Anda di halaman 1dari 4

Ethnomatematics in Uma Jompa Architecture

Intan Dwi Hastuti Sutarto Sri Supiyati


Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Matematika Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Mataram Universitas Pendidikan Mandalika Universitas Hamzanwadi
Mataram, Indonesia Mataram, indonesia Lombok Timur, Indonesia
intandwihastuti88@gmail.com sutarto@undikma.ac.id sri.supiyati@hamzanwadi.ac.id

Abstract—Innovation in learning mathematics can be makanan khas [6]–[8]. Ekplorasi barapan kebo dan sampo
carried out by connecting mathematics with social and cultural ayam pada masyarakat Sumbawa Barat menjadi inovasi
aspects of students. Indonesia is famous as an archipelagic dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi
country with a variety of cultures, including the Mbojo geometri dan pengukuran [9], [10]. Eksplorasi kebudayaan
Cultures from West Nusa Tenggara Province. Most educators mbojo menjadi sumber belajar matematika, seperti tenun
have not realized that the cultural aspect can be a source of sarung nggoli, rumah adat jompa, kegiatan jual beli, serta
learning mathematics. This is a qualitative research with an konsep pengukuran [11]. Budaya-budaya yang ada di sekitar
ethnographic design. The supporting instruments in this
siswa khususnya budaya di Nusa Tenggara Barat perlu
research included observation guides and interviews with
dieksplorasi lebih lanjut agar bisa dikaitkan dengan konsep-
research subjects whose criteria have been determined. The
results of this study indicated that there was a relationship konsep matematika di sekolah secara konkrit.
between Mbojo culture and mathematical concepts Pembelajaran matematika dengan pendekatan
etnomatematika memiliki banyak keuntungan: 1) materi
Keywords— ethnomatematics, uma jompa, architecture pembelajaran menjadi lebih konkrit, 2) meningkatkan
motivasi belajar, 3) menumbuhkan rasa kecintaan anak pada
I. INTRODUCTION (HEADING 1) budayanya. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan
Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman untuk mengeksplorasi khususnya budaya mbojo yang
matematika secara bermakna adalah mengintegrasikan berkaitan dengan pemodelan dan pengukuran rumah adat
pembelajaran matematika dengan budaya. Konsep masyarakat mbojo. Hasil temuan penelitian ini diharapkan
matematika yang dikaitkan dengan budaya lokal, akan dapat dapat menjadi acuan bagi guru dalam membuat perangkat
membantu meningkatkan koneksi matematis. Matematika pembelajaran berbasis etnomatematika, sehingga
tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh aspek sejarah, pembelajaran matematika lebih menarik dan bermakna bagi
lingkungan, sosial, dan geografi, atau budaya. siswa.

Suatu ilmu yang mengeksplorasi hubungan antara II. METHOD


matematika dan budaya adalah etnomatematika.
Etnomatematika pertama kali diperkenalkan oleh A. Jenis Penelitian
D’Ambrosio, seseorang matematikawan asal Brazil yang
mengeksplorasi budaya untuk dikaitkan dengan matematika Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian
[1]. Etnomatematika hadir sebagai salah satu inovasi dalam ini adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian
pembelajaran matematika yang dapat menumbuhkan etnografi dengan mengikuti tahapan atau siklus dari Spradley
kreativitas [2]. Konsep budaya lokal dalam pembelajaran (1980).
matematika dapat meningkatkan pengetahuan dan penalaran
siswa [3], [4] B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ada 3 orang yang memang sesuai
Secara umum, kegiatan belajar matematika yang terjadi
dengan kriteria pemilihan subjek penelitian yaitu tetua adat
selama ini masih terlalu formal, dimana mayoritas aktivitas
yang Desa Maria yang memang paham dengan kontrsuksi
siswa masih berfokus pada buku teks dan belum dikaitkan
Uma Jompa. Lokasi pengambilan data dalam penelitian ini
dengan kearifan lokal setempat. Selain itu, keberhasilan
adalah Desa maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Nusa
siswa sepenuhnya ditekankan pada aspek kognitif. Melalui
Tenggara Barat yang memang Desa Maria merupakan desa
Etnomathematika, guru dapat menghubungkan konten
yang menjadi tempat cagar budaya uma lengge dan uma
matematika dengan pengalaman sosiokultural siswa. Melalui
jompa dan masyarakatnya juga masih kental dengan nilai-
kajian Etnomathematika, pengetahuan matematika dapat
nilai adat budaya.
dieksplorasi dari akar budaya masyarakat yang berbeda,
sehingga dapat menghubungkan dan menghidupkan kembali
penalaran dan dialog kritis siswa, serta dapat menumbuhkan C. Instrumen Penelitian
karakter demokratis dan toleran siswa dengan merangkul Peneliti sendiri bertindak sebagai instrumen utama dan
perbedaan budaya dan melihatnya sebagai peluang untuk dilengkapi instrumen pendukung berupa panduan observasi
pendidikan matematika [1], [2]. Nilai budaya dapat dan panduan wawancara
mempengaruhi pendidikan pada umumnya dan pendidikan
matematika pada khususnya [5].
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi
Hasil penelitian sebelumnya telah mengungkap partisipan dan wawancara mendalam. Pada observasi
pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan aspek partisipan, peneliti mengobservasi apa yang dikerjakan dan
budaya sasak baik dari aspek rumah adat, tenun, maupun terlibat dalam aktivitas subjek penelitian. Wawancara

Please do not give the page number in the header or footer.


mendalam sifatnya tak terstruktur agar subjek penelitian
lebih leluasa dan secara alamiah memberikan informasi yang
dibutuhkan. Analisis data terdiri dari tiga tahap, yaitu 1) Bagian taja (loteng)
menyiapkan dan mengorganisir data 2) memproduksi data
tersebut menjadi tema melalui proses pengkodean dan
peringkasan kode, dan 3) terakhir menyajikan data dalam Bagian Ro (ruang)
bentuk bagan, tabel dan pembahasan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Wujud budaya suku Mbojo dalam bentuk arsitektur adalah
Uma Jompa. Secara arsitektural Uma Jompa ini mempunyai Bagian sarangge/Ndi Doho Kai (Bale)
daya Tarik tersendiri dari segi konstruksinya. Ciri khas
arsitektur tradisional uma jompa adalah adanya konstruksi
panggung dan sambungan bongkar-pasang tanpa paku dan
tidak menggunakan penyambung berbahan selain kayu. Bagian Wombo (Kaleng)
Uma Jompa terdiri dari dua kata, yaitu Uma dalam Bahasa
mbojo artinya rumah dan Jompa artinya. Uma jompa
bermakna sebagai bangunan yang berfungsi sebagai Gambar 1.1 Bagian Uma Jompa
lumbung atau tempat penyimpanan hasil panen. Uma Jompa
memiliki 4 bagian, yaitu bagian wombo, bagian sarangge, A. Konsep Matematika Dalam Arsitektur Uma Jompa
ro, dan bagian atap. Bagian kolong terdiri dari pondasi dan
kaki-kaki tiang struktur utama berjumlah 4 tiang dan bagian Ro pada bagian uma jompa merupakan bagian yang paling
bale sebagai ruang terbuka penerima tamu dan kegiatan utama sehingga memiliki elemen pembentuk konstruksi yang
adat. Bagian ruang bentuknya balok yang terbuat dari lebih kompleks dibanding bagian bangunan lainnya. Ro
papan-papan kayu yang digunakan utnuk menyimpan hasil memiliki bidang lantai dan dinding sebagai pembatas ruang.
panen masyarakat. Bagian atap bervariasi ada yang Pada bagian ini juga menggunakan balok kantilever. Jika kita
berbentuk segitiga dan ada yang berbentuk trapesium. lihat pada Gambar, susunan Nggabe dan Nggore
mengimplementasikan konsep kesejajaran, demikian juga
Sebagian besar uma jompa di Cagar Budaya Desa Maria susunan Cela Tuu dan Pado juga menerapkan konsep
Kecamatan Wawo Bima, masih menggunakan material kesejajaran. Rangka pembentuk bagian ro adalah bangun
aslinya, yaitu kayu dan alang-alang, akan tetapu beberapa ruang balok dengan ukuran Panjang 2,5 meter, lebar 2 meter
atap bangunan menggunakan material dari genteng dan seng dan tinggi 2 meter. Selain terdiri dari rangka pembentuk juga
karena mereka saat ini kesulitan mencari alang-alang yang terdapat elemen pengisi dinding dan lantai. Terdapat satu
sama seperti aslinya. bukaan pintu sebagai akses masuk ke dalam ro yang
Saat musim panen yang berlangsung sekitar bulan Mei tiap berbentuk persegi Panjang.
tahunnya, masyarakat petani Desa Maria memanen hasil
panen berupa padi, kemiri, dan jagung untuk disimpan ke
lumbung.

2
2,5

Gambar 1.2 Ukuran Ro Pada Uma Jompa

Uma Jompa yang memilili empat bagian tubuh yaitu


wombo, sarangge, ro, dan taja, dimana keempat bagian
tersebut memiliki ukurannya masing-masing.
Misal dimensi tinggi dalam posisi duduk disimbolkan
dengan dan dimensi tinggi bahu dalam posisi duduk
disimbolkan dengan , dan tinggi kepala disimbolkan ,
Taja maka
(1)
(2)
Ro
Jadi tinggi kepala adalah 25,8 cm
Sarangge/Ndi Doho Kai
Dan misal tinggi sarangge adalah , maka
(1)
Wombo = 80,65+25,8 (2)

Jadi tinggi Sarangge adalah 106,45 cm


Gambar 1.3 Perbedaan batas pembagian Uma
Jompa untuk pengukuran tinggi (Gambar Dari hasil pengukuran Tinggi wambo adalah kurang lebih 1
diambil dari Hikari, dkk, 2019) meter atau 100 cm, dan setelah dianalisis tinggi wambo
menerapkan ukuran tubuh manusia. Dan ukuran kenyataan
ini kurang lebihnya sesuai dengan ukuran tinggi pinggul
Bagian wombo dihitung dari permukaan tanah ke manusia yaitu 91,65 cm
permukaan sarangge yaitu kurang lebih 1 m. Tinggi pada
bagian sarangge cukup leluasa untuk orang dalam keadaan
duduk yaitu kurang lebih100 cm atau 1 m. Tinggi Ro secara
umum tidak melebihi 2 m yang berfungsi sebagai ruang
utama penyimpanan. Di dalam Ro, orang dapat berdiri
karena bagian taja tidak ada pembatas. Tinggi Taja sekitar
125-145 cm. Kemiringan atap Taja sebesar 30-40 derajat.
Secara umum Tinggi Uma Jompa anatar 456-558 cm.
Ukuran bangunan Uma Jompa berkaitan erat dengan
karakter tubuh pemilik bangunan pada masa awal
pembangunan [6], [12]. Saat itu belum ada ukuran
metrik/terstandar yang umum digunakan saat ini. Seperti
halnya tinggi Sarangge, menerapkan ukuran tubuh manusia. Gambar Tinggi Wambo (Gambar diambil dari Hikari,
Sarangge yang berfungsi sebagai ruang publik untuk Antariksa, & Ridjai, 2019)
bersantai dalam posisi duduk memiliki ukuran kombinasi.
Tinggi sarangge memang hanya dapat digunakan manusia Penggunaan ukuran hasta pada beberapa bagian bangunan
dalam posisi duduk atau berbaring. Tidak memungkinkan menunjukan bahwa pembangunan Uma Jompa diukur
berkegiatan dalam posisi yang lebih tinggi dari duduk. berdasarkan antropometri pemiliknya. Ukuran hasta yang
Tinggi manusia dalam posisi duduk ditambah tinggi kepala dihitung dari ujung tangan kanan hingga ujung tangan kiri
memiliki ukuran yang bersesuaian dengan tinggi sarangge. dalam posisi direntangkan bersesuaian dengan ukuran dalam
Kegiatan duduk santai pada sarangge yang hanya metrik yaitu 153.84 cm. Ukuran ini umumnya digunakan
memungkinkan dalam posisi duduk tersebut memiliki jarak dalam menentukan jarak antar ri’i yang diukur pada sisi
antara kepala dengan elemen bangunan di atasnya. samping bangunan. Pada penjelasan gambar terlihat jarak
ri’i yang digunakan adalah ri’i depan dan ri’i belakang.

Gambar 1.4 Perhitungan Tinggi Sarangge (Gambar Gambar 1.12 Ukuran Hasta Pada Ukuran Jarak
diambil dari Hikari, Antariksa, & Ridjai, 2019 Ri’i Ri’i Berpatok Pada Sisi Samping.
Hastuti, “Etnomatematika: Eksplorasi Kebudayaan
Mbojo Sebagai Sumber Belajar Matematika,” JP2M
KESIMPULAN (Jurnal Pendidik. dan Pembelajaran Mat., vol. 7, no.
Wujud budaya suku Mbojo dalam bentuk arsitektur 1, pp. 33–42, 2021, doi: 10.29100/jp2m.v7i1.2097.
adalah Uma Jompa. Secara tidak sengaja, masyarakat Mbojo [12] T. Falaqie, C. No, and D. M. Bima, UMA JOMPA. .
telah mempraktekkan matematika dalam kehidupan sehari-
hari yang terlihat dari konstruksi uma jompa, seperti konsep
bangun ruang, pengukuran, dan satuan tidak baku. Satuan
tidak baku misalnya penggunaan ukuran tubuh manusia atau
dikenal dengan istilah antropometri. Masyarakat suku Mbojo
memiliki kepekaan terhadap perhitungan matematis yang
telah dilakukan oleh nenek moyang sebelumnya.
Etnomatematika yang dipraktikkan oleh masyarakat Mbojo
terlihat dari teknik mengukur, merancang, dan membangun.

References
[1] M. Rosa et al., Current and future perspectives of
ethnomathematics as a program. .
[2] L. Mauluah and Marsigit, “Ethnomathematics for
elementary student: Exploration the learning
resources at kraton Yogyakarta,” Int. J. Sci. Technol.
Res., vol. 8, no. 7, pp. 776–780, 2019.
[3] A. S. Nur, S. B. Waluya, R. Rochmad, and W.
Wardono, “Contextual learning with
Ethnomathematics in enhancing the problem solving
based on thinking levels,” JRAMathEdu (Journal
Res. Adv. Math. Educ., vol. 5, no. 3, pp. 331–344,
2020, doi: 10.23917/jramathedu.v5i3.11679.
[4] W. Widada, D. Herawaty, and A. N. M. T. Lubis,
“Realistic mathematics learning based on the
ethnomathematics in Bengkulu to improve students’
cognitive level,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 1088, 2018,
doi: 10.1088/1742-6596/1088/1/012028.
[5] A. Q. Fouze and M. Amit, “On the importance of an
ethnomathematical curriculum in mathematics
education,” Eurasia J. Math. Sci. Technol. Educ., vol.
14, no. 2, pp. 561–567, 2018, doi:
10.12973/ejmste/76956.
[6] S. Supiyati, F. Hanum, and Jailani,
“Ethnomathematics in sasaknese architecture,” J.
Math. Educ., vol. 10, no. 1, pp. 47–57, 2019, doi:
10.22342/jme.10.1.5383.47-58.
[7] S. Sutarto, I. D. Hastuti, and S. Supiyati,
“Etnomatematika: Eksplorasi Transformasi Geometri
Tenun Suku Sasak Sukarara,” J. Elem., vol. 7, no. 2,
pp. 324–335, 2021, doi: 10.29408/jel.v7i2.3251.
[8] A. Fauzi and H. Setiawan, “Etnomatematika: Konsep
Geometri pada Kerajinan Tradisional Sasak dalam
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar,” Didakt.
J. Pendidik. dan Ilmu Pengetah., vol. 20, no. 2, pp.
118–128, 2020, doi: 10.30651/didaktis.v20i2.4690.
[9] H. T. N. Rizki and Diena Frentika, “Etnomatematika
Dalam Budaya Barapan Kebo Sebagai Inovasi
Pembelajaran Matematika,” J. Ris. dan Inov.
Pembelajaran, vol. 1, no. 2, pp. 252–264, 2021, doi:
10.51574/jrip.v1i2.98.
[10] Diena Frentika and Heru Tri Novi Rizki, “Geometri
dan Pengukuran dalam Permainan Rakyat Kabupaten
Sumbawa Barat,” J. Pendidik. Mipa, vol. 10, no. 2,
pp. 86–93, 2020, doi: 10.37630/jpm.v10i2.346.
[11] S. Sutarto, A. Ahyansyah, S. Mawaddah, and I. D.

Anda mungkin juga menyukai