Abstract—Innovation in learning mathematics can be makanan khas [6]–[8]. Ekplorasi barapan kebo dan sampo
carried out by connecting mathematics with social and cultural ayam pada masyarakat Sumbawa Barat menjadi inovasi
aspects of students. Indonesia is famous as an archipelagic dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi
country with a variety of cultures, including the Mbojo geometri dan pengukuran [9], [10]. Eksplorasi kebudayaan
Cultures from West Nusa Tenggara Province. Most educators mbojo menjadi sumber belajar matematika, seperti tenun
have not realized that the cultural aspect can be a source of sarung nggoli, rumah adat jompa, kegiatan jual beli, serta
learning mathematics. This is a qualitative research with an konsep pengukuran [11]. Budaya-budaya yang ada di sekitar
ethnographic design. The supporting instruments in this
siswa khususnya budaya di Nusa Tenggara Barat perlu
research included observation guides and interviews with
dieksplorasi lebih lanjut agar bisa dikaitkan dengan konsep-
research subjects whose criteria have been determined. The
results of this study indicated that there was a relationship konsep matematika di sekolah secara konkrit.
between Mbojo culture and mathematical concepts Pembelajaran matematika dengan pendekatan
etnomatematika memiliki banyak keuntungan: 1) materi
Keywords— ethnomatematics, uma jompa, architecture pembelajaran menjadi lebih konkrit, 2) meningkatkan
motivasi belajar, 3) menumbuhkan rasa kecintaan anak pada
I. INTRODUCTION (HEADING 1) budayanya. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan
Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman untuk mengeksplorasi khususnya budaya mbojo yang
matematika secara bermakna adalah mengintegrasikan berkaitan dengan pemodelan dan pengukuran rumah adat
pembelajaran matematika dengan budaya. Konsep masyarakat mbojo. Hasil temuan penelitian ini diharapkan
matematika yang dikaitkan dengan budaya lokal, akan dapat dapat menjadi acuan bagi guru dalam membuat perangkat
membantu meningkatkan koneksi matematis. Matematika pembelajaran berbasis etnomatematika, sehingga
tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh aspek sejarah, pembelajaran matematika lebih menarik dan bermakna bagi
lingkungan, sosial, dan geografi, atau budaya. siswa.
2
2,5
Gambar 1.4 Perhitungan Tinggi Sarangge (Gambar Gambar 1.12 Ukuran Hasta Pada Ukuran Jarak
diambil dari Hikari, Antariksa, & Ridjai, 2019 Ri’i Ri’i Berpatok Pada Sisi Samping.
Hastuti, “Etnomatematika: Eksplorasi Kebudayaan
Mbojo Sebagai Sumber Belajar Matematika,” JP2M
KESIMPULAN (Jurnal Pendidik. dan Pembelajaran Mat., vol. 7, no.
Wujud budaya suku Mbojo dalam bentuk arsitektur 1, pp. 33–42, 2021, doi: 10.29100/jp2m.v7i1.2097.
adalah Uma Jompa. Secara tidak sengaja, masyarakat Mbojo [12] T. Falaqie, C. No, and D. M. Bima, UMA JOMPA. .
telah mempraktekkan matematika dalam kehidupan sehari-
hari yang terlihat dari konstruksi uma jompa, seperti konsep
bangun ruang, pengukuran, dan satuan tidak baku. Satuan
tidak baku misalnya penggunaan ukuran tubuh manusia atau
dikenal dengan istilah antropometri. Masyarakat suku Mbojo
memiliki kepekaan terhadap perhitungan matematis yang
telah dilakukan oleh nenek moyang sebelumnya.
Etnomatematika yang dipraktikkan oleh masyarakat Mbojo
terlihat dari teknik mengukur, merancang, dan membangun.
References
[1] M. Rosa et al., Current and future perspectives of
ethnomathematics as a program. .
[2] L. Mauluah and Marsigit, “Ethnomathematics for
elementary student: Exploration the learning
resources at kraton Yogyakarta,” Int. J. Sci. Technol.
Res., vol. 8, no. 7, pp. 776–780, 2019.
[3] A. S. Nur, S. B. Waluya, R. Rochmad, and W.
Wardono, “Contextual learning with
Ethnomathematics in enhancing the problem solving
based on thinking levels,” JRAMathEdu (Journal
Res. Adv. Math. Educ., vol. 5, no. 3, pp. 331–344,
2020, doi: 10.23917/jramathedu.v5i3.11679.
[4] W. Widada, D. Herawaty, and A. N. M. T. Lubis,
“Realistic mathematics learning based on the
ethnomathematics in Bengkulu to improve students’
cognitive level,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 1088, 2018,
doi: 10.1088/1742-6596/1088/1/012028.
[5] A. Q. Fouze and M. Amit, “On the importance of an
ethnomathematical curriculum in mathematics
education,” Eurasia J. Math. Sci. Technol. Educ., vol.
14, no. 2, pp. 561–567, 2018, doi:
10.12973/ejmste/76956.
[6] S. Supiyati, F. Hanum, and Jailani,
“Ethnomathematics in sasaknese architecture,” J.
Math. Educ., vol. 10, no. 1, pp. 47–57, 2019, doi:
10.22342/jme.10.1.5383.47-58.
[7] S. Sutarto, I. D. Hastuti, and S. Supiyati,
“Etnomatematika: Eksplorasi Transformasi Geometri
Tenun Suku Sasak Sukarara,” J. Elem., vol. 7, no. 2,
pp. 324–335, 2021, doi: 10.29408/jel.v7i2.3251.
[8] A. Fauzi and H. Setiawan, “Etnomatematika: Konsep
Geometri pada Kerajinan Tradisional Sasak dalam
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar,” Didakt.
J. Pendidik. dan Ilmu Pengetah., vol. 20, no. 2, pp.
118–128, 2020, doi: 10.30651/didaktis.v20i2.4690.
[9] H. T. N. Rizki and Diena Frentika, “Etnomatematika
Dalam Budaya Barapan Kebo Sebagai Inovasi
Pembelajaran Matematika,” J. Ris. dan Inov.
Pembelajaran, vol. 1, no. 2, pp. 252–264, 2021, doi:
10.51574/jrip.v1i2.98.
[10] Diena Frentika and Heru Tri Novi Rizki, “Geometri
dan Pengukuran dalam Permainan Rakyat Kabupaten
Sumbawa Barat,” J. Pendidik. Mipa, vol. 10, no. 2,
pp. 86–93, 2020, doi: 10.37630/jpm.v10i2.346.
[11] S. Sutarto, A. Ahyansyah, S. Mawaddah, and I. D.