Anda di halaman 1dari 8

JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika) 11(2), 2023, page

DOI : 10.25273/jipm.v11i2.13537

JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika)


Journal homepage: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/jipm

Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Learning Dalam


Meningkatkan Kemmapuan Komunikasi Matematis Siswa
Pada Materi Bentuk Aljabar

Muthia Hasri*, Fahruh Juhaevah, Rusmin Madia


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN AMBON. Jalan. Dr. H. Tarmizi Taher, Jalan Kebun
1

Cengkeh, Batu Merah, Kec. Sirimau, Kota Ambon, Maluku 97128, Indonesia.
* E-mail: muthiahasri1@gmail.com

© 2022x JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika)

This is an open access article under the CC-BY-SA license


(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) ISSN 2337-9049 (print), ISSN 2502-4671 (online)

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran flipped learning dalam
meningkatkan kemampuan komuniksi matematis siswa kelas VII MTs Negeri Ambon. Jenis penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif, dengan penelitian quasi eksperimen. Sampel penelitian berjumlah 40 orang terdiri
dari 20 siswa kelas eksperimen dan 20 orang siswa kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas
eksperimen yang menerapkan pembelajaran flipped learning memperoleh nilai rata-rata posttest sebesar 82,33
sedangkan pada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran langsung sebesar 70,84. Berdasarkan
analisis regresi diperoleh persamaan regresi model pembelajaran flipped learning terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa di kelas eksperimen yakni Y = 66,531 + 2,076X + e . dapat disimpulkan penerapan
model pembelajaran Flipped Learning berpengaruh meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas VII MTs Negeri Ambon.

Kata kunci: Model Pembelajaran Flipped Learning, Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa, Aljabar

Abstract: This study aims to determine the effect of the flipped learning model in improving the mathematical
communication skills of class VII students at MTs Negeri Ambon. The type of research used is quantitative, with quasi-
experimental research. The research sample consisted of 40 people consisting of 20 experimental class students and 20
control class students. The results showed that the experimental class that applied flipped learning obtained an average
posttest score of 82.33 while the control class applied the direct learning model of 70.84. Based on the regression analysis, it
was obtained that the regression equation of the flipped learning model for the mathematical communication skills of
students in the experimental class was Y = 66.531 + 2.076X + e. it can be concluded that the application of the Flipped
Learning learning model has an effect on increasing the mathematical communication skills of class VII students of MTs
Negeri Ambon.

Keywords: Flipped Learning Learning Model, Students' Mathematical Communication Ability, Algebra
46
Muthia Hasri,Fahruh Juhaevah, Rusmin Madia

Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad ke-21 ini mengalami
peningkatan yang sangat pesat. Dalam hal ini, terdapat kemampuan yang diperlukan guna
mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yakni kemampuan
komunikasi. Melalui komunikasi terdapat proses penyampaian pertanyaan, ide dan solusi
secara lisan maupun tulisan yan digunakan dalam berbagai situasi sehingga dengan
berkomunikasi dengan baik siswa diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan
memperoleh, mengolah, memanfaatkan informasi, berinteraksi dengan masyarakat dan
menyelesaikan masalah secara sistematis dan menginterpretasikannya ke dalam bahasa
lisan dan tulisan yang mudah di pahami yang diperlukan untuk bertahan hidup bahkan
membangun peradapan pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif (Ariani, 2017).
Kemampuan komunikasi juga termasuk salah satu kemampuan yang wajib dikuasi
oleh siswa terutama pada pelajaran matematika. Berdasarkan standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi) disebutkan bahwa
salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah supaya siswa memiliki kemampuan
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaaan atau masalah (Hadiyanto, 2017). Tujuan permendiknas ini, sejalan
dengan tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan National Council of
Teacher of Mathematics (NCTM, 2000). Kemampuan komunikasi matematis pada
pembelajaran matematika menurut NCTM dapat dilihat dari: (1) kemampuan
mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya
serta menggambarkannya secara visual; (2) kemampuan memahami, menginterpretasikan,
dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual
lainnya; (3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan
struktur-struktur-nya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan
model-model situasi (Purwati & Wuri, 2019).
Sebagai salah satu standar dan tujuan dari pembelajaran matematika, kemampuan
komunikasi mendapat pehatian lebih dalam pembelajaran. Komunikasi dalam matematika
dapat menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasikan dan
mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses yang mereka pelajari. Tanpa
komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta
tentang pemahaman siswa dlaam melakukan proses dan aplikasi matematika. Hal ini
sejalan dengan pendapat The Intended Learning Outcomes, komunikasi matematis yaitu
kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada guru dan
teman melalui bahasa lisan dan tulisan (Muzaki & Yulianti, 2021).
Adapun, pada mata pelajaran matematika salah satu materi yang dalam
mengimplementasikannya membutuhkan kemampuan komunikasi matematis yakni aljabar.
Aljabar merupakan salah satu materi pokok pembelajaran pada kelas VII SMP/MTS
berdasarkan Kurikulum 2013. Aljabar sangat penting untuk dipelajari dan dipahami
dikarenakan merupakan materi dasar. Berdasarkan dengan Permendikbud No. 37 Tahun
2018 yaitu mengatakan siswa harus dapat menjelaskan bentuk aljabar dan melakukan
operasi bentuk aljabar seperti penjumlahan dan pengurangan (Fitri, 2019). Walaupun
47
Muthia Hasri,Fahruh Juhaevah, Rusmin Madia

operasi penjumlahan dan pengurangan pada aljabar terlihat mudah akan tetapi banyak
siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep aljabar.
Hal ini sejalan dengan observasi awal saya menggunakan materi bentuk aljabar di
kelas VII MTS Negeri Ambon, saya melihat siswa masih enggan bertanya kepada guru dan
belum mampu menyatakan secara lisan dari mana mendapatkan jawaban matematika,
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menumbuhkan kemampuan komunikasi
matematis. Adapun terdapat beberapa upaya dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa serta dapat membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang cocok.
Penyebaran virus corona yang kian merembak dimana-mana mengakibatkan
pemerintah membatasi berbagai kegiatan yang melibatkan orang banyak. Pembatasan
kegiatan juga berdampak pada dunia pendidikan yang mana terkendalanya kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Adapun berlakukan pembatasan pembelajaran tatap muka
dikelas guna mengurangi penyebaran virus corona. Pada kenyataannya jika hanya
mengandalkan pembelajaran tatap muka secara langsung di dalam kelas maka siswa akan
tertinggal materi pembelajaran karena waktu di dalam kelas tidak mencukupi. Kemajuan
IPTEK menjadikan dunia pendidikan juga terkena imbasnya hal inilah yang menjadikan
pembelajaran pun dapat lebih mudah diakses oleh peserta didik dimanapun dan kapanpun
tanpa takut tertinggal materi terutama di masa pandemic ccovid-19 ini. Flipped learning
menjadi salah satu pionir model pembelajaran yang menggunakan sistem pembelajaran
jarak jauh yang juga dikenal dengan istilah distance learning. Menurut McKnight
menyatakan bahwa flipped learning merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut
guru mengalihkan pembelajaran langsung dari ruang belajar berskala besar ke (ruang kelas)
ke dalam ruang belajar individual dengan bantuan beberapa teknologi (Hamid & Hadi,
2020)
Dengan flipped learning, pendidik lebih hemat waktu dalam penyampaian materi.
Mereka hanya mendesain konsep dan membuat materi online, memberikan keywords dan
menginstruksikannya kepada peserta didik dan kemudian menunggu hasil belajar mereka
selama di luar kelas. Tugas yang diberikan akan diselesaikan secara mandiri oleh peserta
didiknya. Selanjutnya di dalam kelas, mereka hanya menggunakan waktu dengan diskusi
bersama, sehingga siswa dapat melatih kemampuan berkomunikasi matematis baik secara
lisan maupun tulisan sedangkan peran guru memandu kegiatan siswa dan sebagainya
tanpa banyak menguras tenaga.
Berdasarkan observasi awal peneliti pada tiap kelas ditemukan selama proses
pembelajaran matematika berlangsung terlihat keterlibatan siswa selama proses
pembelajaran di kelas sangat rendah, selama proses pembelajaran juga terlihat siswa kurang
berpartisipasi sehingga proses pembelajaran hanya berpusat guru dan tidak adanya timbal
balik. Hal ini juga termasuk faktor yang menjadikan kemampuan komunikasi siswa rendah.
Kemampuan komunikasi matematik tercantum dalam kurikulum amtematika sekolah
menengah ( NCTM). Komponen tujuan pembelajaran matematika anatara lain : dapat
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau ekspresi matematik untuk
memperjelas keadaan atau masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.menurut sumarno
indikator kemampua komunikasi meliputi : 1) kemampuan menghubungkan benda nyata,

48
Muthia Hasri,Fahruh Juhaevah, Rusmin Madia

gambar, dan diagram ke dalam ide matematika. 2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi
matematik, secara lisan dan gtulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar. 3)
menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 4) mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika. 5) membaca dengan pemahaman suatu
representasi matematika. 6) menyusun konjuktor, mrnyusun argument, merumuskan
definisi dan generalisasi. 7) mengungkapka kembali suatu uraian atau paragraph
matematika dalam bahasa sendiri (Choridah, 2013). Sedangkan indikator kemampuan
komunikasi matematis menurut Gusni Satriawati meliputi : 1) written text, yaitu
memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau
persoalan menggunakan lisan, tulisan, konkrit, grafik, dan aljabar, menjelaskan dan
membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan,
mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, membuat konjuktor, menyusun argument
dan generalisasi. 2) drawing, yaitu merefleksikan bendaa-benda nyata, gambar, dan diagram
ke dalam ide-ide matematika. 3) mathematical expression, yaitu mengekspresikan konsep
matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika (Satriawati, 2006). Indikator kemampuan komunikasi matematis yang
digunakan dalam penelitian ini mengarah ke indikator yang sama dengan Sumarno yakni :
1) merefleksikan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematis. 2) membuat
model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tulissan, konkrit, grafik, dan
aljabar. 3) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 4)
membaca dengan pemahaman suatu repsresentasi matenatika tertulis. 5) membuat
konjuktor (dugaan), menyusun argumen, dan membuat generalisasi.
Adapun terdapat beberapa materi dasar yang harus dikuasai pada pembelajaran
matematika, sala satunya adalah aljabar. Aljabar adalah penggunaan simbol matematika
dan alat untuk menganalisis kondisi-kondisi berbeda yang ada dalam permasalahan
matematika (Gelar dkk., 2018). Permasalahan yang dapat diselesaikan dengan aljabar
bukan hanya masalah yang abstrak melainkan juga masalahmasalah kehidupan sehari-hari
dalam berbagai konteks (Permatasari & Harta, 2018). Kemampuan siswa kelas VIII dalam
merepresentasikan apa yang diketahui ke dalam model matematika (persamaan dan
gambar), penggunaan simbol matematika, dan operasi aljabar tergolong kurang. Salah satu
penyebabnya adalah kemampuan komunikasi matematis yang rendah. Sejalan dengan
observasi peneliti menggunakan soal bentuk aljabar terlihat bahwa tidak terpenuhinya
indikator kemampuan komunikasi matematis , sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa di sekolah tersebut tergolong rendah. Selain itu
juga, Berdasarkan observasi awal peneliti pada tiap kelas ditemukan selama proses
pembelajaran matematika berlangsung terlihat keterlibatan siswa selama proses
pembelajaran di kelas sangat rendah, selama proses pembelajaran juga terlihat siswa kurang
berpartisipasi sehingga proses pembelajaran hanya berpusat guru dan tidak adanya timbal
balik. Hal ini juga termasuk faktor yang menjadikan kemampuan komunikasi siswa rendah.
Hal ini membuat peneliti tertarik menerapkan model Flipped Learning pada
pembelajaran matematika dengan judul ‘‘Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Learning
Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Materi Bentuk
Aljabar’’

Metode

49
Muthia Hasri,Fahruh Juhaevah, Rusmin Madia

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasieksperimen.
Pemilihan metode didasarkan pada keinginan peneliti ubtuk melihat pengaruh antara
penerapan model pembelajaran flipped learning terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa, peneliti menggunakan rancangan pretest-posttest equivalent group desain.
Tahapan dalam penelitian menggunakan model pembelajaran flipped learning meliputi :
tahapan mengingat (remembering) dan memahami (understanding) sebagai tingkatan ranah
kognitif yang paling rendah, dilakukan di luar kelas. Sedangkan kegiatan pembelajaran
peserta didik di ruang kelas lebih fokus pada empat tingkatan kognitif teratas, yaitu tahap
applying, analyzing, evaluating dan creating (Zainuddin dkk., 2016). Sebagai gambaran, para
peserta didik disajikan berbagai konten materi dalam bentuk ceramah yang direkam
maupun video yang diakses di luar kelas. Kemudian segala bentuk pengetahuan dan
pemahaman materi melalui bacaan, audio-visual tersebut akan mengantarkan peserta didik
kepada tingkatan kognitif yang lebih tinggi ketika berada di ruangan kelas.

2. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik MTs Negeri Ambon. Setelah
dilakukan penarikan sampel secara acak, terpilih VII-2 selaku kelas kontrol dan VII-1 selaku
kelas eksperimen sebagai subjek penelitian. Variabel bebas penelitian ini adalah model
pembelajaran flipped learning sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan komunikasi
matematis siswa.

3. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian difokuskan pada

Berisi jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, target/sasaran, subjek penelitian,
prosedur, instrumen dan teknik analisis data serta hal-hal lain yang berkait dengan cara
penelitiannya. target/sasaran, subjek penelitian, prosedur, data dan instrumen, dan teknik
pengumpulan data, serta teknik analisis data serta hal-hal lain yang berkait dengan cara
penelitiannya dapat ditulis dalam sub-subbab, dengan sub-subheading. Sub-subjudul tidak
perlu diberi notasi, namun ditulis dengan huruf kecil berawalkan huruf kapital, Book
Antiqua-11unbold, rata kanan kiri.
Khususnya untuk penelitian kualitatif, waktu dan tempat penelitian perlu dituliskan
secara jelas (untuk penelitian kuantitatif, juga perlu).Target/subjek penelitian (untuk
50
Muthia Hasri,Fahruh Juhaevah, Rusmin Madia

penelitian kualitatif) atau populasi-sampel (untuk penelitian kuantitatif) perlu diurai


dengan jelas dalam bagian ini. Perlu juga dituliskan teknik memperoleh subjek (penelitian
kualitatif) dan atau teknik samplingnya (penelitian kuantitatif).
Prosedur perlu dijabarkan menurut tipe penelitiannya. Bagaimana penelitian
dilakukan dan data akan diperoleh, perlu diuraikan dalam bagian ini.
Untuk penelitian eksperimental, jenis rancangan (experimental design) yang digunakan
sebaiknya dituliskan di bagian ini.Macam data, bagaimana data dikumpulkan, dengan
instrumen yang mana data dikumpulkan, dan bagaimana teknis pengumpulannya, perlu
diuraikan secara jelas dalam bagian ini.
Bagaimana memaknakan data yang diperoleh, kaitannya dengan permasalahan dan
tujuan penelitian, perlu dijabarkan dangan jelas.
(Catatan: Sub-subbab bisa berbeda, menurut jenis atau pendekatan penelitian yang
digunakan. Jika ada prosedur atau langkah yang sifatnya sekuensial, dapat diberi notasi
(angka atau huruf) sesuai posisinya).

Hasil dan Pembahasan (70%)


Hasil penelitian disajikan dalam bentuk grafik, tabel, atau deskriptif. Analisis dan
interpretasi hasil ini diperlukan sebelum dibahas.
Tabel dituliskan di tengah atau di akhir setiap teks deskripsi hasil/perolehan
penelitian. Bila lebar Tabel tidak cukup ditulis dalam setengah halaman, maka dapat ditulis
satu halaman penuh. Judul Tabel ditulis dari kiri rata tengah, semua kata diawali huruf
besar, kecuali kata sambung. Kalau lebih dari satu baris dituliskan dalam spasi tunggal.
Sebagai contoh, dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1. Style dan Fungsinya


No. Nama Style Fungsi
1. JIPM_Title Judul
2. JIPM_Author Penulis
3. JIPM_AbstractBody Abstrak
4. JIPM_AbstractTitle Judul Abstrak
5. JIPM_AbstractKeyword Kata kunci
6. JIPM_Heading 1 Judul 1
7. JIPM_Body Paragraf
8. JIPM_Picture Capture Judul Gambar
9. JIPM_Table Capture Judul Tabel
10. JIPM_Reference Daftar Pustaka

51
Muthia Hasri,Fahruh Juhaevah, Rusmin Madia

Dan seterusnya
Hasil berupa gambar, atau data yang dibuat
gambar/skema/grafik/diagram/sebangsa-nya, pemaparannya juga mengikuti aturan yang
ada; judul atau nama gambar ditaruh di bawah gambar, dari kiri, dan diberi jarak 1 spasi
dari gambar.Bila lebih dari 1 baris, antarbaris diberi spasi tunggal. Sebagai contoh, dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Memunculkan Style dalam Template

Pembahasan difokuskan pada mengaitkan data dan hasil analisisnya dengan


permasalahan atau tujuan penelitian dan konteks teoretis yang lebih luas. Dapat juga
pembahasan merupakan jawaban pertanyaan mengapa ditemukan fakta seperti pada data.
Pembahasan ditulis melekat dengan data yang dibahas. Pembahasan diusahakan tidak
terpisah dengan data yang dibahas.

Simpulan (5%)

Simpulan dapat bersifat generalisasi temuan sesuai permasalahan penelitian, dapat


pula berupa rekomendatif untuk langkah selanjutnya.

Daftar Rujukan
Penyusunan Daftar Rujukan mengikuti teknik yang standar harus dilakukan secara baku
dan konsisten. Untuk menjaga konsistensi cara pengacuan, pengutipan dan daftar pustaka
sebaiknya menggunakan aplikasi Reference Manager, seperti Zotero, Mendeley, atau
aplikasi berbayar yang lain dengan style APA 6th. Ditulis dalam spasi tunggal, antardaftar
pustaka diberi jarak 1 spasi. Sebagian contoh cara penulisan referensi/acuan di dalam
Daftar Pustaka,diberikan berikut.

52
Muthia Hasri,Fahruh Juhaevah, Rusmin Madia

Gronlund, N.E. & Linn, R.L. (1990). Measurement and evaluation in teaching. (6thed.). New York:
Macmillan.

Effendi,S. (1982). Unsur-unsur penelitian ilmiah. Dalam Masri Singarimbun (Ed.). Metode
penelitian survei. Jakarta: LP3ES.
Daniel, W.W. (1980). Statistika nonparametrik terapan. (Terjemahan Tri Kuntjoro). Jakarta :
Gramedia.
Suyanto, S (2009). Keberhasilan sekolah dalam ujian nasional ditinjau dari organisasi belajar.
Disertasi, tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Jakarta.
Pritchard, P.E. (1992). Studies on the bread-improving mechanism of fungal alpha-amylase.
Journal of Biological Education,26 (1), 14-17.
Retnawati, H. (2014). Teori respon butir dan penerapannya. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmawati, U., & Suryanto, S. (2014). Pengembangan model pembelajaran matematika
berbasis masalah untuk siswa SMP. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(1), 88-97

53

Anda mungkin juga menyukai