
budaya dan dapat melatih kecakapan anak untuk berpikir dan berhitung.
Permainan tradisional telah berkembang sejak zaman nenek
moyang.Permainan ini berasal dari permainan rakyat yang dilestarikan
secara turun temurun.Alasan mengapa permainan tradisional diturunkan
dari satu generasi ke generasi selanjutnya sebab secara kultural,permainan
tradisional merupakan kekayaan yang dimiliki masyarakat
daerah,sebagaimana pada masyarakat Lamaholot.Variasi permainan
tradisional menjadi ciri khas masing – masing daerah dan tentunya ini
menjadi bukti eksistensi lestarinya budaya di daerah tersebut.Mardayani
dkk. (2016 : 4 ) mengungkapkan, “permainan tradisional merupakan aset
budaya,yaitu modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan
eksistensi dan identitasnya ditengah masyarakat lain”.

15
Dalam kehidupan masyarakat Adonara dijumpai banyak jenis
permainan.Masyarakat Adonara menjadikan permainan sebagai sarana
rekreasi dan sarana edukasi antar generasi terutama terkait dengan
pendidikan nilai – nilai hidup dan nilai budaya.Menanamkan nilai – nilai
kehidupan melalui produk dan wujud seni dan budaya dapat dilakukan
melalui jalur pendidikan.
Berikut beberapa permainan tradisional masyarakat Adonara yang
merupakan warisan budaya lokal diantaranya :

1. Pereka
Pereka merupakan suatu permainan tradisional yang memiliki ciri
yakni melompat – lompat pada bidang datar yang digaris berbentuk
pola kotak – kotak diatas tanah.Permainan ini mengharuskan
pemainnya melompat menggunakan satu kaki dari satu kotak ke kotak
berikutnya.Selain itu,setiap pemain harus memiliki era yang biasanya
dibuat dari pecahan keramik,pecahan genteng atau pecahan batu.
Tata cara memainkan permainan ini adalah sebagai berikut :
- Menggambar pola kotak – kotak atau petak yang akan
digunakan.
- Menyiapkan era sebagai alat penanda petak yang tidak
boleh diinjak.
- Melakukan suit atau hompimpa untuk menentukan giliran
atau pemain pertama.
- Pemain dengan urutan atau giliran pertama melemparkan
era miliknya pada petak pertama,lalu melompat dengan
satu kaki dan tidak boleh menginjak petak yang terdapat
era didalamnya.
- Pertama era dilempar ke petak satun setelah kembali ke
posisi semula.Hal tersebut dilakukan berulang kali hingga
petak terakhir.

16
- Pergantian pemain dilakukan ketika pemain dengan tidak
sengaja menginjak kotak atau petak yang berisi era.
- Untuk mencari lango atau daerah kekuasaan,pemain harus
dengan mata tertutup untuk melakukannya.
- Pemain yang memiliki daerah kekuasaan atau lango
terbanyak dinyatakan sebagai pemenang.

Foto : Petak – petak Pereka

17
Foto : Salah seorang anak sedang bermain Pereka

2. Semedan
Semedan merupakan permainan tradisional yang menginjakkan kaki
diatas keo (tempurung kelapa) yang sudah tua dan kuat.Lalu,ditengah
keo tersebut diberi lubang dan dimasukkan dengan seutas tali ketebuk.
Tata cara memainkan permainan ini adalah sebagai berikut :
- Pemain memegang tali yang sudah diikat pada keo
(tempurung kelapa) tersebut.
- Pemain memasukkan selah kaki antara jempol kaki dan
telunjuk kaki.
- Pemain harus menjaga keseimbangan.
- Pemain menggerakkan kakinya dengan berjalan agar tetap
menjaga keseimbangan.

18
Foto : Keo (tempurung kelapa) yang sudah diikat

Foto : Salah seorang anak sedang bermain semedane.

19
3. Ketaro
Ketaro merupakan permainan tradisional melempar kemie yang
telah diatur.Kemie atau kemiri yang digunakan adalah kemiri yang
sudah kering.
Tata Cara memainkan permainan ini adalah sebagai berikut :
- Mengatur buah kemiri (kemie) sesuai jumlah yang
ditetapkan pada arena berupa garis lingkaran.
- Memilih era yang bisa dilemparkan dengan baik.
- Menggulingkan era untuk menentukan pemain pertama.
- Pemain pertama melemparkan era pada buah kemiri yang
sudah diatur.Hal ini dilakukan secara berulang.
- Pemain dinyatakan gagal apabila kemie yang dilemparkan
sama sekali tidak keluar dari lingkaran.
- Permainan akan berakhir jika semua buah kemiri telah
dimenangkan dan yang menjadi pemenang adalah pemain
yang lebih banyak mengumpulkan buah kemiri tersebut.

Foto : Kemie (buah kemiri ) yang telah diatur

20
Foto : Salah seorang nenek sedang bermain Ketaro

4. Kemoti
Kemoti merupakan permainan tradisional yang memindahkan biji
– bijian atau kerikil dalam lubang – lubang kecil yang digali ditanah
secara bergantian oleh pemain.Pembuatan lubang atau kelek biasanya
dipekarangan rumah atau dibawah pohon rindang.Permainan kemoti
bagi masyarakat Adonara merupakan salah satu bentuk permainan
untuk rekreasi yang dimainkan oleh anak – anak maupun orang
dewasa.
Tata cara permainan dapat digambarkan sebagai berikut :
- Semua lubang atau kelek yang telah digali dibiarkan
kosong.
- Menentukan pemain pertama dengan melakukan suit.
- Biji – bijian atau kerikil yang telah disiapkan dimasukkan
kedalam lubang atau kelek yang menjadi hak atau daerah
oleh masing – masing pemain.

21
- Pemain pertama mulai mengedarkan biji – bijian atau
kerikil dengan arah putaran berlawanan dengan arah jarum
jam atau pengedaran selalu ke kanan.
- Pertukaran pemain terjadi bila :
o Ketika salah satu pemain mengedarkan biji ke
setiap lubang atau kelek dan biji terakhir jatuh pada
lubang atau kelek kosong.
o Pengedaran biji terakhir jatuh pada lubang atau
kelek yang berisi 3 biji sehingga menjadi 4 biji
(ika) tapi lubang atau kelek berikutnya adalah
lubang atau kelek kosong atau tak ada biji atau
kerikil.
- Permainan berlanjut terus dan pemain yang berhasil
mengumpulkan biji – bijian terbanyak atau mendapatkan
ika terbanyak dinyatakan sebagai pemenang.
Pola permainan kemoti dengan cara dan aturan kemenangan seperti yang
telah diuraikan diatas disebut permainan kemoti dengan pola teka ika
yaitu memenangkan lubang atau kelek digenapi menjadi 4 biji dalam satu
kelek.

Foto : Lubang kemoti

22
Foto : seorang anak dan seorang nenek
sedang bermain kemoti

E. Etnomatematika
Istilah etnomatematika berasal dari kata ethnomathematics yang
diperkenalkan oleh D’Ambrosio seorang matematikawan Brasil pada
tahun 1977. Ethnomathematics berasal dari kata ethno,mathema dan
tics.Makna ethno yaitu kelompok kebudayaan yang dapat dikenali,seperti
perkumpulan suku disuatu negara dan kelas – kelas profesional
dimasyarakat,termasuk pula bahasa dan kebiasaan mereka sehari – hari.
Kemudian,mathema memiliki makna menjelaskan,mengerti dan
mengelola hal – hal nyata secara spesifik dengan
menghitung,mengukur,mengkalsifikasi,mengurutkan dan memodelkan
suatu pola yang muncul pada suatu lingkungan.Makna tics yaitu seni
dalam teknik.Secara istilah etnomatematika diartikan sebagai matematika
yang dipraktekkan diantara kelompok budaya diidentifikasikan seperti
suku,kelompok buruh,anak – anak dari kelompok usia tertentu dan kelas
profesional (D’Ambrosio,1985:44 – 48).

23
Etnomatematika menggambarkan semua hal yang membentuk identitas
budaya suatu kelompok,yaitu bahasa,kode,nilai- nilai,keyakinan serta
kebiasaan. W.S Dominikus mengemukakan bahwa etnomatematika
berkaitan dengan praktik matematika, ide-ide matematika, dan
pengetahuan matematika dari suatu kelompok sosial-budaya masyarakat
yang berhubungan dengan perhitungan, pengelompokkan, pengurutan,
penyimpulan, dan pemodelan.
Etnomatematika juga dapat diartikan sebagai studi tentang hubungan
antara matematika dengan latar belakang sosial budaya yang berhubungan
yang menunjukkan bagaimana matematika dihasilkan,dialihkan,disebarkan
dan dikhususkan dalam sistem budaya yang beragam (zhang &
Zhang,2010).
Rachmawati (2012:1) mendefenisikan etnomatematika sebagai cara –
cara khusus yang dipakai oleh suatu kelompok budaya atau masyarakat
tertentu dalam aktivitas matematika.Aktivitas matematika yang dimaksud
adalah aktivitas yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian dari
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari – hari kedalam matematika
maupun sebaliknya.
Aktivitas tersebut dapat dijumpai pada kehidupan sehari – hari seperti
penggunaan konsep – konsep geometri dalam rumah – rumah adat,konsep
– konsep aritmetika sosial dalam perdagangan,konsep – konsep peluang
dalam permainan anak – anak dan lain – lain.Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya matematika telah dipahami oleh masyarakat di zaman dahulu
dan diterapkan dalam konsep budaya.
Jadi tujuan dari etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara
– cara berbeda dalam melakukan aktivitas matematika dengan
mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang
dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat,dimana budaya yang
berbeda merundingkan praktek matematika seperti cara dalam cara
mengelompokkan,berhitung,mengukur,merancang bangunan atau
alat,bermain dan lainnya.

24
Berdasarkan pengertian mengenai etnomatematika diatas,dapat
disimpulkan bahwa etnomatematika adalah studi mengenai hal yang
berhubungan dengan matematika dan budaya, baik berupa bahasa maupun
kegiatan – kegiatan yang dilakukan masyarakat sehingga menjadi
kebiasaan.Etnomatematika dapat dibagi menjadi enam kegiatan mendasar
yang selalu dapat ditemukan pada sejumlah kelompok budaya.
Keenam kegiatan tersebut (Dominikus,2019) adalah sebagai berikut :
1. Counting atau menghitung
Praktik dan alat – alat menghitung baik secara fisik maupun
mental,sudah ada ribuan tahun dalam berbagai bentuk.Aktivitas
menghitung dikaitkan dengan bilangan yang nampak dalam ungkapan
bahasa daerah yang digunakan oleh kelompok budaya itu.Alat – alat
yang digunakan dalam menghitung juga bervariasi antara satu
kelompok budaya dengan kelompok budaya yang lain.Dengan
begitu,sistem bilangan yang digunakan juga akan berbeda.
2. Locating atau melokasir,menentukan
Locating berkaitan dengan menemukan suatu jalan,menempatkan
suatu objek,menentukan arah dan menentukan hubungan objek yang
satu dengan yang lain.Hal ini berkaitan dengan kemampuan
spasial,bagaimana konseptualisasi keruangan dan bagaimana suatu
objek diposisikan dalam lingkungan spasial.Pemetaan,navigasi dan
pengaturan objek – objek keruangan terdapat dalam semua budaya
dan semuanya membentuk pengetahuan matematika yang penting.
3. Measuring atau mengukur
Aktivitas mengukur umumnya menggunakan berbagai ukuran
tidak baku seperti menggunakan bagian dari tubuh untuk mengukur
panjang.Dan untuk mengukur waktu,benda cair dan berat digunakan
cara dan alat yang berbeda dalam setiap budaya.Aktivitas mengukur
ini juga berkaitan dengan bilangan sehingga mencakup pula aktivitas
membandingkan,mengurutkan dan mengkuantifikasi karakteristik
suatu objek.

25
4. Designing atau merancang,menciptakan
Aktivitas designing berkaitan dengan pembuatan pola untuk
membuat objek – objek atau artefak budaya yang digunakan di
rumah,dalam perdagangan,dekorasi,berperang,permainan dan tujuan
keagamaan.Designing juga berkaitan dengan hal – hal yang berskala
besar seperti rumah,perkampungan,jalan,kebun,lapangan,desa dan
kota.Semua ini menjadi sumber dan bagian dalam pembentukkan
pengetahuan matematika anggota kelompok budaya.
5. Playing atau permainan
Playing berkaitan dengan berbagai permainan tradisional dan
tarian tradisional dalam masyarakat yang melibatkan jenis penalaran
matematika,probabilitas dan berpikir strategis.Permainan memuat
aturan permainan,prosedur,material yang digunakan dan kriteria yang
dibakukan.
6. Explaining atau menjelaskan
Explaining merujuk ke berbagai aspek kognitif mempertanyakan
dan mengonseptualisasi lingkungan.Penjelasan membangun koneksi
yang bermakna antara fenomena yang berbeda dalam merespon
pertanyaan mengapa.Untuk menjelaskan berbagai fenomena yang
lebih kompleks dan dinamis seperti proses kehidupan,pasang surut
dan aliran peristiwa.Setiap budaya mempunyai cerita,cerita rakyat dan
penutur cerita.Cerita merupakan suatu fenomena universal dan dalam
kaitan dengan pengetahuan matematika dalam budaya,hal yang paling
penting adalah kemampuan bahasa penutur cerita untuk mengaitkan
wacana dalam berbagai cara.
Dalam kaitannya dengan penelitian,maka perhatiannya ditujukan
kepada kelogisan konektivitas dalam bahasa yang
diperluas,dibatasi,dielaborasi dan lainnya.Dari semua hal ini,pengetahuan
pembuktian telah dibangun yang memenuhi kriteria konsisten dan
meyakinkan.

26
Keenam kegiatan diatas merupakan kegiatan yang biasa diterapkan
dalam masyarakat atau dalam kehidupan sehari – hari.Objek
etnomatematika merupakan objek budaya yang mengandung konsep
matematika pada suatu masyarakat tertentu.Objek etnomatematika
digunakan untuk kegiatan matematika seperti aktivitas
menghitung,penentuan lokasi,mengukur,mendesain,bermain dan
menjelaskan.Objek etnomatematika tersebut dapat berupa permainan
tradisional,kerajinan tradisional,artefak dan aktivitas (tindakkan) yang
berwujud kebudayaan.
Etnomatematika dapat menjembatani antara budaya dan
pendidikan,khususnya pendidikan matematika.Dalam bidang pendidikan
matematika,etnomatematika masih merupakan kajian yang baru dan
berpotensi sangat baik untuk dikembangkan dan diperkenalkan pada siswa
sehingga bidang etnomatematika dapat digunakan sebagai pusat proses
pembelajaran dan metode pengajaran.

F. Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang terkait dengan etnomatematika juga pernah dilakukan
diberbagai daerah dengan topik yang beragam.Adapun penelitian yang
dilakukan oleh Inda Rachmawati (2012) dengan judul Eksplorasi
Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo menunjukkan bahwa terdapat cara –
cara yang khusus dalam melakukan aktivitas matematika tanpa
mempelajari teori tentang konsep – konsep matematika,dimana masyarakat
Sidoarjo pun telah menerapkan konsep – konsep matematika dalam
kehidupan sehari – harinya menggunakan etnomatematika.Terbukti adanya
bentuk etnomatematika tersebut terdapat pada aktivitas bermain,yaitu
beberapa jenis permainan tradisional diantaranya,jangklet,jantengan,
pasaran sengidanan, lompat tali, bermain pasir,hompimpa,suit dan dakon.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Halimatul Maulida (2019) dengan
judul Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika Melalui
Permainan Tradisional Engklek,dimana dalam hasil penelitiannya dapat

27
disimpulkan bahwa permainan tradisional juga mengandung unsur
pembelajaran matematika yang dapat digali untuk dimanfaatkan menjadi
media pembelajaran matematika yang dapat mempermudah guru dalam
menyampaikan materi bangun datar yang akan disampaikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wara Sabon Dominikus (2018) dengan
judul Etnomatematika Dalam Permainan Kemoti Di Adonara,dimana
dalam hasil penelitiannya ditemukan adanya konsep – konsep atau ide –
ide matematis serta aktivitas matematika dalam permainan kemoti.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami teorema
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya
perilaku,persepsi,motivasi,tindakkan dan lain – lain secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa,pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Moleong,2012:6).
Dalam penelitian kualitatif data yang dianalisis berupa data
kualitatif.Prosedur analisis yang dihasilkan tidak menggunakan prosedur
analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya.Peneliti menggunakan
penelitian kualitatif dengan metode eksplorasi karena berkaitan dengan
etnomatematika yaitu untuk mengetahui unsur etnomatematika serta
konsep matematika yang terdapat dalam permainan tradisional.

B. Lokasi dan Objek Penelitian


Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan untuk
mengadakan penelitian.Penelitian ini akan dilaksanakan di
Adonara,khususnya masyarakat suku lamaholot yang berdiam di Desa
Lambunga.Objek penelitian dalam penelitian kualitatif terdapat 3
komponen yakni place(tempat),actor(pelaku) dan activities(aktivitas).
Tempat penelitian ini adalah di Adonara,tepatnya di Desa
Lambunga.Sedangkan pelaku dalam penelitian ini seperti orang tua dan
anak - anak.Adapun aktivitas penelitian adalah kegiatan permainan
tradisional anak di Adonara,Desa lambunga.

29
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian
dengan tujuan lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
(Arikunto,2000:150) “ Instrumen penelitian adalah alat bantu untuk
memperoleh data – data yang diperlukan.Data – data yang akan terkumpul
nantinya membuktikan bahwa benar tidaknya instrumen yang digunakan.
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa peneliti
ssebagai instrumen utama dan pedoman observasi serta pedoman
wawancara sebagai instrumen pendukung untuk membantu dan
mempermudah peneliti mengumpulkan data penelitian.
1. Peneliti
Sebagai instrumen penelitian,peneliti mencari dan mengumpulkan
data terkait etnomatematika pada permainan tradisional masyarakat
Lamaholot.Peneliti berinteraksi secara langsung dengan subyek
penelitian untuk mendapatkan informasi yang akurat.Selain
itu,peneliti juga dapat menentukan siapa yang tepat digunakan
sebagai sumber data.Peneliti juga mengumpulkan data melalui
observasi,wawancara dan dokumentasi yang selanjutnya data
tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif oleh peneliti.
2. Pedoman observasi
Pedoman observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat
permainan.Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
permainan yang diteliti.
3. Pedoman wawancara
Instrumen ini terdiri dari garis besar pertanyaan yang akan
diajukan.Pedoman wawancara dilakukan untuk memperoleh
informasi mengenai permainan yang diteliti.Hasil yang didapat dari
wawancara ini digunakan untuk mengetahui etnomatematika yang
terdapat dalam permainan tersebut.

30
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.Untuk memperoleh data yang cukup
dan jelas dari permasalahan yang diangkat,maka ada beberapa teknik
pengumpulan data yang dilakukan yakni dengan metode gabungan
(triangulasi) sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Terdapat tiga jenis observasi antara lain :
a. Observasi Partisipasif,dimana peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari – hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian.
Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat,yaitu :
1). Partisipasi pasif,dimana dalam hal ini peneliti datang
ditempat kegiatan orang yang diamati,tetapi tidak ikut terlibat
dalam kegiatan tersebut.
2). Partisipasi moderat,dalam hal ini terdapat keseimbangan
antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.Peneliti
dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipasif dalam
beberapa kegiatan,tetapi tidak semuanya.
3). Partisipasi aktif,dimana peneliti ikut melakukan apa yang
dilakukan narasumber,tetapi belum sepenuhnya lengkap.
4). Partisipasi lengkap,dimana peneliti sudah terlibat penuh
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh narasumber.
b. Observasi terus terang atau tersamar,dimana peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada
sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian.
c. Observasi tak berstruktur,observasi yang tidak disiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi.Oleh karena

31
itu,peneliti dapat melakukan pengamatan bebas,mencatat apa
yang menarik,melakukan analisis dan kemudian dibuat
kesimpulan.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah partisipasif
bentuk pasif untuk mengamati perilaku yang muncul di lokasi
penelitian.Dalam observasi ini,peneliti berada ditempat kegiatan atau
lokasi penelitian,tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut.Peneliti menempatkan dirinya sebagai pengamat dan
mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data
penelitian.
Observasi sebagai pengumpul data yang dimaksud adalah dengan
melakukan observasi secara sistematis bukan sekedarnya saja.Dalam
observasi ini,diusahakan mengamati hal yang wajar dan yang
sebenarnya terjadi tanpa usaha yang disengaja untuk
memperbaharui,mengatur atau memanipulasikannya.Mengadakan
observasi hendaknya dilakukan sesuai kenyataan,melukiskannya
secara tepat dan cermat terhadap apa yang diamati,mencatatnya dan
kemudian mengolahnya dengan baik.
Adapun kegiatan yang diamati adalah anak – anak yang sedang
bermain permainan tradisional pereka,semedan,ketaro dan
kemoti.Saat observasi berlangsung akan didokumentasikan berupa
foto,video atau rekaman.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data berupa
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab,sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu (Sugiyono,2012:231).
Selain itu,wawancara juga bertujuan untuk mengetahui apa yang
terkandung dalam pikiran dan hati orang lain,yaitu pandangan
terhadap sesuatu yang tidak bisa kita dapatkan melalui observasi.
Wawancara digolongkan dalam tiga macam,yaitu :

32
a. Wawancara terstruktur (Structured Interview),digunakan
apabila peneliti telah mengetahui secara pasti mengenai suatu
informasi apa yang akan dikumpulkan.
b. Wawancara semiterstruktur (Semistructured Interview),jenis
wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview,dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara terstruktur.Tujuannya adalah
untuk menemukan permasalahan secara terbuka,dimana pihak
yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide – idenya.
c. Wawancara tak berstruktur,wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya.
Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan wawancara
semiterstruktur untuk memperoleh data.Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mengadakan secara teliti dan mencatat
apa yang dikemukakan oleh responden dan menggunakan
instrumen pembantu yaitu alat merekam.
Pertanyaan-pertanyaan yang akan dijadikan landasan untuk
mendapat informasi dari narasumber meliputi :
1). Jenis permainan
2). Aturan permainan
3). Filosofi
4). Perlengkapan permainan
5). Bahasa
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun data dan menganalisis dokumen – dokumen baik
dokumen tertulis,gambar maupun elektronik.Menurut Sugiyono
(2013) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu.

33
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa foto
atau video saat anak - anak–sedang bermain.Dari dokumen
tersebut,kemudian dianalisis mengenai etnomatematika yang
terdapat pada permainan tradisional tersebut.

E. Teknik Analisis Data


Menurut Patton (dalam Moleong,2012 :103),analisis data adalah proses
mengatur urutan data,mengorganisasikannya kedalam suatu pola,kategori
dan uraian dasar.Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis
data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan
yang diteliti sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara dan bahan – bahan lain,sehingga
dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis kualitatif.Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena – fenomena sosial dari sudut atau perspektif
partisipan.Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai ketertarikkan
dari partisipan dan melalui penguraian pemaknaan partisipan tentang
situasi dan peristiwa.
Proses analisis data dalam penelitian ini mencakup pengumpulan
data,reduksi data,penyajian data dan penarikkan kesimpulan yang mengalir
secara berkesinambungan dan saling berinteraksi sebagai berikut :
1. Pengumpulan data (Data collection)
Pengumpulan data dengan observasi dilaksanakan dilapangan
sedangkan untuk mengetahui etnomatematika yang terdapat pada
permainan tradisional tersebut dengan menggunakan catatan atau
instrumen yang telah disediakan dalam proses pengumpulan data
yang dilakukan dengan teknik triangulasi.

34
2. Reduksi data (Data reduction)
Mereduksi data artinya membuat rangkuman.Reduksi data
dilakukan untuk memfokuskan data pada hal – hal yang penting
dari sekian banyak data yang diperoleh dari hasil
observasi,wawancara dan catatan lapangan yang tidak
terpola.Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah penelitian untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.hasil reduksi data kemudian diolah
dan dituliskan berbagai informasi penting yang berkaitan dengan
etnomatematika dalam permainan tradisional yang diteliti.
3. Penyajian data (Data display)
Setelah data direduksi,maka data yang diperoleh di-display
yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan informasi yang
sudah tersusun dan memungkinkan untuk diambil sebuah
kesimpulan.Dalam penelitian ini,data – data disajikan dalam
bentuk naratif.Penyajian datanya berupa karakteristik
etnomatematika pada permainan tradisional masyarakat lamaholot.
4. Penarikkan kesimpulan (Conclusion Drawing/verification)
Prosedur penarikkan kesimpulan didasarkan pada informasi
yang tersusun pada bentuk yang terpola pada penyajian
data.Memulai informasi tersebut peneliti dapat melihat dan
membentuk kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian
karena penarikkan kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran
yang utuh dari objek penelitian.Tahapan ini bertujuan untuk
mengetahui etnomatematika pada permainan tradisional
masyarakat lamaholot.

F. Keabsahan Data
Keabsahan atau kebenaran data merupakan hal yang penting dalam
penelitian.Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan agar data dapat

35
dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.Pengecekkan keabsahan data
merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses
perolehan data penelitian.
Dalam menguji keabsahan data diperlukan teknik triangulasi agar data
yang didapat dalam penelitian valid dan reliable.Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu dengan
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.
Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan
yang satu ke informan yang lainnya.
Jenis teknik triangulasi dalam penelitian kualitatif ada tiga jenis yaitu :
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik
Pengumpulan data untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
3. Triangulasi waktu
Pengujian kredibilitas dapat dilakukan dengan cara yang
melakukan pengecekkan dengan wawancara,observasi dan dokumen
dalam waktu yang berbeda.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber data yaitu
peneliti berupaya untuk mengecek keabsahan data yang didapatkan dari
salah satu sumber dengan sumber yang lain.Triangulasi sumber yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah orang tua dan siswa.Alasannya
peneliti menggunakan triangulasi karena yang memungkinkan sesuai
kondisi di lapangan.

36
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rancangan perencanaan yang
terperinci dan spesifik mengenai cara memperoleh,menganalisa dan
menginterpretasikan data sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian.Prosedur penelitian merupakan tahapan – tahapan yang dilalui
dalam penelitian untuk menjawab rumusan masalah.
Adapun tahapan – tahapan prosedur penelitian dijabarkan sebagai berikut :
1. Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menentukan lokasi dan objek penelitian dimana penelitian ini akan
dilakukan di Adonara ,khususnya masyarakat suku lamaholot yang
berdiam di desa Lambunga serta objek penelitiannya adalah permainan
tradisional.
2. Membuat instrumen
Tahap selanjutnya yaitu membuat instrumen penelitian berupa
observasi (peneliti sebagai instrumen utama turun langsung ke
lapangan) dan pedoman wawancara.Instrumen observasi digunakan
untuk melakukan observasi etnomatematika pada permainan
tradisional.Instrumen wawancara dilakukan secara lisan serta adanya
dokumentasi berupa foto,video atau rekaman saat melakukan kegiatan.
3. Pelaksanaan instrumen
Peneliti mengumpulkan data terhadap informan melalui teknik
observasi dan wawancara kemudian membuat catatan lapangan.
4. Validasi instrumen
Validasi sangat penting dalam penelitian untuk memperoleh
keabsahan data hasil penelitian.Menguji keabsahan dalam penelitian
ini menggunakan triangulasi sumber yaitu peneliti berupaya untuk
mengecek keabsahan data yang didapatkan dari salah satu sumber
dengan sumber yang lain.
5. Mengumpulkan data

37
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data untuk
mengetahuii etnomatematika pada permainan tradisional dengan
menggunakan metode observasi,wawancara dan dokumentasi.
6. Analisis data
Pada tahap analisis data,hal yang dilakukan yaitu mengolah data
yang diperoleh melalui observasi,wawancara dan dokumentasi
kemudian mendeskripsikan etnomatematika pada permainan
tradisional sehingga menjadi data yang mudah dipahami.
7. Merancang perangkat pembelajaran berdasarkan etnomatematika
dalam permainan tradisional masyarakat Lamaholot sebagai integrasi
dalam pembelajaran matematika.
8. Kesimpulan
Pada tahap ini,akan dibuat kesimpulan mengenai etnomatematika
dalam permainan tradisional dan perangkat pembelajaran yang terkait
dengan etnomatematika pada permainan tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

38
Ambrosio, U. D. 1985. Ethnomatematics and Its Place in The History And
Pedagogy Of Mathematics.For learning of Mathematics.

Arikunto, S. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Desmawati, R. (2008). Eksplorasi Etnomatematika Pada Gerak Tari


Tradisional Sigeh Pengunten Lampung. Skripsi. Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden
Intan,Lampung.

Dharmamulya, s. (2008). Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel


Press.

Doko, Juwilestari . (2019). Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis


Budaya Sabu Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Persegi
Panjang Dan Belah Ketupat Kelas VII SMP Negeri 2 Sabu Barat.
(Skripsi).Program Studi Pendidikan Matematika,Universitas Nusa
Cendana,Kupang.

Dominikus, W. S. (2019). Pembelajaran Matematika Berbasis


Etnomatematika (PMBE).Pendidikan Matematika FKIP Universitas Nusa
Cendana,Kupang.

Dominikus, W. S. (2018). Etnomatematika Adonara. Malang: Media Nusantara


Creative.

Dominikus, W. S. (2018). Etnomatematika Dalam Permainan Kemoti Di


Adonara .Universitas Nusa Cendana,Kupang.

Dominikus, W. S. (2016). Etnomatematika Adonara dan Kaitannya Dengan


Matematika Sekolah. Disertasi Universitas Negeri Malang, Malang.

39
Maulida, Siti. (2019). Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika
Melalui Permainan Tradisional Engklek .Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Nur, K. Rhofy dkk. 2015. Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Suku


Madura di Situbondo.Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015. II (1):1-4.

Rachmawati, I. 2012. Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat


Sidoarjo .Jurnal .Surabaya : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
UNESA.

R. M. Hariastuti. 2017. Permainan Tebak – Tebakkan Buah Manggis:Sebuah


Inovasi Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika.Dalam jurnal
Mat. Dan Pendidik. Mat,vol 2.

Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.

Sidin. (2018). Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis


Budaya Lingko Kodok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Lingkaran Kelas VIII A SMP Negeri 1 Lembor Manggarai Barat.
(Skripsi).Program Studi Pendidikan Matematika,Universitas Nusa
Cendana,Kupang.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif,Kualitatif dan


R&D. Bandung : Alfabeta.

Zhang, W. & Zhang, Q.2010. Ethnomatematics and its integration within the
mathematics curriculum.Journal of Mathematics Education.

40
41

Anda mungkin juga menyukai