Anda di halaman 1dari 53

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION

(RME) BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIS SISWA

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Diajukan oleh

Oktha Deswita Absari

NPM 20310075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN


TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

FEBRUARI 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki fungsi yang penting dalam mendukung kemajuan
bangsa. Menurut Nurhuda et al (2022) Pendidikan merupakan proses untuk
meningkatkan pengetahuan, budi pekerti, kepribadian, dan semangat kebersamaan
sehingga dapat mengembangkan diri dan bersama-sama membangun bangsa.
Pendidikan yang bermutu mampu menggerakkan individu untuk mengutamakan
pemikiran kritis, kemampuan menyelesaikan masalah, dan mampu menghasilkan ide
– ide baru yang dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan kemajuan bangsa.
Menurut Ilmiah & Islam (2021) suatu bangsa dituntut untuk dapat mempersiapkan
pendidikan sebaik mungkin sehingga generasi penerus bangsa mampu menghadapi
perkembangan zaman. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia, seperti adanya sistem zonasi, pergantian kurikulum
2013 menjadi kurikulum merdeka belajar, memaksimalkan potensi tenaga pendidik
dengan adanya program ppg (Pendidikan Profesi Guru). Menurut M. R. Hamzah et al
(2022) kurikulum merdeka belajar memberikan kebebasan bagi tenaga pendidik untuk
mengembangkan metode pembelajaran yang berpusat pada pengembangan karakter
dan kebudayaan Indonesia. Dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas perlu
didukung dengan proses pembelajaran yang optimal.
Pembelajaran matematika menjadi salah satu pembelajaran yang kurang
diminati oleh siswa (Manapa, 2021). Hal ini dikarenakan matematika yang sifatnya
abstrak dan sulit dimengerti. Pembelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran
yang hanya berkaitan dengan rumus dan perhitungan saja. Dengan adanya anggapan
yang demikian, membuat siswa kurang memiliki keinginan dalam belajar matematika
sehingga memberikan dampak pada menurunnya pemahaman konsep matematik
siswa. Menurut Rudyanto (2019) faktor lain yang menyebabkan pembalajaran
matematika kurang optimal yaitu guru tidak mengkaitkan pembelajaran matematika
dengan lingkungan sekitar.
Tujuan pembelajaran matematika berdasarkan Permendikbud No 54 Tahun
2014 yaitu pemahaman konsep, penggunaan pola yang menjadi dugaan dalam
menyelesaikan masalah, penggunaan penalaran dalam menyelesaikan masalah,
pengkomunikasian gagasan, memiliki sikap dalam menghargai manfaat matematika
dalam kehidupan, memiliki sikap yang sepadan dengan nilai matematika,
melaksanakan kegiatan motorik, penggunaan alat peraga sederhana. Menurut Fadhilah
et al (2022) pemahaman konsep matematis adalah kemampuan yang harus dimiliki
dalam pembelajaran matematika untuk memahami ide atau gagasan matematika yang
sifatnya mencangkup keseluruhan dan fungsional. Siswa perlu untuk memiliki
kemampuan pemahaman konsep matematis yang baikuntuk mengembangkan
kemampuan penyelesaian masalah, kemampuan penalaran, kemampuan koneksi dan
kemampuan komunikasi (Setiani et al., 2019). Upaya dalam meningkatkan
pemahaman konsep matematis siswa sangat tingkat dilakukan untuk menunjang
kesuksessan belajar siswa. Faktor yang dapat mempengaruh rendahnya kemampuan
pemahamn konsep matematis siswa slah satunya yaitu metode dan pendekatan yang
digunakan oleh guru (Asoraya & Martila Ruli, 2022). Menurut Aledya (2019) seorang
guru diharapkan dapat profesional dalam menciptakan pembelajaran matematika
melalui metode dan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga dalam
proses pembelajaran siswa dapat berperan sebagai objek belajar.
Banyak guru yang memilih model pembelajaran konvensional sebagai sarana
untuk meningkatkan pemahaman siswa terdapat suatu materi. Menurut Noka Saputra
et al (2019) model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang
mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi
pelajaran kepada siswa dan mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas.
Pembelajaran konvensional menekankan peran guru dalam mengajar dan siswa hanya
sebagai penerima informasi. Menurut Dewi & Septa (2019) pembelajaran
konvensional sering membuat siswa merasa bosan karena pembelajaran bersifat
monoton. Pada kenyataannya pembelajaran yang konvensional menyebabkan
pembelajaran kurang bermakna, kurang menarik, siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran, dan siswa kurang dalam menguasai konsep. Pada kenyataannya
pembelajaran yang konvensional menyebabkan pembelajaran kurang bermakna,
kurang menarik, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan siswa kurang
dalam menguasai konsep.
Realistics Mathematics Education adalah pendekatan dalam pembelajaran
matematika yang mengharapkan peserta didik untuk mengkaitkan pengetahuan yang
dimiliki dengan mengerjakan aktivitas dalam proses pembelajaran. Shadiq (2010:7)
menambahkan bahwa “Pendidikan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan
pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat
dengan siswa sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matematika.” Pendekatan
Realistics Mathematics Education (RME) dapat mendorong lebih aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran karena adanya kegiatan – kegiatan terkait dengan dunia
nyata yang dilakukan siswa dalam menemukan konsep matematika. Pendektatan
RME memberikan wadah bagi siswa untuk mengkonstruksikan dan menemukan
kembali konsep matematika melalui permasalahan nyata yang diberikan oleh guru
sehingga siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya (Chisara et al., 2018). Hal
ini dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan pemahaman konsep
matematika siswa. Melalui pendekatan ini, siswa secara langsung mengerti hubungan
dan manfaat matematika yang dipelajari dengan kehidupan sehari – hari. Menurut R.
I. M. Pratiwi & Wiarta (2021) penggunaan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME) dapat menciptakan sebuah pembelajaran yang bermakna karena
siswa mampu menemukan suatu konsep matematika dengan caranya
sendiri. Pembelajaran Realitics Mathematics Education (RME) dapat memberikan
pengalaman belajar secara kontekstual bagi siswa, meningkatkan motivasi belajar
siswa, mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, serta meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa (Apriyanti et al., 2023). Pembelajaran RME
menggunakan konteks nyata yang dekat dengan lingkungan siswa salah satunya dapat
dilakukan dengan mengaitkan budaya yang ada disekitar siswa dalam proses
pembelajaran matematika. Sehingga diharapkan siswa dapat menumbuhkan
kreativitasnya dalam menguasai konsep matematika sesuai dengan latar belakang
kebudayaan di lingkungan sekitar.
Etnomatematika merupakan salah satu pendekatan matematika yang
menghubungkan konsep materi matematika dengan kebudayaan lokal sehingga materi
matematika yang sifatnya abstrak lebih mudah dipahami karena materi matematika
dapat secara langsung berkaitan dengan budaya yang menjadi bagian dari kehidupan
sehari – hari siswa. Etnomatematika memiliki tujuan untuk memahami keterkaitan
konsep matematika dengan budaya sehingga pemahaman siswa terhadap matematika
lebih mudah dimengerti (Abdullah, 2017). Dengan adanya keterkaitan matematika
dengan budaya dalam kehidupan sehari – hari dapat membantu siswa untuk mengerti
bagaimana konsep matematika diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Hal ini
akan mendorong siswa untuk memiliki pemahaman konsep matematis yang lebih baik
dan dapat mengembangkan kemampuan dalam pemecahaman masalah matematika.
Menurut Andriono (2021) dampak penerapan etnomatematika dalam pembelajaran
matematika yaitu dapat menciptakan pembelajaran matematika yang kontekstual dan
menyenangkan, dapat mengubah pandangan siswa bahwa matematika sifatnya abstrak
dan sulit dimengerti menjadi nyata da nada dalam kehidupan sehari – hari,
mengenalkan kepada siswa terkait dengan kebudayaan daerah, dapat mendorong
siswa untuk memiliki kesadaran untuk melestarikan budaya daerah, salah satu bentuk
melesatarikan kebudayaan daerah. Pendekatan etnomatematika masih jarang
digunakan karena memerlukan kesesuian antara materi pembelajaran matematika
dengan kebudayaan lokal yang ada.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di sekolah SMP Negeri 5
Jepara, guru mata pelajaran matematika menggunakan konsep pembelajaran dimana
awal pembelajaran siswa diberi pengantar terkait materi pembelajaran yang akan
dipelajari, selanjutnya siswa diajak untuk menyimak video pembelajaran matematika
dari YouTube. Video pembelajaran bersifat monoton dan kurang menarik. Setelah
menyimak video pembelajaran, guru mengajak siswa untuk saling berdiskusi dengan
teman sebaya mengerjakan aktivitas yang berkaitan dengan materi yang diajar melalui
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) atau LKS (lembar Kerja Siswa). Saat siswa
berdiskusi untuk mengerjakan lembar aktiviatas yang diberikan oleh guru, beberapa
siswa yang masih kesulitan dalam mengerjakannya. Selain itu, siswa juga masih
mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal yang telah dimodifikasi dari contoh
soal. Dari permasalahan tersebut, menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa disekolah tersebut masih rendah. Kesulitan – kesulitan yang
dialami siswa disebabkan pembelajaran matematika bersifat monotan, kurang
menarik, hanya membahas terkait rumus matematika melalui video yang ditampilkan,
tidak kontekstual, kurang menunjukkan keterkaitan materi yang dipelajari dengan
kondisi kehidupan nyata siswa. Sehingga siswa kurang merasakan aplikasi materi
yang dipelajari dengan kehidupan nyata.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2023) dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Realitics Mathematics Education (RME) berbasis etnomatematik dapat
menjadi solusi pembelajaran dikelas dimana pembelajaran menjadi lebih interaktif
sehingga permasalahan matematika menjadi relevan dengan kehiudpan sehari – hari.
Berdasarkan hasil peneitian yang dilakukan oleh Najrina (2022) pembelajaran
matematika menggunakan Realitics Mathematics Eduation (RME) berbasis
etnomatematika dapat lebih baik digunakan dan dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep siswa. Namun penelitian tersebut memiliki kekurangan
pembelajaran tidak dikaitkan degan budaya setempat sehingga proses pembeljaran
tidak bermakna. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramesta & Mariana (2022)
pembelajaran Realitics Mathematics Education (RME) berbasis etnomatematik
menggunakan permainan tradisional engklek dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa sehingga memberi dampak pada materi yang disampaikan mudah dimengerti
oleh siswa.
Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta, ATD.,S.H.,M.M dalam acara Festival
Permainan Tradisonal memberikan pesan bahwa sebagai genarasi penerus bangsa
diharapkan tidak melupakan permainan tradisional, dan diminta untuk menjaga dan
melestarikan budaya (Bakolkopi, 2022). Salah satu wujud dalam menjaga dan
melestarikan budaya daerah setempat yang salah satunya yaitu menciptakan
pembelaljaran matematika berbasis budaya. Budaya daerah setempat yang dapat
dikaitkan dengan pembelajaran matematika yaitu salah satunya Permainan Tradisonal
Egrang. Dari penjelasan terkait latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti
memiliki solusi untuk mengatasi masalah tersebut berupa penggunaan pembeljaran
matematika menggunakan Realistics Mathematics Education berbasis etnomatematik
dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa. Maka peneliti mengambil judul
“Efektivitas Pembelajaran Realistics Mathematics Education (RME) Berbasis
Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah terdapat terdapat perbedaan antara pembelajaran menggunakan
Realistic Mathematics Education (RME) berbasis etnomatematika dengan
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa?
2. Apakah pembelajaran Realistics Mathematics Education (RME) berbasis
etnomatematika lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui terdapat terdapat perbedaan antara pembelajaran
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) berbasis
etnomatematika dengan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa
2. Untuk mengetahui pembelajaran Realistics Matematics Education (RME)
berbasis etnomatematika lebih efektif digunakan untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
D. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagi berikut :
1. Bagi Siswa
a. Memudahkan siswa dalam memahami konsep materi
b. Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa
c. Meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran
2. Bagi Guru
a. Membantu guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang
menarik dan menyenangkan
b. Mendorong guru menciptakan pembelajaran matematika secara
realistis dan kontekstual dengan berbantuan budaya
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan kualitas mutu pembelajaran di sekolah
b. Sebagai upaya dalam menciptakan proses pembelajaran yang inovativ
dan kreatif
4. Bagi peneliti
a. Mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan di Universitas PGRI
Semarang secara langsung pada dunia pendidikan
b. Memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang baru secara langsung
di bidang Pendidikan
E. Definisi Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka dalam memahami judul proposal
penlitian ini perlu penjelasan mengenai istilah – istilah dalam judul tersebut. istilah –
istilah yang perlu mendapat penegasan dan batasan adalah :
1. Efektivitas
Efektifitas dalam penelitian ini merujuk pada 3 aspek yaitu respon, aktivitas
siswa, dan siswa mampu menyelesaikan permasalahan matematis dengan
pencapaian rata – rata kemampuan pemahaman konsep siswa kelas
eskperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, serta tercapainya
ketuntasan belajar kelas secara klasikal ≥ 70 % (KKM). Efektivitas yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu kesuksesan dalam penerapan
pembelajaaran Realistics Mathematics Education (RME) berbasis
etnomatematik terhadap kemampuan pemahamn konsep siswa.
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
perubahan sikap dan tingkah laku dalam lingkungannya. Pembelajaran dalam
penelitian ini ditunjukkan pada kelas eksperimen yang memperoleh
pembelajaran yang menggunakan pendekatan RME berbasis etnomatematik
dan pada kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional yang
biasa digunakan oleh guru di sekolah tersebut.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran sederhana yang
dilakukan dalam proses pembelajaran dengan cara guru menjelaskan materi
secara ceramah dengan menggabungkan metode tanya jawab dan penugasan
sebagai upaya dalam memindahkan pengetahuan kepada siswa dan siswa
hanya sebagai pendengar yang pasif. Pembelajaran konvensioal hanya
berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan sulit
dalam memahami materi.
4. Pembelajaran Realistics Mathematics Education (RME)
Pendekatan pembeljaran Realistics Mathematics Education (RME) dalam
penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran matematika yang
menghubungkan pembelajaran matematika dengan keadaan realistic atau
dunia nyata kehidupan sehari – hari siswa. Tujuan pendekatan ini adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam menemukan konsep dan
mengkonstruksikannya dengan dunia nyata menggunakan pengetahuan –
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya. Sehingga proses
pembelajaran akan lebih bermakna, menarik bagi siswa dan mampu membuat
siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep siswa. Pendekatan Realistics Mathematics Education
(RME) dapat membantu siswa dalam memahami materi dan meningkatkan
minat belajar matematika.

5. Etnomatematika
Etnomatematika adalah pendekatan dalam pembelajaran matematika yang
memberikan fasilitas kepada siswa untuk membangun konsep matematika
dengan pengetahuan yang dimilki sebelumnya yang diperoleh melalui budaya
di lingkungan sekitar sehingga dapat menciptakan pembelajaran matematika
secara nyata yang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk memiliki
ketertarikan dalam belajar matematika. Melalui etnomatematika diharapkan
konsep matematika yang sulit dimengerti menjadi lebih mudah dipahami oleh
siswa karena pembelajaran matematika keterkaitan dengan budaya mereka
sehari – hari dalam hidup bermasyarakat. Etnomatematika dalam penelitian
ini menggunakan objek Permainan Tradisonal Engklek
6. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah salah satu kemampuan yang
harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan dalam belajar siswa yaitu dalam
menjelaskan kembali konsep matematika apa yang telah dipelajari dan
mengaplikasikan konsep dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Efektivitas
“Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam
jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah
sesuatu atas jasa kegiatan yang dijalankannya” (Pasha Akhmad, 2022). Sedangkan
menurut Pujiastutik (2019) “efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan
sejauh mana rencana dapat tercapai.” Menurut Zalewska & Trzcińska (2022)
mengatakan bahwa “efektivitas pembelajaran adalah satu standar mutu pendidikan
dan sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar, yang menyediakan kesempatan belajar
sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.”
Sedangkan menurut Yudhira (2021) “efektivitas pembelajaran adalah proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengubah kemampuan dan
persepsi siswa dari yang sulit mempelajari sesuatu menjadi mudah
mempelajarinya.” Menurut Yulianto & Nugraheni (2021) “efektivitas
pembelajaran yaitu perilaku guru saat mengajar yang bisa menghadirkan
pengalaman baru melalui pendekatan dan strategi tertentu agar tercapai suatu
tujuan pembelajaran.”
Berdasarkan pengertian efektivitas yang telah disampaikan diatas, dapat
disimpulkan bahwa efektivitas dalam pembelajaran adalah satu standart mutu
pendidikan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran melalui
pendekatan dan strategi tertentu yang sering diukur dengan tercapainya tujuan
pembelajaran setelah pelaksanaan proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang
dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif dalam proses
belajar dengan pengetahuan dan aktivitas yang dimiliki sehingga dapat mengatasi
kesulitan siswa dalam mempelajari sesuatu. Menurut Guskey dalam Nogroho
(2015) pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya dengan adanya
ketercapaian ketuntasan dalam prestasi belajar, adanya pengaruh yang positif
antara variabel bebas dengan variabel terikat, adanya perbedaan prestasi antara
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Menurut Sutini et al. (2020) pembelajaran
yang efektif harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi belajar
b. Membuat siswa menjadi memiliki rasa ingin tahu
c. Membuat siswa menjadi tertantang
d. Mampu membuat siswa aktif secara mental, fisik dan psikis
e. Membantu siswa tumbuh kreatif
f. Mudah dilaksanakan oleh guru berdasarkan pandangan
Adapun tujuh ciri pembelajaran yang efektif menurut Wahyuni & Herlinda
(2021) adalah sebagai berikut :

a. Proses belajar aktif baik mental maupun fisik.


b. Metode yang bervariasi
c. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas
d. Suasana demokratis di sekolah
e. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
f. Interaksi belajar yang kondusif
g. Pemberian remedial dan dianalisis kesulitan belajar yang muncul

Lima indikator pembelajaran yang efektif menurut Mukhlasin (2021) adalah


sebagai berikut :

1. Pengelolaan proses pembelajaran


2. Proses komunikatif
3. Respon siswa
4. Aktifitas KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
5. Hasil belajar siswa

Menurut Wahyuni & Herlinda (2021) untuk menciptakan pembelajaran yang


efektif maka perlu didukung dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran


2. Proses pembelajaran harus dapat menarik minat dan perhatian siswa
3. Pembelajaran yang dilakukan dapat menigkatkan motivasi siswa
4. Guru dapat memberikan pelayanan kepada siswa secara personal atau
individual
5. Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran untuk
menunjang proses pembelajaran

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran yang efektif menurut


Allemano dalam Toriharan, Nanik Margaret (2020) yakni:

1. Dukungan internal;
2. Karakteristik siswa;
3. Perilaku guru;
4. Ekspektasi siswa;
5. Waktu pembelajaran;
6. Strategi pembelajaran yang bervariasi;
7. Penilaian dan umpan balik siswa (UNESCO, 2008, h. 10).

Menurut Wahyuddin dan Nurcahaya dalam F. Hamzah et al (2022) indikator


pembelajaran yang efektif meliputi :

1. Hasil belajar matematika siswa;


2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika;
3. Keterlaksanaan pembelajaran;
4. Respons siswa terhadap proses pembelajaran

Indikator efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan


indikator Guskey dalam Nogroho (2015) indikator suatu pembelajaran yang
efektif meliputi :

a. Adanya ketercapaian ketuntasan dalam prestasi belajar


b. Adanya pengaruh yang positif antara variabel bebas dengan variabel
terikat
c. Adanya perbedaan prestasi antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol.
2. Pembelajaran Realistics Mathematics Education (RME)
Realistics Mathematics Education (RME) atau biasa dikenal Pendidikan
Matematika Realitik Indonesia (PMRI) adalah suatu pendekatan pembelajaran
matematika yang berfokus pada kegiatan aktivitas siswa dalam mengembangkan
pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Rismaratri pada Armania et al. (2018)
“Realistic Mathematic Education (RME) atau pembelajaran matematika realistik
adalah pendekatan pengajaran yang berhubungan dengan hal-hal yang nyata bagi
siswa menekankan keterampilan process of doing mathematics, berdiskusi dan
berkolaborasi, berinteraksi dengan teman sekelas sehingga mereka mampu
menemukan sendiri strategi atau cara penyelesaian suatu masalah (student
inventing sebagai kebalikan dari teacher teaching) dan pada akhirnya
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan suatu permasalahan, baik
secara individu maupun kelompok” Menurut Zulkardi dalam Zabeta et al (2015)
PMRI merupakan adaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME) adalah
suatu pembelajaran matematika yang menggunakan aktivitas siswa dimana
pembelajaran matematika harus dikaitkan secara nyata terhadap konteks
kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan
diaplikasikan melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.
Menurut Azizah pada Faot (2020) melalui PMRI (Pendekatan Matematika
Realistik Indonesia) siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide atau
konsep matematika sebagai bentuk pengalaman siswa yang berhubungan dengan
dunia nyata. PMRI erat kaitannya dengan pemberian masalah yang berhubungan
dengan kehidupan nyata siswa yang digunakan untuk melatih siswa dalam
memahami konsep matematika yang dapat mendorong siswa untuk
menyelesaikan permasalahan matematis hal ini berdasarkan pandangan Sari dan
Mz dalam Kirana & Nazihah (2018). Dengan pendekatan PMRI siswa dapat
mengerti relevansi atau hubungan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata
sehari – hari. Berdasarkan pandangan Maisyarah & Prahmana (2020) pendekatan
PMRI mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk turut berkontribusi
melalui pengetahuan yang dimiliki dalam memahami materi yang dipelajari
melalaui permasalahan secara nyata yang diberikan selama proses KBM sehinga
pemelajaran menjadi bermakna. Dalam pelaksanaannya pendekatan pendidikan
matematika realistik memiliki prinsip. Menurut Gravemeijer dalam Iis Holisin
(2007) prinsip pendidikan matematika realistik meliputi :
1) Menemukan kembali secara terbimbing malalui matematisasi
progresif (Guided Reinvention Through Progressive Mathematizing).
Prinsip ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep, teori dan langkah dalam menyelesaikan permasalahan sesuai
dengan banyak cara
2) Fenomena didaktik (Didactical Phenomenology). Berdasarkan prinsip
ini keadaan yang dapat menjadi topik matematika melalaui
permasalahan secara kontekstual dikenalkan kepada siswa.
3) Pengembangan model mandiri (Self developed models). Dalam
menylesaikan masalah secara kontekstual siswa menemukan dan
mengembangkan model secara mandiri sebagai upaya untuk mengatasi
ketimpangan pengetahuan informal dan matematika formal
bedasarkan pengetahuan ang dimiliki oleh siswa.

Terdapat lima karakteristik pendidikan matematika realistic menurut Hobri


dalam Ningsih (2014) yang meliputi :

1. Menggunakan permasalahan kontekstual.


Topik pembelajaran menggunakan pemasalahan kontekstual yang
digunakan sebagai titik awal dalam proses pembelajaran matematika
sehingga permasalahan yang digunakan yaitu permasalahan sederhana
yang berkaitan erat dengan siswa.
2. Mengguanakan model untuk mematematisasi progresif
Model digunakan sebagai jembatan pengetahuan matematika siswa
pada tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika secara formal.
Siswa mengembangkan secara mandiri model untuk membantu dalam
menyelesaikan permasalahan. Model yang digunakan dapat berupa
model situasi dan model matematik. Model situasi erat kaitannya
dengan kehidupan nyata yang dekat dengan siswa. Sedangkan model
matematik erat kaitannya dengan model yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah yang digeneralisasikan dari formalisasi model
menuju model – of masalah sehingga dengan penalaran matematik
model – of bergeser menuju model – for yang pada akhirnya menjadi
model matematika formal.
3. Menggunakan kontribusi siswa
Diharapkan dengan pendidikan matematika realistik diharapkan siswa
memiliki kontribusi penuh selama proses pembelajaran
4. Interaktivis
Melalui pendidikan matematika realistik akan terjalin interaksi antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa itu sendiri pada saat
proses KBM
5. Terintegrasi dengan topik lain
Dalam pendidikan matematika realistik pembelajaran matematika
memiliki keterkaitan dengan bidang – bidang yang lain. Dalam
mengaplikasikan konsep matematika dibutuhkan pengetetahuan yang
kompleks

Prinsip – prinsip pendidikan matematika realistik menurut Van Den Hauvel-


Panhuizen dalam meliputi :

1. Prinsip aktivitas. Prinsip aktivitas mengatakan bahwa matematika


merupakan aktivitas manusia sehingga matematika lebih baik
dipelajari dengan melakukannnya.
2. Prinsip realitas. Prinsip realitas berkaitan dengan pembelajaran
matematika yang menggunakan permasalahan nyata dalam kehidupan
sehari – hari siswa.
3. Prinsip perjenjangan. Prinsip berkaitan dengan tingkat pemahaman
siswa yang dimulai dari beberapa jenjang dari menemukan langkah
dalam menyelesaikan permasalahan secara informal menuju formal.
4. Prinsip jalinan. Prinsip jalinan menyatakan bahwa pembelajaran
matematika memiliki keterkaitan dengan bidang lainnya.
5. Prinsip interaksi. Prinsip menyatakan bahwa pembelajaran matematika
yang dipandang sebagai akivitas manusia sehingga timbul interaksi
dalam menyelesaikan permasalahan.
6. Prinsip bimbingan. Prinsip ini menyatakan bahwa untuk menemukan
kembali siswa masih membutuhkan bimbingan dari guru.

Langkah – langkah pembelajaran matematika dengan menggunakan


pendidikan matematika realistik dalam penelitian ini yang mengacu pada
pendapat Shoimin dalam Suwangsih et al. (2016) sebagai berikut :

1. Memahami masalah kontekstual


Pada awal pembelajaran guru memberikan permaslahan kontekstual
yang dekat dengan kehidupan nyata sehari – hari siswa dan guru
meminta siswa untuk memahami permasalahan tersebut.
2. Menjelaskan masalah kontekstual
Saat siswa mengalami kesulitan dalam memahami permasalahan
kontekstual ang diberikan oleh guru, melalui langkah ini guru
memberikan petunjuk maupun bimbingan yang dapat membantu siswa
dalam menyelesaikan permasalahan kontekstual yang diberikan.
3. Menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa secara individu maupun kelompok menyelesaikan permasalahan
kontekstual yang diberikan oleh guru dengan menggunakan dan
mengkonstruksikan pengetahuan – pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya. Siswa diberi kebebasan dalam menentukan langkah
maupun proses dalam menyelesaikan permasalahan. Pada langkah
pembelajaran ini, peran guru hanya mendorong dan memberikan
sedikit petunjuk atau arahan bagi siswa yang masih mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan.
4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban siswa
Setelah semua siswa menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru
mengajak siswa untuk membandingkan hasil pekerjaannya dalam
proses diskusi di kelas. Pada langkah pembeljaran ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berani dalam
mengemukakan pendapatnya terkait menyelesaikan permasalahan.
5. Menyimpulkan hasil diskusi secara bersama – sama
Guru dan siswa secara bersama – sama menyimpulkan terkait dengan
konsep, langkah atau proses dalam menyelesaikan permasalahan. Guru
juga dapat menanyakan hal – hal apa saja yang ditemukan oleh siswa
dalam menyelesaikan permasalahan kontekstual yang telah
diselesaikan.

Dalam pelaksanaannya selama proses pembelajaran pendekatan Realistics


Mathematics Education (RME) tentu memiliki kelibihan dan kekurangan. Adapun
kelebihan Realistics Mathematics Education (RME) menurut Suwarsono dalam
Ramadhani & Caswita (2017) sebagai berikut :
1) RME dapat memberikan pemahaman yang jelas terkiat dengan
hubungan dan kegunaan matematika dengan kehidupan sehari – hari.
2) Melalui RME matematika dapat dikonstruksi dan dikembangkan
langsung oleh siswa bahkan orang – orang biasa yang lainnya dan
bukan hanya orang yang menjadi pakar matematika.
3) Melalui RME siswa dapat mengerti bahwa matematika dapat
diselesaikan dengan satu cara tunggal melainkan dapat diselesaikan
dengan berbagai cara dan orang satu dengan yang lainnya memiliki
cara yang berbeda.
4) Dengan RME siswa dapat mengerti bahwa untuk mempelajari
matematika orang harus mengalami sendiri dan menemukan konsep
matematika sendiri dengan bantuan pihak lain seperti guru.
5) RME dapat memdukan pendekatan – pendekatan pembelajaran yang
lain yang lebih unggul
6) RME memiliki sifat yang menyeluruh, detail, dan operasional sehingga
proses pembelajaran matematika dilaksanakan sesuai dengan sifat
RME

Kekurangan – kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran


matematika dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics Education
(RME) menurut Suwarsono Ramadhani & Caswita (2017) meliputi :

1) Pemhaman dan implementasi dari RME membutuhkan paradigma


(pandangan yang baru) bagi siswa, guru, dll
2) Soal kontekstual sesuai dengan kriteria RME sulit untuk ditemukan
3) Adanya tantangan dalam menghadapi siswa yang kesulitan
dalammenemukan konsep dan menyelesaikan masalah matematika
4) Adanya kesulitan dalam pengembangan kemampuan berpikir siswa
5) Pemilihan alat peraga bagi seorang guru sesuai dengan tuntutan RME
6) Proses penilian pembelajaran dengan RME lebih sulit dibandingkan
dengan pendekatan pembelajaran konvensiona
7) Perlu adanya pengurangan materi dalam kurikulum yang cenderung
lebih padat agar pembelajaran dengan RME dapat berjalan secara
optimal
3. Pembelajaran Etnomatematika
Etnomatematika adalah ilmu yang memahami bagaimana matematika
diperoleh dari budaya dan memiliki fungsi untuk menjelaskan hubungan budaya
dengan matematika. Pembelajaran dengan menggunakan etnomatematik
diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika melalui
budaya yang dekat dengan siswa dalam kegiatan bermasyarakat. Tujuan
Etnomatematika yaitu untuk mengakui bahwa ada banyak cara yang berbeda
dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan memperhatikan
pengetahuan matematika yang berkembang di lingkungan masyarakat melalui
aktivitas masyarakat seperti berhitung, merancang bangunan, bermain, dll.
Menurut Richardo (2017) manfaat etnomatematika dalam pembelajaran
matematika yaitu mampu memberikan fasilitas kepada siswa untuk
mengkrontruksikan konsep matematika melalui pengetahuan awal yang dimiliki
siswa dalam lingkungannya sendiri dan pembelajaran etnomatematik dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga pembelajaran mateatika lebih
terasa lebih menyenangkan. Menurut Kencanawaty & Irawan (2017) Penggunaan
etnomatematik dalam pembelajaran matematika di sekolah perlu disesuaikan
dengan keadaan dan kondisi budaya yang ada di lingkungan sekolah dan budaya
apa saja yang dapat dikoneksikan dalam pembelajaran matematika maka hal inilah
yang menjadi kelemahan pembelajaran etnomatematik dalam pembelajaran
matematika di sekokah. Adapaun kelebihan pembelajaran etnomatematik dapat
membantu siswa untuk mengerti bagaimana hubungan budaya, masyarakat dan
lingkungan setempatnya dengan adanya konten dan pendekatan pembelajaran
matematika yang dapat membuat siswa meningkatkan pemahaman matematiknya
(Rosa & Orey, 2011).
Dalam penelitian ini, objek etnomatematik yang digunakan sebagai konten
dalam pembelajaran matematika adalah Permainan Tadisional Egrang.
Permaianan egrang merpakan salah satu permainan tradisonal yang berkembang
di Kabupaten Jepara. Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang optimal
dibutuhkan model pembelajaran sehingga pembelajaran dapat tersampaikan
dengan baik. Dalam penelitian in menggunakan pendekatan Realistics
Mathematics Education (RME) berbasis etnomatematika.
4. Pembelajaran Realitics Mathematics Education (RME) Berbasis
Etnomatematika
Pembelajaran RME adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri menggunakan kemampuannya melalui
aktivitas – aktivitas yang diberikan dalam proses pembelajaran dan dibimbing
oleh guru. Sedangkan etnomatematika dapat menjadi jembatan antara budaya
yang berkembang didaerah setempat dengan pembelajaran matematika melalui
pembelajaran RME untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermakna dan
siswa lebih mudah untuk memahami materi yang dipelajari. Pembelajaran
matematika menggunakan RME berbasis etnomatematika merupakan pendekatan
pembelajaran matematika berupa masalah didunia nyata (real world problem)
yang dekat dengan kehidupan sehari – hari siswa dan menggunakan unsur budaya
yang berkembang dimasyarakat setempat untuk membangun pemahaman konsep
matematis siswa. Pembelajaran RME berbasis etnomatematika mampu
mendorong suatu materi yang dipelajari dengan menggunakan unsur budaya
daerah setempat dapat meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar siswa.
Pembelajaran matematika Realitics Mathematics Education (RME) berbasis
etnomatematika menjadikan siswa memiliki sikap untuk melestarikan kebudayaan
yang berkembang didaerah setempat. Menurut dengan menggunakan pendekatan
RME berbasis etnomatematika pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah
dipahami sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga terjadi
transfer ilmu antar siswa dan pembeljaran RME berbasis budaya memiliki dampak
bagi siswa untuk mampu menyelesaikan soal HOTS (High Order Thinking Skill),
melatih siswa untuk melakukan analisis terhadap suatu permasalahan,
menyelesaikan dan menarik sebuah kesimpulan.
Menurut Maulidiah Langkah – langkah pembelajaran Realitics Mathematics
Education (RME) berbasis etnomatematika :
1. Tahap Awal
Guru membuka pembelajaran, memberikan motivasi dan tujuan
pembelajaran sesuai dengan capaian pembelajaran
2. Tahap Memahami Masalah Kontestual
Guru memberikan masalah nyata yang berkaitan dengan kehidupan
sehari – hari siswa menggunakan unsur etnomatematika berupa soal,
LKS maupun video
3. Tahap Menyelesaikan Masalah
Guru membimbing siswa untuk saling berdiskusi dalam menyelesaikan
masalah kontekstual berbasis etnomatematika sesuai dengan
pengetahuannya sendiri
4. Tahap Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban
Guru membimbing siswa untuk saling memberikan jawaban,
menjelaskan dan membandingkan jawaban hasil diskusi
5. Tahap Menyimpulkan
Guru mendorong siswa untuk bersama – sama membuat kesimpulan
yang tepat terkait dengan materi yang telah dipelajari
5. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman Konsep matematis adalah kemampuan yang digunakan untuk
memahami ide dalam matematika secara keseluruhan dan fungsional (A. G.
Fahrudin et al., 2018). Kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa
dapat ditunjukkan dengan cara siswa menjelaskan materi yang telah dipelajari
dengan kata – kata mereka sendiri. Menurut Permendikbud No 54 Tahun 2014
tujuan pembelajaran matematika meliputi : pemahaman konsep, penggunaan pola
yang menjadi dugaan dalam menyelesaikan masalah, penggunaan penalaran
dalam menyelesaikan masalah, pengkomunikasian gagasan, memiliki sikap dalam
menghargai manfaat matematika dalam kehidupan, memiliki sikap yang sepadan
dengan nilai matematika, melaksanakan kegiatan motorik, penggunaan alat
peraga sederhana. Pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa dapat membantu
siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
Indikator pemahaman konsep matematis menurut P. Sari (2017) dalam yaitu
1. Menyatakan ulang konsep
2. Mengelompokkkan objek menurut sifatnya atau berdasarkan
konsepnya
3. Memberikan contoh dan bukan contoh
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk matematis
5. Mengembangkan syarat terhadap konsep matematika
6. Memakai manfaat dan memilih prosedur tertentu
7. Mengaplikasikan konsep untuk memecahkan masalah matematik

Sedangkan menurut NCTM dalam Praja et al (2021) indikator siswa


memahami konsep matematis yaitu meliputi : (Hendriana)
1) Mendefiniskan konsep secara verbal dan tulisan
2) Mengidentifikasi da membuat contoh dan non contoh
3) Menggunakan model, diagram dan simbol untuk menjelaskan suatu
konsep
4) Mengubah bentuk representasi dalam bentuk lain
5) Mengenal macam – macam makna dan interprestasi konsep matematik
6) Mengidentifikasi sifat konsep dan mengenal syarat yang menentukan
suatu konsep

Siswa dianggap paham terhadap suatu konsep matematika apabila siswa


dapat kembali menjelaskan konsep matematika yang telah dipahami
menggunakan kalimat yang disusunnya sendiri dan dapat memberikan contoh dan
bukan contoh selain yang dicontohkan terkait dengan materi yang dipelajari serta
mampu menerapkan konsep matematika dalam menyelesaikan permasalahan
matematika. Indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini
mengambil beberapa indikator dari Sari, sehingga indikator yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi :

1) Menyatakan ulang sebuah konsep matematika


2) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk reprensentasi matematika
3) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
matematika
4) Mengaplikasikan konsep dalam menyelesaikan permasalahan
matematika
6. Permainan Tradisional Egrang
Permainan tradisional merupakan salah satu aktivitas yang dikemas dalam
sebuah permainan yang berkembang dari kebiasan di masyrakat (Apriyono et al.,
2019). Permainan tradisional adalah aktivitas permainan yang menyenangkan
dengan memakai alat sederhana dan diwariskan secara turun – temurun (J. W.
Pratiwi & Pujiastuti, 2020). Melalui permainan tradisional diharapkan generasi
penerus dapat mewarisi nilai – nilai budaya yang terkandung dalamnya. Menurut
Siregar & Lestari (2018) permainan tradisional juga dapat memberikan dampak
yang positif terhadap perkembangan anak yang mencangkup fisik, kontrol emosi,
dan perkembangan kognitif pada anak. Permainan tradisional yang digunakan
dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa dalam mempelajari
konsep matematika yang dipeoleh melalui sebuah pengalaman dengan situasi
yang nyata. Salah satu permainan tradisonal yang berkembang di kalangan
masyarakat yaitu permainan egrang.
Permainan tradisional egrang terbuat dari bahan dasar bambu. Panjang bambu
yang dibutuhkan sekitar ± 2 meter sebanyak 2 batang atau 2 potong yang panjang
dan besarnya sama sebagai pegangan egrang. Diameter bambu disesuaikan dengan
kebutuhan atau dianggap dapat menopang dan dapat diangkat ketika digunakan. 2
potong bambu yang sudah disiapkan dapat dilubangi untuk pijakan kaki saat
egrang digunakan. Pijakan kaki pada egrang dibuat dengan panjang sekitar
± 50 cm dengan diameter pijakan setengah dari diameter pegangan egrang.
Masukan pijakan kaki pada pegangan egrang yang telah dilubangi. Untuk
memperkuat pijakan kaki pada egrang, maka dapat diberi pengangga dari ujung
pijakan kaki dengan ujung egrang lalu dapat diikat atau dapat ditali dengan
menggunakan karet sehingga berbentuk segitiga atau huruf “L”. untuk lebih
jelasknya dapat simak gambar dibawah ini.
Permainan tradisional egrang dapat dimainkan secara individu maupun
berkelompok. Saat bermain, pemain berdiri diatas pijakan egrang dan dan
memegang bambu bagian atas, pemain dapat berjalan kedepan sesuai dengan arah
yang telah disepakati. Dalam permainan ini diharapkan pemain dapat menjaga
keseimbangannya dalam bermain. Menurut Suwondo dalam Wawo Koa &
Marselinus Harun Malessy (2021) pemenang dalam permainan tradisional egrang
adalah mereka yang dapat menjaga keseimbangann dan lebih dulu sampai pada
garis akhir.

Gambar 1 Permaian Tradisional Engklek

7. Materi Pembelajaran Teorema Phytagoras


Gambar 2 Segitiga Siku – Siku

Terlihat bahwa pijakan dalam permainan tradisional egrang memiliki


kemiripan dengan bentuk segitiga siku – siku. Segitiga siku – siku adalah segitiga
yang salah satu sudutnya siku – siku (90 0). Sisi yang berada di depan sudut siku –
siku disebut sebagai hipotenusa (sisi miring) sedangkan kedua sisi yang lainnya
disebut sebagai sisi siku – siku. Pada gambar sisi BC sebagai hipotenusa,
sedangkan sisi AB dan AC sebagai sisi siku – siku.

Teorema pythagoras menyetakan bahwa pada segitiga siku – siku, kuadrat dari
hipotenusa sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi siku – sikunya. Sehingga
2 2 2 2 2 2
BC = AB + AC . Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh AB =BC − AC dan
2 2 2
AC =BC − AB

8. Pembelajaran Konvensional
Menurut Sapriyah (2019) Pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan
oleh pendidik untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa serta
dapat mampu mengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran juga harus memperhatikan
prinsip – prinsip pembelajaran. Prinsip – prinsip pembelajaran meliputi : perhatian
dan motivasi siswa, keaktifan siswa, keterlibatan siswa secara langsung,
pengulangan, tantangan serta perbedaan individu (H. G. Ali, 2014). Menurut
Lindgren menyebutkan bahwa proses pembelajaran mencakup tiga aspek
(M.Sobry Sutikno dalam Junaedi, 2019), yaitu:
1. Siswa. Siswa merupakan faktor yang paling penting, sebab tanpa
siswa tidak akan ada proses belajar.
2. Proses belajar. Proses belajar adalah apa yang dihayati siswa
apabila mereka belajar.
3. Situasi belajar. Situasi belajar adalah lingkungan tempat terjadinya
proses belajar dan semua faktor yang mempengaruhi siswa atau
proses belajar seperti pendidik , kelas dan interaksi didalamnya

Guru dalam melaksakan proses pembelajaran harus memperhatikan hal – hal


yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang
diinginkan dapat tercapai meliputi : media pembelajaran, model pembelajaran,
strategi pembelajaran dan metode pembelajaran. Faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran menurut Wina Sanjaya dalam Junaedi (2019)
yaitu :

1. Faktor guru. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila


seorang guru mampu menyampaikan materi dan mampu memotivasi
siswa dengan baik.
2. Faktor siswa. Siswa memiliki peran peran penting dalam keberhasilan
proses pembelajaran dengan kemampuan akademik, motivasi dan
tingkat kedisiplinan dan keaktifan yang dimiliki dalam pross
pembelajaran.
3. Faktor lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang kondusif mampu
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran karena dapat
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Lingkungan belajar
yang kondusif didukung dengan adanya fasilitas yang memadai,
suasana kelas yang nyaman , dll
4. Strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran meliputi metode dan
model pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa dalam
memahami materi dengan lebih mudah dan efektif.

Namun saat ini banyak guru yang menggunakan konsep pembelajaran


ceramah atau biasa dikenal dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran tradisional dengan menggunakan metode
ceramah yang dilakukan oleh guru dalam menjelaskan materi pembelajaran
kepada siswa. Pembelajaran konvensional merupakan proses belajar dengan
model teacher-centered learning (pembelajaran berpusat pada guru) sehingga
guru sebagai sumber utama bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan
(Kurniawan et al., 2015). Pembelajaran konvensional sering kali dianggap
monotan, membosankan dan cenderung membuat siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran yang konvensional menekankan guru sebagai pusat
dalam proses pembelajaran dan berperan sebagai sumber informasi. Sehingga
guru akan menyajikan materi pembelajaran, memberikan informasi – informasi
yang berkaitan dengan materi pembelajaran, memberikan soal latihan dan
menyelesaikan soal latihan tersebut. Siswa dalam hal ini hanya menerima materi
dan informasi yang diberikan oleh guru, serta menyelesaikan soal latihan yang
diberikan.

Pada pembelajaran konvensional, guru selama proses pemebalajran


berlangsung akan menjelaskan materi dan konsep matematika kepada siswa.
Kemudian guru akan meminta siswa mencatat hal – hal penting yang telah
disampaikan dan meminta siswa mengerjakan latihan soal terkait dengan materi
yang telah disampaikan. Pembelajaran konvensional menyebabkan adanya
komunikasi satu arah yaitu guru dengan siswa. Dalam pembelajran konvensional
siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tetapi banyak siswa yang memilih
untuk diam. Hal ini dikarekan siswa tidak berani untuk mengungkapkan pendapat
atau pertanyaan kepada guru. Beberapa guru menggunakan pembelajaran
konvensional dengan metode diskusi, tanya jawab, demonstrasi, ceramah, dll
Pembelajaran konvensional kurang menantang bagi siswa dalam proses
pembelajaran. Berikut ini ciri – ciri pembelajaran konvensional menurut
Subiyanto dalam F. Fahrudin et al (2021) :

1) Peserta didik tidak dapat mengerti tujuan dari proses pembelajaran


yang dilakukan
2) Guru mengajar dan menyampikan materi hanya berpedoman dengan
buku pendamping
3) Test yang diberikan bersifat sumatif untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa
4) Siswa mengikuti cara belajar mengjar yang telah ditetapkan oleh guru

Dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional tentu ditemukan berbagai


kelebihan dan kekurangan yang dihadapi selama proses pembelajaran. berikut ini
kelebihan pembelajaran konvensional yang dikemukakan oleh Suwarsono dalam
Lestari & Sofyan (2014) sebagai berikut :

1) Pembelajaran konvensional lebih mudah dilakukan


2) Matri dapat disampeikan oleh guru dengan waktu yang singkat dan
hanya menjelaskan materi – materi pokok saja
3) Hanya menyampaikan matri – materi pokok saja
4) Seorang guru lebih mudah dalam menguasai kelas
5) Pengorganisasian kelas lebih mudah dengan metode ceramah

Selain kelebihan, pembelajaran konvensional juga memiliki berbagai


kekurangan dalam pelaksanaannya selama proses pembelajaran matematika
menurut Suwarsono dalam Lestari & Sofyan (2014) sebagai berikut :

1) Materi yang dipahami oleh siswa sebatas yang telah disampaikan oleh
guru
2) Pembelajaran hanya berfokus pada penggunaan kata – kata atau
ucapan yang telah disampaikan oleh guru dan kurang memperhatikan
penggunaan alat peraga, media bergambar atau media pemebalajaran
yang lainnya
3) Pembelajaran dapat membuat siswa cenderung merasa bosan
4) Dengan metode pembelajaran ceramah sulit bagi guru untuk
mengetahui apakah seluruh siswa dapat memahami materi yang
disampaikan
A. Kerangka Berpikir
Peran pendidikan sangat penting dalam menunjang kemajuan bangsa.
Pendidikan yang bermutu dapat menciptakan individu yang memiliki pemikiran kritis
dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan baik dalam menghadapi tantangan
kemajuan bangsa. Upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia terus
dilakukan oleh pemerintah melalui pemerataan peserta didik dengan adanya sistem
zonasi, pergantian kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka belajar, dan
mempersiapkan tenaga pendidikan yang kompeten dengan adanya program ppg
(Pendidikan Profesi Guru). Untuk terciptanya kualitas pendidikan yang bermutu perlu
didukung dengan adanya proses pembelajaran yang optimal. Pembelajaran
matematika kurang diminati oleh siswa. Hal ini diakibatkan oleh matematika yang
sifatnya abstrak sehingga sulit dimengerti dan proses pembelajaran matematika yang
diciptakan oleh guru hanya monoton terhadap rumus dan perhitungan. Sehingga
proses pembelajaran matematika kurang responsif terhadap lingkurangan sekitar
peserta didik. Banyak guru yang memilih menggunakan pembelajaran konvensional
dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran yang konvensional hanya mengacu
pada gaya mengajar guru yang aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
konvensional cendurung membuat siswa merasa bosan. Pada kenyataannya
pembelajaran konvensional menyebabkan pembelajaran kurang menarik, kurang
bermakna dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini memberikan
dampak terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa rendahh.
Realistics Mathematics Education (RME) merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran matematika yang mampu mendorong peserta didin untuk meningkatkan
pengetahuannya melalui aktivitas yang diberikan dalam proses pembelajaran. Melalui
RME siswa akan m cederung lebihh aktif berpartisipasi dalam pembelajaran karena
adanya aktivitas - aktivitas yang diberikan oleh guru dalam menemukan konsep
matematika. Dengan menggunakan Realistics Mathematics Education (RME) siswa
akan mengerti secara langsung bagaimana hubungan dan matematika yang dipelajari
dengan kehidupan sehari - hari. Pembelajaran RME menggunakan konteks nyata yang
dekat dengan lingkungan siswa salah satunya dapat mengaitkan kebudayaan
dilingkungan sekitar siswa dalam proses pembelajaran matematika. Etnomatematika
merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang menghubungkan konsep
materi matematika dengan kebudayaan lokal sehingga matematika lebih mudah
dipahami. Kurikulum merdeka belajar mampu memberikan ruang dalam menciptakan
pembelajaran matematika yang berbasis budaya. Melalui pembelajaran Relaitics
Mathematics Eductaion (RME) berbasis etnomatematika akan berdampak pada
pembelajaran matematika yang kontekstual melalui unsur budaya yang ada
dilingkungan siswa.
Berdasarkan uraian diatas peneliti memberikan judul terhadap pelaksanaan
penelitian yaitu “Efektivitas Pembelajaran Realistics Mathematics Education
(RME) Berbasis Etnomatematika Terhadap Pemahaman Konsep Matematis
Siswa”
Berikut ini gambar diagram kerangka berpikir dalam penelitian ini :

1. Menurunnya minat belajar siswa

2. Rendahnya pemahaman konsep

3. Siswa kurang aktif dalam


pembelajaran

Materi
Pembelajaran

Pembelajaran Realistics
Pembelajaran Mathematics Education (RME)
Konvensional berbasis etnomatematika

1. Memahami masalah kontekstual


2. Menjelaskan masalah
kontekstual
3. Menyelesaikan masalah
kontekstual
Kelas
4. Membandingkan dan
Eskperimen
mendiskusikan jawaban siswa
A. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono dalam Syaifullah & Mira (2018) hipotesis adalah dugaan
sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian yang dinyatakan dalam
kalimat pertanyaan. Menurut Lolang (2014) hipotesis merupakan suatu pernyataan
bahwa dugaan terhadap sesuatu adalah benar. Hipotesis adalah dugaan yang sifatnya
masih sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian yang harus diuji
kebenarannya (Zaki & Saiman, 2021). Hipotesis dikatakan sebagai jawaban atau
dugaan sementara karena dugaan yang diberikan hanya didasarkan teori yang ada dan
belum berdasarkan pada fakta – fakta yang diperoleh dalam pengumpulan data di
lapangan (I. K. Sari & Saryadi, 2019). Dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah
dugaan sementara terhadap suatu rumusan masalah dalam penelitian berdasarkan teori
yang adadan perlu diuji kebenarannya menurut keadaan dilapangan saat
mengumpulkan data.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat
hipotesis yang akan digunakan untuk menarik sebuah kesimpulan pada akhir
penelitian ini yang meliputi :
1. Uji Perbedaan
- H0 : Tidak terdapat terdapat perbedaan antara pembelajaran
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) berbasis
etnomatematika dengan pembelajaran konvensional terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
- H1 : Terdapat perbedaan antara pembelajaran menggunakan
Realistic Mathematics Education (RME) berbasis etnomatematika
dengan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa
2. Uji Efektivitas
- H0 : pembelajaran Realistics Mathematics Education (RME)
berbasis etnomatematika tidak lebih efektif digunakan untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
- H1 : pembelajaran Realistics Mathematics Education (RME)
berbasis etnomatematika tidak lebih efektif digunakan untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini menggunakan lokasi di SMP Negeri 5 Jepara. Waktu
pelaksanaan penelitian ini pada tahun ajaran 2023/ 2024
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono tahun 2016 populasi merupakan wilayah atas suatu
obyek/subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dalam menarik kesimpulan (Guru et al., 2019). Populasi yang
digunakan sebagai penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Jepara tahun ajaran
2023/2024.
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Krisnaldy & Deliana, 2018). Sample terdiri dari dua kelas
eksperimen, dan satu kelas kontrol setelah mempertimbangkan ciri – ciri anatara lain :
siswa mendapatkan materi sesuai dengan kurikulum yang sama, siswa diajar oleh
guru yang sama, siswa yang menjadi obejek penelitian berada pada kelas yang sama.
Satu kelas diambil untuk kelas uji coba, setelah mendapatkan pembelajaran materi
statistika. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
Negeri 5 Jepara dengan mengambil dua kelas secara acak. Dua kelas tersebut
mencangkup kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelompok atau kelas ekperimen
akan mendapatkan pembelajaran Realistics Mathematics Education (RME) berbasis
etnomatematika sedangkan kelompok atau kelas kontol dengan pembelajaran
konvensional.
C. Desain Eksperimen
Penelitian ini dimulai dengan menentukan populasi dan sample dalam
penelitian. Cara untuk menentukan sampel yaitu dengan menggunakan sample
random sampling. Dengan teknik sampling acak didapat 2 sampel yaitu kelas
eskperimen dan kelas kontol. Pada kelas eksperimen akan diberi perlakuan dengan
pembelajaran Realistics Mathematics Education (RME) berbasis etnomatematika
sedangkan untuk kelas kontrol akan diberi pelakuaan dengan pembelajaran
konvensional. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol akan diberi materi
Teorema Pythagoras. Pada akhir pembelajaran akan dilakukan evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Data yang diperoleh akan
dianalisis dengan uji statistik dan akan dilakukan analisis data untuk menguji
hipotesis yang telah ditentukan.
Desaian eksperimen dalam penelitian ini yaitu Posttest-Only Control Design.
Menurut Sugiyono tahun 2016 kelas yang diberi perlakuan adalah kelas eksperimen
dakn kelas yang tidak
Kelompok Perlakuan Post Test
diberi perlakuan
R1 X1 Y1
adalah kelas kontrol
R2 Y2
(Kurniawati, 2021).
Dalam desain ini menggunakan 2 kelompok (R) dimana kelompok pertama
diberi perlakuan (X1) dan kelompok kedua tidak diberi perlakuan. Berikut ini tabel
desain eskperimen

Keterangan :
X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model Realistics Mathematics Education
(RME) berbasis etnomatematikaa
Y1 : Pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model Realistics
Mathematics Education (RME) berbasis etnomatematika
Y2 : Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model
pembelajaran konvensional
D. Teknik Sampling
Teknik sampling menurut Sugiyono tahun 2015 dalam (E. Y. Sari, 2019)
adalah teknik dalam pengambilan sampel untuk meemilih sampel yang digunakan
dalam penelitian dan terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitain ini adalah sample random sampling.
Pemilihan teknik ini dilakukan karena anggota sampe yang diambil dari populasi
yang telah ditentukan diambil secara acak tanpa memperhatikan karakteristik, atau
kriteria, atau strata tertentu dalam populasi. Teknik ini dipilih dengan
mempertimbangkan bahwa semua siswa memiliki status yang sama, artinya semua
siswa mendapatkan materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang sama,
diampu oleh guru yang sama , siswa juga menjadi objek dan dalam penelitian.
Pengambilan sample diperoleh dari dua kelas dengan satu kelas kelas eksperimen dan
satu kelas kontrol.
E. Variabel penelitian
Variabel Penelitian adalah nilai / sifat dari objek, individu/kegiatan yang
memiliki banyak variasi telah ditentukan oleh peneliti untuk diteliti, dipelajari dan
dicari informasinya sehingga dapat menarik suatu kesimpulan (Hikmah, 2020).
Menurut (Sahir, 2022) variabel penelitian adalah komponen ditentukan oleh seorang
peneliti untuk diteliti sehingga memperoleh suatu jawaban berupa kesimpulan
penelitian.Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (Independen)
Menurut Sugiyono (2013) dalam (Tam, 2017) variabel bebas adalah
variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependent (terikat). Dalam penelitian ini terdapat 2 varibel
bebas yaitu 2 model pembelajaran yaitu pembelajaran Realistiics Mathematics
Education (RME) berbasis etnomatematika dan pembelajaran konvensional.
Sedangkan untuk mengukur regresi dalam penelitian ini, variabel bebasnya
yaitu keaktifan siswa pada model pembelajaran Realistiics Mathematics
Education (RME) berbasis etnomatematika dan pembelajaran konvensional.
2. Variabel terikat (Dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas berdasarkan pendapat Sugiyono (2013)
dalam (Tam, 2017). Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah
pemahaman konsep siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Jepara , yaitu :
Y1 : Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diberi
perlakuan dengan pembelajaran Realistiics Mathematics Education
(RME) berbasis etnomatematika
Y2 : Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diberi
perlakuan dengan pembelajaran konvensional
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang sesuai dapat berpengaruh terhadap data yang
diperoleh sehingga mengakibtkan data menjadi akurat. Teknik mengumpulkan data
merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari
sebuah penelitian adalah untuk memperoleh suatu data di lapangan. Teknik data yang
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian adalah :
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2016 : 145) observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi adalah pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan terhadap obyek yang diteliti . Dua diantaranya
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi
dilakukan dengan kegiatan pengamatan berdasarkan tindakan atau perlakuan
yang dikenakan kepada siswa (Agustina et al., 2021).
Penelitian ini menggunakan participant observation. Participant
observation menggunakan prinisp peneliti secara langsung terlibat dalam
objek yang diteliti dengan sebagai pengajar dalam kelas eksperimen. Lembar
observasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengamati aktivitas
siswa berdasarkan sintaks model pembelajaran tingkah laku, respon dan
keaktifan terhadap pembelajaran Realistics mAthematics Education (RME)
berbaisis etnomatematika
2. Test
Tes adalah teknik dalam mengumpulkan data hasil sebelum diberi
perlakukan maupun sesudah diberi perlakuan. Tes merupakan pertanyaan
yang memerlukan jawaban atau tanggapan yang bertujuan untuk mengukur
tingkat kemampuan orang yang dikenai tes. Hasil tes merupakan informasi
tentang karakteristik seseorang atau sekelompok orang (Arifin, 2015 : 118).
Test diberikan kepada siswa untuk mengukur kemampuan kognitif siswa
terhadapa pemahaman materi yang telah diberikan sesuai tujuan
pembelajaran.
Tes dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang diberikan kepada siswa
untuk menilai ada tidaknya pengaruh dari treatment atau perlakuan yang telah
diberikan kepada siswa tersebut ditinjau dari kemamuan pemahaman konsep
matematis siswa setelah diberi perlakuan. Baik kelas control maupun kelas
eksperimen akan diberikan test tertulis (posttest) selanjutnya hasil dari test
akan dianalisis untuk menguji hipotesis sehingga memperoleh suatu
pembuktian. Penelitian ini menggunakan test tertulis berupa test uraian
berdasarkan capaian pembelajaran yang telah ditentukan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis (Arikunto, 2010 : 201). Menurut M. Ali (2000) teknik pengumpulan
data dengan menggunakan dokumentasi adalah dengan melakukan

pengumpulan data berupa dokumen-dokumen yang mendukung penelitian .


Metode ini digunakan untuk mendapat data-data yang diperlukan sebagai
dasar untuk menentukan dua sample terpilih pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Dokumentasi dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi
data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan.
Data dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nilai
ulangan harian, RPP yang digunakan dalam proses pembelajaran.
G. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2015:148) berpendapat bahwa instrument penelitian adalah suatu
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena yang diamati. Instrumen penelitian
digunakan untuk memperoleh, menganalisis dan menyajikan dataa secara sistematis
dan objektif dengan tujuan menguji suatu hipotesis. Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini berupa tes pilihan ganda dan uraian. Materi tes terkait dengan materi
yang diajarkan oleh peneliti. Langkah-langkah penyusunan instrument pada penelitin
ini sebagai berikut :
1. Metode Penyusunan Perangkat Test
Penyusunan perangkat test dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
a. Melakukan pembatasan materi
b. Menentukan tipe soal (tipe soal yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu soal uraian)
c. Menentukan jumlah butir soal
d. Menentukan kisi – kisi soal
e. Menulis butir soal
f. Menuliskan kunci jawaban dan penentuan skor
2. Pelaksanaan Test Uji Coba
Setelah menyusun perangkat test, akan dilakukan uji coba perangkat
test yang telah tersusun pada kelas uji coba. Test uji coba dilakukan untuk
menyiapkan butir – butir soal yang memenuhi klarifikasi soal yang layak
untuk digunakan.
1. Analisis Perangkat Test
Setelah dilakukan uji coba terhadap perangkat test yang telah disusun,
maka langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis hasil uji coba instrumen.
Analisis instrumen bertujuan untuk menentukan soal yang layak digunakan
sebagai instrumen penelitian. Butir soal perlu untuk dianalisis guna
memperbaiki butir soal yang telah dilakukan uji coba, sehingga apabila ada
hasil test siswa rendah maka disebabkan oleh butir soal yang jelek bukan
karena siswa tidak mengerti cara menyelesaikan soal tersebut. Analisis butir
soal meliputi : validitas, reabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
a) Uji Validitas
Validitas butir soal dinyatakan dengan koefisien
korelasi. Untuk validitas konstruksi dapat ditentukan dengan
rumus korelasi product moment yaitu:
n ∑ XY −( ∑ X )(∑ Y )
r xy=
√ (n∑ X −( ∑ X ) )(n ∑ Y −(∑ Y ) )
2 2 2 2

Keterangan:
r xy : koefisien korelasi tiap item
n : banyaknya subyek uji coba
∑X : jumlah skor item
∑ Y : jumlah sko total
∑ X 2 : jumlah kuadrat skor item
∑ Y 2 : jumlah kuadrat skor total
∑ XY : jumlah perkalian skor item (X) dengan skor total (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan
r xy kemudian
diinteprestasikan dengan tabel harga r kritik product moment

dengan taraf signifikan 5%. Jika dengan


r xy ¿ r tabel dengan

α =5 % maka butir soal dapat dinyatakan valid atau r xy ¿ r tabel

dengan α =5 % maka butir soal dinyatakan tidak valid. Kriteria


interpretasi dari koefisien validitas dapat menggunakan kriteria
pada tabel dibawah ini :
r
Nilai xy
Interprestasi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi


0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Sedang
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Untuk memberikan makna dan mengambil keputusan,


daoat menggunakan ketepatan sebagai indikator keberhasilan
validitas. Hasil validitas dikatakan layak apabila berada pada
rentang 0,80 – 1,00, 0,60 – 0,80 dan 0,40 – 0,60 atau berada
dalam kategori sangat tinggi, tinggi, dan sedang.
b) Reliabilitas
Reliabilitas instrumen test perlu dihitung untuk
mengetahui ketetapan pada hasil tes. Sebuah soal dikatakan
reliabel apabila butir soal tersebut mempunyai atau dapat
memberikan hasil yang tepat atau sama dan dapat dipercaya
sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas tes dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha seperti berikut
ini.

)( )
∑ σ i2
r 11 = ( n
n−1
1−
σ
t
2

Dimana:
r 11 = reliabilitas yang dicari

∑ σ i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item


σ
t2 = varians total
Hasil perhitungan r 11 kemudian diinterpretasikan
dengan tabel harga r 11 dengan α =5 % . Jika r 11 > r tabel ,maka soal
dikatakan realiabel. Tolak ukur dalam menginterpretasikan
derajat koefisien reliabilitas dapat menggunakan keriteria pada
tabel dibawah ini.

Nilai r 11 Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Sedang
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Untuk memberikan makna dan pengabilan sebuah


keputusan digunakan ketetapan sebagai indikator keberhasilan
reliabilitas. Hasil reliabilitas dinyatakan layak apabila hasil
yang diperoleh berada pada nilai r 11yaitu 0,80 – 1,00; 0,60 –
0,80; dan 0,40 – 0,60 atau pada kriteria “Sangat Tinggi, Tinggi,
dan Sedang”
c) Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab
benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang
dinyatakan dengan indeks. Indeks dinyatakan dengan proporsi
yang besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin besar
indeks tingkat kesukaran berarti soal tersebut semakin mudah.
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk uraian,
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut (Arifin,
2016:134) :
1) Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan
rumus :
jumla h skor peserta didik tiap soal
Rata-rata ¿
jumla h peserta didik
2) Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus :
Rata−rata
Tingkat kesukaran ¿
Skor maksimum tiap soal
Kriteria untuk interpretasikan indeks taraf
kesukaran dapat menggunakan tabel dibawah ini.

Nilai Indeks Taraf Interpretasi


Kesukaran (P)
0,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah

d) Daya Pembeda
Perhitungan pada daya pembeda merupakan
pengukuran butir soal yang menunjukkan sejauh mana suatu
butir soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai
kompetensi yang diinginkan dengan siswa yang belum atau
masih kurang dalam menguasai kompetensi yang diinginkan
berdasarkan pada kriteria tertentu (Arifin, 2014). Menurut
Arifin (2014:278), rumus yang digunakan adalah
( MH −ML )
t=

Keterangan:
√ ∑ x 12+∑ x22
n 1 ( n 1−1 )

MH = rata-rata kelompok atas


ML = rata-rata kelompok bawah
∑ x 12= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
∑ x 22= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok
bawah
n1 = 27% x N (HG dan LG sama besar)
N = Jumlah sampel
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel dengan
dk =( ni−1)+(ni −1) dan α = 5%. jika t h itung> t tabel , maka daya
beda soal tersebut signifikan.
H. Prosedur atau Cara Kerja
Prosedur / cara kerja dalam penelitian eksperimen ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan meliputi :
a. Melakukan koordinasi dan perijinan
Peneliti akan melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang
menjadi tempat penelitian. Koordinasi tersebut dilakukan untuk
mengetahui peneliti diizinkan atau tidak untuk melakukan penelitian
di sekolah SMP Negeri 5 Jepara.
b. Menentukan sample penlitian
Peneliti dalam pengambilan sample menggunakan cluster
random sampling. Sample dalam penelitian ini terdiri atas dua kelas
yang meliputi kelas kontrol dan kelas eksperimen.
c. Mempersiapkan perangkat pembelajaran
Pada langkah ini peneliti akan menyusun perangkat
pembelajaran berupa modul ajar untuk kelas eksperimen dan kontrol.
Kemudian menyusun menyusun tes uji coba yang akan diuji cobakan
pada kelas uji coba. Setelah diperoleh hasil dari tes uji coba maka
selanjutnya akan dianalisis. Setelah melakukan analisis, selanjutkan
menentukan butir soal yang digunakan untuk posttest. Soal posttest
akan diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
d. Melakukan uji coba
Kelas uji coba diambil dari kelas yang bukan menjadi sample
dalam penelitian ini.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :
a. Melakukan perlakuan berdasakan rencana yang telah disusun yaitu
kelas eksperimen dengan model pembelajaran Realistics Mathematics
Education (RME) berbasis etnomatematika dan kelas kontrol dengan
model pembelajaran konvensional
b. Setelah diberikan perlakuan, peneliti mengadakan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Akhir
a. Setelah mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan, kemudian
peneliti akan mengolah dan menganlisis data untuk mendapatkan
kesimpulan yang menjadi hasil akhir.
b. Menyusun laporan hasil penelitian
c. Melakukan bimbingan bersama dosen pembimbing.
I. Analisis Data Penelitian
1. Analisis Data Awal
Analisis awal dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
keadaan kelas sampel apakah berada pada keadaan yang sama atau tidak.
Dalam analisis awal nilai ulangan harian digunakan sebagai data. Uji untuk
analisis data awal meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji anava satu
arah.
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah hasil
belajar siswa suatu kelas berdistribusi normal atau tidak. Analisis yang
digunakan adalah uji kenormalan dengan uji liliefors.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 : Sampel dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak dari populasi yang berdistribusi normal
2) Prosedur
a) Pengamatan x 1 , x 2 ,... x n dijadikan bilangan baku
z 1 , z 2 ,... z n dengan menggunakan rumus:
xi −x
z 1=
s
( x dan s masing-masing merupakan rata-rata dan
simpangan baku sampel).
b) Data dari sampel tersebut diurutkan mulai dari skor
terendah sampai skor tertinggi.
c) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar
distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang
F (z i)=P(Z ≤ z i )
d) Selanjutnya menghitung proporsi z 1 , z 2 ,... z nyang lebih
kecil atau sama dengan z 1 ,, jika proporsi ini dinyatakan
banyaknya z 1 , z 2 , ... z n yang ≤ z i
S(z i), maka S(z i )=
n
e) Menghitung selisih F (z i)−S (zi ) dan menentukan harga
mutlaknya.
f) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga
mutlaknya selisih tersebut, sebutlah harga terbesar ini
adalah Lo.
g) Bandingkan Lo dengan Ltabel dengan taraf signifikan
α =0 , 05
1) Kesimpulan
a) Jika Lo < Ltabel , maka HO diterima.
b) Jika Lo > Ltabel , maka HO ditolak.
Catatan : Ltabel diperoleh dari tabel liliefors.

(Sudjana, 2005:466).
b. Uji Homogenitas
Menurut Budiyono (2013:174) Uji homogenitas ditujukan untuk
mengetahui variansi kedua kelas homogen atau tidak. Langkahlangkah-
nya adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis

2 2
H O :σ 1 =σ 2

2 2
H1: σ1 ≠ σ 2
2) Menentukan standart deviasi (α =5 % ¿ dan F tabel
3) Menentukan statistik yang digunakan
2
s1 varians terbesar
F= 2
atau F=
s 2
varians terkecil

4) F hitung dilihat berdasarkan perhitungan statistik, sementara


F hitung =F(α ; k−1; nk −k)
1) Membuat Kesimpulan
a. F hitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak
b. F h itung< F tabel maka H0 diterima
1. Uji t Dua Pihak
Uji t ini digunakan untuk membandingkan antara dua keadaan atau
tepatnya dua populasi. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah
H 0 : μ1=μ2
H a : μ1 ≠ μ2
a) Jika σ 1 = σ 2 tetapi 𝜎 tidak diketahui harganya, maka rumus
yang digunakan adalah:
x 1−x 2
t= 2 2 2 ¿
s
√1 1 dengan s =(n1−1)s 1+ n2−1 ¿ s 2 n +n −2
+
n1 n2
1 2

Kriteria pengujian H0 diterima jika −t tabel <t h itung <t tabel dan H0
ditolak jika t mempunyai harga – harga yang lain. Derajat
kebebasan (DK) = (n1+n2 – 2 ) dan peluang (1 – ½ α ) dengan
α =5 %
b) Jika σ 1 ≠ σ 2 tetapi 𝜎 tidak diketahui harganya, maka rumus
yang digunakan adalah:
' x 1−x 2
t=


2 2
s1 s 2
+
n1 n2
−(w1 t 1 +w 2 t 2)
Kriteria pengujian Jika t≤ dengan
w1 +w 2
2 2
s1 s2
w 1= , w2= , t 1 =t (1−α ),(n −1) , t 2=t (1−α ),(n −1 ).
n1 n2 1
dan 2

Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t ialah (1−α )


sedangkan dk-nya masing-masing (n1 −1) dan (n 2−1)
(Sudjana, 2005:243).

Keterangan :
s2 ² : Simpangan baku kuadrat kelompok kontrol
x1 : Nilai rata-rata kelompok eksperimen
x2 : Nilai rata-rata kelompok kontrol
n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 : Jumlah sampel kelompok kontrol
s : Simpangan baku
2. Analisis Akhir
Analisis akhir dilakukan untuk menguji hipotesis. Data yang
dipergunakan pada tahap akhir adalah data hasil tes pemahaman konsep
siswa. Pada analisis ini dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, uji anava,
dan uji t.
1. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah hasil tes
pemahaman konsep siswa, sample berdistribusi normal atau tidak. Uji
yang digunakan adalah uji liliefors, adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1) Pengamatan x1, x2, ..., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ..., zn dengan
xi −x
menggunakan rumus: z i=
s
Keterangan:
z i : Bilangan baku
x i : Data hasil pengamatan
x : Rata-rata sampel

: Simpangan baku dengan s= √ ∑ i


( x −x)
s
n−1
2) Data dari sampel tersebut diurutkan dari skor terendah ke skor
tertinggi.
3) Dengan data distribusi normal baku dihitung peluang F (Z i) = P (Z ≤
Z i)
4) Menghitung proporsi Z1, Z2, ..., Zn ≤ Zi , jika proporsi ini dinyatakan
banyaknya z 1 , z2 , ... z n .... z i
oleh S (Zi) maka: S(Z i)=
n
5) Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi) dan menentukan harga mutlaknya.
6) Ambil harga terbesar diantara harga-harga mutlaknya selisih
tersebut, harga terbesar ini dinamakan L0.
7) Bandingkan L0 dengan Ltabel, pada taraf signifikan 5%
8) Kesimpulan
a) Jika L0 < Ltabel maka data penelitian berdistribusi normal.
b) Jika L0 > Ltabel maka data penelitian tidak berdistribusi
normal

(Sudjana, 2005:466)
2. Uji Homogenitas
Menurut Budiyono (2013:174) Uji homogenitas ditujukan untuk
mengetahui variansi kedua kelas homogen atau tidak. Langkahlangkah-
nya adalah sebagai berikut:
5) Merumuskan hipotesis

2 2
H O :σ 1 =σ 2

2 2
H1: σ1 ≠ σ 2
6) Menentukan standart deviasi (α =5 % ¿ dan F tabel
7) Menentukan statistik yang digunakan
2
s1 varians terbesar
F= 2
atau F=
s 2
varians terkecil

8) F hitung dilihat berdasarkan perhitungan statistik, sementara


F hitung =F(α ; k−1; nk −k)
2) Membuat Kesimpulan
a. F hitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak
b. F hitung < F tabel maka H0 diterima
3. Uji t Satu Pihak
Untuk uji hipotesis yang kedua maka yang digunakan adalah uji
perbedaan rata – rata dengan uji satu pihak. Dalam penelitian ini,
keefektifan pembelajaran dapat tercapai jika nilai rata – rata satu pihak
yaitu pihak kanan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen lebih
efektif daripada kelas kontrol.
a) H 0 : μ1 ≤ μ2
H a : μ1 > μ2
Sehingga :
H0 : μ1 ≤ μ2 = Pembelajaran menggunakan RME berbasis
etnomatematik tidak lebih efektif dari pembeljaran
konvensional
Ha : μ1 > μ2 = Pembelajaran menggunakan RME berbasis
etnomatematik lebih efektif dari pembeljaran konvensional
a) Jika σ 1 = σ 2 tetapi 𝜎 tidak diketahui harganya, maka rumus
yang digunakan adalah:
x 1−x 2
t= 2 2 2 ¿
s
√1 1 dengan s =(n1−1)s 1+ n2−1 ¿ s 2 n +n −2
+
n1 n2
1 2

Kriteria pengujian H0 DK = {t |t > tabel}, 𝑡 ∉ 𝑎 𝐻0 diterima


Keterangan :
s2 ² : Simpangan baku kuadrat kelompok kontrol
x1 : Nilai rata-rata kelompok eksperimen
x2 : Nilai rata-rata kelompok kontrol
n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 : Jumlah sampel kelompok kontrol
s : Simpangan baku
(Budiono :2013, 151)
4. Uji t Dua Pihak
Uji t ini digunakan untuk membandingkan antara dua keadaan atau
tepatnya dua populasi. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah
H 0 : μ1=μ2
H a : μ1 ≠ μ2
b) Jika σ 1 = σ 2 tetapi 𝜎 tidak diketahui harganya, maka rumus
yang digunakan adalah:
x 1−x 2
t= 2 2 2 ¿
s
√1 1 dengan s =(n1−1)s 1+ n2−1 ¿ s 2 n +n −2
+
n1 n2
1 2

Kriteria pengujian H0 diterima jika −t tabel <t h itung <t tabel dan H0
ditolak jika t mempunyai harga – harga yang lain. Derajat
kebebasan (DK) = (n1+n2 – 2 ) dan peluang (1 – ½ α ) dengan
α =5 %
c) Jika σ 1 ≠ σ 2 tetapi 𝜎 tidak diketahui harganya, maka rumus
yang digunakan adalah:
' x 1−x 2
t=


2 2
s1 s 2
+
n1 n2
−(w1 t 1 +w 2 t 2)
Kriteria pengujian Jika t≤ dengan
w1 +w 2
2 2
s1 s2
w 1= , w2= , t 1 =t (1−α ),(n −1) , t 2=t (1−α ),(n −1 ).
n1 n2 1
dan 2

Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t ialah (1−α )


sedangkan dk-nya masing-masing (n1 −1) dan (n 2−1)
(Sudjana, 2005:243)
Keterangan :
s2 ² : Simpangan baku kuadrat kelompok kontrol
x1 : Nilai rata-rata kelompok eksperimen
x2 : Nilai rata-rata kelompok kontrol
n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 : Jumlah sampel kelompok kontrol
s : Simpangan baku

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. S. (2017). Ethnomathematics in perspective of sundanese culture. Journal on


Mathematics Education, 8(1), 1–16. https://doi.org/10.22342/jme.8.1.3877.1-15

Agustina, S., Usman, N., & Aiman, U. (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Di Kelas IV Tentang Macam-Macam Gaya Menggunakan Model Problem Based
Learning SDN 02 Pemulutan. Educatif Journal of Education Research, 5(1), 59–68.
https://doi.org/10.36654/educatif.v5i1.146

Aledya, V. (2019). Kemampuan Pemahamn Konsep Matematika Pada Siswa. Kemampuan


Pemahaman Konsep Matematika Pada Siswa, 2(May), 0–7.

Ali, H. G. (2014). Prinsip-prinsip Pembelajaran dan Implikasinya Terhadap Pendidik dan


Peserta didik. Jurnal Al-Ta’dib Tanggung, 6(1), 31–42.

Ali, M. (2000). Manajemen Mutu dalam Manajemen Mutu Pendidikan. Jurnal Mimbar
Pendidikan, 3(3), 326–337.

Andriono, R. (2021). Analisis Peran Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika.


ANARGYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 4(2).
https://doi.org/10.24176/anargya.v4i2.6370

Apriyanti, E., Asrin, A., & Fauzi, A. (2023). Model Pembelajaran Realistic Mathematics
Education Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Educatio FKIP UNMA, 9(4), 1978–1986.
https://doi.org/10.31949/educatio.v9i4.5940

Apriyono, F., Rosyidah, E. A., Purnomo, T., Sulityo, J., Munir, M. M., & Safitri, V. W.
(2019). Eksplorasi Ethnomatematika Pada Permainan Tradisional Egrang Di Tanoker
Ledokombo Jember. Sigma, 4(2), 51–58.

Armania, M., Eftafiyana, S., & Sugandi, A. I. (2018). Analisis Hubungan Kemampuan
Komunikasi Matematis Dan Minat Belajar Siswa Smp Dengan Menggunakan
Pendekatan Realistic Mathematic Education. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif), 1(6), 1087. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i6.p1087-1094

Asoraya, M. S., & Martila Ruli, R. (2022). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa SMP pada Materi Relasi dan Fungsi. Radian Journal: Research and Review in
Mathematics Education, 1(2), 89–96. https://doi.org/10.35706/rjrrme.v1i2.6537

Bakolkopi. (2022). Buka Festival Permainan Tradisional, Pj Bupati Main Rangka Alu.
Bakolkopi.Jepara.Go.Id. https://bakolkopi.jepara.go.id/2022/10/02/buka-festival-
permainan-tradisional-pj-bupati-main-rangka-alu/

Chisara, C., Hakim, D. L., & Kartika, H. (2018). Implementasi Pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar
Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika (Sesiomadika), 65–72.
http://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika

Dewi, P. S., & Septa, H. W. (2019). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Disposisi Matematis Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Mathema Journal,
1(1), 31–39. https://ejurnal.teknokrat.ac.id/index.php/jurnalmathema/article/view/352

Fadhilah, M., Ulya, H., & Purwaningrum, J. P. (2022). Efektivitas Pembelajaran Realistic
Mathematics Education (Rme) Berbantuan Video Pembelajaran Bernuansa
Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. In:
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPMAT), 76–86.

Fahrudin, A. G., Zuliana, E., & Bintoro, H. S. (2018). Peningkatan Pemahaman Konsep
Matematika melalui Realistic Mathematic Education Berbantu Alat Peraga Bongpas.
ANARGYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 1(1), 14–20.
https://doi.org/10.24176/anargya.v1i1.2280

Fahrudin, F., Ansari, A., & Ichsan, A. S. (2021). Pembelajaran Konvensional dan Kritis
Kreatif dalam Perspektif Pendidikan Islam. Hikmah, 18(1), 64–80.
https://doi.org/10.53802/hikmah.v18i1.101

Faot, M. M. (2020). PENGARUH PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


REALISTIK INDONESIA (PMRI) TERHADAP HASIL BELJAR SISWA. 9(1), 1–6.

Galih Abdi Nugraha, Baidi, S. B. (2021). Transformasi Manajemen Fasilitas Pendidikan Pada
Era Disrupsi Teknologi. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 860–868.

Guru, P., Dasar, S., & Aquinas, J. (2019). Pendidikan Guru Sekolah Dasar Juril AQUINAS p-
ISSN: 2615-7683. 2003(20), 144–158.

Hamzah, F., Mujib, A., Firmansyah, ), Muslim, U., Al, N., Medan, W., Garu2, J., & Sumatera
Utara, M. (2022). Efektivitas Pembelajaran Blended Learning Menggunakan Schoology
Pada Pelajaran Matematika 1). Januari, 10(1), 95–104.

Hamzah, M. R., Mujiwati, Y., Zuhriyah, F. A., & Suryanda, D. (2022). Kurikulum Merdeka
Belajar sebagai Wujud Pendidikan yang Memerdekakan Peserta Didik. Arus Jurnal
Pendidikan, 2(3), 221–226. https://doi.org/10.57250/ajup.v2i3.112

Hikmah, J. (2020). PROSES PENELITIAN, MASALAH, VARIABEL, DAN PARADIGMA


PENELITIAN. Computer Graphics Forum, 39(1), 672–673.
https://doi.org/10.1111/cgf.13898

Iis Holisin. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Didaktis, 3(3), 1–68.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/didaktis/article/viewFile/255/199
Junaedi, I. (2019). Proses pembelajaran yang efektif. Journal of Information System, Applied,
Management, Accounting and Research, 3(2), 19–25.

Kencanawaty, G., & Irawan, A. (2017). Penerapan Etnomatematika dalam Pembelajaran


Matematika di Sekolah Berbasis Budaya. Ekuivalen, 27(2), 169–175.
http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/ekuivalen/article/view/3652

Kirana, S., & Nazihah, Z. (2018). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Kelas Viii
Bercirikan Realistic Mathematics Education (Rme) Pada Materi Statistika. Pi:
Mathematics Education Journal, 1(3), 127–133.
https://doi.org/10.21067/pmej.v1i3.2786

Krisnaldy, K., & Deliana, M. (2018). Analisis Rasio Keuangan Apbd Provinsi Dki Jakarta.
KREATIF : Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang, 6(3), 49.
https://doi.org/10.32493/jk.v6i3.y2018.p49-58

Kurniawan, T., Rokhmat, J., & Ardhuha, J. (2015). PERBEDAAN HASIL BELAJAR
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
BERBANTUAN KOMIK FISIKA DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA
SISWA KELAS VIII SMPN 1 LABUAPI TAHUN AJARAN 2013/2014. I(2), 123–128.

Kurniawati, E. (2021). Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Permainan Monopoli Untuk


Meningkatkan Prestasi Belajar PPKn. Pedagogi : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran,
1(1), 1–5.

Lestari, L., & Sofyan, D. (2014). Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
dalam Matematika Antara yang Mendapat Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
dengan Pembelajaran Konvensional. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 95–108.
https://media.neliti.com/media/publications/226571-perbandingan-kemampuan-
pemecahan-masalah-5af4ead9.pdf

Lolang, En. (2014). HIPOTESIS NOL DAN HIPOTESIS ALTERNATIF. Jurnal Kip, 3(3),
685–696.

Maisyarah, S., & Prahmana, R. C. I. (2020). Pembelajaran Luas Permukaan Bangun Ruang
Sisi Datar Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.
Jurnal Elemen, 6(1), 68–88. https://doi.org/10.29408/jel.v6i1.1713

Manapa, I. Y. H. (2021). Jurnal Numeracy Volume 8 , Nomor 1 , April 2021


ETNOMATEMATIKA : KEKAYAAN BUDAYA KABUPATEN ALOR SEBAGAI SUMBER
MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. 8(1), 1–24.

Mukhlasin, A. (2021). MANAJEMEN PEMBELAJARAN EFEKTIF PADA MASA


PANDEMI (Analisis Manajemen Resiko, Jenis dan Bentuk Resiko pada MAS YPI
Batang Kuis). Prosiding Universitas Dharmawangsa, 1(1), 47–55.
https://proceeding.dharmawangsa.ac.id/index.php/PROSUNDHAR/article/view/7

Najrina, U. (2022). PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS


ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SISWA SMP/MTs. 8.5.2017, 2003–2005. www.aging-us.com

Ningsih, S. (2014). Realistic Mathematics Education: Model Alternatif Pembelajaran


Matematika Sekolah. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 73.
https://doi.org/10.18592/jpm.v1i2.97

Nogroho, A. A. (2015). KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS


SMART DENGAN STRATEGI TAI PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII The
Effectiveness Of Smart-Based Mathematics Learning By Tai Strategy On Triangel Of
Grade VII. 154–166.

Noka Saputra, A. N., Said, H. B., & Defitriani, E. (2019). Perbandingan Kemampuan
Koneksi Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Conecting Organizing
Reflecting Extending (Core) Dengan Model Pembelajaran Konvensional Di Kelas Viii
Smp Negeri 15 Kota Jambi. PHI: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 12.
https://doi.org/10.33087/phi.v3i1.57

Nurhuda, H., Tinggi, S., & Islam, A. (2022). Faktor Dan Solusi Yang Ditawarkan National
Education Problems ; Factors and Solutions. 127–137.

Pasha Akhmad, F. A. (2022). Efektivitas Pelaksanaan Supervisi Akademik Pengawas Dalam


Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI SD di Kecamatan Tambun Selatan.
Parameter, 7(1), 26–40. https://doi.org/10.37751/parameter.v7i1.185

Praja, E. S., Setiyani, S., Kurniasih, L., & Ferdiansyah, F. (2021). Analisis Kemampuan
Pemahaman Matematis Siswa Smk Kelas Xi Pada Materi Vektor Selama Pandemi
Covid-19. Teorema: Teori Dan Riset Matematika, 6(1), 12.
https://doi.org/10.25157/teorema.v6i1.4539
Pramesta, S. P. E., & Mariana, N. (2022). Implementasi Rme Berbasis Etnomatematika
Materi Ciri-Ciri Bangun Datar Menggunakan Permainan Engklek. Jurnal Review
Pendidikan Dasar : Jurnal Kajian Pendidikan Dan Hasil Penelitian, 8(2), 111–120.
https://doi.org/10.26740/jrpd.v8n2.p111-120

Pratiwi, J. W., & Pujiastuti, H. (2020). Eksplorasi Etnomatematika pada Permainan


Tradisional Kelereng. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 5(2), 1–12.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr/article/view/11405

Pratiwi, R. I. M., & Wiarta, I. W. (2021). Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis


Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada Pembelajaran Matematika Kelas II SD.
Jurnal Edutech Undiksha, 9(1), 85–94. https://doi.org/10.23887/jeu.v9i1.32220

Pujiastutik, H. (2019). Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis


Web pada Mata Kuliah Belajar Pembelajaran I terhadap Hasil Belajar Mahasiswa.
Jurnal Teladan: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Pembelajaran, 4(1), 25–36.

Ramadhani, M. H., & Caswita. (2017). Pembelajaran Realistic Mathematic Education


terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif. Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika2017UIN Raden Intan Lampung, 265–272.

Richardo, R. (2017). Peran ethnomatematika dalam penerapan pembelajaran matematika


pada kurikulum 2013 [The role of ethnomathematics in the application of mathematics
learning in the 2013 curriculum]. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 7(2), 118–125.

Rosa, M., & Orey, D. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista
Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2), 32–54.
http://www.revista.etnomatematica.org/index.php/RLE/article/view/32

Rudyanto, H. E. (2019). Etnomatematika Budaya Jawa : Inovasi Pembelajaran Matematika


Di Sekolah Dasar. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar, 3(2), 25–32.
https://doi.org/10.21067/jbpd.v3i2.3348

Sahir, S. H. (2022). METODOLOGI PENELITIAN.

Sapriyah. (2019). Peran Media Pembelajaran Mmeningkatkan Hasil Belajar. Posiding


Seminar Nasional Pendidikan FKIP, 2(1), 470–477.

Sari, E. Y. (2019). Pengaruh penggunan media pembelajaran buku pop-up terhadap hasil
belajar siswa kelas iv sdn 2 bendungan kecamatan gondang kabupaten tulungagung.
Edustream : Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 16–22.

Sari, I. K., & Saryadi. (2019). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan dan Pengetahuan Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kesadaran Wajib Pajak Sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 8(3), 126–135.

Sari, P. (2017). Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Materi Besar Sudut Melalui
Pendekatan PMRI. Jurnal Gantang, 2(1), 41–50. https://doi.org/10.31629/jg.v2i1.60

Setiani, N., Roza, Y., & Maimunah. (2019). Analisis Kemampuan Siswa Dalam Pemahaman
Konsep Matematis Materi Peluang Pada Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional
Matematika Dan PendidikanMatematika Sesiomadika 2019, 06(02), 575–581.

Siregar, N., & Lestari, W. (2018). Peranan permainan tradisional dalam mengembangkan
kemampuan matematika anak usia sekolah dasar. Jurnal Mercumatika : Jurnal
Penelitian Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2(2), 1.
https://doi.org/10.26486/jm.v2i1.427

Sutini, S., Mushofan, M., Ilmia, A., Yanti, A. D., Rizky, A. N., & Lailiyah, S. (2020).
Efektivitas Pembelajaran Daring dengan Menggunakan E-learning Madrasah Terhadap
Optimalisasi Pemahaman Matematika Siswa. JRPM (Jurnal Review Pembelajaran
Matematika), 5(2), 124–136. https://doi.org/10.15642/jrpm.2020.5.2.124-136

Suwangsih, E., Indonesia, U. P., Purwakarta, K., & Pendahuluan, A. (2016). Penelitian
Relevan_Misel dan Erna. 10(2), 27–36.

Syaifullah, S., & Mira, M. (2018). Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Nasabah Pt Pegadaian (Persero) Batam. JIM UPB (Jurnal Ilmiah Manajemen
Universitas Putera Batam), 6(2). https://doi.org/10.33884/jimupb.v6i2.682

Tam, D. M. (2017). Pengaruh Gadget Terhadap Prestasi Siswa SMK Yayasan Islam
Tasikmalaya. 4(2), 163–173.

Toriharan, Nanik Margaret ., W. C. (2020). 1010-Article Text-2638-2-10-20210119. Jurnal


Perseda, III(3), 134–140.

Utami, A. (2023). Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis


Etnomatematika. JP2M (Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika), 9(1), 116–
124. https://doi.org/10.29100/jp2m.v9i1.1841
Wahyuni, F., & Herlinda, H. (2021). Paradigma Pembelajaran Efektif Bahasa Dan Sastra
Indonesia. Gurindam: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 1(2), 40.
https://doi.org/10.24014/gjbs.v1i2.12786

Wawo Koa, A., & Marselinus Harun Malessy, A. (2021). Ethnimathematic Exploration Of
Ingkau Games In Bengkulu And Identification Of The Concept Of Trigonomtry In
Middle Schools. Jurnal Kependidikan Matematika, 95(1), 95–102.

Yudhira, A. (2021). Efektivitas Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19: Value,
2(1), 1–10. https://doi.org/10.36490/value.v2i1.177

Yulianto, D., & Nugraheni, A. S. (2021). Efektivitas Pembelajaran Daring Dalam


Pembelajaran Bahasa Indonesia. Decode: Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi, 1(1),
33–42. https://doi.org/10.51454/decode.v1i1.5

Zabeta, M., Hartono, Y., & Putri, R. I. I. (2015). Desain pembelajaran materi pecahan
menggunakan pendekatan pmridi kelas VII. Jurnal Beta, 8(1), 86–99.
https://doi.org/10.22342/jpm.8.2.1864.20-32

Zaki, M., & Saiman, S. (2021). Kajian tentang Perumusan Hipotesis Statistik Dalam
Pengujian Hipotesis Penelitian. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(2), 115–118.
https://doi.org/10.54371/jiip.v4i2.216

Zalewska, E., & Trzcińska, K. (2022). Effectiveness of distance learning during the COVID-
19 pandemic. Wiadomości Statystyczne. The Polish Statistician, 67(10), 48–61.
https://doi.org/10.5604/01.3001.0016.0659

Anda mungkin juga menyukai