Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PENGAJARAN ETNOMATEMATIKA

DISERTAI UNSUR ESTETIK TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN


DI SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAROLANGUN

Oleh Sri Mariana


Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul `Ulum Sarolangun

1. Pendahuluan

Etnomatematika merupakan matematika yang tumbuh dan berkembang


dalam suatu kebudayaan tertentu. Matematika telah menjadi bagian dari
kebudayaan manusia sudah sangat lama. Di mulai dari jaman pra sejarah, jaman
bangsa Mesir kuno, bangsa Yunani, bangsa India, bangsa Cina, bangsa Romawi,
hingga bangsa Eropa di masa kini. Kreasi manusia dalam bentuk kebudayaan
terwujud dalam bentuk gagasan, aktivitas maupun artefak. Nilai-nilai yang
tersimpan dalam perilaku budaya manusia menunjukkan daya rasa estetis dan
daya kreasi manusia. Integrasi antara matematika dan budaya dalam bentuk yang
kontekstual dan realistik. Matematika sebagai bagian dari kebudayaan dapat
diterapkan dan digunakan untuk menganalisis hal-hal yang sifatnya inovatif. Jadi,
matematika dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan budaya yang
unggul.
Konsep matematika dalam pikiran manusia terkadang berbeda dengan
konsep matematika yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Zaenuri & Dwiyanti,
2018). Itu juga terjadi di lingkungan sekolah. Siswa memiliki pengalaman tentang
matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka tetapi mereka sering mengalami
kesulitan untuk belajar matematika di sekolah. Fenomena ini terkait dengan
pendapat Hierbet dan Carpenter bahwa matematika dianggap sebagai salah satu
mata pelajaran yang sulit dan sering mempengaruhi hasil belajar siswa yang
rendah (Saironi & Sukestiyarno, 2017).
Matematika merupakan sabset dari kehidupan manusia. Salah satunya
budaya manusia, Budaya Melayu adalah kebudayaan masyarakat yang tidak dapat
di rubah dan selalu di lestarikan olehmasyarakat jambi yang memiliki penghuni
berlatar melayu, khususnya kabupaten Sarolangun.
Matematika dalam budaya dikenal dengan istilah etnomatematika. Kita
dapat menemukan konsep matematika pada suatu budaya tertentu, salah satunya
candi Muaro Jambi. Pada kawasan percandian ini, dapat ditemukan konsep
bangun datar segiempat pada beberapa bagian candi yang di antaranya adalah
persegi, persegi panjang, jajargenjang, trapesium dan segiempat tak beraturan.
Guru dapat memanfaatkan bentuk-bentuk segiempat pada candi Muaro Jambi
sebagai sumber belajar matematika yang bersifat konkret. Objek etnomatematika
yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pembelajaran
inovatif (Wahyuni, A., & Pertiwi, S, 2017).
Selain itu juga semua aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di
kabupaten Sarolangun sangat berkaitan dengan pembelajaran matematika,

1
2

misalnya dalam proses pembuatan Lemang yang merupakan salah satu makanan
ciri khas saat idul fitri, dalam proses pembuatannya menggunakan bambu atau
Buluh sebagai tempatnya yang memiliki bentuk bulat memiliki ruang kosongnya
juga bulat serta tutup bagian bawah serta terbuka dibagian atas yang bisa kita
sebut sebagai tabung terbuka atau tabung tanpa tutup. buluh yang digunakan
dalam pembuatan lemang menerapkan konsep matematika menggunakan
etnomatematika pada materi Tabung (Fitroh, W., & Hikmawati, N, 2015).
Begitu pula permainan tradisional yaitu engklek yang masih dilestarikan di
kabupaten Sarolangun serta masih sering dimainkan dan sangat digemari oleh
anak-anak. Namun terkenal juga di kalangan masyarakat Indonesia, meskipun
setiap provinsi nya memberikan nama yang berbeda-beda. Etnomatematika dalam
permainan tradisonal ini memiliki banyak aspek yaitu pengenalan angka-angka
serta pengenalan bangun datar yang terdapat pada garis yang dibentuk (Rusliah,
N, 2016). Masih banyak lagi etnomatematika yang mempunyai unsur estetik
untuk menjembatani antara materi matematika di sekolah dengan kehidupan sosial
budaya di kabupaten Sarolangun yang akan digunakan dalam penelitian ini,
seperti : Kerajian, Anyaman, Tenun dan batik, Ukiran kayu, Alat musik dan lain-
lain.
Oleh karna itu dalam penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa dengan mengaitkan nilai-nilai budaya jambi
khusus nya di kabupaten Sarolangun yang terkandung dalam setiap aktivitas
budaya dan kegiatan sehari-hari dengan pembelajaran matematika pada materi
bangun datar dan bangun ruang, Sehingga dengan keterkaitan tersebut membuat
siswa dapat mengetahui bahwa hubungan budaya dan matematika merupakan
salah satu kesatuan yang saling berkaitan. Diharapkan dari penelitian ini dapat
memberikan pemahaman kepada orang tua dan guru sekolah tentang pentingnya
pendekatan etnomatematika untuk menjembatani antara materi matematika di
sekolah dengan kehidupan sosial budaya masyarakat sesuai dengan tradisi yang
ada di masyarakat.

2. Review Literatur
Menurut Koentjaraningrat, budaya adalah sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki
diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh aktivitas
manusia merupakan budaya atau kebudayaan karena hanya sedikit sekali tindakan
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak memerlukan belajar
dalam membiasakannya. Sedangkan ahli sejarah budaya mengartikan budaya
sebagai warisan atau tradisi suatu masyarakat.
Penelitian tentang Etnomatematika pertama kali diperkenalkan pada tahun
1977 oleh D'Ambrosio, yang merupakan seorang matematikawan Brasil. Beliau
mendefinisikan etnomatematika sebagai berikut:
“The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the
socialcultural context and therefore includes language, jargon, and codes of
behavior, myths, and symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to
mean to explain, to know, to understand, and to do activities such as ciphering,
3

measuring, classifying, inferring, and modeling. The suffix tics is derived from
techné, and has the same root as technique” (Rosa & Orey 2011).
Pendidikan yang diharapkan bangsa Indonesia merupakan salah satu sarana
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas ternyata tidak
terlepas dari berbagai permasalahan. Rendahnya kemampuan pemahaman
matematis siswa terlihat dari beberapa hasil penelitian sebelumnya. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2008), Sudihartinih (2009), Rahmah
(2012), Mulyanti (2010), Nasution (2010), Afrilianto (2012), dan Tim Jica
(dalam, Tandililing, 2011) menyimpulkan rendahnya kualitas pemahaman
matematis siswa disebabkan oleh proses pembelajaran dimana guru terlalu
berkonsentrasi pada latihan soal yang bersifat prosedural sehingga tidak
memungkinkan siswa cepat memperoleh makna dari kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian Gordah (2009) menemukan bahwa dalam kemampuan koneksi
matematis kelemahan yang paling banyak muncul dari jawaban siswa adalah
ketidakmampuan siswa dalam menjawab hubungan dari konsep yang digunakan.
Pembelajaran matematika membutuhkan suatu pendekatan agar dalam
pelaksanaanya memberikan keefektifan. Sebagaimana dari salah satu tujuan
pembelajaran itu sendiri bahwa pembelajaran dilakukan agar peserta didik dapat
mampu menguasai konten atau materi yang diajarkan dan menerakannya dalam
memecahkan masalah. Untuk mencapai tujuan pembejaran ini mestinya guru lebih
memahami faktor apa saja yang berpengaruh dalam lingkungan siswa terhadap
pembelajaran. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran adalah
budaya yang ada didalam lingkungan masyarakat yang siswa tempati.
Oleh karena itu unsur estetik dengan mengimplementasikan pendekatan
pengajaran etnomatematika yang dikembangkan pada penelitian ini menawarkan
pendekatan kontekstual atau realistik untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran dengan harapan dapat meningkat kan kemampuan pemahaman
siswa khususnya dalam pembelajaran matematika sekaligus untuk menopang
struktur kurikulum dalam pembinaan estetik dengan skenario pembelajaran
yang memberdayakan konteks kehidupan nyata siswa (daily life). Dalam
pembelajaran matematika, guru memfasilitasi siswa menghubungkan objek dalam
kehidupan nyata yang bersumber pada budaya lokal dengan konsep
matematika, melalui eksplorasi-diskusi-inkuiri- eksperimen, agar mereka tumbuh
berkembang menjadi kreator muda mengkontruksi (re-construct) atau
menemukan sendiri (re-invent) konsep-konsep matematika. Proses belajar seperti
itu memungkinkan bagi siswa untuk belajar melalui “doing math, hands on
activity” yang merangsang aktivitas dan kreativitas serta pemahaman mereka.
Dengan pola pendekatan yang menghubungkan antara konteks kehidupan
sehari-hari yang bersumber pada budaya lokal masyarakat dan pengetahuan
matematika yang dipelajari di sekolah, peneliti mengharapkan siswa mendapat
pengetahuan matematika dan dapat mengapresiasi produk budaya dan kearifan
lokal masyarakat sehingga menumbuhkan sikap, minat dan memotivasi para
generasi muda untuk melestarikan produk budaya masyarakat warisan leluhur.
Mengembang kan Kompetensi kognitif siswa melalui proses pembelajaran
matematika baik di sekolah ataupun di masyarakat melalui pusat kegiatan
belajar masyarakat.
4

2. Rasional
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa melalui
implementasi pendekatan pengajaran etnomatematika disertai unsur estetik
terhadap proses pembelajaran di sekolah dasar di kabupaten Sarolangun lebih
baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori?
2. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa melalui
implementasi pendekatan pengajaran etnomatematika disertai unsur estetik
terhadap proses pembelajaran di sekolah dasar di kabupaten Sarolangun lebih
baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori?
3. Bagaimana respons siswa terhadap implementasi pendekatan pengajaran
etnomatematika disertai unsur estetik terhadap proses pembelajaran di
sekolah dasar di kabupaten Sarolangun?

3. Metode dan Desain


Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang rencananya
akan dilakukan di sekolah dasar di kabupaten Sarolangun, sebab dalam penelitian
ini diberikan suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan
tersebut dengan aspek tertentu yang akan diukur. Menurut Ruseffendi (2005: 35)
“Penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah penelitian
yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang kita
lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada variabel terikat.”
Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran melalui
implementasi pendekatan pengajaran etnomatematika disertai unsur estetik
terhadap proses pembelajaran di sekolah dasar di kabupaten Sarolangun,
sedangkan aspek yang diukurnya adalah pemahaman dan koneksi matematis
siswa. Oleh karena itu, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pendekatan pengajaran etnomatematika disertai unsur estetik dan variabel
terikatnya adalah Pemahaman dan koneksi matematis siswa.
Disain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah disain
kelompok pretes-postes (pretes-postest control group design). Dasar
pertimbangan dalam memilih disain ini adalah karena penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan peningkatan Pemahaman dan koneksi matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui implementasi
etnomatematika disertai unsur estetik dan siswa yang memperoleh pembelajaran
matematika melalui pembelajaran ekspositori. Adapun disain penelitiannya
sebagai berikut:
O X O
O O
Keterangan:
O : Pretest atau Post-test
X : Pembelajaran dengan Pendekatan Pengajaran Etnomatematika disertai
unsur Estetik
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak
5

4. Signifikansi dan Kesimpulan


Memberikan pengalaman estetik kepada siswa khususnya dalam bidang
matematika, Meningkatkan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis
siswa serta Mengembangkan pelaksanaan pembelajaran matematika secara
holistik menyangkut pengembangan potensi-potensi siswa di bidang kognitif,
afektif, psikomotor, dan sosial. Serta bermanfaat sebagai referensi tambahan
baik secara praktek maupun teoretik. Dapat dijadikan pertimbangan dalam
mengidentifikasi benda-benda produk budaya masyarakat yang dapat
diberdayakan sebagai sumber belajar matematika.

6. Daftar Pustaka
Bunga, M. H. D., Zaenuri, Z., & Isnaeni, W. (2018). Ethnomathemtical
Exploration of Palue Cultural Tribe and Its Integration Toward Learning
Process at Elementary School in Nusa Tenggara Timur. Journal of
Primary Education, 7(1), 64-73.
Saironi, M., & Sukestiyarno, Y. L. (2017). Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa dan Pembentukan Karakter Rasa Ingin Tahu Siswa pada
Pembelajaran Open Ended Berbasis Etnomatematika. Unnes Journal of
Mathematics Education Research, 6(1), 76-88.
Wahyuni, A., & Pertiwi, S. (2017). ETNOMATEMATIKA DALAM RAGAM
HIAS MELAYU. Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2).
Rusliah, N. (2016). Pendekatan Etnomatematika dalam Permainan Tradisional
Anak di Wilayah Kerapatan Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh
Propinsi Jambi.Rosa, M., & Clark Orey, D. (2011). Ethnomathematics: the
cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de
Etnomatemática, 4(2).
Fitroh, W., & Hikmawati, N. (2015). Identifikasi Pembelajaran Matematika dalam
Tradisi Melemang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
Rosa, M., & Clark Orey, D. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of
mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2).
Gordah, E. K. (2009). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan
Masalah Matematik Melalui Pendekatan Open Ended: Studi Eksperimen
Di Suatu SMAN Di Bandung (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).
Tandililing, E. (2011). Peningkatan Pemahaman dan Komunikasi Matematis serta
Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Strategi
PQ4R dan bacaan refutation text (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).
Reston, V. NCTM, 2000. Dorothy Y. White For the Editorial Panel.
Achor, E. E., Imoko, B. I., & Uloko, E. S. (2009). Effect of ethnomathematics
teaching approach on senior secondary students’ achievement and
retention in locus.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non-
eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.
IMPLEMENTATION OF ETHNOMATHEMATICS
TEACHING APPROACH ACCOMPANIED BY AESTHETIC ELEMENTS
TOWARD LEARNING PROCESS AT ELEMENTARY SCHOOL
IN SAROLANGUN REGENCY

By Sri Mariana

Tarbiyah High School Darul `Ulum Sarolangun

1. Introduction

Ethnomatematics is a mathematics that grows and develops in a particular


culture. Mathematics has been a part of human culture for so long. Starting from
prehistoric era, the era of the ancient Egyptians, the Greeks, the Indians, the
Chinese, the Romans, to the Europeans in the present. Human creation in the form
of culture materialized in the form of ideas, activities and artifacts. The values
stored in human cultural behavior show the aesthetic sense of power and human
creativity. Integration between mathematics and culture in a contextual and
realistic form. Mathematics as part of culture can be applied and used to analyze
things that are innovative. Thus, mathematics can be used as a tool for developing
a superior culture.
Mathematic concepts in human’s thoughts are sometimes different with
the mathematic concepts that exist in a daily life (Zaenuri & Dwiyanti,
2018). It also occurred in the school environment. Students have experiences
about mathematics mathematics in their daily life but they often have
difficulties to learn mathematics in the school. This phenomenon related with
Hierbet and Carpenter opinion that mathematics is assumed as one of the
difficult course and it often affected toward the low learning outcomes of the
students (Saironi & Sukestiyarno, 2017).
Mathematics is a sabset of human life. One of them is human culture,
Malay Culture is a society culture that can not be changed and always preserved
by jambi community who have residents of Malay background, especially
Sarolangun regency. We can find the concept of mathematics in a particular
culture, one of which is Candi Muaro Jambi. In this encampment area, can be
found the concept of a rectangular wake up in some parts of the temple which
among them are square, rectangular, rhombus trapezoid and irregular
quadrilateral. Teachers can take advantage of quadrilateral forms in the Candi
Muaro Jambi as a source of concrete mathematics learning. The ethnomathematics
objects around us can be utilized to implement innovative learning (Wahyuni, A.,
& Pertiwi, S, 2017) .
In addition, all activities undertaken by the community Sarolangun
regency is related with mathematics learning, for example in the process of
making Lemang which is one of the food Must exist at Idul Fitri, in the process of
making using Bambu or "Buluh" as its place which has round shape has space
empty also round and bottom cover and open at the top which we can call as open

1
2

tube or tube without cap. Bambu used in making lemang apply mathematics
concepts using etnomatematics on Tube material (Fitroh, W., & Hikmawati, N,
2015).
There are also games that are still preserved in Sarolangun regency and are still
often played that is “engklek”very popular game by children. But it is also well
known among the people of Indonesia, although each province gives a different
name. The ethnomatematics in this traditional game has many aspects, namely the
introduction of numbers and the introduction of the flat waves on the established
line (Rusliah, N, 2016). There are many more ethnomatematics that have an
aesthetic element to bridge between mathematics material in school with socio-
cultural life in Sarolangun regency that will be used in this research, such as:
hand skills, Webbing, Weaving and batik, Wood carving, Musical Instruments
and others.
Therefore, in this research is expected to improve the ability of students'
understanding by linking their special jambi cultural values in Sarolangun regncy
contained in every cultural activity and daily activities with mathematics learning
on the matter of wake up and wake up space, so with the linkage makes students
can know that cultural and mathematical relationships are one of the interrelated
entities. It is expected that this research can provide understanding to parents and
school teachers about the importance of ethnomatematic approach to bridge the
mathematics materials in the school with the socio-cultural life of the community
in accordance with the tradition of the community where the students reside.

2. Background/Review of the Literature


According Koentjaraningrat, culture is a system of ideas, actions and the
work of human beings in the framework of the life of society that made human
self by learning. This means that almost all human activity is a culture or culture
because there is very little human action in the framework of community life that
does not require learning to familiarize it. While cultural historians interpret
culture as the heritage or tradition of a society.
Research on Ethnomatematics was first introduced in 1977 by
D'Ambrosio, who was a Brazilian mathematician. He defines etnomatematics as
follows:
"The prefix ethno is today accepted as a broad term that refers to the
socialcultural context and therefore includes language, jargon, and codes of
behavior, myths, and symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to
mean to explain, to know, to understand, and to do activities such as ciphering,
measuring, classifying, inferring, and modeling. The suffix tics is derived from
techné, and has the same root as technique "(Rosa & Orey 2011).
Education is expected by the Indonesian nation is one means to produce
quality human resources was not separated from various problems. The low
ability of students' mathematical understanding is evident from some previous
research results. As the research conducted by Budiman (2008), Sudihartinih
(2009), Rahmah (2012), Mulyanti (2010), Nasution (2010), Afrilianto (2012), and
Jica Team (in, Tandililing, 2011) concluded the low quality of mathematical
understanding students are caused by a learning process where the teacher
3

concentrates too heavily on procedural exercise so that it does not allow students
to quickly gain meaning from learning activities. The results of Gordah (2009)
found that in the ability of mathematical connections the most common
disadvantage of student answers is the inability of students to answer the
relationship of the concept used.
Mathematics learning requires an approach so that in its execution gives
effectiveness. As from one of the learning objectives itself that the learning is
done so that learners can be able to master the content or material taught and put it
in solving the problem. To achieve this pursuit goal teachers should better
understand what factors are influential in the student environment on learning.
One of the influencing factors in learning is the culture that exists within the
community environment where students live.
Therefore, the aesthetic element by implementing the teaching approach of
ethnomatematics developed in this study offers a contextual or realistic approach
to improve the learning condition in the hope that it can improve students'
understanding ability especially in mathematics learning as well as to support
curriculum structure in aesthetic development with learning scenario that
empowering context real life students (daily life). In mathematics learning,
teachers facilitate students to connect objects in real life that originate in the local
culture with mathematical concepts, through exploratory-inquiry-experimental
discussion, so that they grow into young creators to re-construct or find
themselves (re-invent ) mathematical concepts. Such learning processes make it
possible for students to learn through "doing math, hands on activity" that
stimulate their activity and creativity and understanding.
With a pattern of approaches that connect between the contexts of everyday
life that originate in the local culture of society and the knowledge of mathematics
learned in schools, researchers expect students to gain math knowledge and be
able to appreciate the cultural products and local wisdom of the community so as
to foster attitudes, interests and motivate the younger generation to preserve the
cultural products of ancestral heritage communities. Developing students'
cognitive competence through math learning process either at school or in
community through community learning center.

3. Rationale
Based on the background that has been described previously, then the
formulation of the problem in this study are:
1. Is the improvement of students' mathematical understanding through the
implementation of an ethnormal teaching approach with the aesthetic element
of the learning process in elementary school in Sarolangun regency better
than the students who received expository learning?
2. Is the improvement of students' mathematical connection ability through the
implementation of the teaching approach of ethnomatematics along with the
aesthetic element to the learning process in elementary school in Sarolangun
regency better than the students who received expository learning?
4

3. What is the student's response to the implementation of the teaching approach


of ethnomatology along with the aesthetic element of the learning process at
elementary school in Sarolangun regency?

4. Methods and Design


The method in this research is experimental method which is planned to be
done at elementary school in Sarolangun regency, because in this research is
given a treatment to know the relation between the treatment with certain aspect to
be measured. According Ruseffendi (2005: 35) "Research experiments
(experimental research) is a genuine study to see the cause-effect relationship. The
treatment we do to the independent variables we see the result on the dependent
variable. "
In this research, the treatment given is the learning through the implementation of
the teaching approach of ethnomatology along with the aesthetic element to the
learning process in elementary school in Sarolangun regency, while the measured
aspect is the understanding and the mathematical connection of the students.
Therefore, the independent variables in this study is the approach of teaching
ethnomatematics with aesthetic elements and the dependent variable is the
understanding and mathematical connection of students.
The design of the research to be used in this study is the pretest-posttest
group design design. The basic consideration in choosing this design is because
this study aims to determine the difference in the increase of understanding and
mathematical connections of students who obtain learning mathematics through
the implementation of etnomatematics accompanied by aesthetic elements and
students who obtained learning mathematics through expository learning. The
research design as follows:
O X O
O O
Information:

O : Pretest or Post-test
X : Learning with the Ethnomatematic Teaching Approach with Esthetic
elements : ---- - - - : Subjects are not randomly grouped

5. Significance and Conclusion


Providing an aesthetic experience to students especially in the field of
mathematics, Improving students' understanding and mathematical connections,
developing the implementation of mathematics learning holistically concerning
the development of students' potential in the field of cognitive, affective,
psychomotor, and social. As well as additional useful reference both in practice
and theoretical. Can be considered in identifying cultural products that can be
empowered as a source of learning mathematics.
5

6. References
Bunga, M. H. D., Zaenuri, Z., & Isnaeni, W. (2018). Ethnomathemtical
Exploration of Palue Cultural Tribe and Its Integration Toward Learning
Process at Elementary School in Nusa Tenggara Timur. Journal of
Primary Education, 7(1), 64-73.
Saironi, M., & Sukestiyarno, Y. L. (2017). Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa dan Pembentukan Karakter Rasa Ingin Tahu Siswa pada
Pembelajaran Open Ended Berbasis Etnomatematika. Unnes Journal of
Mathematics Education Research, 6(1), 76-88.
Wahyuni, A., & Pertiwi, S. (2017). ETNOMATEMATIKA DALAM RAGAM
HIAS MELAYU. Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2).
Rusliah, N. (2016). Pendekatan Etnomatematika dalam Permainan Tradisional
Anak di Wilayah Kerapatan Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh
Propinsi Jambi.Rosa, M., & Clark Orey, D. (2011). Ethnomathematics: the
cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de
Etnomatemática, 4(2).
Fitroh, W., & Hikmawati, N. (2015). Identifikasi Pembelajaran Matematika dalam
Tradisi Melemang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
Rosa, M., & Clark Orey, D. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of
mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2).
Gordah, E. K. (2009). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan
Masalah Matematik Melalui Pendekatan Open Ended: Studi Eksperimen
Di Suatu SMAN Di Bandung (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).
Tandililing, E. (2011). Peningkatan Pemahaman dan Komunikasi Matematis serta
Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Strategi
PQ4R dan bacaan refutation text (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).
Reston, V. NCTM, 2000. Dorothy Y. White For the Editorial Panel.
Achor, E. E., Imoko, B. I., & Uloko, E. S. (2009). Effect of ethnomathematics
teaching approach on senior secondary students’ achievement and
retention in locus.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non-
eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai