Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi yang semakin maju menuntut guru untuk

mengikuti perkembangan teknologi dalam proses belajar dan mengajar, dimana

selama ini guru menggunakan buku sebagai media proses belajar yang kadang

menyulitkan guru dan siswa dalam mengakses, menerima dan memberi informasi.

Salah satu pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran adalah

multimedia sebagai bahan ajar.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini tidak

dapat dipungkiri bahwa matematika memegang peranan penting dalam bidang

pendidikan. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern. Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah matematika

dimasukkan dalam kelompok dasar untuk membekali siswa agar mempunyai

kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan

bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa memiliki kemampuan,

memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi pada keadaan yang selalu

berubah, tidak pasti dan kompetitif dimasa datang.

Mengingat petingnya matematika, maka pembelajaran matematika di

sekolah menjadi penting. Cockroft (Uno dan Kuadrat 2009:108) mengemukakan

1
2

alasan mengapa pembelajaran matematika penting. Hal ini disebabkan metematika

sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains,

perdagangan dan industri. Selain itu, matematika menyediakan suatu daya, alat

komunikasi yang singkat dan tidak ambisius serta berfungsi sebagai akat untuk

mendeskripsikan dan memprediksi.

Pembelajaran matematika di Indonesia kurang efektif. Pembelajaran

matematika cenderung sekedar menginformasikan rumus untuk mengerjakan soal

tanpa mengetahui rumus itu berasal. Pembelajaran semacam ini tentu kurang

menarik dan kurang mengekplorasi kemampuan matematis siswa. Akibatnya,

kemampuan matematis siswa dan hasil belajar matematika di Indonesia masih

rendah dibandingkah dengan negara-negara lain.

Hasil survei Trends In Internastional Mathematics And Science Study

(TIMSS) tahun 2016 menyatakan bahwa kemampuan siswa kelas VIII di bidang

Matematika, menempatkan Indonesia di urutan ke-44 dari 49 negara. Malaysia,

Thailand, dan Singapura berada diatas Indonesia. Survei ini menunjukkan kualitas

pendidikan matematika di Indonesia masih jauh dari harapan.

Salah satu bagian penting untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran

adalah memilih atau menentukan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu

siswa mencapai kompetensi. Fenomena ini disebabkan oleh kenyataan bahwa

kurikulum atau silabus materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar

dalam bentuk “materi pokok”. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi

pokok tersebut sehinngga menjadi bahan ajar yang lengkap.


3

Beberapa hasil penelitian yang penulis baca berdasarkan pembelajaran

matematika dan budaya baik penelitian di dalam negeri dan di luar negeri,

diantaranya penelitian di luar negeri D’Ambrosio, menggunakan istilah untuk

menyebutkan suatu matematika yang berbeda dengan matematika sekolah,

matematika yang diajarkan di sekolah disebut dengan academic mathematics,

sedangkan etnomatematika merupakan matematika yang diterapkan pada

kelompok budaya yang terindentifikasi seperti masyarakat suku, kelompok buruh,

anak-anak dari kelompok usia tertentu, kelas profesional, dan lain sebagainya.

Lawrence Shirley dalam penelitiannya mengemukakan bahwa, selama

dua atau tiga dekade terakhir, berbagai politik, budaya, dan pendidikan telah

membawa etnomatematika dan multikulturalisme pada umumnya meluas. Pending

untuk menggunakan etnomatematika dalam mengajar metodologi dan khususnya

program pendidikan. Dalam penelitian lain mengatakan bahwa di kebudayaan

Hausa, permainan tradisional anak-anak menggunakan ilmu matematika

diantaranya, aljabar, koordinat geometri, deret aritmatika, dan deret geometri.

Selain itu, penelitian yang dilakuakan oleh Edy Tandililing tahun 13 mengatakan

bahwa jenis kegiatan, sastra lisan, artifak-artifak, permainan tradisional, budaya

menguhitung dan mengukur di masyarakat Dayak Kanayat dan dapat

dikembangkan dalam pembelajaran matematika disekolah.

Salah satu pembelajaran yang dapat menjadi jembatan antara budaya dan

pendidikan khususnya matematika adalah etnomatematika. Etnomatematika bisa

didefinisikan sebagai cara-cara khusus yang dilakukan oleh suatu kelompok

tertentu dalam melakukan aktifitas matematika. Bentuk dari etnomatematika


4

berupa hasil dari aktivitas matematika yang dimiliki atau berkembang pada

kelompok itu sendiri, meliputi konsep matematika pada peninggalan budaya

berupa candi dan prasasti, peralatan tradisional, permainan tradisioanal, dan

berbagai macam hasil aktivitas yang sudah membudaya. Etnomatematika menjadi

inovasi dalam pembelajaran matematika, sekaligus pengenalan dan pelestarian

terhadap budaya lokal.

Pokok bahasan barisan dan deret memuat pola-pola keteraturan,

sedangkan pola-pola keteraturan tersebut sebenarnya telah tersedia, baik dalam

maupun benda-benda budaya manusia. Tak terkecuali benda-benda budaya yang

ada di Banten. Misalnya, konsep menentukan suku ke-n dan jumalah suku ke-n

barisan aritmatika yang daoat digali melalui susunan tangga yang ada di Keraton

Kaibon dan Surosowan. Konsep menentukan suku ke-n dan jumlah suku ke-n

barisan geometri dapat digali melalui lipatan batik Banten, selebihnya dapat

ditemukan pada benda-benda budaya serupa.

Suharta (2012) melakukan penelitian eksploratif mengenai

etnomatematika pada arsitektur Bali. Selanjutnya Miftah Rizki Hanafi, dkk.

(2013) dari Universitas Negeri Yogyakarta, mengembangkan Borobudur Smart

Math, aplikasi media pembelajaran geometri berbasis etnomatematika. Selain itu,

Elma (2017) menghasilkan bahan ajar materi bangun datar berupa modul kelas

VII sebagai identifikasi etnomatematika dalam konteks budaya lokal Lampung.

Adapun di Banten sendiri, Karmilah, dkk (2012) melakukan studi etnomatematika

berupa pengungkapan sistem bilangan masyarakat Baduy. Oleh karena belum

adanya bahan ajar interaktif dengan pendekatan etnomatemtika yang mengusung


5

budaya Banten, maka peneliti akan mengembangkan baha ajar interaktif dengan

pendekatan etnomatematika berbasis budaya lokal di Banten sebagai inovasi

mendukung pembelajaran matematika di sekolah.

Bahan ajar dengan pendekatan etnomatematika mampu memberikan

pengalaman belajar baru bagi sisa secara menarik dan bermakna. Selain itu, bahan

ajar dengan pendekatan etnomatematika juga mampu mengintegrasikan hasil

budaya pribumi sehingga siswa tetap mengenal bangsanya tidak terpengaruh

dampak negatif globalisasi. Bagi guru, bahan ajar dengan pendekatan

etnomatematika ini dapat memberikan wawasan baru dalam pengembangan media

pembelajaran yang efektik untuk pembelajaran matematika sekolah. Untuk itulah

pengguna bahan ajar interaktif dengan pendekatan etnomatematika barbasis

budaya lokal di Banten menjadi solusi dapat digunakan bagi berbagai

permasalahan-permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti

mengangkat judul Pengembangan Bahan Ajar Interaktif dengan Pendekatan

Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal di Banten Pada Pokok Bahasan

Barisan dan Deret Untuk Siswa SMP.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka beberapa masalah

yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah:


6

1. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat

menguasai teknologi informasi dan pengetahuan.

2. Sebagian peserta didik menggap matematika murapakan mata pelajaran

yang sangat sulit karena di dalam pembelajaran matematika banyak

perhitungan yang berfungsi sebagai penyelesaian masalah dan juga

matematika merupakan mata pelajaran yang membosnakan karena dalam

pelajaran matematika hanya menemukan angka, rumus, dan grafik sehingga

membuat siswa menjadi bosan dan kurang berminat dengan pelajaran

matematika.

3. Belum digunakannya bahan ajar interaktif yang berhubungan erat dengan

budaya lokal di Banten.

4. Masih sedikit pendidik yang mau dan mampu mengembangkan bahan ajar

interaktif.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi maslah yang telah dijabarkan diatas,

permasalahan yang ada masih sangat kompleks sehingga perlu diadakan

pembatasan masalah agar peneliti lebih fokus dalam menggalli dan mengatasi

permasalahan yang terjadi, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti

yaitu, Pengembangan Bahan Ajar Interaktif dengan Pendekatan Etnomatematika

Berbasis Budaya Lokal di Banten Pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Untuk

Siswa SMP.
7

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan bahan ajar interaktif dengan pendekatan

etnomatematika berbasis budaya lokal di Banten pada pokok bahasan

barisan dan deret untuk siswa SMP?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap bahan ajar interaktif dengan pendekatan

etnomatematika berbasis budaya lokal di Banten pada pokok bahasan

barisan dan deret untuk siswa SMP?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diurmuskan tujuan

pengembangan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pengembangan bahan ajar interaktif

dengan pendekatan etnomatematika berbasis budaya lokal di Banten pada

pokok bahasan barisan dan deret untuk siswa SMP.

2. Untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap bahan ajar interaktif

dengan pendekatan etnomatematika berbasis budaya lokal di Banten pada

pokok bahasan barisan dan deret untuk siswa SMP.


8

F. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa agar lebih

memahami konsep matematia, Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat

membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

2. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam

mengembangkan bahan ajar matematika yang tidak hanya dapat meningkatkan

kemampuan matematis, tetapi juga melestarikan budaya bangsa.

Anda mungkin juga menyukai