OLEH :
1701030015
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul “Eksplorasi Etnomatematika Pada Permainan
Tradisional Masyarakat Lamaholot Dan Integrasinya Dalam Pembelajaran
Matematika”. Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keguruan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang.
Penulis juga menyampaikan limpah terima kasih kepada semua yang telah
membantu dalam penyusunan proposal ini sehingga penulisan proposal ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih memiliki bnayak
kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena itu
baik usulan, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan proposal ini agar menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis harap proposal penelitian ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Kupang,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
umumnya dan siswa pada khususnya. Ada banyak permasalahan
dikehidupan manusia yang dapat dimodelkan secara matematis kemudian
dianalisis untuk menemukan penyelesaiannya. Namun, secara umum
masyarakat memandang matematika sebagai suatu ilmu abstrak yang sulit
untuk dipelajari. Anggapan itu seringkali mengakar dalam pemikiran
masyarakat bahkan anak-anak ketika hendak mempelajari matematika. Hal
ini tentunya berdampak buruk dalam proses pencapaian tujuan
pembelajaran matematika disekolah.
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat banyak manfaat dari aplikasi
mtematika. Salah satu bentuk aktivitas manusia yang mengaplikasikan
matematika didalamnya yaitu mengurutkan bilangan, berhitung,
mengelompokkan objek-objek benda ke dalam kelompok yang sama dan
lain-lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa matematika memang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga ada dalam
transaksi jual beli di pasar, dalam membangun suatu gedung, menjahit
baju, bahkan pada saat bermain ada matematika dan masih banyak lagi
aktivitas manusia yang berkaitan dengan matematika. Dengan demikian,
seharusnya matematika bukanlah suatu ilmu yang abstrak bagi masyarakat
karena sesungguhnya matematika telah dipraktikkan dalam kehidupan
budaya masyarakat sejak dahulu kala hanya masyarakat tidak
menyadarinya.
Menurut Nur, dkk (2015) pendidikan dan budaya merupakan satu
kesatuan utuh yang berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan
merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu dalam masyarakat.
Hubungan antara matematika dan budaya disebut dengan etnomatematika.
Unsur etnomatematika merupakan unsur budaya yang mengandung
konsep matematika. Unsur etnomatematika tersebut dapat berupa
kerajinan tradisional, artefak, permainan tradisional dan aktivitas yang
berwujud kebudayaan lainnya. Dalam permainan tradisional masyarakat
lamaholot dapat ditemukan aktivitas bernuansa matematika. Hal ini dapat
ditemukan pada saat proses permainan tersebut berlangsung. Peran
2
masyarakat dalam upaya melestarikan permainan rakyat sangat penting
dengan menjadikannya sebagai perangkat dalam kehidupan masyarakat,
mengingat pula banyak manfaat yang dapat dikaji pada permainan tersebut
yakni keterkaitannya dengan pembelajaran matematika. Perangkat yang
dimaksud meliputi wadah hiburan dan kreasi serta penanaman sikap.
Etnomatematika bukan hanya tentang matematika akan tetapi
etnomatematika juga mengenai nilai-nilai budaya yang berada didalamnya.
Etnomatematika menjadi penting bahwa didalam budayanya terdapat
unsur matematika yang dapat dijadikan pegangan oleh guru supaya dapat
memanfaatkan permainan tradisional sebagai bahan pembelajaran siswa.
Kehadiran matematika yang bernuansa budaya akan memberikan
konstribusi yang besar terhadap matematika di sekolah, karena sekolah
merupakan institusi sosial yang berbeda dengan yang lain sehingga
memungkinkan terjadinya sosialisasi antara beberapa budaya. Selain
membuat siswa tertarik untuk belajar, permainan tradisional juga
bermanfaat untuk kesehatan tubuh siswa karena mereka bergerak aktif dan
juga dengan bermain dapat meningkatkan keterampilan sosial anak.
Misalnya ketika bermain anak mempelajari tentang kompetisi, negosiasi,
komunikasi dan empati. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan anak
dalam bersosialisasi dengan orang sekitar.
Mengajarkan matematika berbasis budaya lokal perlu dilakukan guru
sebab selain dapat membantu siswa untuk belajar dengan lebih bermakna
melalui tindakkan-tindakkan nyata, kegiatan ini juga dapat membantu
siswa untuk lebih mengenal dan mencintai budayanya sendiri.
Berdasarkan uraian diatas maka, penulis ingin mengadakan penelitian
dengan tujuan untuk mendeskripsikan konsep-konsep matematika apa saja
yang terdapat pada permainan tradisional masyarakat Lamaholot dan
integrasinya dalam pembelajaran matematika di sekolah. Dengan
demikian, penulis mengangkat judul penelitian “Eksplorasi
Etnomatematika Pada Permainan Tradisional Masyarakat
Lamaholot Dan Integrasinya Dalam Pembelajaran Matematika”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja etnomatematika yang terdapat dalam permainan tradisional
masyarakat Lamaholot?
2. Bagaimana mengintegrasikan etnomatematika pada permainan
tradisional masyarakat Lamaholot dalam pembelajaran matematika?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan apa saja etnomatematika yang terdapat dalam
permainan tradisional masyarakat Lamaholot.
2. Mendeskripsikan bagaimana mengintegrasikan etnomatematika pada
permainan tradisional masyarakat Lamaholot dalam pembelajaran
matematika.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat bagi peneliti
Lebih memahami dan mendalami peran serta manfaat pembelajaran
konsep matematika dalam permainan tradisional.
2. Manfaat bagi masyarakat lamaholot
Membuka pemahaman masyarakat bahwa matematika berhubungan dan
berkaitan erat dengan aktivitas budaya disekitarnya.
3. Manfaat bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya
yang ingin melakukan penelitian sejenis dalam mengungkap aspek
matematika dalam kebudayaan yang bersumber dari daerah setempat,
4
sehingga semakin banyak aspek matematika yang terungkap secara luas
dalam berbagai kebudayaan daerah setempat.
4. Manfaat bagi guru
Melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah yang berhubungan
dengan permainan tradisional.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi dan kesalahtafsiran, maka
variable yang perlu didefenisikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Eksplorasi dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk menggali etnomatematika pada permainan tradisional masyarakat
lamaholot.
2. Etnomatematika pada permainan tradisional yang dimaksud yaitu untuk
mencari dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan unsur-unsur
matematika yang terdapat dalam permainan tradisional.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Eksplorasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), eksplorasi diartikan
sebagai penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan
lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang
terdapat di tempat itu. Definisi lain menyebutkan bahwa eksplorasi
merupakan kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang
baru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa eksplorasi merupakan tindakkan
untuk memperoleh pengetahuan baru di lapangan.
B. Permainan Tradisional
Permainan tradisional adalah sebuah aktivitas bermain yang dilakukan
oleh anak-anak dengan aturan-aturan tertentu guna memperoleh
kesenangan. Permainan tradisional tidak hanya mengandung unsur
kesenangan tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya dan dapat melatih
kecakapan anak untuk berpikir dan berhitung. Permainan tradisional telah
berkembang sejak zaman nenek moyang. Permainan ini berasal dari
permainan rakyat yang dilestarikan secara turun temurun. Alasan mengapa
permainan tradisional diturunkan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya, sebab secara kultural, permainan tradisional merupakan
kekayaan yang dimiliki masyarakat daerah, sebagaimana pada masyarakat
Lamaholot. Variasi permainan tradisional menjadi ciri khas masing-
masing daerah dan tentunya ini menjadi bukti eksistensi lestarinya budaya
di daerah tersebut. permainan tradisional merupakan aset budaya, yaitu
modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan eksistensi dan
identitasnya ditengah masyarakat lain.
Dalam kehidupan masyarakat Lamaholot dijumpai banyak jenis
permainan. Masyarakat Lamaholot menjadikan permainan sebagai sarana
rekreasi dan sarana edukasi antar generasi terutama terkait dengan
6
pendidikan nilai-nilai hidup dan nilai budaya. Menanamkan nilai-nilai
kehidupan melalui produk dan wujud seni dan budaya dapat dilakukan
melalui jalur pendidikan.
Berikut beberapa permainan tradisional masyarakat Lamaholot yang
merupakan warisan budaya lokal diantaranya :
1. Pereka
Pereka merupakan suatu permainan tradisional yang memiliki ciri
yakni melompat-lompat pada bidang datar yang digaris berbentuk pola
kotak-kotak diatas tanah. Permainan ini mengharuskan pemainnya
melompat menggunakan satu kaki dari satu kotak ke kotak berikutnya.
Selain itu, setiap pemain harus memiliki era yang biasa diambil dari
pecahan keramik atau pecahan genteng
Tata cara memainkan permainan ini adalah sebagai berikut :
a. Menggambar pola kotak-kotak atau petak diatas tanah.
b. Menyiapkan era sebagai alat penanda petak yang tidak boleh
diinjak.
c. Melakukan suit atau hompimpa untuk menentukan giliran
bermain.
d. Pemain dengan giliran pertama melemparkan era miliknya pada
petak pertama, kemudian melompat dan tidak boleh menginjak
petak yang terdapat era didalamnya.
e. Pertama era dilempar ke petak berikutnya setelah kembali ke posisi
semula. Hal tersebut dilakukan berulang kali hingga petak terakhir.
f. Pergantian pemain dilakukan ketika pemain dengan tidak sengaja
menginjak kotak atau petak yang berisi era.
g. Untuk mencari lango (rumah) pemain harus dengan mata tertutup
untuk melakukannya.
h. Pemain yang memiliki lango (rumah) terbanyak dinyatakan sebagai
pemenang.
7
Gambar 2.1 Petak- petak Pereka
8
2. Semedan
Semedan merupakan permainan tradisional yang menginjakkan
kaki diatas keo (tempurung kelapa) yang sudah tua dan kuat. Lalu,
ditengah keo tersebut diberi lubang dan dimasukkan dengan seutas tali
ketebuk kemudian diikat.
Tata cara memainkan permainan ini adalah sebagai berikut :
a. Pemain memegang tali yang sudah diikat pada keo (tempurung
kelapa) tersebut.
b. Pemain memasukkan selah kaki antara jempol kaki dan telunjuk
kaki.
c. Pemain harus menjaga keseimbangan.
d. Pemain menggerakkan kakinya dengan berjalan agar tetap menjaga
keseimbangan.
9
Gambar 2.4 Seorang anak sedang bermain semedane.
3. Ketaro
Ketaro merupakan permainan tradisional melempar kemie ke arah
kemie yang telah diatur rapi dan dibatasi oleh lingkaran. Kemie atau
kemiri yang digunakan adalah kemiri yang sudah kering.
Tata Cara memainkan permainan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengatur buah kemiri (kemie) sesuai jumlah yang ditetapkan.
b. Memilih era yang bisa dilemparkan dengan baik.
c. Melempar era untuk menentukan pemain pertama.
d. Pemain pertama melempar kemie yang sudah diatur. Hal ini
dilakukan secara berulang.
e. Pemain yang berhasil melempar kemie hingga kemie keluar dari
garis lingkaran berhak untuk mengambil kemie tersebut dan
menjadi miliknya.
f. Ketika pemain melempar kemie dan era pemain tetap berada
dalam lingkaran tetapi ada beberapa kemie keluar dari lingkaran
disebut Taro.
10
g. Permainan akan berakhir jika semua kemie telah dimenangkan dan
yang menjadi pemenang adalah pemain yang lebih banyak
mengumpulkan kemie tersebut.
11
4. Kemoti
Kemoti merupakan permainan tradisional yang memindahkan biji-
bijian atau kerikil dalam lubang-lubang kecil yang digali ditanah
secara bergantian oleh pemain. Pembuatan lubang atau kelek biasanya
dipekarangan rumah atau dibawah pohon rindang. Permainan kemoti
bagi masyarakat Adonara merupakan salah satu bentuk permainan
untuk rekreasi yang dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Tata cara permainan dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Semua lubang atau kelek yang telah digali dibiarkan kosong.
b. Menentukan pemain pertama dengan melakukan suit.
c. Biji-bijian atau kerikil yang telah disiapkan dimasukkan kedalam
lubang atau kelek yang menjadi hak atau daerah oleh masing-
masing pemain.
d. Pemain pertama mulai mengedarkan biji-bijian atau kerikil dengan
arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam atau pengedaran
selalu ke kanan.
e. Pertukaran pemain terjadi bila :
a) Ketika salah satu pemain mengedarkan biji ke setiap lubang
atau kelek dan biji terakhir jatuh pada lubang atau kelek
kosong.
b) Pengedaran biji terakhir jatuh pada lubang atau kelek yang
berisi 3 biji sehingga menjadi 4 biji (ika) tapi lubang atau
kelek berikutnya adalah lubang atau kelek kosong atau tak
ada biji atau kerikil.
f. Permainan berlanjut terus dan pemain yang berhasil
mengumpulkan biji-bijian terbanyak atau mendapatkan ika
terbanyak dinyatakan sebagai pemenang.
Pola permainan kemoti dengan cara dan aturan kemenangan seperti
yang telah diuraikan diatas disebut permainan kemoti dengan pola
teka ika yaitu memenangkan lubang atau kelek digenapi menjadi 4 biji
dalam satu kelek.
12
Gambar 2.7 Lubang kemoti
13
C. Etnomatematika
Istilah etnomatematika berasal dari kata ethnomathematics yang
diperkenalkan oleh D’Ambrosio seorang matematikawan Brasil pada
tahun 1977. Ethnomathematics berasal dari kata ethno, mathema dan tics.
Makna ethno yaitu kelompok kebudayaan yang dapat dikenali, seperti
perkumpulan suku disuatu negara dan kelas-kelas profesional
dimasyarakat, termasuk pula bahasa dan kebiasaan mereka sehari-hari.
Kemudian, mathema memiliki makna menjelaskan, mengerti dan
mengelola hal-hal nyata secara spesifik dengan menghitung, mengukur,
mengkalsifikasi, mengurutkan dan memodelkan suatu pola yang muncul
pada suatu lingkungan. Makna tics yaitu seni dalam teknik. Secara istilah
etnomatematika diartikan sebagai matematika yang dipraktekkan diantara
kelompok budaya diidentifikasikan seperti suku, kelompok buruh, anak-
anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional (D’Ambrosio,
1985).
Etnomatematika didefenisikan sebagai cara-cara khusus yang dipakai
oleh suatu kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam aktivitas
matematika, dimana aktivitas matematika adalah aktivitas yang
didalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam
kehidupan sehari-hari ke dalam matematika atau sebaliknya yang meliputi
aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan
atau alat, membuat pola, membilang, menentukan lokasi, bermain,
menjelaskan dan sebagainya (Rachmawati, 2012). Dominikus (2018)
mengungkapkan bahwa etnomatematika adalah studi tentang hubungan
antara budaya dan matematika. Hal ini mengacu pada sekelompok ide-ide
yang luas mulai dari sistem numerik dan matematika yang berbeda ke
pendidikan dan pendidikan matematika.
Adapun tujuan dari kajian etnomatematika menurut Dominikus (2018)
adalah untuk memberikan kontribusi tidak hanya untuk memahami budaya
dan pemahaman matematika, tetapi terutama untuk menghargai hubungan
14
antara matematika dan budaya. Berikut ini uraian tentang karakteristik
etnomatematika (Dominikus, 2018):
1. Counting atau menghitung
Praktik dan alat-alat menghitung baik secara fisik maupun mental,
sudah ada ribuan tahun dalam berbagai bentuk. Aktivitas menghitung
dikaitkan dengan bilangan yang nampak dalam ungkapan bahasa
daerah yang digunakan oleh kelompok budaya itu. Alat-alat yang
digunakan dalam menghitung juga bervariasi antara satu kelompok
budaya dengan kelompok budaya yang lain. Dengan begitu, sistem
bilangan yang digunakan juga akan berbeda.
2. Locating atau melokasir, menentukan
Locating berkaitan dengan menemukan suatu jalan, menempatkan
suatu objek, menentukan arah dan menentukan hubungan objek yang
satu dengan yang lain. Hal ini berkaitan dengan kemampuan spasial,
bagaimana konseptualisasi keruangan dan bagaimana suatu objek
diposisikan dalam lingkungan spasial. Pemetaan, navigasi dan
pengaturan objek-objek keruangan terdapat dalam semua budaya dan
semuanya membentuk pengetahuan matematika yang penting.
3. Measuring atau mengukur
Aktivitas mengukur umumnya menggunakan berbagai ukuran tidak
baku seperti menggunakan bagian dari tubuh untuk mengukur
panjang. Dan untuk mengukur waktu, benda cair dan berat digunakan
cara dan alat yang berbeda dalam setiap budaya. Aktivitas mengukur
ini juga berkaitan dengan bilangan sehingga mencakup pula aktivitas
membandingkan, mengurutkan dan mengkuantifikasi karakteristik
suatu objek.
4. Designing atau merancang,menciptakan
Aktivitas designing berkaitan dengan pembuatan pola untuk membuat
objek-objek atau artefak budaya yang digunakan di rumah, dalam
perdagangan, dekorasi, berperang, permainan dan tujuan keagamaan.
Designing juga berkaitan dengan hal-hal yang berskala besar seperti
15
rumah, perkampungan, jalan, kebun, lapangan, desa dan kota. Semua
ini menjadi sumber dan bagian dalam pembentukkan pengetahuan
matematika anggota kelompok budaya.
5. Playing atau permainan
Playing berkaitan dengan berbagai permainan tradisional dan tarian
tradisional dalam masyarakat yang melibatkan jenis penalaran
matematika, probabilitas dan berpikir strategis. Permainan memuat
aturan permainan, prosedur, material yang digunakan dan kriteria
yang dibakukan.
6. Explaining atau menjelaskan
Explaining merujuk ke berbagai aspek kognitif mempertanyakan dan
mengonseptualisasi lingkungan. Penjelasan membangun koneksi
yang bermakna antara fenomena yang berbeda dalam merespon
pertanyaan mengapa. Untuk menjelaskan berbagai fenomena yang
lebih kompleks dan dinamis seperti proses kehidupan,pasang surut
dan aliran peristiwa. Setiap budaya mempunyai cerita, cerita rakyat
dan penutur cerita. Cerita merupakan suatu fenomena universal dan
dalam kaitan dengan pengetahuan matematika dalam budaya, hal yang
paling penting adalah kemampuan bahasa penutur cerita untuk
mengaitkan wacana dalam berbagai cara.
Dalam kaitannya dengan penelitian, maka perhatiannya ditujukan kepada
kelogisan konektivitas dalam bahasa yang diperluas, dibatasi, dielaborasi
dan lainnya. Dari semua hal ini, pengetahuan pembuktian telah dibangun
yang memenuhi kriteria konsisten dan meyakinkan. Keenam kegiatan
diatas merupakan kegiatan yang biasa diterapkan dalam masyarakat atau
dalam kehidupan sehari-hari. Objek etnomatematika merupakan objek
budaya yang mengandung konsep matematika pada suatu masyarakat
tertentu. Objek etnomatematika digunakan untuk kegiatan matematika
seperti aktivitas menghitung, penentuan lokasi, mengukur, mendesain,
bermain dan menjelaskan. Objek etnomatematika tersebut dapat berupa
16
permainan tradisional, kerajinan tradisional, artefak dan aktivitas
(tindakkan) yang berwujud kebudayaan.
Etnomatematika dapat menjembatani antara budaya dan pendidikan,
khususnya pendidikan matematika. Dalam bidang pendidikan matematika,
etnomatematika masih merupakan kajian yang baru dan berpotensi sangat
baik untuk dikembangkan dan diperkenalkan pada siswa sehingga bidang
etnomatematika dapat digunakan sebagai pusat proses pembelajaran dan
metode pengajaran.
17
1. Tahapan Eksplorasi (exploration)
Pada tahap ini, siswa menggali ide matematis dalam budaya dimana
siswa diberikan materi tentang budaya (literasi budaya). Dalam tahapan
ini siswa mengenal dan tahu dan mengingat kembali budaya yang
menjadi konteks pembelajaran. Memanfaatkan sumber daya yang
bervariasi dalam pembelajaran matematika. Sumber belajar itu sendiri
tidak hanya guru dan buku saja.
2. Tahap Pemetaan (Mapping)
Melalui dampingan guru, siswa membuat peta hubungan antara konsep
matematika sekolah dan etnomatematika. Kemudian memilih konsep
matematika yang bersesuaian untuk dipelajari baik secara individu
maupun kelompok.
3. Tahap Eksplanasi (Explanation)
Pada tahap ini, siswa mempelajari konsep matematika sekolah,
mengkomunikasikan apa yang dipelajari, saling berbagi dan
mengapresiasi apa yang dipelajari dalam berbagai bentuk.
4. Tahap Refleksi (Reflextion)
Merangkum apa yang dipelajari baik pengetahuan matematika dan
nilai-nilai hidup (living values) yang dikembangkan dan diperoleh
dalam proses pembelajaran matematika.
Diperlukannya pembelajaran matematika berbasis budaya bertujuan
untuk dapat mentransformasi nilai-nilai budaya untuk membangun
karakter bangsa ini yang dapat dilakukan melalui etnomatematika.
Pembelajaran matematika melalui pendekatan etnomatematika
memberikan dampak positif terhadap kemampuan matematika. Misalnya
kemampuan memahami konsep matematika, kemampuan berhitung dan
kemampuan pemahaman masalah.
Adanya kebudayaan yang dikaitkan dengan matematika tidak lepas dari
suatu model pembelajaran yang mana guru dituntut untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi peserta didik. Dengan model pembelajaran
yang tepat, siswa tidak hanya mendengarkan dan menghafal materi yang
18
diberikan oleh guru, tetapi siswa juga aktif mencari materi yang akan
dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terdorong atau termotivasi untuk
lebih memahami konsep matematika yang yang baik yang berkaitan
dengan sekolah maupun masalah yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.
Model pembelajaran yang cocok untuk mengaitkan matematika dengan
kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran
kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) itu sendiri
merupakan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks
dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja sehingga siswa mampu
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2006).
Dengan model ini, dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan, karena dilandasi oleh teori
belajar konstruktivisme. Sehingga membantu siswa melihat makna dalam
bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya
dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan
pribadinya, sosialnya dan budayanya.
Dari konsep pembelajaran kontekstual, ada tiga hal yang harus dipahami
yaitu :
1. Pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa
untuk menemukan materi, artinya proses pembelajaran diorientasikan
pada proses pengalaman secara langsung. Proses pembelajaran CTL
tidak mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi
proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
19
merelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam tetap pada memori siswa, sehingga
tidak mudah dilupakan.
3. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,
artinya CTL tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi yang dipelajari itu
dapat mewarnai perilakunya. Materi pembelajaran dalam konteks CTL
bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi
bekal mereka dalam mengarungi kehidupan.
Secara garis besar, langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas
sebagai berikut :
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin penemuan untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar ( dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh belajar.
f. Lakukan refleksi.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Jadi berdasarkan penjelasan diatas, model pembelajaran yang akan
digunakan dalam membelajarkan matematika adalah model pembelajaran
kontekstual. Dengan demikian, pengintegrasian budaya dalam belajar
matematika di sekolah maka disatu sisi membantu upaya pelestarian
budaya dan disisi lain para siswa akan berkembang dan bertumbuh diatas
budayanya.
Menurut Dominikus (2019), integrasi budaya (etnomatematika) dalam
pembelajaran matematika yang sesuai dengan kurikulum 2013 dapat
memunculkan adanya kebermaknaan materi yang dipelajari sehingga
20
mampu menyentuh aspek kehidupan sehari-hari siswa. Kebermaknaan ini
diperoleh karena materi matematika dihubungkan dengan pengalaman
siswa, kehidupan sosial, bahkan menyentuh ranah seni dan budaya
setempat. Identifikasi dan integrasi budaya dalam kegiatan pembelajaran
matematika sebagai tambahan untuk menegaskan tentang penggunaan
masalah kontekstual dalam pembelajaran dan memberikan manfaat besar
lainnya berupa pengetahuan tentang budaya. Melalui integrasi budaya ke
dalam matematika, diharapkan siswa lebih mudah memahami konsep
matematika. Selain itu, penerapan etnomatematika sebagai sarana untuk
memotivasi, menstimulasi peserta didik dalam mengatasi kejenuhan dan
kesulitan dalam belajar matematika.
21
hasil penelitiannya ditemukan adanya konsep-konsep atau ide-ide
matematis serta aktivitas matematika dalam permainan kemoti.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
desain penelitian eksploratif. Menurut Sugiyono (2016) metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci.
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan metode eksplorasi
karena berkaitan dengan etnomatematika yaitu untuk menemukan unsur-
unsur matematika yang terkandung dalam permainan tradisional
masyarakat Lamaholot. Adapun suku Lamaholot disini dibatasi pada
masyarakat suku Lamaholot yang mendiami Desa Lambunga, Adonara
Timur.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian
dengan tujuan lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
(Arikunto, 2000). Instrumen penelitian adalah alat bantu untuk
memperoleh data-data yang diperlukan. Data-data yang akan terkumpul
22
nantinya membuktikan bahwa benar tidaknya instrumen yang digunakan.
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Utama
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utama atau instrumen
kunci adalah peneliti sendiri. Sebagai instrumen utama, diharuskan
untuk terjun langsung ke lapangan. Selain itu, peneliti juga dapat
menentukan siapa yang tepat digunakan sebagai sumber data. Peneliti
juga mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara yang
selanjutnya data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif oleh
peneliti.
2. Instrumen Pendukung
a). Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat
proses yang terjadi di lapangan, yang dapat membantu peneliti
untuk mengumpulkan data. Teknik observasi yang digunakan yaitu
observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi (Sugiyono,
2016). Dengan begitu, peneliti dapat melakukan pengamatan
bebas, mencatat hal-hal yang ada dan akan berkembang selama
kegiatan observasi berlangsung.
b). Pedoman wawancara
Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2016) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan
adalah wawancara semiterstruktur. Jenis wawancara ini sudah
termasuk dalam kategori in-depth interview, untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
23
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2016), teknik pengumpulan data merupakan
langkah paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dengan teknik triangulasi sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi ini dilakukan dengan mencatat hasil pengamatan pada proses
permainan Pereka, Semedan, Ketaro dan Kemoti di Desa Lambunga.
Dalam mengumpulkan data ini, peneliti menggunakan teknik observasi
partisipatif yakni peneliti terlibat dalam bermain.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada responden. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data
berkaitan dengan jenis permainan, filosofi, aturan permainan, jumlah
pemain, perlengkapan permainan.
Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur, yaitu menggunakan
pedoman wawancara dan ada kemungkinan pertanyaan dalam
wawancara akan berkembang. Hasil dari wawancara diperoleh dalam
bentuk catatan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses pengumpulan dokumen yang akurat
yang bersumber dari catatan, foto, video atau film. Dokumentasi proses
permainan tradisional.
24
dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
( Sugiyono, 2007). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis kualitatif yang digunakan peneliti sebagaimana yang
dikemukakan Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007) yaitu pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data dan langkah terakhir adalah penarikkan
kesimpulan.
Langkah-langkah tersebut sebagai berikut :
1. Tahap pengumpulan data
Pengumpulan datanya melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.
Dalam proses pengumpulan data melalui wawancara dapat
menggunakan alat bantu seperti kamera Handphone dan merekam
suara. Selanjutnya data yang diperoleh dari observasi merupakan
pengamatan yang dilakukan selama penelitian. Terakhir data yang
diperoleh dari hasil dokumentasi berupa bukti foto dan video mengenai
kegiatan bermain permainan tradisional yang diteliti.
2. Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum, memfokuskan pada hal-hal penting
atau penyederhanaan. Data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk pengumpulan
selanjutnya. Peneliti akan memilih dan memfokuskan pada hal-hal
penting sesuai tujuan penelititan .
3. Penyajian data
Penyajian-penyajian data berupa sekumpulan informasi yang tersusun
secara sistematis dan mudah dipahami. Dalam penelitian ini, data
disajikan dalam bentuk naratif, yaitu penyajian datanya berupa
karakteristik etnomatematika pada permainan tradisional masyarakat
lamaholot.
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan
penelitian, karena merupakan kesimpulan dari suatu penelitian.
Kesimpulan dalam penelitian ini melalui catatan-catatan hasil
25
wawancara, dokumentasi dan observasi selama penelitian yang telah
direduksi guna menjawab rumusan-rumusan masalah yang telah
ditentukan. Data yang diperoleh bersifat valid.
F. Keabsahan Data
Pengecekkan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk
mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian. Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang dipilih yaitu triangulasi. Alasannya
peneliti menggunakan triangulasi karena yang memungkinkan sesuai
kondisi di lapangan. Triangulasi dibagi dalam tiga yaitu triangulasi
sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.
Dalam penelitian ini, dipilih teknik triangulasi sumber yaitu pengujian
kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui
beberapa sumber. Data yang dicek keabsahannya berupa hasil observasi,
hasil wawancara mendalam dengan informan dan dokumentasi data-data
yang berkaitan dengan permainan tradisional masyarakat Lamaholot dari
sumber yang berbeda-beda. Triangulasi sumber yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah orang tua dan anak-anak usia sekolah.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rancangan perencanaan yang
terperinci dan spesifik dalam melakukan tahapan-tahapan penelitian.
Adapun tahapan-tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
dijabarkan sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Tahapan pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
menentukan lokasi atau daerah dan subjek penelitian. Peneliti memilih
lokasi penelitian di Adonara Timur, tepatnya di desa Lambunga dan
subjek penelitiannya adalah orang tua dan anak-anak usia sekolah serta
objek dalam penelitian ini adalah permainan tradisional di desa
Lambunga.
2. Pembuatan instrumen
26
Tahap persiapan yang dilakukan yaitu membuat instrumen penelitian
berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Pedoman
observasi digunakan sebagai pedoman penelitian dalam melakukan
observasi dan pedoman wawancara digunakan untuk menuliskan garis
besar pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada subjek
penelitian serta adanya dokumentasi.
3. Pelaksanaan instrumen
Tahap pelaksanaan ini, peneliti mengumpulkan data melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi kemudian membuat catatan lapangan.
4. Menguji keabsahan data
Menguji keabsahan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi
sumber yaitu peneliti berupaya untuk mengecek keabsahan data yang
didapatkan dari salah satu sumber dengan sumber yang lain.
5. Analisis data
Pada tahap ini, analisis data dilakukan setelah setelah memperoleh data
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini,
analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Selanjutnya menyusun data sesuai masalah dan
tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan etnomatematika pada
permainan tradisional serta integrasinya dalam pembelajaran
matematika agar menjadi data yang mudah dipahami.
6. Kesimpulan
Pada tahap ini, peneliti membuat kesimpulan dari analisis data yang
didapat untuk mengetahui bagaimana hasil eksplorasi yang mengacu
pada rumusan masalah dan perangkat pembelajaran sebagai hasil dari
integrasi etnomatematikanya.
27
Rencana penelitian secara jelas digambarkan dalam skema 3.1 dibawah
ini :
Pendahuluan
Pengamatan
Pembuatan
Instrumen
Pelaksanaan
Instrumen
Menguji Keabsahan
data
Analisis data
Kesimpulan
28
Keterangan :
: Kegiatan penelitian
29
DAFTAR PUSTAKA
30
R. M. Hariastuti. 2017. Permainan Tebak-Tebakkan Buah Manggis: Sebuah
Inovasi Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika. Dalam
jurnal Mat. Dan Pendidik. Mat, vol 2.
Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif,
Kualitatif, dan R&D . Bandung: ALFABETA.
31
Lampiran 1
LEMBAR OBSERVASI
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Jumlah Petak
Pemain Jumlah
pemain
Cara
menentukan
32
urutan pemain
Strategi agar
bisa
memenangkan
permainan
Peluang untuk
menang
dalam
permainan
Pemain Jumlah
Pemain
Jumlah kemie
dalam
lingkaran
Pemain Jumlah
pemain
Cara
menentukan
urutan pemain
Posisi pemain
33
Strategi agar
bisa
memenangkan
permainan
Peluang untuk
menang
dalam
permainan
Posisi lubang
kemoti
Posisi lubang
yang bisa
diambil isinya
ketika salah
satu pemain
berhenti pada
lubang
kosong
Perlengkapa Jumlah biji
n atau alat atau kerikil
yang yang
digunakan digunakan
Jumlah biji
atau kerikil
setiap lubang
Jumlah biji
atau kerikil
yang
dibagikan ke
setiap lubang
Pemain Jumlah
pemain
Cara
menentukan
34
urutan pemain
Posisi pemain
ketika
bermain
kemoti
Estimasi agar
lubang induk
terisi banyak
biji atau
kerikil
Strategi agar
bisa
memenangkan
permainan
Peluang untuk
menang
dalam
permainan
35
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
Hari/Tanggal :
Lokasi :
No Nama
Permainan
36
berhenti bermain ?
37
dalam permainan ini?
38
k). Kapan permainan ini biasa dimainkan?
39