Anda di halaman 1dari 10

Isian Substansi Proposal l

PENELITIAN DASAR KOMPETITIF NASIONAL (PDKN)


Petunjuk:Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi template atau penghapusan di setiap bagian.

Tuliskan judul usulan penelitian


JUDUL USULAN
Karakterisasi Etnomatematika Suku SASAMBO Dalam Aktivitas Metakognitif Siswa Sekolah
Dasar

RINGKASAN
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.
Indonesia terkenal dengan negara kepulauan yang memiliki ragam budaya, salah satunya adalah
budaya SASAMBO yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. SASAMBO merupakan
kepanjangan dari Sasak, Samawa, dan Mbojo. Sasak merupakan suku dari daerah Lombok,
Samawa dari daerah Sumbawa, dan Mbojo dari Bima dan Dompu. Budaya SASAMBO erat
kaitannya dengan matematika sebagai alat hitung dalam aktivitas sehari-hari, seperti pengukuran
bangunan tradisional, penyelenggaraan hajatan, bercocok tanam, pola pada motif tenun atau
songket.
Matematika tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh aspek sejarah, lingkungan, sosial, dan
geografi, atau budaya. Disiplin penelitian yang mengeksplorasi hubungan antara matematika dan
budaya adalah etnomatematika. Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya akan memiliki
peluang untuk memperbaiki sistem pendidikan matematika di Indonesia melalui upaya
transformasional untuk mendekatkan matematika dengan budaya siswa.
Konsep matematika yang dikaitkan dengan budaya dan pengalaman sehari-hari akan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat koneksi yang bermakna dan memperdalam
pemahaman matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan metakognisi. Keterampilan
metakognisi merupakan salah satu keterampilan abad ke-21 yang perlu dilatih oleh siswa sekolah
dasar dan merupakan kunci keberhasilan dari pendidikan sains abad 21.
Hasil penelitian sebelumnya telah mengungkap pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan
aspek budaya sasak dari aspek rumah adat dan tenun. Hasil kajian peneliti sebelumnya juga
belum ada yang mengeksplorasi dan mengelompokkan keseluruhan budaya SASAMBO dengan
semua materi matematika SD untuk mendukung kemampuan metakognitif. Oleh karena itu perlu
ada penelitian yang bertujuan untuk mengkarakterisasi seluruh aspek budaya SASAMBO
berdasarkan materi matematika SD untuk mendukung kemampuan metakognitif siswa.
Karakterisasi etnomatematika penting sebagai data base etnomatematika yang ada di NTB,
sehingga mempermudah penelitian selanjutnya dan mempermudah guru untuk membuat
perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika. Berdasarkan latar belakang masalah yang
dideskripsikan, peneliti mengangkat judul “Karakterisasi Etnomatematika Suku SASAMBO
Dalam Aktivitas Metakognitif Siswa SD”.
Luaran yang dihasilkan pada tahun 1 dan 2 adalah HAKI, buku, artikel di jurnal internasional
bereputasi, Artikel pada Conference/Seminar Internasional. TKT penelitian yang diusulkan
adalah TKT 1-3.

KATA KUNCI
Kata kunci maksimal 5 kata
karakterisasi; etnomatematika; Sasambo; metakognitif

LATAR BELAKANG
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus dan studi kelayakannya. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi keterkaitan skema dengan bidang fokus atau renstra penelitian PT.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan ragam budaya, salah satunya budaya SASAMBO
yang ada di NTB. SASAMBO merupakan kepanjangan dari Sasak, Samawa, dan Mbojo. Sasak
merupakan suku dari Lombok, Samawa dari Sumbawa, dan Mbojo dari Bima Dompu. Banyak
objek dan praktik budaya SASAMBO yang dapat dieksplorasi, seperti rumah adat sasak (bale),
rumah adat samawa (istana dalam loka, dan rumah adat mbojo (uma lengge), pola pada motif
kain tenun, dan penentuan hari baik. Budaya SASAMBO berkaitan dengan praktik matematika,
seperti pengukuran bangunan tradisional yang erat kaitannya dengan materi geometri, penentuan
hari baik yang berkaitan dengan materi modulo, pola pada motif tenun yang berkaitan dengan
materi transformasi geometri [1]–[4]. Matematika tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh
aspek sejarah, lingkungan, sosial, geografi, dan budaya [5]–[7]. Berbagai produk budaya seperti
arsitektur rumah adat dan pola kain tenun merupakan kreativitas seni yang mengandung unsur
matematika yaitu geometri [1], [8].

Disiplin penelitian yang mengeksplorasi hubungan antara matematika dan budaya adalah
etnomatematika [1], [5], [9]–[11]. Melalui Etnomatematika, guru dapat mengkontekstualisasikan
pembelajaran matematika dengan pengalaman sosiokultural siswa [12]. Indonesia yang memiliki
ragam budaya berpeluang untuk memperbaiki sistem pendidikan matematika di Indonesia
melalui upaya transformasional berbasis budaya [13].
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di 3 sekolah dasar
Lombok Barat pada Desember 2021, diperoleh kesimpulan informasi bahwa proses
pembelajaran matematika masih kurang inovatif. Kegiatan belajar yang terjadi masih berpusat
pada guru dimana mayoritas aktivitas siswa masih berfokus pada buku teks dan belum dikaitkan
dengan kearifan lokal setempat. Selain itu, keberhasilan siswa sepenuhnya ditekankan pada
aspek kognitif. Dari hasil observasi melalui pemberian kuesioner yang didistribusikan di 3
sekolah dasar Lombok Barat tersebut, diperoleh data bahwa 60% siswa kesulitan memahami
buku teks matematika
Konsep matematika yang dikaitkan dengan budaya dapat meningkatkan kemampuan
metakognisi [14]. Keterampilan metakognisi merupakan salah satu keterampilan abad ke-21
yang perlu dilatih oleh siswa SD dan merupakan kunci keberhasilan pendidikan sains abad 21
[15]. Permendikbud No 20 Tahun 2016 menekankan bahwa aspek metakognitif menjadi salah
satu komponen penting dalam standar kompetensi lulusan pendidikan dasar di Indonesia.
Hasil penelitian sebelumnya telah mengungkap pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan
aspek budaya sasak dari aspek rumah adat, tenun, dan makanan khas [1], [8], [17]. Ekplorasi
barapan kebo dan sampo ayam pada masyarakat Sumbawa Barat menjadi inovasi dalam
pembelajaran matematika khususnya materi geometri dan pengukuran [3]. Eksplorasi
kebudayaan mbojo menjadi sumber belajar matematika, seperti tenun sarung nggoli, rumah adat
jompa, kegiatan jual beli, serta konsep pengukuran [2]. Hasil kajian peneliti sebelumnya belum
ada yang mengeksplorasi dan mengelompokkan keseluruhan budaya SASAMBO dengan semua
materi matematika SD untuk mendukung kemampuan metakognitif. Oleh karena itu perlu ada
penelitian yang bertujuan untuk mengkarakterisasi seluruh aspek budaya SASAMBO
berdasarkan materi matematika SD untuk mendukung kemampuan metakognitif siswa.
Karakterisasi etnomatematika penting sebagai data base etnomatematika yang ada di NTB,
sehingga mempermudah peneliti lain untuk penelitian lebih lanjut dan mempermudah guru untuk
membuat perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika. Berdasarkan latar belakang masalah
yang dideskripsikan, peneliti mengangkat judul “Karakterisasi Etnomatematika Suku
SASAMBO Dalam Aktivitas Metakognitif Siswa SD”.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam bidang
yang diteliti/teknologi yang dikembangkan. Penyajian dalam bagan dapat dibuat dalam bentuk
JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
A. Etnomatematika
Etnomatematika merepresentasikan objek budaya lokal dalam konsep matematika. Konsep
budaya lokal dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan pengetahuan dan penalaran
siswa [18]. Pemahaman berbasis etnomatematika mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah dengan menghubungkan situasi dunia nyata dan nilai-nilai budaya yang tumbuh di
masyarakat [19]. Untuk memudahkan pemahaman matematika yang bermakna, perlu dilakukan
integrasi budaya dalam pembelajaran matematika. Integrasi matematika dan budaya lokal
merupakan sarana yang efektif untuk menumbuhkan karakter dan nilai-nilai luhur dalam
masyarakat. Unsur budaya khususnya SASAMBO dapat dipadukan dengan materi matematika
sekolah dasar seperti konsep geometri, transformasi, bilangan, dan pengukuran.

Melalui Etnomathematika, guru dapat mengkontekstualisasikan pengajaran dan pembelajaran


matematika dengan menghubungkan konten matematika dengan pengalaman sosiokultural
siswa. Melalui kajian Etnomathematika, ilmu matematika dapat ditemukan kembali yang berasal
dari akar budaya masyarakat yang berbeda, sehingga dapat menghubungkan dan menghidupkan
kembali penalaran dan dialog kritis siswa, serta dapat menumbuhkan karakter demokratis dan
toleran siswa dengan merangkul perbedaan budaya dan melihatnya sebagai peluang untuk
pendidikan matematika [5], [20]. Nilai budaya dapat mempengaruhi pendidikan pada umumnya
dan pendidikan matematika pada khususnya [21]

B. Eksplorasi Etnomatematika
Beberapa penelitian telah membahas tentang eksplorasi etnomatematika pada budaya
SASAMBO. Penelitian yang dilakukan oleh Sutarto, Hatuti, & Supiyati menunjukkan bahwa
motif wayang, subahnale, keker, bintang empat, dan alang/lumbung pada kain tenun sasak dapat
dijadikan sumber belajar materi transformasi geometri seperti konsep refleksi (pencerminan) dan
translasi (pergeseran) [8]. Hasil penelitian eksplorasi etnomatematika pada budaya mbojo
menunjukkan bahwa; (1) pada tembe (sarung) nggoli terdapat konsep matematika yaitu geometri
transformasi, segitiga samasisi, segiempat “belah ketupat”; (2) pada uma jompa terdapat konsep
matematika yaitu bangun ruang gabungan kubus dan prisma segiempat, persegi panjang pada
beberapa bagian penyusun uma jompa; (3) pada kegiatan jual beli masyarakat suku mbojo
terdapat konsep matematika yaitu konsep pengukuran [2]. Ekplorasi barapan kebo dan sampo
ayam pada masyarakat Sumbawa Barat menjadi inovasi dalam pembelajaran matematika
khususnya pada materi geometri dan pengukuran [3].

C. Aktivitas Metakognitif
Metakognisi didefinisikan sebagai bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi yang meliputi
pemahaman, analisis, dan kontrol proses kognitif [22]. Anderson & Krathwohl mendefinisikan
tiga indikator kemampuan metakognitif yaitu 1) plan, 2) evaluasi, dan 3) monitoring [16].
Kemampuan metakognitif dapat mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi [18], [23].
Keterampilan metakognitif membantu siswa dalam memecahkan masalah. Kemampuan
metakognitif berkembang terus menerus seiring dengan perkembangan usia. Keterlibatan dini
dengan aktivitas metakognitif dapat mengarah pada keterampilan metakognitif yang baik [24].
Pengetahuan metakognitif adalah salah satu tujuan penting dalam kurikulum Indonesia.
Anderson & Krathwohl menjelaskan tiga indikator kemampuan metakognitif, yaitu perencanaan,
evaluasi, dan pemantauan [16]. Perencanaan terdiri dari menetapkan tujuan, menghubungkan
dengan pengetahuan sebelumnya, dan memilih strategi yang tepat. Penilaian terdiri dari
menyadari tingkat pemahaman seseorang dan bagaimana memilih metode yang tepat.
Pemantauan memeriksa kemajuan seseorang dan menentukan pendekatan yang tepat ketika
strategi awal tidak berhasil.
METODA
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir dapat
berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas,
mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan. Usulan
penelitian dasar yang diusulkan dapat mencakup prinsip dasar dari teknologi, formulasi konsep
dan/atau aplikasi teknologi, hingga pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau
karakteristik penting secara analitis dan eksperimental. Penelitian Dasar dapat berorientasi
kepada penjelasan atau penemuan (invensi) guna mengantisipasi suatu gejala/fenomena, kaidah,
model, atau postulat baru yang mendukung suatu proses teknologi, kesehatan, pertanian, dan lain-
lain dalam rangka mendukung penelitian terapan. Sebutkan juga kualitas luaran berupa jurnal
atau prosiding yang menjadi target. Bagian ini harus juga menjelaskan tugas masing-masing
anggota pengusul sesuai tahapan penelitian yang diusulkan.
Road Map Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan mengikuti tahapan atau siklus dari
Spradley (1980). Etnografi menggambarkan budaya suatu komunitas. Pendekatan etnografi
bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan organisasi pikiran, sebagai tindakan sosial
yang dapat mentransformasi pendidikan agar lebih kaya [10]. Prosedur siklus penelitian
etnografi mencakup enam langkah yaitu (1) pemilihan suatu proyek etnografi, (2) pengajuan
pertanyaan etnografi, (3) pengumpulan data etnografi, (4) pembuatan suatu rekaman etnografi,
(5) analisis data etnografi, dan (6) penulisan sebuah etnografi yang selanjutnya dapat dilihat pada
Bagan 4.1

Bagan 4.1 Siklus Penelitian Etnografi (Spradley, 1980)


Prosedur Pelaksanaan Tahun 1 Tahun II
penelitian
Pemilihan proyek etnografi a. Pemilihan tempat
b. Pemilihan pelaku
Memilih dan menentukan
informan kunci (kepala
adat), informan utama
(tetua adat), dan informan
tambahan (masyarakat
adat yang masih menganut
budaya leluhur)
c. Pemilihan
kegiatan/budaya
Pengajuan pertanyaan a. apa yang akan dilihat di
etnografis lapangan
b. apa yang akan
dieksplorasi dan
c. data apa saja yang ingin
dikumpulkan
d. Aspek budaya mana yang
bisa dikaitan dengan
materi matematika
e. Materi matematika apa
saja yang bisa digali
dengan pendekatan
etnomatematika
Pengumpulan data etnografi a. Observasi lapangan
b. Observasi partisipan
c. Wawancara mendalam
menggunakan pedoman
wawancara dan
wawancara terbuka
terstandardisasi
d. Pengumpulan data
Membuat catatan etnografis Membuat catatan lapangan
dan mengumpulkan
dokumentasi

Menganalisis data etnografis analisis isi→ teknik


pengkodean simbol dengan
menafsirkan /
menginterpretasikan data
yang diperoleh
triangulasi→ menggunakan
triangulasi sumber data
penemuan pola→ pembuatan
kategori yang digunakan
dalam analisis
Menulis etnografi Menulis hasil dalam bentuk
laporan

Tugas Pengusul
Tahapan Penelitian Deskripsi Tugas
Tahun 1
Pemilihan proyek a. Ketua: menentukan tempat penelitian di Sumbawa
etnografi Anggota peneliti 1: menentukan tempat penelitian di Lombok
Anggota peneliti 2: menentukan tempat penelitian di Bima
Dompu
b. Ketua dan anggota peneliti 1 & 2: Memilih dan menentukan
informan kunci (kepala adat), informan utama (tetua adat),
dan informan tambahan (masyarakat adat yang masih
menganut budaya leluhur)
c. Ketua dan anggota peneliti: memilih kegiatan/budaya yang
bisa dikaitkan dengan materi matematika kelas 4-6
d. anggota peneliti 1: memilih kegiatan/budaya Lombok/Sasak
yang bisa dikaitkan dengan materi matematika kelas 4-6
e. anggota peneliti 2: memilih kegiatan/budaya Bima Dompu
yang bisa dikaitkan dengan materi matematika kelas 4-6
Pengajuan pertanyaan a. Ketua dan anggota peneliti 1 dan 2: membuat daftar/list apa
etnografis yang akan dilihat di lapangan, apa yang akan dieksplorasi,
data apa saja yang ingin dikumpulkan nantinya

Pengumpulan data a. Ketua peneliti: Observasi lapangan, partisipan di Sumbawa


etnografi dan melakukan wawancara serta mengumpulkan data
b. Anggota peneliti 1: Observasi lapangan di Lombok dan
melakukan wawancara serta mengumpulkan data
c. Anggota peneliti 2: Observasi lapangan di Bima Dompu dan
melakukan wawancara serta mengumpulkan data
Membuat catatan Ketua peneliti, anggota peneliti 1 dan 2: membuat catatan
etnografis lapangan etnografi dan mengumpulkan dokumentasi
Tahun 2
Menganalisis data Ketua, anggota peneliti 1 dan 2 melakukan:
etnografis
a. analisis isi→ teknik pengkodean simbol dengan menafsirkan
/ menginterpretasikan data yang diperoleh
b. triangulasi→ menggunakan triangulasi sumber data
c. penemuan pola→ pembuatan kategori yang digunakan dalam
analisis
Menulis etnografi Ketua, anggota peneliti 1 dan 2: Menulis hasil dalam bentuk
laporan
JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.

Tahun ke-1
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pemilihan proyek etnografi
a. Pemilihan tempat
1
b. Pemilihan pelaku
c. Pemilihan kegiatan/budaya
Pengajuan pertanyaan etnografis
a. apa yang akan dilihat di lapangan
b. apa yang akan dieksplorasi
c. data apa saja yang ingin
dikumpulkan
2
d. Aspek budaya mana yang bisa
dikaitan dengan materi matematika
e. Materi matematika apa saja yang bisa
digali dengan pendekatan
etnomatematika
Pengumpulan data etnografi
a. Observasi lapangan di Lombok,
sumbawa, Bima, & Dompu
b. Observasi partisipan di Lombok,
3
sumbawa, Bima, & Dompu
c. Wawancara mendalam
d. Pengumpulan data di Lombok,
sumbawa, Bima, & Dompu
Membuat catatan etnografis
4 a. Membuat catatan lapangan dan
mengumpulkan dokumentasi

Tahun ke-2
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Menganalisis data etnografis
a. analisis isi
1 b. triangulasi
c. penemuan pola

Menulis etnografi dan membuat


karakterisasi Etnomatematika Suku
2 SASAMBO Dalam Aktivitas
Metakognitif Siswa Sekolah Dasar

3 Membuat laporan penelitian


DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
[1] S. Supiyati, F. Hanum, and Jailani, “Ethnomathematics in sasaknese architecture,” J.
Math. Educ., vol. 10, no. 1, pp. 47–57, 2019, doi: 10.22342/jme.10.1.5383.47-58.
[2] S. Sutarto, A. Ahyansyah, S. Mawaddah, and I. D. Hastuti, “Etnomatematika: Eksplorasi
Kebudayaan Mbojo Sebagai Sumber Belajar Matematika,” JP2M (Jurnal Pendidik. dan
Pembelajaran Mat., vol. 7, no. 1, pp. 33–42, 2021, doi: 10.29100/jp2m.v7i1.2097.
[3] H. T. N. Rizki and Diena Frentika, “Etnomatematika Dalam Budaya Barapan Kebo
Sebagai Inovasi Pembelajaran Matematika,” J. Ris. dan Inov. Pembelajaran, vol. 1, no.
2, pp. 252–264, 2021, doi: 10.51574/jrip.v1i2.98.
[4] Diena Frentika and Heru Tri Novi Rizki, “Geometri dan Pengukuran dalam Permainan
Rakyat Kabupaten Sumbawa Barat,” J. Pendidik. Mipa, vol. 10, no. 2, pp. 86–93, 2020,
doi: 10.37630/jpm.v10i2.346.
[5] M. Rosa et al., Current and future perspectives of ethnomathematics as a program. .
[6] I. Risdiyanti and R. C. I. Prahmana, “Ethnomathematics: Exploration in Javanese
culture,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 943, no. 1, 2018, doi: 10.1088/1742-
6596/943/1/012032.
[7] N. W. Utami, S. A. Sayuti, and Jailani, “Math and mate in javanese primbon:
Ethnomathematics study,” J. Math. Educ., vol. 10, no. 3, pp. 341–356, 2019, doi:
10.22342/jme.10.3.7611.341-356.
[8] S. Sutarto, I. D. Hastuti, and S. Supiyati, “Etnomatematika: Eksplorasi Transformasi
Geometri Tenun Suku Sasak Sukarara,” J. Elem., vol. 7, no. 2, pp. 324–335, 2021, doi:
10.29408/jel.v7i2.3251.
[9] D. Muhtadi, Sukirwan, Warsito, and R. C. I. Prahmana, “Sundanese ethnomathematics:
Mathematical activities in estimating, measuring, and making patterns,” J. Math. Educ.,
vol. 8, no. 2, pp. 185–198, 2017, doi: 10.22342/jme.8.2.4055.185-198.
[10] R. C. I. Prahmana, W. Yunianto, M. Rosa, and D. C. Orey, “Ethnomathematics:
Pranatamangsa system and the birth-death ceremonial in yogyakarta,” J. Math. Educ.,
vol. 12, no. 1, pp. 93–112, 2021, doi: 10.22342/JME.12.1.11745.93-112.
[11] I. Risdiyanti and R. C. Indra Prahmana, “The learning trajectory of number pattern
learning using barathayudha war stories and uno stacko,” J. Math. Educ., vol. 11, no. 1,
pp. 157–166, 2020, doi: 10.22342/jme.11.1.10225.157-166.
[12] U. Umbara, W. Wahyudin, and S. Prabawanto, “Exploring Ethnomathematics with
Ethnomodeling Methodological Approach: How Does Cigugur Indigenous People Using
Calculations to Determine Good Day to Build Houses,” Eurasia J. Math. Sci. Technol.
Educ., vol. 17, no. 2, pp. 1–19, 2021, doi: 10.29333/EJMSTE/9673.
[13] A. S. Abdullah, “Ethnomathematics in perspective of sundanese culture,” J. Math.
Educ., vol. 8, no. 1, pp. 1–16, 2017, doi: 10.22342/jme.8.1.3877.1-15.
[14] M. Rosa and D. C. Orey, “Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics
Etnomatemática: os aspectos culturais da matemática,” Rev. Latinoam. Etnomatemática,
vol. 4, no. 2, pp. 32–54, 2011.
[15] I. D. Hastuti, Surahmat, Sutarto, and Dafik, “Shifting of perfective metacognitive
activities in solve math problems,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 1465, no. 1, 2020, doi:
10.1088/1742-6596/1465/1/012041.
[16] D. R. Krathwohl, “A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Educational Objectives,”
Theory Pract., vol. 41, no. 4, p. 302, 2002, [Online]. Available:
http://www.citeulike.org/user/mapto/article/961573%5Cnhttp://www.mendeley.com/res
earch/a-taxonomy-for-learning-teaching-and-assessing-a-revision-of-blooms-taxonomy-
of-educational-objectives-abridged-edition-
1/%5Cnhttp://www.amazon.ca/exec/obidos/redirect?
[17] A. Fauzi and H. Setiawan, “Etnomatematika: Konsep Geometri pada Kerajinan
Tradisional Sasak dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar,” Didakt. J.
Pendidik. dan Ilmu Pengetah., vol. 20, no. 2, pp. 118–128, 2020, doi:
10.30651/didaktis.v20i2.4690.
[18] W. Widada, D. Herawaty, and A. N. M. T. Lubis, “Realistic mathematics learning based
on the ethnomathematics in Bengkulu to improve students’ cognitive level,” J. Phys.
Conf. Ser., vol. 1088, 2018, doi: 10.1088/1742-6596/1088/1/012028.
[19] A. S. Nur, S. B. Waluya, R. Rochmad, and W. Wardono, “Contextual learning with
Ethnomathematics in enhancing the problem solving based on thinking levels,”
JRAMathEdu (Journal Res. Adv. Math. Educ., vol. 5, no. 3, pp. 331–344, 2020, doi:
10.23917/jramathedu.v5i3.11679.
[20] L. Mauluah and Marsigit, “Ethnomathematics for elementary student: Exploration the
learning resources at kraton Yogyakarta,” Int. J. Sci. Technol. Res., vol. 8, no. 7, pp.
776–780, 2019.
[21] A. Q. Fouze and M. Amit, “On the importance of an ethnomathematical curriculum in
mathematics education,” Eurasia J. Math. Sci. Technol. Educ., vol. 14, no. 2, pp. 561–
567, 2018, doi: 10.12973/ejmste/76956.
[22] L. Dörr and F. Perels, “Improving metacognitive abilities as an important prerequisite
for self-regulated learning in preschool children,” Int. Electron. J. Elem. Educ., vol. 11,
no. 5, pp. 449–459, 2019, doi: 10.26822/iejee.2019553341.
[23] A. Kuzle, “Patterns of metacognitive behavior during mathematics problem-solving in a
dynamic geometry environment,” Int. Electron. J. Math. Educ., vol. 8, no. 1, pp. 20–40,
2013, doi: 10.29333/iejme/272.
[24] Sutarto, I. Dwi Hastuti, D. Fuster-Guillén, J. P. Palacios Garay, R. M. Hernández, and E.
Namaziandost, “The Effect of Problem-Based Learning on Metacognitive Ability in the
Conjecturing Process of Junior High School Students,” Educ. Res. Int., vol. 2022, pp. 1–
10, 2022, doi: 10.1155/2022/2313448.

Anda mungkin juga menyukai