Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education

Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2018


e-ISSN : 2614-6088
p-ISSN : 2620-732X
DOI: https://doi.org/10.31539/judika.v1i2.322

DESAIN LEMBAR KERJA SISWA MATERI SISTEM


PERSAMAAN DUA VARIABEL BERORIENTASI
ETNOMATEMATIKA
Drajat Friansah1, Maria Luthfiana2
STKIP-PGR I LubukLinggau 1 , 2
drajatfriansah@stkippgri-lubuklinggau.ac.id1

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan langkah-langkah dalam merancang
bahan ajar berbentuk LKS berorientasi Etnomatematika pada materi SPLDV.
Metode yang digunakan penulis dalam merancang bahan ajar merupakan bagian
atau dua tahapan awal dari model pengembangan ADDIE yang terdiri dari tahap
analisis, desain, development, implementasi, dan evaluasi. Hasil penelitian,
konsep etnomatematika yang bisa diintegrasikan ke dalam dalam bentuk LKS
yaitu, satuan hitung dalam transaksi jual beli di pasar tradisional berupa
“secanting dan “setembuk”, selain itu motif batik khas Lubuklinggau berupa motif
duren. Konteks etnomatematika menjadi titik awal dalam proses pembelajaran
yang tersaji dalam LKS pada materi SPLDV, sehingga pembelajaran matematika
bisa lebih bermakna. Simpulan, pembelajaran Matematika yang berkualitas harus
didukung berbagai aspek, satu diantara aspek yang utama adalah guru profesional
yang mampu memanfaatkan berbagai sumber belajar dan mengembangkan bahan
ajar (LKS) dengan memanfaatkan konteks budaya sehari-hari (etnomatematika)
yang dialami siswa, dengan demikian terjadi proses pembelajaran matematika
yang bermakna dan tumbuh kesadaran dari siswa untuk mengapresiasi kearifan
dan budaya setempat dalam hal ini budaya kota Lubuklinggau.

Kata Kunci: Etnomatematika, SPLDV

ABSTRACT
This study aims to explain the steps in designing teaching materials in the form of
Ethnomatematics-oriented worksheet on SPLDV material. The method used by the
author in designing teaching materials is part or two of the initial stages of the
ADDIE development model which consists of the analysis, design, development,
implementation, and evaluation stages. The results of the study, the concept of
ethnomatematics that can be integrated into the form of worksheets, namely, the
unit of calculation in the sale and purchase transactions in traditional markets in
the form of "secanting and" padembuk ", in addition to the typical Lubuklinggau
batik motif in the form of durian motifs. Ethnomatematics context becomes the
starting point in the learning process presented in the worksheet on the SPLDV
material, so that mathematics learning can be more meaningful. Conclusion,
quality Mathematics learning must be supported by various aspects, one of the
main aspects is professional teachers who are able to utilize various learning
resources and develop teaching materials (LKS) by utilizing the daily cultural
context (ethnomatematics) experienced by students, thus the process occurs
2018. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education 1(2); 83-92

meaningful mathematics learning and growing awareness of students to


appreciate local wisdom and culture in this case the culture of the city of
Lubuklinggau.

Keyword: Etnomatematika, SPLDV

PENDAHULUAN ketergantungan terhadap kehadiran


Matematika sebagai salah satu guru.
ilmu pengetahuan yang memiliki Lembar kerja siswa (LKS)
banyak kegunaan dalam kehidupan adalah contoh dari bahan ajar yang
sehari-hari, menurut Sundayana dapat memberikan peluang bagi siswa
(2015) matematika merupakan salah untuk belajar mandiri dan mengurangi
satu komponen dari serangkaian mata ketergantungan terhadap kehadiran
pelajaran yang mempunyai peranan guru. Menurut Trianto (2011) LKS
penting dalam pendidikan. Mengingat adalah panduan siswa yang digunakan
pentingnya pelajaran matematika untuk melakukan kegiatan
maka pendidik dituntut untuk mampu penyelidikan atau pemecahan
menyesuaikan, memilih bahan ajar masalah. Tujuannya menurut
serta memadukan model pembelajaran Prastowo (2014) yaitu memudahkan
yang tepat dalam proses pembelajaran siswa untuk berinteraksi dengan
matematika. materi yang diberikan, menyajikan
Proses pembelajaran yang baik tugas-tugas yang meningkatkan
didukung beberapa faktor, satu penguasaan siswa terhadap materi,
diantaranya adalah bahan ajar yang melatih kemandirian belajar siswa,
tepat, Sumantri (2015) menyatakan dan memudahkan pendidik dalam
bahwa bahan ajar merupakan salah memberikan tugas kepada siswa.
satu sumber belajar dalam bentuk Berdasarkan pengamatan yang
konsep, prinsip, definisi, gugus isi dilakukan penulis, LKS yang
atau konteks, data maupun fakta, digunakan saat ini kurang rinci dalam
proses, nilai, kemampuan, dan penyajian materi serta tidak
keterampilan. Seperti halnya pendapat menggunakan konteks kehidupan
Ahmadi & Amri (2014) yang sehari-hari. Soal yang diberikan juga
menyatakan tersedianya bahan ajar tidak berawal dari permasalah nyata
yang bervariasi, maka siswa akan dalam budaya yang ada disekitar,
mendapatkan manfaat yaitu kegiatan sehingga siswa tidak terdorong untuk
pembelajaran menjadi lebih menarik. berpikir kreatif memperoleh strategi
Siswa akan lebih banyak mendapatkan pemecahan masalah yang bermacam-
kesempatan untuk belajar secara macam dan pengalaman yang lebih
mandiri dan mengurangi luas lagi.

84
2018. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education 1(2); 83-92

Desain LKS yang kurang mengaitkan budaya dengan konsep


menarik, tidak berwarna dan kurang matematika. Menurut Barton (dalam
memuat gambar yang dapat Mawadah, 2017) etnomatematika
memotivasi dan meningkatkan minat adalah kajian yang meneliti cara
siswa sehingga pembelajaran sekelompok orang dari budaya
menggunakan LKS terkesan tertentu dalam memahami,
membosankan. LKS yang dimaksud mengekspresikan, dan menggunakan
adalah LKS matematika khususnya konsep-konsep serta praktik-praktik
pada materi sistem persamaan linear kebudayaannya yang digambarkan
dua variabel atau disebut dengan sebagai sesuatu yang sistematis.
SPLDV. Dalam LKS materi SPLDV Berdasarkan pendapat Putri
ini belum pernah dikaitkan dengan (2017) menyatakan bahwa
budaya yang terdapat di etnomatematika adalah sebuah
Lubuklinggau, apalagi budaya pendekatan yang dapat digunakan
dikaitkan dengan materi matematika. untuk menjelaskan realitas hubungan
Dalam pembelajaran, siswa antara budaya lingkungan dan
mempelajari tentang kebudayaan matematika sebagai rumpun ilmu
Indonesia melalui pelajaran Sejarah, pengetahuan. Etnomatematika
Seni Budaya dan Ilmu Pengetahuan menggunakan konsep matematika
Sosial. Padahal siswa juga dapat yang secara luas terkait dengan
mempelajari kebudayaan Indonesia berbagai aktivitas matematika,
melalui Matematika. Menurut meliputi aktivitas mengelompokkan,
Wahyuni (2013) mengatakan bahwa berhitung, mengukur merancang,
Nilai budaya merupakan landasan bangunan atau alat, bermain,
karakter bangsa yang merupakan hal menentukan lokasi, membuat grafik,
yang penting untuk ditanamkan maupun menggunakan alat peraga
disetiap individu, untuk itu nilai Rachmawati (dalam Mahendra, 2017).
budaya ini perlu ditanamkan sejak Lembar kerja siswa (LKS)
dini, agar setiap individu mampu lebih merupakan materi ajar yang sudah
memahami, memaknai, dan dikemas sedemikian rupa sehingga
menghargai serta menyadari siswa diharapkan dapat mempelajari
pentingnya nilai budaya dalam secara mandiri (Prastowo, 2014).
menjalankan setiap aktivitas Sedangkan menurut Trianto (2011)
kehidupan yang secara tidak langsung LKS adalah panduan siswa yang
dapat memanfaatkan konsep digunakan untuk melakukan kegiatan
matematika yang dikenal dengan penyelidikan atau pemecahan
etnomatematika. masalah. Dapat disimpulkan bahwa
Laurens (2016) menyatakan LKS adalah bahan ajar yang sudah
bahwa etnomatematika merupakan dikemas sedimikaian rupa berupa
istilah baru dalam matematika yang lembaran-lembaran yang berisi soal-

85
2018. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education 1(2); 83-92

soal yang harus dikerjakan siswa menguji efektivitas atau validitas


sebagai sarana untuk menjadikan produk tersebut.
siswa dapat berpikir aktif dan dapat Mengembangkan produk
belajar mandiri. dalam arti yang luas dapat berupa
Oleh karena itu diperlukan memperbaharui produk yang telah ada
suatu LKS dengan budaya yang (sehingga menjadi lebih praktis,
berlaku pada masyarakat efektif, dan efisien) atau menciptakan
Lubuklinggau melalui penerapan produk baru (yang sebelumnya belum
etnomatematika dalam pembelajaran, pernah ada). Artikel ini membahas
khususnya pembelajaran matematika, tentang dua tahapan awal penelitian
yang diharapkan nantinya siswa dapat untuk menghasilkan produk bahan ajar
lebih memahami matematika, dan berupa LKS dengan berorientasi
lebih memahami budaya yang ada di etnomatematika. Desain dan
sekitarnya, sehingga tertanam nilai- pengembangan LKS menggunakan
nilai dalam diri peserta didik, sehingga pendekatan model ADDIE (Analysis-
nilai budaya yang merupakan bagian Design-Development-Implementation-
karakter bangsa tertanam sejak dini Evaluation).
dalam diri siswa. Berdasarkan
permasalahan yang telah Langkah-langkah Pengembangan
dideskripsikan, maka artikel ini Model
bertujuan untuk menjelaskan langkah- Pengembangan LKS yang
langkah dalam merancang bahan ajar digunakan dalam penelitian ini adalah
berbentuk LKS berorientasi pengembangan perangkat model
Etnomatematika pada materi SPLDV ADDIE yang meliputi langkah:
menggunakan dua tahapan awal model analysis, design, development,
pengembangan ADDIE. implementation, dan evaluation
(Sugiyono, 2017). Prosedur
METODE PENELITIAN pengembangan yang dilakukan
Metode penelitian yang peneliti dalam merancang LKS
digunakan dalam penelitian ini adalah matematika berorientasi
metode Research and Development etnomatematika dimulai dari proses
(R&D). Menurut Sugiyono (2017) analisia dan penentuan design lembar
metode penelitian dan pengembangan kerja siswa. Pada gambar 1 di bawah
(Research and Development) ini dapat kita lihat prosedur
merupakan proses/metode yang pengembangan dengan menggunakan
digunakan untuk memvalidasi dan model ADDIE. Berdasarkan gambar 1
mengembangkan produk. penjelasan dari kedua tahap tersebut
Memvalidasi produk, berarti produk diuraikan sebagai berikut:
itu telah ada, dan peneliti hanya

86
2018. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education 1(2); 83-92

Analisis (analysis) ajar yang akan dikembangkan sesuai


dengan tuntutan kurikulum yang
Analisis berlaku.
Analisis Karakter
kurikulum
Siswa
Analisis Karakteristik siswa.
Analisis karakteristik siswa
dilakukan melalui wawancara
Analisis dengan guru dan observasi. Analisis
kebutuhan karakteristik dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai
Desain (design) karakteristik siswa yang akan
menggunakan LKS.

Penyusunan
Analisis Kebutuhan. Analisis
kebutuhan dapat dilakukan dengan
Membuat instrumen menganalisis bahan ajar yang tersedia.
Pada tahap ini akan diketahui bahan
ajar apa yang perlu dikembangkan
Gambar 1. Prosedur Desain LKS untuk memfasilitasi siswa dalam
mempelajari materi pembelajaran.
Adapun proses dan prosedur
Desain (design)
pengembangan lembar kerja siswa di
jelaskan di bawah ini. Setelah tahap analisis selesai,
tahap selanjutnya yaitu tahap design.
Analisis (analysis) Pada tahap ini Kegiatan yang
Pada tahap ini dilakukan dilakukan pada tahap design meliputi:
analisis masalah perlunya suatu
pengembangan. Tahap analisis Penyusunan Rancangan LKS.
Kegiatan ini meliputi penyusunan
memuat analisis kurikulum, analisis
keseluruhan isi LKS berdasarkan
karakteristik siswa dan analisis
KTSP berorientasi etnomatematika
kebutuhan. Penjelasan ketiga analisis
yang sesuai dengan KD dan Indikator.
sebagai berikut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini, yaitu, (1) menyusun peta
Analisis Kurikulum. Analisis kebutuhan LKS, (2) menyusun
Kurikulum dilakukan untuk kerangka LKS, (3) penyusunan
mengetahui kompetensi inti dan sistematika LKS, dan (4)
kompetensi dasar yang termuat Pengumpulan buku referensi
dalam standar isi. Analisis
kurikulum dilakukan untuk Membuat Instrumen Penelitian.
mengetahui kompetensi apa saja Instrumen disusun dengan
yang harus disiapkan dalam bahan memperhatikan aspek penilaian

87
2018. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education 1(2); 83-92

Kevalidan LKS yaitu aspek komponen pembelajaran dan menggunakan


kelayakan isi, kelayakan penyajian, konteks sehari-sehari yang
aspek penilaian budaya, kelayakan berorientasi etnomatematika kota
bahasa, dan kelayakan kegrafikan. Lubuklinggau, hal ini bertujuan agar
Pada kegiatan ini dilakukan membuat pembelajaran lebih bermakna.
instrumen penelitian yang meliputi Berdasarkan hasil analisis
instrument penilaian oleh ahli bahasa, kebutuhan diperoleh bahwa bahan ajar
ahli materi, dan ahli media, serta
yang tersedia saat ini atau yang kerap
angket respon siswa.
digunakan siswa adalah buku cetak
yang beredar di pasaran, dalam hal
HASIL PENELITIAN
sajian materi terkesan abstrak,
Pada tahap analisis yang
walaupun menggunakan konteks
meliputi analisis kurikulum, analisis
sehari-hari, tetapi konteks yang umum
karakteristik siswa dan analisis
dan tak jarang hanya berlaku di kota-
kebutuhan diperoleh bahwa
kota besar di Indonesia. Maka dari itu
kompetensi dasar siswa kelas X
dibutuhkan bahan ajar menggunakan
semester gazal pada materi SPLDV
konteks yang lebih spesifik dalam hal
adalah menentukan himpunan
ini konteks budaya atau
penyelesaian persamaan dan
Etnomatematika masyarakat kota
pertidaksamaan linier dua variabel.
Lubuklinggau.
Pencapaian kompetensi dasar dapat
Pada tahap desain dimulai
diukur dari indikator pencapaian
dengan penyusunan peta kebutuhan
kompetensi yang terdiri dari tiga, yaitu
LKS seperti terlihat pada gambar 2
1) Dapat menunjukkan sikap
menghargai dan memahami
Lembar Kerja
kebudayaan yang diangkat dalam Materi SPLDV
SIswa (LKS)

materi SPLD, 2) Setelah belajar


dengan menggunakan LKS ini siswa Buku Cetak
Integrasi konteks
LKS SPLDV
berorientasi
Budaya Lokal Etnomatematika
dapat menyelesaikan SPLDV dengan
metode eliminasi, 3) Setelah
Minus Konteks Pembelajaran
menyusun SPLDV siswa dapat Lokal Kurang Bermakna

menyelesaikan dengan metode


substitusi. Gambar 2. Peta Kebutuhan LKS
Hasil analisis karakteristik
siswa berpijak pada kondisi siswa Setelah menyusun peta
sebagai subjek pembelajar dan kondisi kebutuhan LKS, tahap berikutnya
sosial budaya kota Lubuklinggau, adalah menentukan kerangka LKS
dengan demikian materi yang yang terdiri dari 1) sampul, 2)
dirancang dalam LKS dapat deskripsi LKS, 3) Kata Pengantar, 4)
memfasilitasi keunikan siswa seorang Peta Konsep, 5) Materi, 6)
siswa dalam sebuah komunitas Permasalahan, 7) Evaluasi, dan 8)

88
2018. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education 1(2); 83-92

Daftar Pustaka. Kerangka LKS dengan ilustrasi diutamakan yang


etnomatematika terdapat dalam budaya
tersebut akan disusun secara sistematis yang ada di kota yang ada dimasyarakat
sehingga siswa bisa mempelajari Lubuklinggau Lubuklinggau, serta
materi yang disajikan melalui dilengkapi penjelasan.
deskripsi singkat tentang konteks
PEMBAHASAN
budaya sehari-sehari yang dikaitkan
Proses perancangan bahan ajar
dengan materi yang dipelajari,
berbentuk LKS yang berorientasi
sehingga siswa mengalami
Etnomatematika merupakan bagian
pengalaman belajar dengan cara
dari pengembangan pembelajaran
mengetahui budaya lokal yang
Matematika berbasis Etnomatematika,
mengandung nilai-nilai atau penerapan
hal ini selaras dengan pandangan
konsep matematika di masyarakat.
Shirley dalam Marsigit (2016) bahwa
Penyusunan Rancangan LKS
Matematika yang tumbuh dan
mengacu pada instrumen penilaian
berkembang dalam masyarakat dan
kevalidan LKS yaitu aspek komponen
sesuai dengan kebudayaan setempat,
kelayakan isi, kelayakan penyajian,
dapat digunakan sebagai pusat proses,
aspek penilaian budaya, kelayakan
pembelajaran dan metode pengajaran,
bahasa, dan kelayakan kegrafikan.
walaupun masih relatif baru dalam
Untuk mempermudah dalam proses
dunia pendidikan. Wahyuni (2016)
validasi dari ahli, maka aspek-aspek
menyatakan bahwa salah satu yang
tersebut dideskripsikan menjadi
dapat menjembatani antara budaya
beberapa butir beserta deskriptornya,
dan pendidikan matematika adalah
sehingga proses validasi lebih jelas
etnomatematika.
dan terukur secara kualitatif. Sebagai
Berdasarkan hasil observasi di
contoh pada aspek kelayakan isi dan
lapangan, diperoleh data transaksi jual
penilaian etnomatematika disajikan
beli, praktek etnomatematika
pada tabel 1 dan 2.
masyarakat di pasar tradisional yang
bisa digunakan menjadi titik awal
Tabel 1. Contoh Aspek Kelayakan Isi
dalam sebuah pembelajaran
Butir penilaian Deskripsi matematika materi SPLDV di LKS.
Gambar, Gambar, diagram dan Satuan ukur yang digunakan dalam
diagram dan ilustrasi diutamakan yang
ilustrasi dalam terdapat dalam budaya
transaksi jual beli beras adalah
kehidupan yang ada dimasyarakat “secanting” sedangkan ukuan untuk
sehari-hari Lubuklinggau, namun juga merica adalah “setembuk”. Tempat
dilengkapi penjelasan.
yang digunakan untuk menentukan
ukuran secanting adalah bekas kaleng
Tabel 2. Contoh Aspek Penilaian susu dengan volume ±305 cc, dalam
Etnomatematika
prakteknya 4 canting setara dengan 1
Butir penilaian Deskripsi kg beras.
Kesesuaian Gambar, diagram dan

89
2018. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education 1(2); 83-92

Sedangkan dalam penentuan


setumbuk, pedagang biasa
menggunakan tutup botol plastik
syirup, setembuk tidak dikorelasikan
dengan satuan berat tertentu, tetapi
Gambar 4. Motif batik durian
setara dengan harga tertentu, dengan
alasan lebih praktis. Tampilan dari
satuan lokal berupa secanting dan
Gambar 4. Motif Batik Duren
setembuk dapat dilihat pada gambar 3.
Pada motif batik yang terlihat
di atas terdapat konsep matematika
berupa kesimetrian, selain itu gambar
buah durian dipadukan dengan bunga
dan biji kopi mengandung makna
bahwa salah satu profesi masyarakat
Gambar 3. Secanting dan Setembuk kota Lubuklinggau adalah sebagai
petani kopi. Hal yang menarik
Langkah berikutnya adalah
mengenai kebiasaan masyarakat saat
merubah informasi mengenai satuan
musin durian adalah menikmatinya
hitung lokal tersebut kedalam sebuah
dengan cara mencampurkannya
permasalahan matematika sebagai
bersama kopi, yang dikenal dengan
berikut: “Jika ibu Ira membeli 6
kopi durian.
canting beras dan 3 tembuk merica
Integrasi etnomatematika
dengan harga Rp 30.000, sedangkan
dalam LKS bisa menambah peluang
untuk membeli 10 canting beras dan 4
agar pembelajaran lebih bermakna,
tembuk merica seharga Rp 45.000
karena selain siswa belajar konsep
maka: (1) buatlah model
matematika dalam waktu yang
matematikanya dari permasalahan
bersamaan siswa belajar kearifan lokal
yang kalian dapatkan di atas!, (2)
yang ada disekitar tempat tinggalnya.
berapa harga secanting beras dan
Rancangan materi dan
setembuk mericanya!, dan (3) jika ibu
permasalahan yang bisa disusun
Ira membeli 4 canting beras dan 1
berdasarkan motif batik duren khas
tembuk merica berapakah uang yang
kota Lubuklinggau adalah 1)
harus dibayarkan!
menyajikan informasi tentang asal
Selain dalam satuan ukur yang
usul motif batik duren, kemudian
digunakan dalam traksaksi jual beli di
menjelaskan makna yang terkandung
pasar, etnomatematika kota
dalam setiap simbol atau lambang
Lubuklinggau muncul pada corak kain
dalam motif tersebut; 2) menyusun
khas kota Lubuklinggau yaitu motif
permasalahan berdasarkan butir satu
batik duren. Motif tersebut terlihat
pada gambar 4

90
2018. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education 1(2); 83-92

dalam sebuah situasi yang dan budaya setempat dalam hal ini
berhubungan dengan SPLDV. budaya kota Lubuklinggau.
Adapun contoh permasalahan
yang dapat dirancang adalah:. Jika
DAFTAR PUSTAKA
Rani ingin membeli 2 meter batik cap
Ahmadi, L. K. & Amri, S. (2014).
dan 4 meter batik tulis seharga Rp Pengembangan & Model
870.000, sedangkan untuk membeli 3 Pembelajaran Tematik
meter batik cap dan 2 meter batik Integratif. Jakarta: PT.
tulis seharga Rp 605.000. Maka untuk Prestasi Pustakaraya.
membeli 8 meter batik cap dan 6 Laurens, T. (2016). Analisis
meter batik tulis berapakah uang yang Etnomatematika dan
Penerapannya dalam
harus dibayarkan?
Meningkatkan Kualitas
Selain satuan ukur dan motif Pembelajaran. Jurnal
batik, masih banyak simbol, Pendidikan Matematika
bangunan, tempat, makanan dan lain STKIP PGRI Sumbar, 3(1);
sebagainya yang dapat 86-96.
diklasifikasikan sebagai Mahendra, W. E. (2001). Project
etnomatematika masyarakat kota based learning bermuatan
etnomatematika dalam
Lubuklinggau. Objek etnomatematika
pembelajar matematika.
tersebut diantaranya: 1) Rumah Jurnal Pendidikan Indonesia,
wanita, yang merupakan representasi 6(1); 106-114.
dari rumah adat ulu; 2) Sedekah rame Marsigit. (2016). Pembelajaran
yang dilaksanakan setiap 2 tahun Matematika dalam Perspektif
sekali, 3) penggunaan karpet telur Kekinian. Math Didactic:
Jurnal Pendidikan
sebagai satuan dalam jual beli telur.
Matematika 2(3); 132-141.
Mawaddah, S. (2017).
SIMPULAN MengembangkanKemampun
Berfikir Logis Dengan
Pembelajaran Matematika
Pendekatan Etnomatematika.
yang berkualitas harus didukung Prosiding Seminar Nasional
berbagai aspek, satu diantara aspek Pendidik Dan Pengembang
yang utama adalah guru profesional Pendidikan.
yang mampu memanfaatkan berbagai Prastowo, A. (2014). Pengembangan
sumber belajar dan mengembangkan Bahan Ajar Tematik
bahan ajar (LKS) dengan :Tinjauan Teoretis dan
Praktik. Jakarta: Kencana
memanfaatkan konteks budaya sehari-
Prenada Group.
hari (etnomatematika) yang dialami Putri, L. I. (2017). “Eksplorasi
siswa, dengan demikian terjadi proses Etnomatematika Kesenian
pembelajaran matematika yang Rebana Sebagai Sumber
bermakna dan tumbuh kesadaran dari Belajar Matematika Pada
siswa untuk mengapresiasi kearifan Jenjang Mi”. Jurnal Ilmiah

91
2018. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education 1(2); 83-92

Pendidikan Dasar, 4(1); 21-


31.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
dan Pengembangan
(Research and Development
r&d). Bandung: Alfabeta.
Sumantri, M. S. (2015). Strategi
Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sundayana, R. (2015). Media Dan
Alat Peraga Dalam
Pembelajaran Matematika.
Bandung: Alfabeta.
Trianto. (2011). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-
Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Wahyuni, I. (2016). Eksplorasi
Etnomatematika Masyarakat
Pesisir Selatan Kecamatan
Puger. Jurnal Fenomena,
15(2); 225-238.
Wahyuni, A. (2013). Peran
Etnomatematika dalam
Membangun Karakter
Bangsa. Jurnal Pendidikan
Matematika. Universitas
Negeri Yogyakarta.

92

Anda mungkin juga menyukai