Anda di halaman 1dari 67

PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

SISWA KELAS VIII

Oleh

RUSNIANTI

NIM 190103018

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2022
A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan dinamika ilmu pengetahuan yang terus bergerak

menuju arus globalisasi. Matematika memiliki peranan yang penting dan

strategis dalam proses peningkatan sumber daya manusia yang hidup di

tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial, utamanya di bidang pendidikan.

Maka dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai pembelajaran matematika.

Pemahaman tersebut akan diperoleh apabila pembelajaran matematika dapat

bermakna bagi siswa.

Khususnya di provinsi NTB kemampuan siswa dalam pembelajaran

matematika masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari hasil nilai Ujian

Nasional (UN) Matematika siswa tingkat SMP/MTs/SMPT di NTB tahun

2018/2019 yang menunjukkan penurunan secara signifikan di 3 tahun terakhir

dari tahun 2017– 2019. Tahun 2017 rata–rata nilai UN matematika = 44,58;

tahun 2018 rata–rata nilai UN Matematika = 36,11; dan tahun 2019 rata–rata

nilai UN Matematika = 39,55. (https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/).

Menurut Febriani (2019) tingkat kemampuan pemahaman konsep

matematika yang masih rendah menjadi salah satu faktor terbesar penyebab

rendahnya kualitas hasil belajar matematika. menurut Susanto (2013)

menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan menjelaskan

suatu situasi dengan kata-kata yang berbeda dan dapat menginterpretasikan

atau menarik kesimpulan dari tabel, data, grafik, dan sebagainya. Dalam

pembelajaran matematika pemahaman konsep merupakan salah satu

kecakapan atau kemampuan untuk memahami dan menjelaskan suatu situasi

1
atau tindakan suatu kelas atau kategori, yang memiliki sifat-sifat umum yang

diketahuinya dalam matematika.(dalam jurnal Peni Febriani dkk1)

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, memuat

tujuan pembelajaran matematika antara lain mengenai pemahaman konsep

suatu materi matematika, mampu menjelaskan hubungan antarkonsep dan

menerapkan algoritma atau konsep, secara detail, presisi, tepat, dan efisien

saat memecahkan masalah. Pemahaman terhadap suatu konsep matematika

sangat penting karena dengan menguasai konsep, siswa akan mudah

memahami konsep selanjutnya dan mengembangkan kemampuan berpikir

siswa.2

Lebih lanjut menurut NCTM (2000), untuk mencapai pemahaman

yang bermakna maka pembelajaran matematika harus diarahkan pada

pengembangan kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide,

memahami bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu sama lain

sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematik

dalam konteks di luar matematika.3

Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada

beberapa siswa SMP yang berada di kabupaten Lombok Timur, (1) siswa

sulit memahami materi–materi matematika, (2) siswa belum mampu


1
Peni Febriani, Wahyu Widada, and Dewi Herawaty, "Pengaruh Pembelajaran
Matematika Realistik Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa SMA Kota Bengkulu", Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 04,
Nomor 2, Desember 2019, hlm. 123.
2
Kristianti S W Brinus and others, "Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP", Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.8,
Nomor 2, Mei 2019, hlm. 262.
3
Muhammad Daud Siagin, "Kemampuan Koneksi Matematik Dalam Pembelajaran
Matematika", MES (Journal of Mathematics Education and Science), Vol. 2, Nomor 1, Oktober
2016, hlm. 61.

2
mengaitkan antara satu konsep dengan konsep lain, (3) siswa tidak dapat

menerapkan konsep-konsep matematika yang sudah dipelajari dalam sebuah

permasalahan, (4) siswa tidak dapat mengaitkan materi yang sudah dipelajari

dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini di sebabkan beberapa faktor di

antaranya berasal dari guru, siswa, lingkungan, dan atau sarana prasarana

(model pembelajaran) yang menyebabkan siswa menjadi pasif. sementara

pembelajaran yang dikehendaki kurikulum saat ini khususnya kurikulum

2013 adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada

siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk lebih aktif

dan kreatif dalam memahami konsep–konsep matematika.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa dalam

menyampaikan atau menguraikan dan menjelaskan dari bahasa, dengan

bahasa sendiri, serta mampu menerapkan konsep tersebut pada sebuah

permasalahan, kemudian dapat mengaiktakan antara satu konsep dengan

konsep lainnya. Jadi Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar

siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau

mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri.

Menghadapi masalah di atas, Salah satu model pembelajaran yang

dapat digunakan adalah pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL). Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah model pembelajaran

yang mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata peserta didik dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

3
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.4 Model Contextual menerapkan prinsip-prinsip

belajar bermakna yakni siswa bekerja dan memahami yang mengutamakan

proses pembelajaran, sehingga siswa dimotivasi untuk menemukan

pengetahuan sendiri dan bukan hanya transfer pengetahuan dari guru.5

Menurut Herawaty dan Widada pembelajaran yang dimulai dari

masalah-masalah kontekstual dan melibatkan kondisi internal kognisi siswa

yang sesuai dengan materi pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep.6

Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah memiliki

kemampuan berpikir kontekstual akan lebih mudah menghubungkan berbagai

informasi, mampu memahami konsep yang digunakan, sehingga

pembelajaran dapat lebih bermakna, bermanfaat, dan bagaimana materi

tersebut dapat tercapai.

Aplikasi pembelajaran kontekstual dapat dimodefikasi dengan

Etnomatematika, Etnomatematika mulai dintegrasikan ke dalam kurikulum

matematika untuk melestarikan nilai dari kebudayaan. Menurut D'Ambrosio,

definisi etnomematika adalah bahwa awalan-etno saat ini diterima sebagai

konsep konteks sosiokultural yang sangat luas dan karena itu mencakup
4
Kasmawati, Nur Khalisah Latuconsina, and Andi Ika Prasati Abrar, "Pengaruh Model
Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( Ctl ) Terhadap Hasil Belajar", Jurnal
Pendidikan Fisika, Vol. 5, Nomor 2, September 2017, hlm. 71.
5
Titin Delina Harahap, Rahmad Husein, and Suroyo, "Pengaruh Model Pembelajaran
Contextual Teaching And Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Berpikir
Kritis The Effect of Contextual Teaching and Learning Model on Mathematic Achievement in
Terms of Critical Thinking", Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS),
Vol.3, Nomor 3, April 2021, hlm. 974.
6
Khathibul Umam and others, "Pemahaman Konsep Matematika Melalui Media Youtube
Dengan Pendekatan Etnomatematika", Vol. 4, Nomor 1, Juli 2019, hlm. 98.

4
bahasa, jargon dan aturan perilaku, mitos dan simbol. Derivasi matematika

sulit, tetapi biasanya melibatkan menjelaskan, mengetahui, memahami, dan

melakukan kegiatan seperti menulis kata sandi, mengukur,

mengklasifikasikan, menyimpulkan, dan membuat model.7

Menurut Widada (2017) etnomatematika adalah matematika yang

mempertimbangkan aspek kuantitatif, relasional dan budaya masyarakat yang

terintegrasi dengan hal-hal konkrit yang dapat diamati atau dipahami oleh

siswa selama proses matematikaisasi.8 Lebih lanjut menurut Richardo (2017),

Etnomatematika membantu siswa mengkonstruksi konsep matematika

melalui pengetahuan yang telah mereka ketahui dari kehidupan nyata.9

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka etnomatematika

merupakan suatu pembelajaran matematika yang mengaitkan konsep

matematika dengan unsur budaya. Dengan adanya pendekatan kontekstual

berbasis etnomatematika, diharapkan siswa lebih mudah memaknai konsep

matematika yang diberikan guru, sekaligus sebagai cara untuk melestarikan

budaya lokal.

Pembelajaran berbasis Etnomatematika dalam penelitian ini

merupakan kegiatan masyarakat yang memiliki konsep matematika dan

7
Fizi Herdian and others, "Level Berpikir Siswa Dalam Memahami Konsep Dan Prinsip
Bangun Ruang Dengan Pendekatan Pembelajaran Etnomatematika Beradasarkan Teori APOS",
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019, hlm.113.
8
Febriani, Widada, and Herawaty, ‘Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik
Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMA
Kota Bengkulu’, Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019, hlm.
126.
9
Nuri Hidayati and Ahmad Anis Abdullah, "Penerapan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning ( CTL ) Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Bambanglipuro", Jurnal Tadris Matematika, Vol.
4, Nomor 2, November 2021, hlm. 217.

5
memanfaatkan kehidupan budaya. Indonesia yang dikenal memiliki

keanekaragaman budaya salah satunya suku di bagian Nusa Tenggara Barat

(NTB) adalah suku sasak. Budaya sasak adalah budaya yang berasal dari

pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Masyarakat Lombok masih sangat

kental dengan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang baik dari

aspek bangunan, tradisi, kesenian, kerajinan, bahkan dari makanan masih

bersifat tradisional. Salah satu contoh pembelajaran berbasis etnomatematika

yang ada NTB adalah konsep Dimensi Tiga pada bentuk rumah adat suku

sasak yang berada di desa Perigi, kecamatan Suwela, Lombok Timur.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Co1ntextual

Teaching And Learning (CTL) Berbasis Etnomatematika Terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Vlll”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah terdapat “Pengaruh Pembelajaran Contextual

Teaching And Learning (CTL) Berbasis Etnomatematika Terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa kelas VIII?”

2. Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada pembatasan atas masalah pokok

yang dihadapi pada:

6
Pengaruh pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini

berbasis etnomatemtika terhadap kemampuan pemahaman konsep yaitu

pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbasis

Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa kelas VIII.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Pembelajaran

Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbasis Etnomatematika

Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa kelas VIII.

2. Manfaat

a. Manfaat Secara Teoritis

Mampu memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, pemikiran dan wawasan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan khususnya dalam pemahaman konsep matematika siswa

kelas VIII.

b. Manfaat secara Praktis

1) Bagi pendidik dan sekolah, sebagai bahan pertimbangan dan acuan

untuk menyusun proses belajar mengajar dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.

2) Bagi siswa, sebagai referensi dalam menambah wawasan tentang

bagaimana memecahkan masalah pada soal cerita pola bilangan.

3) Bagi peneliti lain, sebagai referensi bagi calon peneliti yang

memiliki kajian serupa atau relevan dengan penelitian ini.

7
D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan pengertian,

maka peneliti perlu memberikan batasan dalam pengertian dari beberapa

istilah yang terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan perubahan pemikiran dengan

penambahan informasi baru berupa konsep matematika yakni pengetahuan

tentang logika, bentuk, susunan , besaran, dan konsep-konsep ke dalam

struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa.10

2. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Elaine B. Jhonson (Riwayat, 2008) mengatakan, pembelajaran

kontekstual adalah sebuah system yang merangsang otak untuk menyusun

pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut Elaine mengatakan

bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang

cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan

muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.11

3. Etnomatematika

Etnomatematika yang dijelaskanoleh D’Ambrosio (2001), dapat

dikatakan bahwa terdapat konsep-konsep matematika yang dipraktikkan

dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya adalah konsep geometri yang

muncul pada seni budaya batik dan permainan tradisional.

10
Tri Hidayati , "Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Suplemen
History Of Mathematics, cetakan pertama" (Banyumas Jawa Tengah: CV. Pena Persada, 2018),
hlm.18.
11
Rusman, "Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan", edisi 1
(Rawamangun, Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 319.

8
Etnomatematika adalah matematika yang mempertimbangkan

aspek kuantitatif, relasional dan budaya masyarakat yang terintegrasi

dengan hal-hal konkrit yang dapat diamati atau dipahami oleh siswa

selama proses matematikaisasi.12

4. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

menurut Susanto (2013) menyatakan bahwa pemahaman konsep

adalah kemampuan menjelaskan suatu situasi dengan kata-kata yang

berbeda dan dapat menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari

tabel, data, grafik, dan sebagainya. Dalam pembelajaran matematika

pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemampuan

untuk memahami dan menjelaskan suatu situasi atau tindakan suatu kelas

atau kategori, yang memiliki sifat-sifat umum yang diketahuinya dalam

matematika.

Indikator penilaian kemampuan pemahaman konsep matematik

siswa menurut NCTM (2000) adalah (1) Mendefinisikan konsep secara

verbal dan tulisan, (2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan

contoh, (3) Menggunakan model, diagram dan simbol–simbol untuk

merepresentasikan suatu konsep, (4) Mengubah suatu bentuk representasi

ke bentuk lainnya, (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep,

(6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang

12
Febriani, Widada, and Herawaty, "Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik
Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMA
Kota Bengkulu", Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019, hlm.
126.

9
menentukan suatu konsep, dan (7) Membandingkan dan membedakan

konsep-konsep.13

E. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

1. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan supaya

dapat memperjelas konsep-konsep yang ada kaitannya dengan penelitian

yang akan dilaksanakan.

a. Kristianti S. W. Brinus dan dkk (2019), dalam jurnalnya yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual terhadap Pemahaman

Konsep Matematika Siswa SMP”. Tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kontekstual

terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 4

Langke Rembong. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

dengan desain eksperimen yang digunakan adalah tipe Quasi

Experimen Design. Bentuk yang digunakan yaitu Posttest Only Control

Group Design. Dalam penelitian, variabel yang digunakan adalah model

pembelajaran kontekstual sebagai variabel bebas dan pemahaman

konsep matematika sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini

diambil dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol

dengan diberi perlakuan berbeda. Kelompok yang mendapatkan

perlakuan dengan model pembelajaran kontekstual dinamai kelompok

eksperimen dan kelompok yang diberi perlakuan dengan model

pembelajaran konvensional dinamai kelompok kontrol. Populasi pada


13
Ibid., hlm. 123.

10
studi ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Langke

Rembong tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 211 orang dan

tersebar dalam 7 kelas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah random sampling atau pengambilan sampel secara acak.

Instrumen dalam penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data

adalah tes uraian sebanyak 5 soal. Untuk menghitung validitas

instrumen digunakan rumus Pearson Product Moment. Metode analisis

data dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:(1) statistik

deskriptif, (2) uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas dan

uji homogenitas dan, (3) uji hipotesis penelitian menggunakan uji-t

dengan menggunakan rumus Separated Varians. Pengujian hipotesis

dalam riset ini adalah untuk melihat secara lengkap apakah kemampuan

siswa dalam memahami konsep matematika saat diajarkan dengan

model pembelajaran kontekstual lebih baik dibandingkan dengan

kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika saat diajarkan

dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 4 Langke Rembong tahun ajaran 2018/2019.14 Persamaan

penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama sama

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe Quasi Experimen

Design. Metode analisis yang digunakanan yakni sama-sama

menggunakan statistik deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas dan

uji-t. Adapun perbedaannya yakni teknik yang digunakan pada


14
Kristianti S W Brinus and others, "Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP", Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 8, Nomor 2, Mei 2019 , hlm. 268.

11
penelitian ini menggunakan teknik random sampling dengan desain

posttest only control group.

b. Sedangkan menurut penelitian Silvia Harleni dan Ayin Ningtias dalam

jurnal yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual

Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Pada Siswa Kelas VIII SMP

Swasta Budi Utomo Binjai Tahun Pelajaran 2018/2019”. Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimen, dengan desain penelitian pretest and

post-test control group design. Variabel dalam penelitian ini adalah

variabel bebas yaitu model pembelajaran pendekatan kontekstual dan

variabel terikat yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan uji regresi

sederhana dimana Sebelum analisis regresi digunakan maka diperlukan

uji keberartian dan uji linieritas terlebih dahulu. Rata-rata nilai tes

pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen sebelum dan

sesudah pembelajaran adalah 41,15 dan 76,76. Dari hasil perhitungan

uji hipotesis diperoleh t hitung sebesar 9,129 sedangkan nilai t tabel

adalah 1,67 sehingga thitung > ttabel , jadi H0 ditolak dan H1 diterima.

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat pengaruh model

pembelajaran kontekstual terhadap pemahaman konsep matematis siswa

kelas VIII SMP Swasta Budi Utomo Binjai tahun pelajaran

2018/2019.15 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

yaitu penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eskperimen


15
Silvia Harleni and Ayin Ningtias, "Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Pada Siswa Kelas VIII Smp Swasta Budi Utomo Binjai
Tahun Pelajaran 2018/2019", Serunai Ilmu Pendidikan, Vol. 5, Nomor 1, Juli 2019, hlm. 64.

12
dengan desain non-equivalen control group, adapun teknik analisis data

yang digunakan adalah teknik deskriptif dan teknik inferensial dengan

uji normalitas, uji homogenitas serta uji t. Sedangkan pada penelitian

sebelumnya menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan desain

pretest and post-test control group. Data dianalis menggunakan uji

regresi sederhana.

c. Nuri Hidayati dan Ahmad Anis Abdullah dalam jurnalnya “Penerapan

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Berbasis Etnomatematika terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Bambanglipuro”. Kemampuan

pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang menjadi salah

satu tujuan dari pembelajaran matematika. Contextual Teaching and

Learning (CTL) berbasis etnomatematika dapat menjadi solusi untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

dengan pendekatan budaya di sekitar siswa. Penelitian ini bertujuan

mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran CTL berbasis

etnomatematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa Kelas VIII SMPN 1 Bambanglipuro. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen semu. Desain

penelitian ini yaitu non-equivalent control group design. Penelitian ini

menggunakan pretest-posttest. Sebelum pretest dan posttest, instrumen

telah diuji validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda

instrumen dengan hasil instrumen bisa digunakan untuk penelitian.

13
Selanjutnya pretest diberikan sebelum pembelajaran materi prisma

dilaksankan, sedangkan posttest diberikan setelah pembelajaran materi

prisma selesai diajarkan. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh

siswa kelas VIII SMPN 1 Bambanglipuro tahun ajaran 2020/2021.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini melalui teknik purposive

sampling, terpilih kelas VIII A sebagai kelas kontrol yang berjumlah 24

siswa, dan kelas VIII C sebagai kelas eksperimen berjumlah 24 siswa.

Proses pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode

konvensional dan kelas eksperimen menggunakan media Lembar Kerja

Siswa (LKS) berbasis etnomatematika yang mengacu pada indikator

kemampuan pemecahan masalah matematika menurut Polya.

Instrument yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan

pemecahan masalah siswa yaitu berupa tes esai materi Prisma. Teknik

analisis data yang digunakan adalah uji perbedaan rata-rata

menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil uji perbedaan rata-rata pretest

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, diperoleh nilai

thitung= 0.724 dan ttabel = 1.678. Karena thitung < ttabel maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan awal dari kedua kelas tersebut sama.

Selanjutnya dilakukan uji perbedaan rata-rata nilai posttest dilakukan

untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa. dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung=

1.69 dan ttabel = 1.678. Karena thitung > ttabel, menunjukkan bahwa

rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang

14
mendapat pembelajaran dengan model CTL berbasis etnomatematika

DIY lebih dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran CTL berbasis

etnomatematika DIY efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah

siswa pada materi prisma.16 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu variabel y dari penelitian ini adalah pemahaman

konsep matematis sedangkan pada penelitian sebelumnya Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika. sedangkan persamaannya yakni

sama-sama menggunakan jenis penelitian quasi eksperimen dengan

teknik purposive sampling, menggunakan desain non-equivalen control

group, dan sama-sama menggunakan uji-t.

2. Kajian Teoritis

a. Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan suatu struktur aksiomatika yang

mengedapkan deduktivitas. Itu mengakibatkan bahwa objek-objeknya

besifat abstrak, begitu pula matematika sekolah. Objeknya yang abstrak

membuat peserta didik kesulitan mempelajari matematika, sehigga

membutuhkan kemampuan pemahaman konsep yang baik.17

Proses pembelajaran matematika bukan hanya sekedar transfer

ilmu dari guru kepada siswa, tetapi suatu proses yang dikondisikan
16
Nuri Hidayati and Ahmad Anis Abdullah, "Penerapan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning ( CTL ) Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Bambanglipuro", Jurnal Tadris Matematika, Vol.
4, Nomor 2, Maret 2022, hlm. 215.
17
Umam and others, "Pemahaman Konsep Matematika Melalui Media Youtube Dengan
Pendekatan Etnomatematika", Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019, hlm. 97.

15
atau diupayakan oleh guru sehingga siswa lebih aktif dengan berbagai

cara untuk membangun sendiri pengetahuannya. Aktif disini adalah

suatu proses belajar dimana terjadi interaksi dan negosiasi baik antara

guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

Pembelajaran matematika yakni: (1) melatih cara memahami

dan menarik kesimpulan melalui pemikiran dan penalaran, (2)

mengembangkan kreativitas peserta didik dengan melibatkan intuisi,

imajinasi dan suatu penemuan yang dikembangkan dari pemikiran rasa

ingin tahu, divergen, orisinil, sehingga dapat membuat prediksi atau

dugaan untuk memecahkan masalah suatu permasalahan yang dihadapi,

(3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4)

mengembangkan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan

gagasan.18

Pembelajaran Matematika merupakan perubahan pemikiran

dengan penambahan informasi baru berupa konsep matematika yakni

pengetahuan tentang logika, bentuk, susunan, besaran, dan konsep-

konsep ke dalam struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa.19

Tujuan pembelajaran matematika yang dilaksanakan dalam

sekolah menengah hendaknya mengakomodasi siswa untuk berfikir

kritis logis, sistematis. Selain itu koneksi dalam pembelajaran

matematika juga perlu ditekankan. Dengan adanya keterkaitan konteks


18
Mentari Dini and Ika Wahyu Anita, "Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Matematis Siswa SMK Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Materi SPLTV", Indonesia
Mathematics Education, Vol. 1, Nomor 1 Februari 2018, hlm. 51.
19
Tri Hidayati, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Suplemen
History Of Mathematics, cetakan pertama (Banyumas Jawa Tengah: CV. Pena Persada, 2018),hlm.
22.

16
dan materi matematika, tujuan pendidikan matematika dimana

menuntut siswa agar bisa menerapkan pengetahuan dalam kehidupan

sehari-hari bisa terwujud.20

Dari penjelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika merupakan proses intraksi yang dilakukan siswa untuk

untuk memahami, mengembangkan dan mengomunikasikan

pengetahuan yang diperoleh sehingga tercapai tujuan pembelajaran

yang efektif dan efisien.

b. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

1) Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching And Learning

(CTL)

Elaine B. Jhonson (Riwayat, 2008) mengatakan,

pembelajaran kontekstual adalah sebuah system yang merangsang

otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih

lanjut Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah

suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang

menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis

dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.21

Menurut Trianto (2009), pembelajaran Kontekstual

(Contextual teaching and Learning atau CTL) merupakan suatu

konsepsi yang membantu guru untuk Pembelajaran kontekstual

merupakan sebuah model pembelajaran yang mengaitkan materi


20
ibid.,hlm23.
21
Rusman, Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, edisi 1
(Rawamangun, Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 319.

17
dengan situasi dunia nyata peserta didik dan memotivasi siswa

membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan

tenaga kerja.(dalam jurnal Silvia & Ayin22)

Lebih lanjut menurut Aris Shoimin (2014), Countextual

teaching and learning merupakan suatu proses pembelajaran yang

holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna

materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi

tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi,

sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki

pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan

(ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya.(dalam

jurnal Jaenal asikin & Siti Ujaidah23)

Berdasarkan pendapat ahli diatas apat disimpulkan bahwa

pembelajaran Countextual teaching and learning merupakan suatu

pendekatan yang membantu guru-guru untuk mengaitkan materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa

untuk menghubungkan materi yang mereka miliki dengan kehidupan

sehari-hari sehingga pembelajaran lebih efektif.

2) Komponen-komponen dan Karaktristik Pembelajaran

Countextual Teaching And Learning


22
Silvia Harleni and Ayin Ningtias, "Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Pada Siswa Kelas VIII Smp Swasta Budi Utomo Binjai
Tahun Pelajaran 2018/2019", Serunai Ilmu Pendidikan, Vol. 5, Nomor 1, Juli 2019, hlm. 61.
23
Jaenal Asikin and Siti Ujaedah, ‘Pengaruh Pembelajaran Contekstual Teaching and
Learning (Ctl) Terhadap Pemahaman Konsep Matematika’, Jurnal Ilmiah Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, 9.1 (2020), hlm. 31.

18
Sedangkan menurut Johnson B. Elaine, (2002) Komponen

pembelajaran kontekstual, meliputi: (1) making meaningful

(menjalin hubungan-hubungan yang bermakna); (2) doing significan

work (mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti); (3) self-

regulated learning (melakukan proses belajar yng diatur sendiri); (4)

collaborating (mengadakan kolaborasi); (5) critical and creative

thinking (berfikir kritis dan kreatif); (6) nurturing the individual

(memberikan layanan secara individual); (7) reaching higt standars

(mengupayakan pencapaian standar yang tinggi); (8) using authentic

assessment (menggunakan asesmen autentik).(dalam buku Rusman,

2017 24)

Menurut Trianto (2009), Pembelajaran kontekstual

melibatkan tujuh komponen utama, yakni : 1) Konstruktivisme

(Constructivism) merupakan landasan berpikir pendekatan

pembelajaran konstektual (CTL). 2) Bertanya (Questioning) dimana

bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

3) Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan

pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh

siswa diharapkan bukan hasil mengingat perangkat fakta-fakta tetapi

hasil dari menemukan sendiri. 4) Masyarakat belajar (Learning

Community) dimana konsep learning community menyarankan agar

24
Rusman, Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, edisi 1
(Rawamangun, Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 324.

19
hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain.

Dalam kelas dengan pembelajaran kontekstual, guru selalu

disarankan melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok

belajar. 5) Pemodelan (Modeling) yakni dalam sebuah pembelajaran

keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.

6) Refleksi (Reflection) merupakan cara berpikir tentang apa yang

baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah

dilakukan di masa yang lalu. 7) Penilaian sebenarnya (Authentic

Assessment) Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. 25

Menurut Lestari & Yudhanegara (2018) “adapun tahapan

model pembelajaran CTL adalah (1) Grouping, Siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok yang berbeda (2) Modeling, memusatkan

perhatian siswa, memberi motivasi, dan menyampaikan tujuan

pembelajaran. (3) Questioning, melakukan eksplorasi, bimbingan,

menuntun, mengarahkan, mengembangkan evaluasi, inkuiri dan

generalisasi. (4)Learning community, melibatkan suatu kelompok

social tertentu (learning community). Komunikasi belajar ini

memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar karena

di dalamnya terjadi suatu proses interaksi dimana seluruh siswa

berpartisipasi aktif dalam belajar kelompok, mengerjakan soal, dan

sharing pengetahuan serta pendapat. (5) Inquiry, kegiatan


25
Silvia Harleni and Ayin Ningtias, "Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Pada Siswa Kelas VIII Smp Swasta Budi Utomo Binjai
Tahun Pelajaran 2018/2019", Serunai Ilmu Pendidikan, Vol. 5, Nomor 1, Juli 2019, hlm. 62.

20
mengidentifikasi, menginvestigasi, memberikan hipotesis, konjektur,

generalisasi, dan penemuan. (6) Contructivism, Siswa membentuk

pemahaman sendiri, membentuk konsep aturan, serta melakukan

analisis dan sintesis. (7) Authentic Assessment, guru melakukan

penilaian selama proses pembelajaran dan sesudah pembelajaran,

melakukan penilaian setiap aktivitas siswa, dan penilaian portofolio

(8) Reflection, Refleksi atas proses pembelajaran yang dilakukan”.

Dengan adanya tahapan-tahapan model pembelajaran CTL tersebut

diharapkan guru dapat melaksanakan pembelajaran secara sistematis.


26

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yakni:

kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan

(inquiry), masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan

(modeling), refleksi dan penelitian sebenarnya (authentic

assessment)

3) Langkah-langkah Pembelajaran Contextual teaching and

Learning (CTL)

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran kontekstual, terlebih dahulu guru membuat desain

(skenario) pembelajaran, sebagai pedoman umum dan sekaligus

26
Titin Delina Harahap and Rahmad Husein, "Pengaruh Model Pembelajaran Contextual
Teaching And Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Berpikir Kritis",
Journal of Education Humaniora and Social Sciences (JEHSS), Vol. 3, Nomor 3, Januari 2021,
hlm. 974.

21
sebagai alat control dalam pelaksanaannya. Maka menurut Rusman

(2018) langkah-langkah pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan

belajar lebih bermakna.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic

yang di ajarkan.

3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pertanyaan-

pertanyaan.

4) Menciptkan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan

kelompok berdiskusi, dan tanya jawab.

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui

ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.

6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

7) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan

yang sebenarnya pada setiap siswa.

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual,

yaitu:

1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).

2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge).

3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge).

22
4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh

(applying knowledge). Melakukan refleksi (reflecting knowledge)

terhadap strategi pengembangan pengetahuan. 27

4) Kelebihan Pembelajaran Contextual teaching and Learning

(CTL)

Menurut Trianto (2009) Kelebihan Pembelajaran Contextual

teaching and Learning (CTL)adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran Kontekstual dapat menekankan aktivitas berfikir

siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

2) Pembelajaran Kontekstual dapat menjadikan siswa belajar bukan

dengan menghafal, melainkan proses berpengalaman dalam

kehidupan nyata.

3) Kelas dalam Kontekstual bukan sebagai tempat untuk

memperoleh informasi, melainkan sebagai tempat untuk menguji

data hasil temuan mereka di lapangan.

4) Materi Pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri, bukan hasil

pemberian dari orang lain. 28

Sejalan dengan itu Menurut Hakiki, Menrisal dan Radyuli

(2015) kelebihan model pembelajaran CTL adalah “(1) Pembelajaran

menjadi lebih bermakna dan nyata Artinya siswa diharapkan dapat

menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

27
Rusman, Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, edisi 1
(Rawamangun, Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 324.
28
Silvia Harleni and Ayin Ningtias, "Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Pada Siswa Kelas VIII SMP Swasta Budi Utomo Binjai
Tahun Pelajaran 2018/2019", Serunai Ilmu Pendidikan, Vol. 5, Nomor 1, Juli 2019, hlm. 62.

23
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan

menghubungkan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,

bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara baik, akan

tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori

siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. (2) Pembelajaran lebih

produktif yaitu mampu menanamkan penguatan konsep kepada

siswa karena model pembelajaran CTL menuntun siswa untuk

menemukan pengetahuannya sendiri.. (3) Pembelajaran lebih tidak

membosankan melainkan sangat menyenangkan serta membentuk

sikap kerjasama yang baik antar siswa maupun kelompok”. 29

5) Kekurangan Pembelajaran Contextual teaching and Learning

(CTL)

Selain memiliki kelebihan model CTL juga memiliki

kekurangan. Menurut Hakiki, Menrisal dan Radyuli (2015) “adapun

kekurangan model pembelajaran CTL adalah (1) Guru lebih aktif

dalam membimbing siswa. Karena dalam model pembelajaran CTL,

guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi, melainkan

mengelola kelas sebagai sebuah tim sehingga dapat bekerja sama

untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi

siswa. (2) guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra

terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang

29
Titin Delina Harahap and Rahmad Husein, "Pengaruh Model Pembelajaran Contextual
Teaching And Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Berpikir Kritis",
Journal of Education Humaniora and Social Sciences (JEHSS), Vol. 3, Nomor 3, Januari 2021,
hlm. 975.

24
diterapkan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan ide/gagasan atau menerapkan sendiri ide-ide tersebut

dan mengajak siswa yang lain agar dengan sadar menggunakan

strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar”. 30

c. Etnomatematika

1) Pengertian Etnomatematika

Istilah etnomatematika berasal dari kata ethnomathematics,

yang terbentuk dari kata ethno, mathema, dan tics, Awalan ethno

mengacu pada kelompok kebudayaan yang dapat dikenali, seperti

perkumpulan suku di suatu negara dan kelas- kelas profesi di

masyarakat, termasuk pula bahasa dan kebiasaan mereka sehari-hari.

Kemudian, mathema disini berarti menjelaskan, mengerti, dan

mengelola hal-hal nyata secara spesifik dengan menghitung,

mengukur, mengklasifikasi, dan mengurutkan. 31

Karya D’Ambrosio (1985) seorang ahli Matematika

berkebangsaan Brazil yang berjudul “Ethnomathematics and its

place in the history and pedagogy of mathematics; For the Learning

of Mathematics, telah menjadi rujukan para peneliti tentang

matematika dan budaya atau yang populer disebut ethnomathematics

approcah. Definisinya tentang etnomatika "the mathematics which is

practiced among identifiable cultural groups such as national-tribe

30
Ibid., hlm. 976.
31
Febriani, Widada, and Herawaty, "Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik
Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMA
Kota Bengkulu", Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019, hlm.
126.

25
societies, labour groups, children of certain age brackets and

professional classes". Artinya: “Matematika yang dipraktekkan di

antara kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional

suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan

kelas profesional". Karena itu, D’Ambrosio berkeyakinan bahwa

ketika anak-anak belajar matematika maka mereka akan dipengaruhi

oleh kehidupan, pengalaman dan budaya yang sudah terkonstruksi

dalam diri mereka sebelumnya yang diperoleh dari lingkungan,

keluarga dan masyarakat setempat..32

Lebih lanjut Menurut D'Ambrosio, bahwa awalan-etno saat

ini diterima sebagai konsep konteks sosiokultural yang sangat luas

dan karena itu mencakup bahasa, jargon dan aturan perilaku, mitos

dan simbol. Derivasi matematika sulit, tetapi biasanya melibatkan

menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan

seperti menulis kata sandi, mengukur, mengklasifikasikan,

menyimpulkan, dan membuat model.

Sedangkan Barta & Shockey (2006) mengatakan bahwa

"Etnomatematika di kelas dasar adalah tempat di mana guru dan

siswa menghargai budaya, dan budaya terkait dengan kurikulum".

Etnomatematika adalah representasi yang kompleks dan dinamis

32
Al Kusaeri, and Muhamad Habib Husnial Pardi, "Matematika Dan Budaya Sasak :
Kajian Etnomatematika Di Lombok Timur", Jurnal Elemen, Vol. 5, Nomor 2, Juli 2019, hlm. 126.

26
yang menggambarkan pengaruh budaya dari penggunaan

matematika dalam penerapannya.33

Pradana (2016) juga mengatakan bahwa pendidikan bukan

sekedar sarana untuk mentransfer ilmu pengetahuan melainkan juga

sebagai wadah untuk membentuk karakter individu dengan

mengaitkan unsur budaya dalam pendidikan. Etnomatematika

merupakan pembelajaran matematika dengan memasukkan unsur

budaya di dalamnya (asri fauzi).34

Etnomatematika dapat dikatakan sebagai lensa untuk

memandang dan memahami matematika sebagai suatu hasil budaya

atau produk budaya. Pembelajaran berbasis etnomatematika menjadi

media bagi siswa dalam memahami pengetahuan yang diberikan

oleh guru, dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis

etnomatematika, guru berperan dalam memandu dan mengarahkan

potensi siswa untuk menggali beragam budaya yang sudah diketahui,

serta dapat mengembangkan budaya tersebut. Proses

pembelajarannya akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan berbagai rasa keingintahuannya, terlibat dalam

proses analisis dan eksplorasi yang kreatif untuk mencari jawaban,

serta terlibat dalam proses pengambilan kesimpulan yang unik dan

sesuai.
33
Fizi Herdian and others, "Level Berpikir Siswa Dalam Memahami Konsep Dan Prinsip
Bangun Ruang Dengan Pendekatan Pembelajaran Etnomatematika Beradasarkan Teori APOS",
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019, hlm.113.
34
Asri Fauzi And Others, "Etnomatematika : Eksplorasi Budaya Sasak Sebagai Sumber
Belajar Matematika Sekolah Dasar", Jurnal Review Pembelajaran Matematika, Vol. 5, Nomor 1,
2020, hlm. 2.

27
Berdasarkan pendapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

etnomatematika adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran

matematika yang dihubungkan dengan suatu kelompok budaya

sehingga dari produk budaya tersebut kemudian dijadikan sebagai

sumber belajar matematika.

28
2) Peran Etnomatematika

Tujuan pembelajaran yaitu peserta didik dapat mampu

menguasai konten atau materi yang diajarkan dan menerapkannya

dalam memecahkan masalah. Salah satu faktor yang berpengaruh

dalam pembelajaran adalah budaya yang ada didalam lingkungan

masyarakat yang siswa tempati. Budaya sangat menentukan

bagaiamana cara pandang siswa dalam menyikapi sesuatu. Termasuk

dalam memahami suatu materi matematika. Ketika suatu materi

begitu jauh dari skema budaya yang mereka miliki tentunya materi

tersebut sulit untuk difahami.

Etnomatemtika merupakan jembatan matematika dengan

budaya, sebagiamana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa

etnomatematika mengakui adanya cara-cara berbeda dalam

melakukan matematika dalam aktivitas masyarakat. dengan

menerapakan etnomatematika sebagai suatu pendekatan

pembelajaran akan sangat memungkinkan suatu materi yang

dipelajari terkait dengan budaya mereka sehingga pemahaman suatu

materi oleh siswa menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait

langsung dengan budaya meraka yang merupakan aktivitas mereka

sehari-hari dalam bermasyarakat. Tentunya hal ini membantu guru

sebagai fasilitator dalam pembelajaran untuk dapat memfasilitasi

siswa secara baik dalam memahami suatu materi.35

35
Astri Wahyuni and others, "Peran Etnomatematika Dalam Membangun Karakter
Bangsa", Lumbung Pustaka, November, 2013, hlm. 116.

29
Richardo (2016: 124) juga menyatakan bahwa peran

etnomatematika dalam penerapan pembelajaran matematika pada

kurikulum 2013 adalah:

a) Etnomatematika memfasilitasi peserta didik untuk mampu

mengkonstruksi konsep matematika dengan pengetahuan awal

yang sudah mereka ketahui karena melalui lingkungan siswa

sendiri.

b) Etnomatematika menyediakan lingkungan pembelajaran yang

menciptakan motivasi yang baik dan menyenangkan serta bebas

dari anggapan bahwa matematika itu menakutkan.

c) Etnomatematika mampu memberikan kompetensi afektif yang

berupa terciptanya rasa menghargai, nasionalisme dan

kebanggaan atas peninggalan tradisi, seni dan kebudayaan

bangsa.

d) Etnomatematika mendukung kemampuan siswa sesuai dengan

harapan implementasi pendekatan saintifik.

3) Rumah Adat Limbungan Perigi kecamatan Suela Lombok

Timur

Bishop (1994) menyatakan bahwa matematika merupakan

suatu bentuk budaya. Matematika sebagai bentuk budaya,

sesungguhnya telah terintegrasi dalam seluruh aspek kehidupan

masyarakat. Selanjutnya (Pinxten, 1994) menyatakan bahwa pada

hakekatnya, matematika merupakan teknologi simbolis yang tumbuh

pada keterampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya.

30
Dengan demikian matematika seseorang dipengaruhi oleh latar

budayanya, karena yang mereka lakukan berdasarkan apa yang

mereka lihat dan rasakan. Budaya akan mempengaruhi perilaku

individu dan mempunya peran yang besar pada perkembangan

pemahaman individual, termasuk pembelajaran matematika.36

Indonesia yang dikenal memiliki keanekaragaman budaya

salah satunya suku di bagian Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah

suku sasak. Budaya sasak adalah budaya yang berasal dari pulau

Lombok, Nusa Tenggara Barat. Masyarakat Lombok masih sangat

kental dengan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang baik

dari aspek bangunan, tradisi, kesenian, kerajinan, bahkan dari

makanan masih bersifat tradisional. Salah satu contoh pembelajaran

berbasis etnomatematika yang ada NTB adalah konsep Dimensi Tiga

pada bentuk rumah adat suku sasak yang berada di desa Perigi,

kecamatan Suwela, Lombok Timur.

36
Muhammad Turmuzi, I Gusti Putu Sudiarta, and I Gusti Putu Suharta, "Systematic
Literature Review : Etnomatematika Kearifan Lokal Budaya Sasak", Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika, Vol. 6, Nomor 1 Maret 2022, hlm. 398.

31
Gambar 1. Bentuk rumah adat Limbungan Perigi

Rumah adat Limbungan merupakan bangunan yang

berfungsi sebagai tempat tinggal. Permukiman ditata membentuk

blok menghadap kearah timur atau terbitnya matahari, hal ini

mengajarkan kepada generasi penerus untuk berpandangan yang

sama dalam mempertahankan tradisi nenek moyang. Konstruksinya

menggunakan kayu pada bagian tiang, dinding dengan anyaman

bambu, dan alang-alang sebagai atap. Sedangkan pondasinya hanya

dibuat dengan memadatkan batu dan tanah. Disamping itu, terdapat

dua tangga sebagai symbol bahwa sholat subuh dua rakaat. Atap

rumah adat berbentuk limas. Tinggi langit-langit sekitar dua meter

dari permukaan lantai, menyebabkan ruangan di dalam rumah terasa

sempit. Hal ini bermakna bahwa setiap penghuninya harus saling

menghormati kepada sesama. Dinding-dinding rumah yang terbuat

32
dari bedek atau anyaman bambu berbentuk balok atau kubus dengan

dua pintu yang terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang.

4) Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa perlu

dikembangkan karena sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.

Pemahaman konsep matematik juga merupakan salah satu tujuan

dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru

merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang

diharapkan. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,

memuat tujuan pembelajaran matematika antara lain mengenai

pemahaman konsep suatu materi matematika, mampu menjelaskan

hubungan antarkonsep dan menerapkan algoritma atau konsep,

secara detail, presisi, tepat, dan efisien saat memecahkan masalah.

Pemahaman terhadap suatu konsep matematika sangat penting

karena dengan menguasai konsep, siswa akan mudah memahami

konsep selanjutnya dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa.


37

Menurut Rahayu, et.al (2018), kemampuan pemahaman

konsep matematik merupakan kemampuan siswa untuk mengingat

sebuah konsep dan dapat menjelaskan dengan bahasa sendiri serta

mampu menerapkan konsep tersebut pada sebuah permasalahan,

kemudian dapat mengaitkan antara satu konsep dengan konsep


37
Kristianti S W Brinus and others, "Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP", Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 8, Nomor 2, Mei 2019 , hlm. 262.

33
lainnya. Lebih lanjut Susanto (2013) menyatakan bahwa pemahaman

konsep adalah kemampuan menjelaskan suatu situasi dengan kata-

kata yang berbeda dan dapat menginterpretasikan atau menarik

kesimpulan dari tabel, data, grafik, dan sebagainya. Dalam

pembelajaran matematika pemahaman konsep merupakan salah satu

kecakapan atau kemampuan untuk memahami dan menjelaskan

suatu situasi atau tindakan suatu kelas atau kategori, yang memiliki

sifat-sifat umum yang diketahuinya dalam matematika.( dalam peni

pebriani 38)

Menurut nila kusumawati (2018) Pemahaman konsep

merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang

diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan

menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep

atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

pemecahan masalah.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemahaman konsep matematika adalah kemampuan

siswa dalam menyampaikan atau menguraikan dan menjelaskan dari

bahasa, dengan bahasa sendiri, serta mampu menerapkan konsep

tersebut pada sebuah permasalahan, kemudian dapat mengaiktakan

38
Peni Febriani, Wahyu Widada, and Dewi Herawaty, "Pengaruh Pembelajaran
Matematika Realistik Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa SMA Kota Bengkulu", Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 04,
Nomor 2, Desember 2019, hlm. 123.

34
antara satu konsep dengan konsep lainnya. Jadi Penguasan konsep

merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat

mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan

bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri.

Dilihat dari segi jenisnya, menurut Rassefendi ada tiga

macam pemahaman matematis, yaitu pengubahan (translation)

pemberian arti (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi

(extrapolation).

Menurut Anderson, dkk menjelaskan bahwa: “Understanding

of the concepts used in this research adapted from the understanding

of the concept according to Anderson. There are 7 indicators of

understanding of the concept, namely: interprets, exemplifying,

classifying, generalising, inference, categorise and describe”

(Solikhan, 2017) (Ada tujuh indikator pemahaman konsep, yaitu:

mengartikan, mencontohkan, mengklasifikasi, menggeneralisasi,

menyimpulkan, mengkategorikan dan menggambarkan).39 ( jaenal

asikin)

Untuk menilai kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa diperlukan suatu instrument penilaian kemampuan

pemahaman konsep yaitu berupa tes yang memuat indikator

pemahaman konsep matematik siswa. Adapun indikator penilaian

kemampuan pemahaman konsep matematik siswa menurut NCTM


39
Jaenal Asikin and Siti Ujaidah, "Peran Etnomatematika Terkait Konsep Matematika
Dalam Mendukung Literasi", Jurnal Ilmiah Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Vol. 1, Nomor 9,
Maret 2020, hlm. 31.

35
(2000) adalah (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan,

(2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh, (3)

Menggunakan model, diagram dan simbol–simbol untuk

merepresentasikan suatu konsep, (4) Mengubah suatu bentuk

representasi ke bentuk lainnya, (5) Mengenal berbagai makna dan

interpretasi konsep, (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan

mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, dan (7)

Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.40 (peni pebriani)

Menurut Bloom, (munir, 2008), pemahaman konsep

matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:

a. Penerjemahan (interpreting), yaitu verbalisasi atau sebaliknya.

b. Memberikan contoh (exemplifying), yaitu menemukan contoh-

contoh yang spesifik.

c. Mengklasifikasikan (classifying), yaitu membedakan sesuatu

berdasarkan kategorinya.

d. Meringkas (summarizing), yaitu membuat ringkasan secara

umum.

e. Berpendapat (inferring), yaitu memberikan gambaran tentang

kesimpulan yang logis.

f. Membandingkan (comparing), yaitu mendeteksi hubungan antara

2 ide atau obyek.

40
Peni Febriani, Wahyu Widada, and Dewi Herawaty, "Pengaruh Pembelajaran
Matematika Realistik Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa SMA Kota Bengkulu", Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 04,
Nomor 2, Desember 2019, hlm. 123.

36
g. Menjelaskan (explaining), yaitu mengkonstruksi model sebab-

akibat.(dalam dian novitasari41)

3. Kerangka Berfikir

Berdasarkan hasil data kemendikbud Khususnya di provinsi NTB

kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika masih tergolong

rendah. Hal ini terlihat dari hasil nilai Ujian Nasional (UN) Matematika

siswa tingkat SMP/MTs/SMPT di NTB tahun 2018/2019 yang

menunjukkan penurunan secara signifikan di 3 tahun terakhir dari tahun

2017– 2019. Selain itu peneliti melihat pada beberapa siswa SMP yang

berada di kabupaten Lombok Timur, siswa belum mampu mengaitkan

antara satu konsep dengan konsep lain dan siswa tidak dapat menerapkan

konsep-konsep matematika yang sudah dipelajari dalam sebuah

permasalahan. sementara pembelajaran yang dikehendaki kurikulum saat

ini khususnya kurikulum 2013 adalah pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada siswa.

Dalam penelitian ini di kelas eksperimen peneliti memberikan

materi menggunkan pembelajaran Countextual teaching and learning

berbasis etnomatematika yang merupakan suatu pendekatan yang

membantu guru-guru untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata yang memanfaatkan kehidupan budaya dan memotivasi

siswa untuk menghubungkan materi yang mereka miliki dengan kehidupan

sehari-hari. Budaya sangat menentukan bagaiamana cara pandang siswa


41
Dian Novitasari, "Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa’, Jurnal Pendidikan Matematika & Matematika, Vol. 2,
Nomor 2, Desember 2016, hlm. 12.

37
dalam menyikapi sesuatu., termasuk dalam memahami suatu materi

matematika. sehingga diharapkan pembelajaran lebih bermakna produktif

dan tidak membosankan. Sedangkan kelas control peneliti akan

menggunakan metode ceramah.

Masing-masing kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol

pada akhir pembelajaran akan diberikan test (post- test) dengan maksud

untuk mengukur kemampuan siswa. Untuk mengetahui bagaimana

pengaruh dari pembelajaran Countextual teaching and learning berbasis

etnomatematika dapat dilihat pada hasil nilai post-test siswa MTs NW

Perigi Kecamatan Suwela Lombok Timur. Berikut ini adalah kerangka

berpikir peneliti:

38
Kerangka Berfikir

Kerangka Matematika
Proses Pembelalajaran berfikir siswa kelas VIII
MTs NW Perigi Suwela Lombok Timur

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Model pembelajaran konvensional


Berbasis Etnomatematika dengan metode ceramah

Siswa terlihat secara aktif dalam proses Siswa pasif dalam kegiatan
pembelajaran pembelajaran
Pembelajaran di kaitkan dengan Pembelajaran abstrak dan teoritis
konteks kehidupan nyata berbasis Waktu belajar digunakan untuk
etnomatematika mendengarkan ceramaha dan
Permasalahan di selesaikan dengan menyelesaikan tugas secara individu
kelompok

Rata-rata hasil post Test Rata-rata hasil post Test

Terdapat pengaruh pembelajaran Contekstual Teaching and Learning berbasis


Etnomatematika terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika

4. Hipotesis Penelitian

Pengertian Hipotesis penelitian menurut Tuckman (1998)

menjelaskan, “A hypothesis is an expectation about events, based on

generalizationsof the assumed relationship between variabels.”

Batasan hipotesis penelitian ini sejalan dengan pengertian yang

dikemukakan oleh Asher dan Vockell (1995), yang menyatakan bahwa

hipotesis penelitian adalah jawaban-jawaban yang diharapkan atas

39
permasalahan penelitian. Masalah dan hipotesis penelitian inilah yang

memberikan arah dan fokus, struktur, dan organisasi pengumpulan data,

analisis serta interpretasi data yang dikumpulkan melalui penelitian yang

dilakukan.(dalam Punaji Setyosari42)

Terdapat pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching And

Learning (Ctl) Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

eksperimen. Quasi Experimental Design merupakan pengembangan dari

true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variabel-variabel luar yang memepengaruhi pelaksanaan

eksperimen.

2. POPULASI DAN SAMPEL

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karaktristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.43

42
Punaji Setyosari, "Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan", Edisi Keempat
(Jakarta: Peranadamedia Group, 2016), hlm. 144.
43
Prof.Dr. Sugiyono, "Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B",(Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 215.

40
Dari Pengertian diatas populasi merupakan semua objek/subjek

yang akan ditelitinya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VIII di MTs NW Perigi kecamatan Suwela Lombok Timur Tahun

Ajaran 2022/2023 yang berjumlah 48 Berikut daftar jumlah siswa pada

masing masing kelas:

Tabel 1.1

Data Jumlah siswa kelas VIII di MTs NW Perigi kecamatan

Suwela

Lombok TimurTahun Ajaran 2022/2023

No Kelas Jumlah

1 VIII A 24

2 VIII B 24

b. Sampel

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik pengambilan

sampling dengan tidak memebei peluang/ kesempatan sama bagi setiap

unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun

teknik yang digunakan yakni dengan menggunakan non probability

sampling. non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel

yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun teknik yang

digunakan yakni dengan teknik Teknik sampling purposive artinya

41
teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. 44 Peneliti

menggunakan teknik sampling purposive dengan alasan karena peneliti

membutuhkan sampel yang bersuku sasak dan berdomisili dekat

dengan rumah adat limbungan desa Perigi kecamatan Suwela kabupaten

Lombok Timur, dimana sampel lebih mengenal budaya setempat.

Karena populasi berjumlah 48 orang dengan kelas VIII-A berjumlah 24

orang dan kelas VIII-B berjumlah 24 orang maka yang menajdi sampel

adalah kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-B sebagai

kelas control.

3. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTs NW Perigi kecamatan Suwela

Lombok Timur. Waktu penelitian diaksanakan pada semester genap tahun

ajaran 2022/2023. Rincian waktu penelitian terlihat dari tabel 2 berikut:

Tabel 2. Rincian Waktu Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Pertemuan Hari/Tanggal Materi Ajar

1 Pretest

4
Eksperimen
5

6 Posttest

44
Ibid., hlm. 81.

42
1 Pretest

4
Kontrol
5

6 Posttest

4. Variabel Penelitian

Adapun penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Sugiyono (2013) menyatakan bahwa variabel bebas

adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena variabel bebas. 45

Adapun variabel bebas (X) yang dimaksud didalam penelitian ini

adalah pendekatan pembelajaran CTL berbasis etnomatematika, sementara

variabel terikat (Y) yaitu kemampuan pemahaman konsep matematika

yang dicapai setelah diberi perlakuan.

5. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol

non- ekuivalen (Non-equivalent Control Group Design). Desain kelompok

kontrol non- ekuivalen adalah desain yang hampir sama dengan desain

45
Ibid. hlm. 38.

43
kelompok kontrol pretest-posttest, hanya pada desain non-ekuivalen ini

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara

random.

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang diambil tidak

secara acak, tetapi peneliti menerima subjek seadanya yaitu kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen, serta adanya pretest dan posttest di

setiap kelompok.

Penelitian dilakukan pada dua kelas yaitu kelompok pertama dalam

peneliti gunakan sebagai kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen

adalah kelompok yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

berbasis etnomatematika, sedangkan kelompok kedua disebut kelompok

kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Kelompok kontrol adalah kelompok yang diberikan pembelajaran

konvensional. Setelah dibagi menjadi dua kelompok atau dua kelas,

kemudian peneliti melakukan pretest terkait materi yang akan di pelajari.

Soal pretest dan posttest setelah pemberian materi.

Tabel 3. Non-equivalen Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 ---- O4

Sumber:Modifikasi dari Sugiyono (2008: 79)

44
Keterangan:

O1 : Pretest kelompok eksperimen O3 : Pretest kelompok

kontrol

X : Perlakuan dengan pendekatan pembelajaran CTL

berbasis etnomatematika O2 : Posttest kelompok

eksperimen

O4 : Posttest kelompok kontrol

---- : Perlakuan dengan model pembelajaran konvensional

6. Instrumen/ Alat Dan Bahan Penelitian

Meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur

yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument

penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

a. Lembar Soal Pretest dan Posttest

Instrumen soal pretest merupakan tes yang diberikan guru

kepada siswa sebelum diberikan perlakuan. Instumen soal posttest

merupakan tes yang diberikan guru kepada siswa setelah diberikan

perlakuan. Materi yang dijadikan soal pretest dan posttest adalah

persegi panjang dan segitiga.

b. Lembar Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Lembar keterlaksanaan berisikan tentang semua aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran yang terdiri dari beberapa indikator. Dalam

hal ini observer memberi tanda ceklis pada gejala yang muncul selama

45
proses pengamatan yang bertujuan untuk menghindarkan subjektivitas

dari pengamat. Di dalam pelaksanaan penelitian ini yang menjadi

observer adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-B.

7. Teknik Pengumpulan Data/ Prosedur Penelitian

a. Teknik Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

kemampuan siswa. 46 Tes yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri

dari pretest dan posttest, dimana pretest dan posttest diberikan kepada

dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Pretest digunakan untuk memperoleh rata-rata pengetahuan

awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari, sedangkan posttest

digunakan untuk memperoleh data nilai kemampuan pemahaman

konsep matematis setelah perlakuan. Tes ini berupa soal matematika

berbentuk uraian dengan jumlah 5 soal, soal tersebut untuk mengukur

tingkat kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Soal tes yang

diberikan sebelum dilakukan perlakuan (pretest) dan diberikan setelah

adanya perlakuan (posttest) adalah sama, karena bertujuan untuk

melihat apakah terdapat pengaruh dari perlakuan yang sudah berikan.

Perlakuan tersebut adalah pendekatan pembelajaran CTL berbasis

etnomatematika.

46
Ibid., hlm. 137.

46
Tabel 4. Pedoman Pemberian Penskoran Indikator Pemahaman Konsep

Matematis

Indikator Pemahaman Keterangan Skor

Konsep

Menyatakan ulang sebuah Jawaban kosong 0

konsep Tidak dapat menyatakan ulang konsep 1

Dapat menyatakan ulang konsep 2

tetapi masih banyak kesalahan

Dapat menyatakan ulang konsep 3

tetapi belum tepat

Dapat menyatakan ulang konsep 4

dengan tepat

Memberikan contoh dan Jawaban kosong 0

bukan contoh dari suatu Tidak dapat memberi contoh dan 1

konsep bukan

Contoh

Dapat memberikan contoh dan bukan 2

contoh

tetapi masih banyak kesalahan

Dapat memberikan contoh dan bukan 3

contoh

tetapi belum tepat

Dapat memberikan contoh dan bukan 4

contoh

dengan tepat

47
Mengklasifikasi objek Jawaban kosong 0

menurut sifat-sifat tertentu Tidak dapat mengklasifikasikan objek 1

sesuai dengan konsepnya sesuai dengan konsepnya

Dapat menyebutkan sifat-sifat sesuai 2

dengan konsepnya tetapi masih banyak

kesalahan

Dapat menyebutkan sifat-sifat sesuai 3

dengan konsepnya tetapi belum tepat

Dapat menyebutkan sifat-sifat sesuai 4

dengan konsepnya dengan tepat

Menyajikan konsep dalam Jawaban kosong 0

bentuk representasi Dapat menyajikan sebuah konsep 1

matematis dalam bentuk representasi

matematika (gambar) tetapi belum

tepat dan tidak menggunakan

Penggaris

Dapat menyajikan sebuah konsep 2

dalam bentuk representasi matematika

(gambar)

tetapi belum tepat

Dapat menyajikan sebuah konsep 3

dalam

bentuk representasi matematika

(gambar) tetapi tidak menggunakan

penggaris

48
Dapat menyajikan sebuah konsep 4

dalam bentuk representasi matematika

(gambar)

dengan tepat.

Mengembangkan syarat Jawaban kosong 0

perlu/ Tidak dapat menggunakan atau 1

syarat cukup suatu konsep memilih prosedur atau operasi yang

digunakan

Dapat menggunakan atau memilih 2

prosedur atau operasi yang

digunakan tetapi masih banyak

kesalahan

Dapat menggunakan atau memilih 3

prosedur

atau operasi yang digunakan tetapi

masih belum tepat

Dapat menggunakan atau memilih 4

prosedur atau operasi yang digunakan

dengan tepat

Menggunakan, Jawaban kosong 0

memanfaatkan, dan Tidak dapat menggunakan, 1

memilih prosedur atau memanfaatkan,

operasi tertentu dan memilih prosedur atau operasi

Dapat menggunakan, 2

memanfaatkan, dan

49
memilih prosedur atau operasi tetapi

masih banyak kesalahan

Dapat menggunakan, memanfaatkan, 3

dan memilih prosedur atau operasi

tetapi belum tepat

Dapat menggunakan, memanfaatkan, 4

dan memilih prosedur atau operasi

dengan tepat

Mengaplikasikan konsep Jawaban kosong 0

atau algoritma dalam Tidak dapat mengaplikasikan rumus 1

pemecahan masalah sesuai prosedur dalam menyelesaikan

soal pemecahan masalah

Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 2

prosedur dalam menyelesaikan soal

pemecahan masalah tetapi masih

banyak

Kesalahan

Dapat mengaplikasikan rumus 3

sesuai

prosedur dalam menyelesaikan

soal pemecahan masalah

tetapi belum tepat

Dapat mengaplikasikan rumus sesuai 4

prosedur dalam menyelesaikan soal

pemecahan masalah dengan tepat

50
Sumber: Mawaddah dan Maryanti (2016: 80)

Selanjutnya nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep

diinterpretasikan menurut tabel berikut:

Tabel 5. Interpretasi Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

No Nilai Kriteria

1 85,00-100 Sangat Baik

2 70,00-84,99 Baik

3 55,00-69,99 Cukup

4 40,00-54,99 Rendah

5 0,00-39,99 Sangat Rendah

Sumber: Kartika (2018:782)

b. Observasi

Sutrisno Hadi (1986)mengemukakan bahwa, observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun

dari berbagai peroses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang

terpenting dalam proses-proses pengamatan dan ingatan.(145)

Teknik observasi digunakan untuk mempermudah pengumpulan

data dengan menggunakan lembar keterlaksanaan kegiatan

pembelajaran. Observasi ini hanya dilakukan pada kelas eksperimen

karena tujuannya untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan pendekatan

pembelajaran CTL berbasis etnomatematika.

8. Teknik Analisis Data

a. Teknik Analisis Data Deskriptif

51
Statistik deskriptif adalah statistika yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data atau

menggambarkan data yang telah terkumpul. Tujuan dilakukan analisis

deskriptif adalah untuk meringkas data agar menjadi lebih mudah

dilihat dan dimengerti. 47

Analisis deskriptif ini digunakan untuk menganalisis lembar

keterlaksanaan proses pembelajaran. Berikut cara untuk mendapatkan

hasil pengamatan dari lembar keterlaksanaan, yaitu:

1) Tabulasi data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan

memberikan skor 1 untuk jawaban Ya dan 0 untuk jawaban Tidak.

2) Membarikan perhitungan untuk mendapatkan persentase

keterlaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

bentuk jawaban skor ya


persentase= × 100 %
banyaknya aspek yang diamati

3) Adapun kriteria penilaian keterlaksanaan kegiatan pembelajaran

adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Kriteria Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Interval Kriteria

0% - 20% Sangat Lemah

21% - 40% Lemah

41% - 60% Cukup

61% - 80% Kuat

47
Ibid., hlm. 147.

52
81% - 100% Sangat Kuat

Sumber: Riduwan(2013:15)

4) Menentukan persentase rata-rata keterlaksanaan kegiatan

pembelajaran untuk semua pertemuan, kemudian

membandingkannya berdasarkan kriteria penilaian keterlaksanaan

kegiatan kegiatan pembelajaran pada tabel 6.

5) Kemudian dianalisis dengan mendeskripsikan hasil persentase dari

kriteria penilaian keterlaksanaan kegiatan pembelajaran.

Selain menganalisis lembar keterlaksanaan kegiatan

pembelajaran, analisis deksriptif juga digunakan untuk mendeskripsikan

data tentang rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

yang diperoleh dari instrumen tes dengan menggunakan rumus:

¿ =∑ Χ
Χ n

Keterangan

¿ :rata−ratanilai
Χ

∑ X : jumlah nilai mentah yang dimiliki subjek


n :banyaknaya subjek yang memiliki nilai

b. Teknik Analasis Data Inferensial

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah

sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan

53
yang digunakan yaitu uji kai kuadrat (Chi Square). Data yang akan

diuji adalah data berdasarkan nilai pretest dan posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis untuk pengujian normalitas data adalah:

H 0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H a : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Sugiyono (2008: 172) menyatakan bahwa langkah-langkah

yang digunakan dalam uji normalitas data sebagai berikut:

a) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya.

b) Menentukan jumlah kelas interval, dengan 6 bidang yang ada

dalam kurva normal baku 2,7%. 13,34%, 33,96%, 33,96%,

13,34%, dan 2,7%.

c) Menentukan panjang kelas interval yaitu (data terbesar – data

terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval.

d) Menyusun kedalam tabel distribusi frekuensi sekaligus

merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat.

e) Menghitung frekuensi yang diharapkan ( f h), dengan cara

mengalikan persentase luas tiap bidang kurva normal dengan

jumlah anggota sampel

f) Masukkan harga-harga f h kedalam tabel kolom f h sekaligus


2 2
( f 0−f h ) ( f 0−f h )
menghitung harga-harga ( f 0−f h) dan . Harga
fh fh

merupakan harga Chi Kuadrat ¿ ¿) hitung.

54
g) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat

tabel. Pengujian menggunakan taraf kesalahan 5%. Bila harga Chi

Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat

tabel ¿), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih

besar (>) dinyatakan tidak normal.

Apabila data yang akan dianalisis berdistribusi normal, maka

selanjutnya menggunakan statistik data parametrik, yaitu uji

homogenitas dan uji t. Jika data homogen, maka dilanjutkan dengan

uji t. Jika data tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji 𝑡′.

Namun apabila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan

statistik nonparametrik dengan uji Mann Whitney U-Test.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua

sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Pada uji

homogenitas ini, data yang akan diuji adalah data berdasarkan nilai

pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis untuk pengujian homogenitas sebagai berikut:


2 2
H 0=σ 1=σ 2Varians kedua kelompok homogeny

2 2
H a =σ 1 ≠ σ 2Varians kedua kelompok tidak homogen.

Keterangan:
2
σ 1 : varian kelas eksperimen

2
σ 2 : varian kelas control

Langkah-langkah dalam uji homogenitas sebagai berikut:

55
a) Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya

b) Menentukan nilai f hitung dengan rumus:


2
Varians besar (simpangan baku besar)
f hitung = =
Vaians kecil ( simpangan baku kecil )
2

Dengan rumus varians menurut Lolombulun (2017)

s =n ∑ f i xi −¿ ¿ ¿¿
2 2

c) Menentukan nilai f tabel dengan rumus:

f tabel =fa ¿

d) Kriteria uji: jika f hitung ≤ f tabel maka H 0 diterima (varians homogen)

3) Uji Dua Rata-Rata Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

(Uji T)

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah menganalisa data dengan uji t, yaitu untuk melihat

perbedaan pengaruh pada kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut

penjabarannya:

(1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata Nilai Pretest (Uji Dua Pihak)

Pada uji kesamaan dua rata-rata nilai pretest digunakan

uji dua pihak karena ini merupakan awal penelitian maka disini

peneliti masih netral dan tidak memihak ke sisi manapun,

tujuannya adalah untuk melihat keadaan awal kedua kelas

sampel apakah memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak.

Hipotesis pengujiannya yaitu:

56
H 0 : μ1=μ2 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan

awal pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H a : μ1 ≠ μ2 : Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal

pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Ketereangan:

μ1 : Rata-rata kemampuan awal pada kemampuan pemahaman

konsep matematis kelas eksperimen sebelum perlakuan.

μ2 : Rata-rata kemampuan awal pada kemampuan pemahaman

konsep matematis kelas kontrol sebelum perlakuan.

a) Penggunaan Uji t

Jika data berdistribusi normal dan mempunyai varian

yang homogeny, maka uji t dapat digunakan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

(a) Merumuskan hipotesis nol hipotesis alternatifnya.

(b) Menentukan nilai t hitung dihitung dengan rumus:

x 1−x 2
t=
S gabungan
√ n1 +n2
n1 . n2

Dengan

S gabungan=
√ ( n1−1 ) S12 +( n2−1) S22
n1+ n2−2

(c) Menentukan t tabel=t a ( dk=( n 1+ n2−2 ) ) .

57
(d) Kriteria pengujian hipotesis adalah:

1) jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak

artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan

awal pada kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima

artinya terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal

pada kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b) Penggunaan uji t’

Jika data berdistribusi normal tetapi mempunyai varians

yang tidak homogen maka uji t’ dapat digunakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Merumuskan hipotesis nol dan alternatifnya.

(b) Menentukan t 'hitung dihitung dengan rumus:

' x 1−x 2
t hitung =


2 2
s1 s2
+
n1 n2

(c) Kriteria pengujian hipotesis:

H 0Diterima jika
2 2
−w1 t 1+ w2 t 2 ' w 1 t 1+ w2 t 2 s s
≤t ≤ , dengan w 1= 1 ; w 2= 2 ; t 1=t a ( n2−1 ) ; dan t 2
w1 + w2 w 1+ w 2 n1 n2

Keterangan:

𝑡′ : Nilai yang dibandingkan

58
x1 : Rata-rata kelas eksperimen

x2 : Rata-rata kelas control x bar

𝑠12 : Varians kelas eksperimen

𝑠22 : Varians kelas control

𝑛1 : Jumlah siswa kelas eksperimen

𝑛2 : Jumlah siswa kelas kontrol

(2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Posttest (Uji Satu Pihak)

Uji ini digunakan jika pada hasil analisis pretest tidak

terdapat perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

Hipotesis pengujian yaitu:

H 0 . μ 1 ≤ μ 2: Tidak terdapat pengaruh terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL).

H a . μ 1> μ 2: Terdapat pengaruh terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL).

59
Keterangan:

μ1 : Kemampuan pemahaman konsep matematis kelas

eksperimen setelah perlakuan.

μ2 : emampuan pemahaman konsep matematis kelas

kontrol setelah perlakuan.

a) Penggunaan Uji t

Jika data berdistribusi normal dan mempunyai varians

yang homogen, maka uji t dapat digunakan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

(a) Merumuskan hipotesis nol dan alternatifnya.

(b) Menentukan nilai t hitung dihitung dengan rumus:

x 1−x 2
t=
S gabungan
√ n1 +n2
n1 . n2

Dengan

S gabungan=
√ ( n1−1 ) S12 +( n2−1) S22
n1+ n2−2

(c) Menentukan t tabel=t a ( dk=( n 1+ n2−2 ) ).

(d) Kriteria pengujian hipotesis adalah:

1. jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak

artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan

awal pada kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

60
2. jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima

artinya terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal

pada kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b) Penggunaan Uji t’

jika data berdistribusi normal tetapi mempunyai varians

yang tidak homogen, maka uji t’ dapat digunakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Merumuskan hipotesis nol dan alternatifnya.

(b) Menentukan t 'hitung dihitung dengan rumus:

' x 1−x 2
t hitung =


2 2
s1 s2
+
n1 n2

(c) Kriteria pengujian hipotesis:

H 0Diterima jika
2 2
−w1 t 1+ w2 t 2 ' w 1 t 1+ w2 t 2 s1 s2
≤t ≤ , dengan w1= ; w 2= ; t 1=t a ( n2−
w1 + w2 w 1+ w 2 n1 n2

Keterangan:

𝑡′ : Nilai yang dibandingkan

x1 : Rata-rata kelas eksperimen

x2 : Rata-rata kelas control

𝑠12 : Varians kelas eksperimen

𝑠22 : Varians kelas control

𝑛1 : Jumlah siswa kelas eksperimen

61
𝑛2 : Jumlah siswa kelas kontrol

4) Uji Non-Parametrik (Uji mann Whitney)

Uji Mann Whitney digunakan untuk menguji perbedaan rata-

rata dari dua kelompok sampel yang saling bebas jika salah satu atau

kedua kelompok sampel tidak berdistribusi normal. Sundayana

menjelaskan langkah- langkah uji Mann Whitney adalah sebagai

berikut:

a) Menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya.

b) Gabungkan semua nilai pengamatan dari sampel pertama dan

sampel kedua dalam satu kelompok.

c) Beri rank dimulai dengan rank 1 untuk nilai pengamatan terkecil,

sampai rank terbesar untuk nilai pengamatan terbesarnya atau

sebaliknya. Jika ada nilai yang sama harus mempunyai nilai rank

yang sama pula.

d) Setelah nilai pengamatan diberi rank, jumlahkan nilai rank

tersebut, kemudian ambil jumlah rank terkecilnya.

e) Menghitung nilai U dengan rumus:

n2 ( n2 +1 )
U 1=n1 . n2 + −∑ R2
2

n1 ( n1 +1 )
U 2=n1 . n2 + −∑ R1
2

Dari U 1 dan U 2 pilihlah nilai yang terkecil menjadi U hitung

f) Untuk n1 ≤ 40 dan n2 ≥ 20 (n1 𝑑𝑎𝑛 𝑛n2 𝑏𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘) nilai

U hitung tersebut kemudian bandingkan dengan U tabel dengan kriteria

62
terima H 0 jika U hitung ≤U tabel jika n1 ; n2 cukup besar maka

lanjutkan pada langkah berikutnya.

g) Menentukan rata-rata dengan rumus.

1
μU = (n1 . n2)
2

h) Menentukan simpangan baku.

a. Untuk data yang tidak berulang

σ U=
√ n 1 . n2 (n1 +n 2+ n1)
12

b. Untuk data yang terdapat pengulangan

σ U=
√( n1 . n2
N ( N −1) )( N 3−N
12
−∑ T )
3
t −t
∑ T =∑ 12

Dengan t adalah yang berangka sama

i) Menentukan transformasi z dengan rumus

U−μU
z hitung =
δU

j) Nilai z hitung tersebut kemudian bandingkan dengan z tabel dengan

kriteria terima H 0 jika : −z tabel ≤ z hitung ≤ z tabel .48

48
Dr. Ir. Harinaldi M. Eng, "Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik Dan Sains", ed. by
Lemeda Simarmata (Ciracas, Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 233.

63
G. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan Ke-
No Kegiatan

1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan Proposal

3 Observasi Awal

4 Konsul Proposal

5 Seminar Proposal

6 Penelitian Lapangan

7 Pernyataan Laporan

(skripsi)

8 Konsultasi Skripsi

H. Daftar Pustaka

Asikin, Jaenal, and Siti Ujaedah, ‘Pengaruh Pembelajaran Contekstual


Teaching and Learning (Ctl) Terhadap Pemahaman Konsep
Matematika’, Jurnal Ilmiah Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 9.1
(2020), 29–36
Brinus, Kristianti S W, Alberta P Makur, Fransiskus Nendi, Program Studi,
Pendidikan Matematika, and Stkip Santu Paulus, ‘Pengaruh Model
Pembelajaran Kontekstual Terhadap Pemahaman Konsep Matematika
Siswa SMP Mosharafa : Jurnal Pendidikan Matematika Mosharafa :
Jurnal Pendidikan Matematika’, Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 8.2 (2019), 261–72
Daud Siagin, Muhammad, ‘KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA’, MES (Journal of
Mathematics Education and Science), 2.1 (2016), 58–67
Dini, Mentari, and Ika Wahyu Anita, ‘Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Matematis Siswa SMK Menggunakan Pendekatan
Kontekstual Pada Materi SPLTV’, Indonesia Mathematics Education,
1.1 (2018), 49–54
Fauzi, Asri, Aisa Nikmah Rahmatih, Muhammad Sobri, and Arif Widodo,

64
‘ETNOMATEMATIKA : EKSPLORASI BUDAYA SASAK
SEBAGAI’, Jurnal Review Pembelajaran Matematika, 5.1 (2020), 1–
13
Febriani, Peni, Wahyu Widada, and Dewi Herawaty, ‘Pengaruh Pembelajaran
Matematika Realistik Berbasis Etnomatematika Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMA Kota
Bengkulu’, Urnal Pendidikan Matematika Raflesia, 04.02 (2019),
120–35
Harahap, Titin Delina, Rahmad Husein, and Suroyo, ‘Pengaruh Model
Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Terhadap Hasil
Belajar Matematika Ditinjau Dari Berpikir Kritis The Effect of
Contextual Teaching and Learning Model on Mathematic
Achievement in Terms of Critical Thinking’, Journal of Education,
Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 3.3 (2021), 972–78
<https://doi.org/https://doi.org/10.34007/jehss.v4i1.623>
Harleni, Silvia, and Ayin Ningtias, ‘PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS PADA SISWA KELAS VIII SMP
SWASTA BUDI UTOMO BINJAI TAHUN PELAJARAN
2018/2019’, Serunai Ilmu Pendidikan, 5.1 (2019), 59–66
Herdian, Fizi, Wahyu Widada, Dewi Herawaty, Program Studi, S
Pascasarjana, Pendidikan Matematika, and others, ‘Level Berpikir
Siswa Dalam Memahami Konsep Dan Prinsip Bangun Ruang Dengan
Pendekatan Pembelajaran Etnomatematika Beradasarkan Teori
APOS’, Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 04.02 (2019), 111–
19
Hidayati, Nuri, and Ahmad Anis Abdullah, ‘Penerapan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning ( CTL ) Berbasis Etnomatematika
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas
VIII SMPN 1 Bambanglipuro’, Jurnal Tadris Matematika, 4.2 (2022),
215–24
Hidayati, Tri, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan
Suplemen History Of Mathematics, cetakan pe (Banyumas Jawa
Tengah: CV. Pena Persada, 2018)
Kasmawati, Nur Khalisah Latuconsina, and Andi Ika Prasati Abrar,
‘PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING ( CTL ) TERHADAP HASIL
BELAJAR’, Jurnal Pendidikan Fisika, 5.2 (2017), 70–75
Kusaeri, Al, Muhamad Habib, and Husnial Pardi, ‘Matematika Dan Budaya
Sasak : Kajian Etnomatematika Di Lombok Timur’, Jurnal Elemen,
5.2 (2019), 125–39 <https://doi.org/10.29408/jel.v5i2.1044>
M. Eng, Dr. Ir. Harinaldi, Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik Dan Sains,
ed. by Lemeda Simarmata (Ciracas, Jakarta: Erlangga, 2005)
Novitasari, Dian, ‘PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA
INTERAKTIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA’, Jurnal Pendidikan Matematika &

65
Matematika, 2.2 (2016), 8–18
Nugroho, Khatibul Umam Zaid, Wahyu Widada, Zamzaili, and Dewi
Herawaty, ‘Pemahaman Konsep Matematika Melalui Media Youtube
Dengan Pendekatan Etnomatematika’, Jurnal Pendidikan Matematika
Raflesia, 04.01 (2019), 96–106
Rusman, Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, 1st edn (Rawamangun, Jakarta: Kencana, 2017)
Setyosari, Punaji, ‘Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan’, in
Perpustakaan Nasional, Edisi Keem (Jakarta: Peranadamedia Group),
p. 144
Sugiyono, Prof.Dr., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B
(Bandung: Alfabeta, 2013)
Turmuzi, Muhammad, I Gusti Putu Sudiarta, and I Gusti Putu Suharta,
‘Systematic Literature Review : Etnomatematika Kearifan Lokal
Budaya Sasak, Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika,
06.01 (2022), 397–413
Wahyuni, Astri, Ayu Aji, Wedaring Tias, and Budiman Sani, Peran
Etnomatematika Dalam Membangun Karakter Bangsa, November,
2013

66

Anda mungkin juga menyukai