Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Matematika merupakan ilmu yang sangat penting untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari- hari. Karena matematika menjadi salah satu pelajaran sangat

terpenting yang harus dikuasai semua orang untuk digunakan dalam kehidupan

sehari-hari serta menjadi sebuah pedoman pengetahuan dari mata pelajaran

matematika1. Oleh karena itu matematika menjadi mata pelajaran yang diberikan

kepada semua jenjang dimulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan

kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Hal ini karena matematika sebagai sumber ilmu lain, dengan kata lain

banyak ilmu yang penemuan dan pengembangannya tergantung dari matematika,

sehingga mata pelajaran matematika sangat bermanfaat bagi peserta didik sebagai

ilmu dasar untuk penerapan di bidang lain2.

Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran

matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23

Mei 2006 tentang Standar Isi ) disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran

matematika adalah supaya siswa memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan

dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau

1
Ahmad Muzaki Dan Sri Yulianti,’’ Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Materi Bentuk
Aljabar Kelas Vii Smp N 1 Utan’’, Jurnal Ilmiah Ikip Mataram, Volume 8, Nomor 1, 2021, Hal.197.
2
Dyahsih Alin Sholihah Dan Ali Mahmudi,’’ Keefektifan Experiential Learning Pembelajaran
Matematika Mts Materi Bangun Ruang Sisi Datar ‘’ Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 2 ,
Nomor 2, November 2015, Hal.176.
masalah. tujuan Permendiknas ini, sejalan dengan tujuan umum pembelajaran

matematika yang dirumuskan National Council of Teacher of Methematics (NCTM)

(2000).3

Kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut

NCTM (1989:214) dapat dilihat dari: (1) kemampuan mengekspresikan ide-ide

matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta

menggambarkannya secara visual; (2) kemampuan memahami, menginterpretasikan,

dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual

lainnya; (3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika

dan struktur-struktur-nya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-

hubungan dan model-model situasi.4

Berkaitan dengan penentuan model pembelajaran sangatlah penting disesuaikan

dengan realitas dan situasi kelas yang ada, serta pandangan hidup yang akan

dihasilkan dari proses kerjasama yang dilakukan antara guru dan peserta didik. 5

Adapun terdapat asas-asas dalam menentukan suatu model pembelajaran yaitu tujuan

pembelajaran, sifat materi pelajaran, ketersedian fasilitas dan sarana, kemampuan

pembelajar, kondisi pembelajar, dan alokasi waktu.6

3
Hodiyanto,’’ Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika’’, Admathedu,
Vol.7, No.1, Juni 2017,Hal.10.
4
Heni Purwati Dan Dhian Endah Wuri , ‘’ Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Dengan Gaya Belajar Kompetitif’’, Jurnal Derivat, Volume 4, No. 2, Desember 2017, Hal.17
5
Asep Jihad Dan Abdul Haris, ‘’Evaluasi Pembelajaran’’, (Yogyakarta:Multi Pressindo,2012), Hal.25.
6
Indrawati, Modul: ‘’Perencanaan Pembelajaran Fisika: Model-Model Pembelajaran implementasinya
Dalam Pembelajaran Fisika’’, (Jember: Universitas Jember, 2011), Hal. 5.1
Munculnya pendemi Covid-19 mengakibatkan dunia pendidikan mengharuskan

proses pembelajaran tatap muka (kelas) dirubah menjadi pembelajaran jarak jauh

(distance learning), pembelajaran daring (online learning), dan atau (e-learning) dan

sebagainya7. dampak buruk dari pandemi covid-19 ini guru dihadapkan akan

tantangan dalam memilih atau menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi lapangan sekarang. Selain itu, peserta didik juga dihadapkan akan tantangan

dalam memahami setiap pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan model yang

disesuaikan kondisi ini. Adapun, pada mata pelajaran matematika terdapat materi

yang membutuhkan kemampuan komunikasi matematis.

Aljabar merupakan salah satu materi pokok pembelajaran pada kelas VII

SMP/MTS berdasarkan Kurikulum 2013. Aljabar sangat penting untuk dipelajari dan

dipahami dikarenakan merupakan materi dasar. berdasarkan dengan Permendikbud

No. 37 Tahun 2018 yaitu mengatakan siswa harus dapat menjelaskan bentuk aljabar

dan melakukan operasi bentuk aljabar seperti penjumlahan dan pengurangan.

Walaupun operasi penjumlahan dan

pengurangan pada aljabar terlihat mudah akan tetapi banyak siswa yang masih

mengalami kesulitan dalam memahami konsep aljabar.8

Kurikulum 2013, siswa dituntut aktif dalam pembelajaran sehingga secara tidak

langsung siswa harus dapat mengkomunikasikan hasil belajar baik secara lisan

7
I Wy. Dirgeyasa, ‘’ Flip Learning-Flip Classroom, Sebuah Inovasi Dalam Pembelajaran, Di Era
Covid-19’’, (Medan: Universitas Negeri Medan (Unimed)), Hal.65.
8
Azela Fitri, Skripsi: ‘’ Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Vii Pada Materi Operasi
Bentuk Aljabar Menggunakan Pendekatan Pmri Melalui Sistem Lslc’’, (Palembang:Universitas
Sriwijaya, 2019), Hal. 3.
maupun tulisan. Namun, pada kenyataannya siswa menjadi sangat sulit untuk aktif

dikarenakan keterbatasan kemampuan berkomunikasi matematis. Sehingga, pada

akhirnya hanya guru yang aktif dalam pembelajaran. Selain faktor tersebut tentunya

model pembelajaran juga menjadi kunci utama dalam menunjukkan performa terkait

kecocokan dalam menggunakan suatu model pembelajaran dengan sifat materi dan

juga cara individu belajar.

Berkembangnya kemajuan IPTEK menjadikan dunia pendidikan juga terkena

imbas. Sehingga, pembelajaran pun dapat lebih mudah diakses oleh peserta didik

dimanapun dan kapanpun tanpa takut tertinggal materi. Flipped learning, menjadi

salah satu pionir model pembelajaran yang menggunakan sistem pembelajaran jarak

jauh yang juga dikenal dengan istilah distance learnig. McKnight (2013:4), Flipped

Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut guru mengalihkan

pembelajaran langsung dari ruang belajar berskala besar (ruang kelas) ke dalam ruang

belajar individual dengan bantuan beberapa alat teknologi. 9 Sebagaimana yang telah

diuraikan diatas bahwa model Flipped Learning merupakan model pembelajaran

yang mana dilakukan didalam kelas (luring) dan pembelajaran daring (online).

Berdasarkan hasil obseravasi awal pada siswa dengan memberikan soal tes untuk

mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa.

9
Abdulloh Hamid Dan Mohamad Samsul Hadi, ‘’ Desain Pembelajaran Flipped Learning Sebagai
Solusi Model Pembelajaran Pai Abad 21’’, Quality, Volume 8, Nomor 1, 2020, Hal.152-153.
Gambar 1.1 hasil penyelesaian siswa yang berkaitan tentang

kemampuan komunikasi matematis

Kemudian setelah siswa selesai mengerjakan, peneliti mengoreksi dan

menganalisis lembar jawaban siswa. Peneliti menemukan bahwa pada tahap pertama,

siswa salah mengerjakan dikarekan tidak memahami makna kata hubung ‘‘dari’’

yang menunjukan bahwa berlaku sifat komutatif atau pertukaran. Sehingga, secara

keseluruhan jawaban siswa salah. Berdasarkan observasi awal tersebut diperoleh


bahwa rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam memahami makna

atau simbol matematika. Dari penyelesaian siswa tersebut, mengungkapkan bahwa

pentingnya kemampuan komunikasi matematis bagi seorang siswa untuk mengetahui

kemampuan mereka dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika .

Hal ini membuat peneliti tertarik menerapkan model Flipped Learning pada

pembelajaran matematika dengan judul ‘‘Pengaruh Model Pembelajaran Flipped

Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada

Materi Bentuk Aljabar’’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penilaian adalah apakah model pembelajaran flipped learning berpengaruh

dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa lebih baik dari model

pembelajaran langsung ?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan uraian di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

yakni “untuk mengetahui apakah model pembelajaran Flipped Learning berpengaruh

dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa lebih baik dari model

pembelajaran langsung”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain guna menambah pengetahuan,

pengalaman, wawasan keilmuan dan untuk mengembangkan khasanah

pengetahuan, khususnya disiplin ilmu matematika.

2. Manfaat praktis

2. Bagi siswa : Mendapatkan pengalaman belajar matematika melalui model

Flipped Learning yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa SMP.

3. Bagi guru : Model sebagai referensi model pembelajaran Flipped

Learning yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran pada judul ini, maka penulis perlu

menjelaskan istilah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran adalah penyajian serangkaian materi ajar secara

kompleks baik sebelum maupun sesudah pembelajaran yang digunakan dalam

proses belajar mengajar.

2. Flipped learning adalah model pembelajaran di mana siswa sebelum belajar

di kelas mempelajari materi terlebuh dahulu di rumah sesuai dengan tugas

yang diberikan oleh guru.


3. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan memahami dan

menyampaikan yang diterapkan pada ilmu matematika dengan indikator yakni

menulis (written), menggambar (drawing) dan ekspresi matematika.

4. Bentuk aljabar adalah suatu kalimat matematika yang menggunakan simbol-

simbol untuk mewakili bilangan yang belum diketahui.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Komunikasi Matematis

1. Pengertian kemampuan komunikasi matematis

Secara umum, komunikasi dapat diartikan sebagai proses menyampaikan

pesan dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung (lisan) ataupun tidak

langsung (melalui media).10 Adapun melalui komunikasi seesorang mampu

menyampaikan, mendiskusikan dan mengembangkan suatu ide .

Sebagai salah satu standar dan tujuan dari pembelajaran matematika,

kemampuan komunikasi mendapat pehatian lebih dalam pembelajaran. Menurut

Purwandari, Astuti & Yuliani (2018) komunikasi matematis diartikan sebagai

peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana

terjadi pengalihan pesan dan pesan yang dialihkan berisi tentang materi

matematika yang dipelajari pada saat itu. 11

Menurut The Intended Learning Outcomes (Astuti, dkk, 2017: 324)

komunikasi matematis yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide

matematika secara koheren kepada guru dan teman melalui bahasa lisan dan

10
Ayu Handayani, dkk, Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Bagi Siswa Kelas VII MTsN Lubuk Buaya Padang Tahun
Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 2 part 1 hal 1-6 2014, h.3.
11
Ibnu Rizki Wardhana dan Moch. Lutfianto, ‘’ Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Ditinjau Dari Kemampuan Matematika Siswa’’, UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6,
Nomor 2, Juli Tahun 2018, hal. 173.
tulisan. Sementara itu, menurut Mayasari (2020: 228) menyatakan kemampuan

komunikasi matematis adalah kemampuan seseorang dalam menghubungkan

benda nyata, gambar, tabel, diagram, notasi dan rumus matematika dengan tepat.12

Komunikasi dalam matematika dapat menolong guru memahami

kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya

tentang konsep dan proses mereka pelajari. Tanpa komunikasi dalam matematika

kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa

dalam melakukan proses dan aplikasi matematika (Lanani, 2013; Purnbama &

Aldika, 2016). Adapun komunikasi matematis dapat diartikan sebagai proses

penyampaian pesan yang berisi konten matematika. Komunikasi matematika

adalah proses penyampaian ide dan pengetahuan baik secara tertulis ataupun lisan

(Dewi, 2014).13

Dari berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis adalah kemampuan mengekspresikan ide-

ide ,menggambarkan dan mendiskusikan konsep matematika baik secara lisan

maupun tulisan.

12
Ahmad Muzaki Dan Sri Yulianti,’’ Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Materi
Bentuk Aljabar Kelas Vii Smp N 1 Utan’’, Jurnal Ilmiah Ikip Mataram, Volume 8, Nomor 1, 2021,
Hal.198.
13
Ibnu Rizki Wardhana dan Moch. Lutfianto, ‘’ Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Ditinjau Dari Kemampuan Matematika Siswa’’, UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6,
Nomor 2, Juli Tahun 2018, hal. 173-174.
2. Indikator kemampuan komunikasi matematis

Kemampuan Komunikasi Matematik tercantum dalam kurikulum

matematika sekolah menengah (NCTM, 2000). Komponen tujuan pembelajaran

matematika antara lain : dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram atau ekspresi matematik untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan

memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa

ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.14

Sumarmo (Sumarmo,2013:20) mengidentifikasi indikator komunikasi matematis

yang meliputi kemampuan :

a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide

matematika

b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan

dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika.

d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika.

14
Dedeh Tresnawati Choridah, ‘’ peran pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif serta disposisi matematis siswa Sma’’, Jurnal Ilmiah
Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013, hal. 197.
f. Menyusun konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan

generalisasi.

g. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam

bahasa sendiri.15

Sedangkan indikator kemampuan komunikasi matematis menurut Gusni

Satriawati adalah :

a. Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan

bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan

lisan, tulisan, konkrit, grafik, dan aljabar, menjelaskan dan membuat

pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan,

mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, membuat konjektur,

menyusun argumen dan generalisasi.

b. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan

diagram ke dalam ide-ide matematika.

c. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep

matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa

atau simbol matematika.16

15
Ibid,. hal.197-198.
16
Gusni Satriawati, “Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended Untuk Meningkatkan Pemahaman
dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP”, dalam ALGORITMA, Vol. 1, No. 1, Tahun
2006, h. 111
Berdasarkan uraian diatas, kemampuan komunikasi matematis yang digunakan

dalam penelitian ini mengarah ke indikator yang sama dengan Gusni Satriawati

yakni :

a. Menulis matematis. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat

menuliskan jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal,

jelas serta tersusun secara logis dan sistematis.

b. Menggambar matematis. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk

dapat melukiskan gambar,diagram, dan table secara lengkap dan benar.

c. Ekspresi matematis. Pada kemampuan ini, siswa diharapkan mampu

untuk mengungkapkan konsep matematika dengan menyatakan

peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

Adapun indikator ini disesuaikan dengan situasi yang sering terjadi dilapangan,

Yang menjadikannya sebagai permasalahan umumnya dihadapi peserta didik.

B. Model Pembelajaran Flipped Learning

Flipped learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

memanfaatkan teknologi informasi. Menurut McKnight (2013:4): “In the flipped

learning model, teachers shift direct learning out of the large group learning

space and move it into the learning space, with the help of one of several

technologies. Teachers record narrate screencasts of work they do on their

computer desktops, create videos of themselves teachinng, or curate video lesson


from internet sites such as TED-Ed and Khan Academy. ...enabling student to

come to class better prepared.”

Dari pengertian di atas terlihat bahwa flipped learning adalah model

pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran online dengan

pembelajaran tatap muka. Pembelajaran online dimaksudkan untuk memberikan

materi dan penjelasan serta memberikan tugas-tugas untuk nantinya dikerjakan

dalam kelas tatap muka. Pada pembelajaran tatap muka dilakukan pembahasan

tugas, studi kasus ataupun problem solving yang intinya mengaktifkan siswa dan

memberikan pengalaman belajar secara luas17. Adapun model ini telah menarik

perhatian para guru dan peneliti karena keunggulannya. Flipped learning model

memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara mandiri baik didalam

maupun diluar kelas, Wiginton (2013) menyatakan bahwa flipped learning

adalah model pembelajaran yang menggubakan teknologi dengan mengubah

tempat belajar yang biasa hanya didalam kelas, menjadi diluar kelas bahkan

dimana saja.18

Flipped learning model lebih memfokuskan siswa pada kegiatan

pembelajar yang lebih mendalam (Bregmann dan Sams, 2012; Hamdan et

al .,2013 Honeycutt dan Garret , 2014) .melalui model pembelajaran ini kegiatan

yang biasanya dilakukan di kelas diganti dengan pekerjaan rumah dengan


17
Yulhendri dan Tri Kurniawati,’’ Flipped Learning Berbasis Web Pada Pembelajaran Di Universitas
Negeri Padang’’, universitas negeri padang, hal.6-7.
18
Julinar dan fazri nur yusuf, ‘’flipped learning model: satu cara alternatif untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa’’, jurnal penelitian pendidikan, desember tahun 2019, hal.367.
bantuan teknologi, sementara untuk kegiatan belajar didalam kelas dilakukan

lebih bervariasi seperti diskusi,Tanya jawab, presentasi, komunikasi dan kegiatan

komukatif lainnya dengan panduan guru. dengan kata sederhana , dapat

dikatakan bahwa flipped learning model adalah apa yang dilakukan di kelas ,

beralih untuk dilakukan diluar kelas.19

Flipped learning juga berbeda dengan blended learning yang

mengkombinasikan metode pembelajaran tatap muka dengan online learning.

Metode pembelajaran bisa berupa tatap muka sehari-hari, kemudian ada beberapa

komponen pembelajaran e-learning yang disisipkan, maupun sebaliknya,

kebanyakan pembelajaran e-learning, lalu disisipkan metode tatap muka. Model

flipped learning dapat dilihat pada gambar di bawah ini20

Gambar 2.1 Flipped Classroom (Bishop, 2013)

Flipped learning model terdiri dari terdiri dari lima elemen :

19
Ibid, .hal.367.
20
Yulhendri dan Tri Kurniawati, ‘’ Flipped Learning Berbasis Web Pada Pembelajaran Di
Universitas Negeri Padang’’, (padang: universitas negeri padang), hal.7.
a. Siswa aktif dalam pembelajaran

b. Teknologi memfasilitasi proses belajar langsung

c. Mempelajari materi secara online sebelum menghadiri kelas

d. Masalah dunia nyata ditugaskan kepada siswa

e. Kegiatan didalam kelas difokuskan untuk kegiatan diskusi dan

komunikastif lainnya yang langsung dipandu oleh guru.(Becker

2013;Davies,et al.2013).21

Adapun Fulton dalam Herreid (2013) menyatakan beberapa keunggulan

penggunaan flipped learning. Keuntungan tersebut yaitu:

a. siswa dapat berkembang sesuai kecepatan masing-masing,

b. melakukan latihan yang biasanya menjadi PR di dalam kelas

memberikan gambaran yang lebih baik kepada pendidik tentang gaya

belajar berikut juga kesulitan belajar siswa,

c. waktu tatap muka dapat dimanfaatkan secara lebih efektif dan kreatif,

d. guru dapat lebih mudah menilai prestasi, minat dan komitmen belajar

siswa,

e. penggunaan teknologi membuat pembelajaran lebih fleksibel dan

cocok untuk pembelajaran di abad 21.22

21
Ibid,. hal.7.
22
Ibid,. hal.7.
C. Ruang Lingkup Materi

1. Bentuk aljabar

Aljabar adalah bagian dari ilmu matematika yang menggunakan huruf atau

simbol untuk mendeskripsikan suatu bilangan dan memanipulasinya guna

menyelesaikan permasalahan matematika. Sehingga pengertian dari bentuk

aljabar adalah suatu kalimat matematika yang melibatkan simbol-simbol

untuk mewakili bilangan yang belum diketahui.23 hal-hal yang belum

diketahui ini berupa permasalahan sehari-hari seperti, bahan bakar yang

dibutuhkan bus setiap minggunya, jarak yang ditempuh dalam waktu tertentu

atau banyaknya makanan ternak yang dibutuhkan dalam 5 hari,dapat dicari

menggunkan aljabar.

a. Unsur-unsur pada suatu bentuk aljabar

Pada suatu bentuk aljabar, terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

1) Variabel atau peubah,

yaitu simbol-simbol yang mewakili suatu bilangan pada suatu bentuk

aljabar. Simbol-simbol yang digunakan dalam variabel biasanya berupa

huruf kecil.

2) Koefisien

yaitu bilangan yang menyertai variabel pada suatu bentuk aljabar.

3) Suku

yaitu bagian dari bentuk aljabar yang dipisahkan oleh tanda +.


23
Yosia Adi Setiawan dkk,modul: ‘’bahan ajar matematika bentuk aljabar kelas VII’’, hal.6.
Beberapa hal khusus tentang suku dijelaskan sebagai berikut :

a) Suku yang tidak memuat variabel dinamakan suku konstan atau

konstanta. Misalkan bentuk aljabar 2𝑎 − 5 atau dapat ditulis 2𝑎 +

(−5), maka −5 merupakan suku konstan.

b) Suku-suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel sama dan

pangkat dari tiap-tiap variabel juga sama. Misalkan 2𝑥2𝑦 dan

−𝑥2𝑦 sejenis. Akan tetapi, keduanya tidak sejenis dengan 2𝑥𝑦2.24

2. Operasi Hitung Aljabar

a. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar

Pada bentuk aljabar, operasi penjumlahan dan pengurangan hanya dapat

dilakukan pada suku-suku yang sejenis. Untuk menentukan hasil penjumlahan

maupun hasil pengurangan pada bentuk aljabar, perlu diperhatikan hal-hal

berikut ini.

1) Suku-suku yang sejenis.

2) Sifat Komutatif 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎

3) Sifat Assosiatif (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐)

4) Sifat Distributif (𝑏 + 𝑐) = 𝑎𝑏 + 𝑏𝑐 dan 𝑎(𝑏 − 𝑐) = 𝑎𝑏 – 𝑎𝑐

b. perkalian

perkalian bilangan bulat berlaku sifat distributif perkalian terhadap

penjumlahan, yaitu a × ( b+c )= ( a ×b )+(a × c) dan sifat distributif perkalian


24
Ibid,.hal.6.
terhadap pengurangan, yaitu a × ( b−c )=( a × b )−(a × c), untuk setiap bilangan

bulat a, b,, dan c. Sifat ini juga berlaku pada perkalian bentuk aljabar.

1) Perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar

Perkalian suatu bilangan konstanta k dengan bentuk aljabar suku satu dan

suku dua dinyatakan sebagai berikut :

k ( ax ) =kax

k ( ax +b )=kax +kb
2) Perkalian antara dua bentuk aljabar

Sebagaimana perkalian suatu konstanta dengan bentuk aljabar, untuk

menentukan hasil kali antara dua bentuk aljabar kita dapat memanfaatkan

sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan sifat distributif

perkalian terhadap pengurangan. Selain dengan cara tersebut, untuk

menentukan hasil kali antara bentuk aljabar suku dua dengan suku dua

dapat menggunakan cara sebagi berikut:

( ax +b )( cx+ d )=ax ×cx + ax × d+ b ×cx +b × d

2
¿ ac x + ( ad+ bc ) x +bd

c. Perpangkatan Suku Sejenis dan Tidak Sejenis

Operasi perpangkatan diartikan sebagai perkalian berulang dengan bilangan

yang sama. Jadi, untuk sebarang bilangan bulat a berlaku

𝑎n = 𝑎 × 𝑎 × 𝑎 × 𝑎 × …× 𝑎
Hal ini juga berlaku pada perpangkatan bentuk aljabar.

Untuk sebarang a,b bilangan real a,b ≠ 0, m dan n bilangan bulat maka

berlaku sifat:

1) 𝑎𝑚 × 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚+𝑛

2) 𝑎𝑚:𝑎𝑛 = 𝑎𝑚−𝑛

3) (𝑎𝑚) = 𝑎𝑚×𝑛

4) (𝑎 × 𝑏) = 𝑎𝑚 × 𝑏𝑚

5) (𝑎𝑚 × 𝑏𝑚) = (𝑎 × 𝑏)×𝑛

Pada perpangkatan bentuka aljabar suku dua, koefisien tiap suku ditentukan

menurut segitiga Pascal.

d. Pembagian

Hasil bagi dua bentuk aljabar dapat kalian peroleh dengan menentukan

terlebih dahulu faktor sekutu masing-masing bentuk aljabar tersebut,

kemudian melakukan pembagian pada pembilang dan penyebutnya.

Contoh :

Sederhanakanlah pembagian bentuk aljabar berikut. 3 xy ∶ 2 y

Penyelesaian:

3 xy 3
` 1. = y (faktor sekutu y)
2y 2
e. Substitusi Pada Bentuk Aljabar

Nilai suatu bentuk aljabar dapat ditentukan dengan cara menyubstitusikan

sebarang bilangan pada variabel-variabel bentuk aljabar tersebut.

Contoh :

Jika 𝑚 = 3, tentukan nilai dari 5−2m .

Penyelesaian :

Substitusi nilai m=3 pada 5−2 m , maka

diperoleh 5−2 m=5−2(3)

¿ 5−6

= −1

f. Menentukan KPK dan FPB dari Bentuk-Bentuk Aljabar Suku Tunggal

Sebelum menentukan KPK dan FPB dari bentuk-bentuk aljabar suku

tunggal, kita harus dapat menguraikan menjadi faktor-faktor (faktorisasi).

Faktorisasi dilakukan untuk menerangkan operasi bilangan, sehingga dapat

mempermudah suatu penyelesaian.

1) Menentukan KPK Bentuk Aljabar

KPK (Kelipatan Persekutuan terkecil) adalah kelipatan persekutuan dari

dua bilangan atau lebih, yang nilainya paling kecil. Menentukan KPK

dapat dilakukan dengan faktorisasi prima.

Contoh :
Tentukan KPK dari bentuk aljabar berikut 6 a 2 , 8 ab , dan 12 a3 b2
6 a 2=2×3×a2

8 ab=23 ×a×b
3 2 2 3 2
12 a b =2 ×3×a ×b

kpk=23 ×3×a3 ×b 2=8×3×a3 ×b 2=24 a3 b 2

Dari contoh soal tersebut, KPK dapat ditentukan dengan menuliskan

semua faktor prima yang ada. Jika terdapat faktor prima yang sama maka

dipilih yang terbesar.

2) Menentukan FPB Bentuk Aljabar

Contoh :

Tentukan FPB dari bentuk aljabar berikut 12 a dan 18 a2

Penyelesaian :

12 a=22×3×a

18 a2 =2×32 ×a2

fpb=2×3×a=6 a

Dari contoh di atas, FPB dapat ditentukan dengan menuliskan faktor

prima yang dimiliki semua bilangan. Jika terdapat faktor prima yang sama

maka akan dipilih yang terbesar.

g. Pecahan Bentuk Aljabar


Pecahan bentuk aljabar adalah pecahan yang pembilang atau penyebut

atau kedua-duanya memuat bentuk aljabar.

Misalnya :

1 b x+ y
, ,
a 2 x

Sifat-Sifat Operasi Pecahan Bentuk Aljabar

1) Penjumlahan

a c ad +bc
+ = , dengan b ≠ 0 , d ≠ 0
b d bd

2) Pengurangan

a c ad−bc
− = , dengan b ≠ 0 , d ≠ 0
b d bd

3) Perkalian

a c a ×c
× = , dengan b ≠ 0 , d ≠ 0
b d b×d

4) Pembagian25

a c a d
: = × , dengan b ≠ 0 , d ≠ 0
b d b c

D. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh sinta rahmawati (2020) dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Dengan Problem

Based Activities Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa” yang menyatakan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif


25
Ibid,. hal.24
matematis siswa pada kelas eksperime yang pembelajarannya

menggunakan model flipped classroom dengan kegiatan berbasis masalah

sebesar 70,78. Rata-rata indicator terbesar di peroleh pada indicator

kelancaran yaitu 73. Kemudian untuk indikator keluwesan sebesar 72,25

dan indikator keaslian sebesar 63,25. Berdasarkan nilai sig=0,000 yang

lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 pada pengajuan hipotesis,

menunjukan bahwa siswa kelas eksperimen yang menerapkan model

pembelajaran flipped classroom dengan kegiatan berbasis masalah

memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas

kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Alexandria mega aryati (2020) dengan

judul “Penerapan Pembelajaran Flipped Classroom Pada Pembelajaran

Matematika Di Kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresia

Semarang Tahun Ajar 2019/2020” menyatakan bahwa pelaksanaan model

pembelajaran flipped classroom pada materi SPLDV di kelas X teknik

laboratorium medis smk theresia semarang tahun ajaran 2019/2020

terlaksana dengan baik. Pada pertemuan pertama pembelajaran diperoleh

persentase keterlaksanaan sebesar 96 % dan pada pertemuan kedua

diperoleh persentase sebesar 100 %. Berdasarkan hasil post-test yang

diikuti oleh siswa di peroleh hasil baik dengan ketuntasan siswa sebanyak

77 % dan kategori keseluruhan baik. Persentase ketuntasan siswa lebih

tinggi jika dibandingkan dengan persentase ketuntasan tahun 2017 dan


2018. Hal ini di sebakan karena siswa mempunyai waktu yang lebih lama

untuk memahami materi dan bias lebih memperdalam pemahaman mereka

melalui kegiatan diskusi.

E. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar yang

dirancang oleh guru yang mana didalamnya terdapat interaksi antara guru dan

siswa guna mencapai tujuan belajar yang sesungguhnya. Umumnya dalam proses

pembelajaran tentunya terjadi interaksi berupa komunikasi baik secara lisan

maupu tulisan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi sangat

penting untuk berdiskusi, menyampaikan sebuah ide , dan mengembangkannya.

Faktanya kemampuan komunikasi juga digunakan seluruh mata pelajaran,salah

satunya matematika. pada matematika kita mengenal yang namanya kemampuan

komunikasi matematis.Kemampuan komunikasi matematis ini tentunya

diperlukan agar siswa mampu dan paham dalam menyampaikan dan

meyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan gambar,tabel,

grafik, dan lain-lain.

Seiring berkembangnya dan kemajuan IPTEK, menjadikan pembelajaran

lebih mudah diakses. Di tambah akan kurikulum sekarang yang menuntut siswa

berperan lebuh aktif dan dominan,hal ini juga berdampak pada guru yang mana

diharuskan kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar

siswa tidak mudah jenuh dan bosan.


Pandemi covid-19 merupakan salah satu wabah yang mengakibatkan

proses pembelajaran terhambat, yang mana awalnya diistirahatkan sebelum

kemudian dipindahkan kerumah masing-masing. Hal ini merupakan salah satu

pemicu guru dituntut harus melaksanakan kegaiatan belajar mengajar secara

efektif,efisien, dan mampu berinovasi agar siswa memahami. Model

pembelajaran juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, sehingga

dapat berjalan walaupun dari rumah masing-masing. Salah satunya model

pembelajaran flipped learning , flipped learning sendiri dipilih karena dia

merupakan salah satu distance learning yang dipercaya mampu meningkatkan

pengetahuan siswa. hal ini sejalan dengan tujuan model pembelajaran flipped

learning yang menuntut siswa untuk menggunakan waktu belajarnya dirumah

guna menambah waktu belajar, sehingga pengetahuan akan pelajaran tersebut

dapat dipahami lebih luas lagi.

Peneliti bermaksud untuk mengetahui pegaruh model pembelajaran

flipped learning dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa,

dengan tujuan dapat mengetahui dengan menggunakan model flipped learning

kemampuan komunikasi siswa lebih baik ketimbang model pembelajaran

langsung yang biasanya digunakan oleh rata-rata guru disekolah.


(INPUT) (PROSES) (OUTPUT)

Model
pembelajaran
flipped
Siswa kelas VII learning Perbandingan
Mts Negeri peningkatan
Ambon kemampuan
komunikasi
Model matematis
pembelajaran
langsung

Gambar 2.2 kerangka berpikir

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kajian hasil

penelitian yang relevan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah “terdapat

pengaruh peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan

menggunakan model pembelajaran flipped learning dari pada siswa yang

diajarkan menggunakan model pembelajaran langsung ”.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian\

Penelitian ini telah dilaksanakan di Mts Negeri Ambon selama sebulan dari

tanggal 23 juni 2022 sampai 1 agustus 2022.

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-

eksperimen. yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti

melakukan pengontrolan penuh terhadap faktor lain yang memengaruhi variabel

dan kondisi eksperimen. Pemilihan metode didasarkan pada keinginan peneliti

untuk melihat pengaruh antara penerapan model pembelajaran flipped learning

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

Metode quasi- eksperimen ini terdapat kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, yang dimana kelompok eksperimen adalah kelompok

yang diberikan perlakuan khusus (variabel yang akan diuji) yaitu dengan

model pembelajaran flipped learning, sedangkan kelompok kontrol adalah

kelompok dengan model pembelajaran langsung.

Salah satu jenis design eksperimen adalah eksperimen semu. Dalam

eksperimen semu (Quasi Eksperiment) pengujian variabel bebas dan variabel

terikat dilakukan terhadap sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


Subjek-subjek yang diteliti dalam kedua kelompok tersebut diambil secara acak.

Peneliti menggunakan rancangan pretest posttest eqiuvalent group desain. Untuk

lebih jelasnya, desain penelitian tersebut dapat diliat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 rancangan eksperimen

Tes Awal (Pre- Tes Akhir


Kelas Treatment
Test) (Post-Test)
eksperiment Te X Te

kontrol Tk - Tk

Keterangan :

T e : tes awal untuk kelas eksperimen

T k : tes awal untuk kelas kontrol

T e : tes akhir untuk kelas eksperimen

T k : tes akhir untuk kelas kontrol

X : perlakuan menggunakan model pembelajaran flipped learning

untuk kelas eksperimen

Berdasarkan desain penelitian di atas, kedua kelompok diberi tes awal

(Pretest) dengan tes yang sama. Setelah diberi perlakuan yang berbeda, kedua

kelompok di tes dengan tes yang sama sebagai tes akhir (Post-test). Hasil kedua

tes terakhir dibandingkan (diuji perbedaannya), demikian juga antara hasil tes

awal dengan tes akhir pada masing-masing kelompok.


C. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti

semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, sedangkan sampel adalah

sebagian atau wakil yang diteliti.26

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Mts Negeri Ambon.

Sedangkan sampelnya adalah kelas VII sebanyak (2) dua kelas. Kelas yang

pertama adalah kelas kontrol dan kelas yang kedua adalah kelas eksperimen.

D. Variabel penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu :

1. Variabel Bebas (Independen)

Menurut sugiono (2016: 61) Variabel bebas (independen) adalah variabel

yang mempengaruhi variabel lain atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variable dependen/terikat. Variabel bebas pada penelitian in adalah

“model pembelajaran Flipped Lerning” .

2. Variabel Terikat (Dependen)

Menurut sugiono (2016: 61) Variabel Terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat. Karena adanya variabel bebas. Variabel

terikat pada penelitian in adalah “ kemampuan komunikasi matematis”.

26
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989),
hal.102-104.
E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

penulis dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Bentuk tes yang digunakan untuk melihat dan mengetahui

kemampuan komunikasi matematis siswa adalah berupa tes tulis. Tes

tertulis yang dimaksud adalah berbentuk soal uraian, karena tes tulis

berbentuk uraian menuntut siswa untuk menjawab secara rinci, sehingga

proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dievaluasi.

Soal tes tertulis digunakan untuk mengetahui tingkat yang diperoleh

siswa dalam mengerjakan tes komunikasi matematis masing-masing

soal tes terdiri dari 5 butir soal. Penyusunan instrumen tes diawali

dengan menyusun kisi-kisi tes berdasarkan indikator kemampuan

komunikasi matematis yang dipilh dan menyusun soal tes berdasarkan

kisi-kisi.

Hasil jawaban siswa tersebut dikoreksi dengan menggunakan

rubrik penskoran kemampuan komunikasi matematis. Adapun pedoman

penskoran tes kemampuan komunikasi matematis siswa seperti yang

disajkan pada table 3.2.


Tabel 3.2 Rubrik Pedoman Penskoran (Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa)
Kriteria yang
No Aspek yang diukur Skor
dinilai
Menulis matematis (written text) Jawaban tidak ada 0
Jawaban ada namun
tidak sesuai dengan 1
kriteria
Jawaban ada dan
sesuai dengan
2
1 kriteria namun ada
sedikit salah
Jawaban benar dan
dapat menggunakan
bahasa matematika 3
untuk menyampaikan
ide yang tepat
Menggambar matematis (drawing) Jawaban tidak ada 0
Jawaban ada namun
tidak sesuai dengan 1
kriteria
Jawaban ada dan
sesuai dengan
2
2 kriteria namun ada
sedikit salah
Jawaban benar dan
dapat menggunakan
bahasa matematika
3
untuk menyampaikan
ide yang tepat.

3 Ekspresi matematika (Mathematical Jawaban tidak ada 0


Expression)
Jawaban ada namun
tidak sesuai dengan 1
kriteria
Jawaban ada dan 2
sesuai dengan
kriteria namun ada
sedikit salah
Jawaban benar dan
dapat menggunakan
bahasa matematika 3
untuk menyampaikan
ide yang tepat.

2. Lembar Obeservasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi terdiri dari beberapa pernyataan yang menyatakan

ragam kegaiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Lembar observasi diisi

oleh observer dengan memberi tanda centang pada kolom “Ya” atau “Tidak”,

yang menyatakan terlaksana atau tidaknya kegiatan pada pembelajaran. Lembar

observasi ketrlaksanaan pembelajaran terlampir pada lampiran.

3. Lembar Observasi Aktivitas siswa

Instrumen lembar aktivitas siswa digunakan untuk mengukur kepraktisan

RPP ditinjau dari tingkat aktivitas siswa. Lembar observasi ini diisi oleh peneliti

sebagai pelaksana kegiatan di dalam kelas selama proses pembelajaran

berlangsung. Lembar observasi aktivitas siswa berisikan 17 kategori yang

memungkinkan peneliti mengisi jumlah siswa pada setiap pertemuan yang sesuai

dengan kategori yang diamati.

4. Lembar Angket Respon Peserta Didik

Untuk memperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran matematika

menggunakan model pembelajaran flipped learning, maka peneliti menggunakan

angket respon siswa. Pengukuran dilakukan dengan membuat instrument

pengukur yang memiliki rentangan. Rentangan tersebut terdiri dari lima tingkat,
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju

(STS).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara penulis

mengumpulkan data selama penelitian. Untuk data kemampuan

komunikasi matematis siswa sebelum (Pre-Test) dan setelah (Post-

Test) pembelajaran diperoleh dengan menggunakan teknik tes

sedangkan untuk data keterlaksanaan dan aktivitas siswa diperoleh

menggunakan Lembar Observasi serta data respon siswa terhadap

model pembelajaran diperoleh menggunakan Angket Respon Siswa.

G. Teknik Analisis Data

1. Statistika deskriptif

a. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Sebelum data dianalisis untuk menguji hipotesis, data perlu dideskripsikan

terlebih dahulu. Data yang dimaksud adalah hasil pretest dan posttest.

Deskripsi data yang dimaksud melipuri rata-rata, simpangan baku, nilai

tertinggi, dan nilai terendah dari data tersebut. Perhitungan menggunakan

bantuan SPSS. Adapun kriteria minimal KKM yang digunakan untuk mata

pelajaran matematika di sekolah tersebut sebagai berikut :


Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Komunikasi
Nilai Kriteria

0-65 Tidak tuntas

Tuntas
65-100
Sumber : MTs Negeri Ambon

b. Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis data terhadap keterlaksanaan pembelajaran menggunakan analisis

rata-rata. Keterlaksanaan pembelajaran dihitung dengan cara menjumlah

nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan jumlah aspek yang dinilai.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

RSP=
∑X
n

Keterangan :

RSP = rata-rata skor penilaian setiap pertemuan

∑X = jumlah penilaian setiap pertemuan

n=¿ banyaknya aspek penilaian

Tabel 3.4 kategori aspek keterlakasanaan pembelajaran


Nilai hasil belajar Kategori

1,00-1,49 Tidak baik

1,50-2,49 Kurang baik

2,50-3,49 Baik

3,50-4,00 Sangat baik


Sumber : sudjana (2005)

c. Analisis Data Aktivitas Siswa

Untuk menentukan persentase jumlah siswa yang terlibat aktif dalam

semua aktivitas yang diamati, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan persentase jumlah siswa yang terlibat aktif dalam setiap

aktivitas yang diamati selama n pertemuan dengan menggunakan

rumus :

X
T a= ×100 %
N

Keterangan :

Ta = persentase jumlah siswa yan terlibat aktif pada aktivitas ke-a

selama n pertemuan

X =rata-rata jumlah siswa yang melakukan aktivitas ke-1 selaman

pertemuan

N = jumlah seluruh siswa pada kelas eksperimen.

a−1 ,2 , 3 … .(sebanyak ekperimen yang diamati)

2) Menetukan persentase jumlah siswa yang terlibat aktif dalam semua

aktivitas yang diamati dengan menggunakan rumus :

R
P ×100 %
SM

Keterangan :

P = persentase
R = jumlah aktivitas yang dilakukan oleh siswa

SM = jumlah aktivitas sebelumnya

Tabel 3.5 kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa


Tingkat Keberhasilan (%) Kategori

81-100% Sangat tinggi

61-80% Tinggi

41-60% Sedang

21-40% Rendah

0-20% Sangat rendah

Sumber : arikunto.2007:44

d. Analisis Data Respon Siswa

Data tentang respon siswa di peroleh dari angket respon siswa terhadap

kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dianalisis dengan mencari persentase

jawaban siswa untuk tiap-tiap pertanyaan dalam angket. Data tentang respon

siswa diperoleh dari angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran

flipped learning dan selanjutnya dianalisis persentase. Langkah-langkah yang

dilakukan untuk menganalisis data respon siswa adalah sebagai berikut:

1) Menghitung persentase banyak siswa yang memberikan respon positif

dengan cara membagi jumlah siswa yang memberikan respon positif

dengan jumlah siswa yang memberikan respon kemudian dikali

dengan 100%.

2) Menghitung persentase banyak siswa yang memberikan respon negatif


dengan cara membagi jumlah siswa yang memberikan respon negatif

dengan jumlah siswa yang memberikan respon kemudian dikali

dengan 100%.

Kriteria yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa siswa

memiliki respon positif terhadap pembelajaran flipped learning 75%

dari mereka yang memberikan respon positif terhadap sejumlah aspek

yang ditanyakan.

2. Analisis Regresi Linear

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan

satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen

(variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/ atau

memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen

berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Pusat perhatian adalah

pada upaya menjelaskan dan mengevalusi hubungan antara suatu variabel

dengan satu atau lebih variabel independen.27 Adapun dalam hal ini akan

dilakukan uji f, uji t, dan koefisien determinasi.

a. Uji f

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara serentak atau bersama-

sama variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak

terhadap variabel dependen (Djarwanto PS dan Pangestu S, 2008:42).

27
Budi Subandriyo, “ANALISIS KOLERASI DAN REGRESI”, Diklat Statistisi Tingkat Ahli BPS
Angkatan XXI, Badan Pusat Statistik, 2020, hal. 2.
Dengan hipotesis :

H 0 : β=0 artinya, tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen.

Kriteria pengujian :

Adapun ketentuan dari uji F yaitu sebagai berikut (Ghozali, 2016) :

1) Jika nilai signifikan ∝≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Artinya semua variabel independen/bebas memiliki pengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen/terikat.

2) Jika nilai signifikan ∝≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 Artinya,

semua variabel independen/bebas tidak memiliki pengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen/terikat.

b. Uji t

Pengujian secara individual (uji-t) yaitu pengujian koefisien regresi secara

parsial dengan menentukan formula statistik yang akan diuji. Untuk

mengetahui apakah suatu variabel secara parsial berpengaruh nyata atau

tidak, digunakan uji t.

Dengan hipotesis : variabel bebas berpengaruh tidak nyata apabila

koefisiennya sama dengan nol, sedangkan variabel bebas akan

berpengaruh nyata apabila nilai koefisiennya tidak sama dengan nol.

Hipotesis selengkapnya adalah sebagai berikut :

H 0 : β=0
H0 : β ≠ 0

Kriteria pengujian :

1) Jika nilai signifikansi ∝≥ 0,05 maka H₀ diterima dan Ha ditolak.

Artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen.

2) jika nilai signifikansi ∝≤ 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima

artinya ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel

dependen.

c. Koefisien Determinasi

Menurut Kuncoro (2013:246) Uji koefisien determinasi digunakan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel terikat. Nilai koefisien determinasi / R 2 berada pada rentang

angka nol (0) dan satu (1). (Ghozali, 2016).

Beberapa kriteria berkaitan dengan koefisien determinasi menurut

(Ghozali, 2016) :

1) Jika nilai mendekati 1, artinya variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel

dependen.

2) jika nilai R2 semakin kecil, artinya kemampuan variabel – variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen cukup terbatas.

Adapun klasifikasi koefisien determinasi menurut Jonathan Sarwono


(2009 :59) adalah :

1) r =0 : tidak ada korelasi antara 2 variabel

2) 0< r <0 , 25 : korelasi antara 2 variabel sangat lemah

3) 0 , 25<r < 0 ,50 : korelasi antara 2 variabel cukup

4) 0 , 50<r < 0 ,75 : korelasi antara 2 variabel kuat

5) 0 , 75<r < 0 ,99 : korelasi antara 2 variabel sangat kuat

6) r =1 : korelasi antara 2 variabel kuat sempurna

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik pada regresi linier berganda harus dipenuhi untuk

menghasilkan model penelitian yang baik, disebut memiliki nilai estimasi

terbaik dan bebas dari bias (simpangan) secara linier. Uji asumsi klasik

menjadi persyaratan sebelum melakukan analisis regresi linier berganda

(Susilo, 2014). Uji asumsi klasik harus terpenuhi, apabila tidak maka akan

menghasilkan garis regresi yang tidak cocok untuk memprediksi

(Sudarmanto, 2005).

a. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap serangkaian data adalah

untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.

Bila data berdistribusi normal maka dapat digunakan uji statistik berjenis

parametrik (Siregar, 2015). Uji normalitas data yang digunakakan adalah

uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan apabila


data yang akan diuji merupakan data tunggal atau data frekuensi tunggal,

bukan data dalam distribusi frekuensi kelompok (Supardi, 2013).

Dengan hipotesis :

H0 : data berdistribusi normal

Ha : data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian :

1) Jika nilai signifikansi ∝≥ 0,05, maka dinyatakan data berdistribusi

normal.

2) Jika nilai signifikansi ∝≤ 0,05, maka dinyatakan data berdistribusi

tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau

lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi

yang sama. Pada analisis regresi, persyaratan analisis yang dibutuhkan

adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan berdasarkan

variabel terikatnya memiliki variansi yang sama.

Dengan hipotesis :

H 0 :σ 1=σ 2 … … ..=σ k−¿¿

H 1 : σ i ≠ σ j untuk setidaknya satu pasang (i, j).

Kriteria pengujian :
1) Jika nilai signifikansi ∝≥ 0,05 menandakan bahwa kelompok data

berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen).

2) Jika nilai signifikansi ∝≤ 0,05 menandakan bahwa kelompok data

berasal dari populasi dengan varians yang berbeda (heterogen).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu para periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya

(Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini menggunakan metode pengujian

yang umumnya digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW )

dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jika d lebih kecil dari Dl atau lebih besar dari (4-dL ) maka hipotesis

nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

2) Jika d terletak antara dU dan ( 4-dU ), maka hipotesis nol diterima,

yang berarti tidak ada autokorelasi.

3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara ( 4-dU ) dan ( 4-dL),

maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data

Penelitian ini dilaksanakan MTs Negeri Ambon tepatnya di jalan jendral

sudirman, Ambon, Maluku dengan kelas VII-1 yang terdiri dari 20 siswa yang

dijadian sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran Flipped Learning dan kelas VII-2 terdiri dari 20 siswa sebagai

kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung.

Adapun kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing melaksanakan

pembelajaran dikelas sebanyak 3 pertemuan dengan materi yang dipilih sebagai

bahan penelitian ini adalah Bentuk Aljabar .

Sehubungan dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui

apakah model pembelajaran Flipped Learning berpengaruh dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa lebih baik dari model pembelajaran

langsung. Disamping itu, untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis

kedua kelas setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kedua tersebut diberikan

tes yang sama yaitu pre-test (tes awal) dan posttest (tes akhir) yang diberikan

setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai. Berikut ini merupakan hasil

penelitian yang dilakukan di MTs Negeri Ambon dapat dilihat sebagai berikut :

1. Deskripsi proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Flipped Learning dan model pembelajaran langsung


Dibawah ini peneliti akan mendeskripsikan tahapan pembelajaran dikelas

VII-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-2 sebagai kelas kontrol.

a. Kelas Eksperimen

1) Pertemuan sebelum pembelajaran

Pertemuan sebelum pembelajaran dilaksanakan pada senin, 18 juli

2022 Pertemuan Pertama saat jam pelajaran kelima dan keenam. pada 45

menit awal peneliti melakukan perkenalan dan pengambilan data pre-test.

Siswa diberikan waktu 35 menit untuk mengerjakan soal pre-test. Selama

siswa mengerjakan soal peneliti bertugas mengawasi siswa. Setelah selesai

mengerjakan soal pre-test, diwaktu yang terssisa peneliti kemudian

menjelaskan kepada siswa terkait pembelajaran yang akan dilakukan dan

bertukar nomor WhatsApp untuk membuat WhatsApp Grup (WAG)

kemudian menjelaskan fungsi WAG dalam pembelajaran ini.stelah

menjelaskan beberapa hal terkait pembelajaran yang akan dilakukan dikelas

dan bahan ajar yang akan dibagikan via WAG untuk pertemuan selanjutnya,

peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam dan menutup

dengan do’a.

2) Pertemuan pertama

Pelaksanaan pembelajaran dikelas berlangsung tepatnya pada jum’at,

22 juli 2022. Adapun sebelum pembelajaran dikelas dilaksanakan guru

membagikan materi berupa bahan ajar yang akan dibahas melalui WhatsApp

Grup (WAG) beberapa hari sebelum KBM dikelas dilaksanakan. Setelah


membagikan materi berupa bahan ajar kemudian siswa diharuskan

mempelajarinya adapun bila nanti siswa menemukan kesulitan dan belum

pemahami dapat menanyakannya melalui WAG ataupun dikelas nanti.

Adapun berikut tahapan-tahapan kegiatan dikelas:

a. Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran dikelas dilaksanakan selama 2 x 45 menit.

Pada kegiatan pendahuluan ini guru membuka pembelajaran dengan salam

dan do’a sebelum memulai pembelajaran dikelas yang dipimpin oleh ketua

kelas. Kegiatan dilanjutkan dengan penanyakan kabar siswa dan

mengecek kehadiran siswa dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai serta menyampaikan secara garis besar

materi yang akan dicapai dan siswa mendengarkan tujuan dari peneliti

dengan seksama. Tahap selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa

kelompok yang terdiri dari 4-5 orang, setelah pembagian kelompok selesai

kemudian guru melanjutkan dengan pemberian motivasi dengan cara

mengaitkan materi yang akan di pelajari dengan kehidupan sehari-hari dan

siswa mendengarkan dengan baik.

b. Kegiatan inti

Kemudian masuk pada kegiatan inti, peneliti membahas kembali

bahan ajar yang telah diberikan dan dipelajari oleh siswa dengan diskusi

dan Tanya jawab. Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk

bertanya terkait materi pengertian, unsur-unsur aljabar, suku sejenis serta


operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar yang diberikan

dikarenakan kurang memahami bahan ajar. Pada saat pembelajaran dikelas

hanya ada 1 orang siswa yang bertanya, kemudian guru menjawab

pertanyaan siswa sedangkan siswa memperhatikan penjelasan guru terkait

pertanyaan yang ditanyakan salah satu teman mereka namun sebagian

siswa kurang memperhatikan dan mendengarkan pada saat peneliti

menjelaskan jawaban dari pertanyaan siswa tersebut. Setelah sesi Tanya

jawab terkait materi guna ,menguatkan konsep .

Selanjutnya, guru memberikan permasalahan berupa LKPD untuk

didiskusikan disetiap kelompok. Permasalahan yang diberikan diharuskan

dikerjakan kemudian didiskusikan bersama anggota kelompok untuk

dipresentasikan, adapun peran guru saat diskusi yakni memfasilitasi siswa

menuliskan ide atau gagasan terkait masalah yang diberikan. Selama

proses diskusi peneliti berkeliling mengawasi diskusi setiap kelompok.

Saat kegiatan diskusi berlangsung terlihat beberapa siswa terlihat

berdiskusi, ada yang memainkan handphone, ada yang menulis dan ada

juga yang menopang dagu sambil memperhatikan teman kelompok yang

lain.

Setelah kegiatan diskusi berakhir salah satu kelompok yakni kelompok

1 diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi sedangkan

teman dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi

jawaban kelompok 1. Saat diberikan kesempatan menanggapi dan


bertanya kelompok 3 mengacungkan tangan karena ingin bertanya dan

menanggapi.kemudian, kelompok 1 diberikan kesempatan untuk mencoba

menjawab pertanyaan dari kelompok 3 selanjutnya jawaban diperkuat oleh

peneliti guna menguatkan pemahaman akan materi yang dibahas.

Setelah selesai diskusi dan presentasi kelompok, guru menyuruh

semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. Setelah itu,

guru memberikan tes/kuis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Adapun sebelum itu, seluruh siswa diharuskan memasukkan buku

matematika di dalam tas dan mengosongkan meja sehingga yang tersisa

hanya alat tulis sebelum mengerjakan soal tes/kuis.

c. penutup

Setelah siswa mengerjakna soal tes/kuis, siswa bersama guru

menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini dan merefleksikan nya.

Adapun guru membagikan bahan ajar untuk pembelajaran pertemuan

selanjutnya untuk dipelajari siswa dirumah. Sebelum Kegiatan

pembelajaran berakhir guru dan siswa berdo’a bersama serta guru

memberi salam sebelum mengakhiri pembelajaran.

3) Pertemuan kedua

Pelaksanaan pembelajaran kedua berlangsung pada sabtu, 23 juli 2022.

Adapun seperti pada pembelajaran pertama guru telah membagikan bahan ajar

melalui WAG terlebih dahulu, kemudian siswa diharuskan mempelajarinya

adapun bila nanti siswa menemukan kesulitan dan belum pemahami dapat
menanyakannya melalui WAG ataupun dikelas nanti. Adapun berikut

tahapan-tahapan kegiatan dikelas :

a. Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran di kelas dilaksanakan selama 2 x 45 menit.

Pada kegiatan pendahuluan ini guru membuka pembelajaran dengan salam

dan do’a sebelum memulai pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh

ketua kelas. Kegiatan di lanjutkan dengan penanyakan kabar siswa dan

mengecek kehadiran siswa di lanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai serta menyampaikan secara garis besar

materi yang akan dicapai dan siswa mendengarkan tujuan dari peneliti

dengan seksama. Tahap selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa

kelompok yang terdiri dari 4-5 orang, setelah pembagian kelompok selesai

kemudian setelah siswa duduk dalam kelompok guru melanjutkan dengan

pemberian motivasi dengan cara mengaitkan materi yang akan di pelajari

dengan kehidupan sehari-hari dan siswa mendengarkan dengan baik.

b. Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, peneliti membahas kembali materi bahan ajar yang

telah dibagikan via WAG sebelumnya dan di pelajari oleh siswa melalui

diskusi dan tanya jawab. Adapun pada tahap ini siswa di berikan

kesempatan bertanya terkait operasi perkalian dan pembagian bentuk

aljabar, melalui Tanya jawab dengan siswa guna mengauatkan konsep.

Pada saat pembelajaran di kelas berlangsung hanya 1 orang saja yang


bertanya, terkait materi yang dibagikan karena masih kurang memahami

bahan ajar yang dibagikan sehingga guru mencoba menjawab pertanyaan.

Sambil menjelaskan kepada siswa, guru memperhatikan siswa lainnya

yang mana ada siswa yang terlihat tidak memperhatikan penjelasan karena

asyik mengobrol dengan teman sebangku, ada juga yang terlihat

menyandarkan kepala di atas meja, ada juga yang menunduk sambil

memainkan handphone di bawah meja. Hal ini disebabkan siswa

menganggap pembelajaran matematika di laksanakan di siang hari yang

menyebabkan siswa mengantuk .

Setelah selesai menjawab pertanyaan siswa, guru memberikan

permasalahan berupa LKPD untuk didiskusikan di setiap kelompok.

Permasalahan yang di berikan diharuskan dikerjakan kemudian di

diskusikan bersama anggota kelompok untuk dipresentasikan, adapun

peran guru saat diskusi yakni memfasilitasi siswa menuliskan ide atau

gagasan terkait masalah yang di berikan. Selama proses diskusi peneliti

berkeliling mengawasi diskusi setiap kelompok. Saat kegiatan diskusi

berlangsung terlihat beberapa siswa terlihat berdiskusi, ada yang

memainkan handphone, ada yang menulis, ada juga yang menopang dagu

sambil memperhatikan teman kelompok yang lain, dan ada juga yang

asyik memperhatikan anggota kelompok berdiskusi kemudian menanggapi

saat merasa penjelasan dari temannya kurang lengkap.


Setelah kegiatan diskusi berakhir salah satu kelompok yakni kelompok 4

diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi sedangkan

teman dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi

jawaban kelompok 4. Saat diberikan kesempatan menanggapi dan

bertanya kelompok 5 mengacungkan tangan karena ingin bertanya dan

menanggapi.kemudian, kelompok 4 diberikan kesempatan untuk mencoba

menjawab pertanyaan dari kelompok 5 selanjutnya jawaban diperkuat oleh

peneliti guna menguatkan pemahaman akan materi yang dibahas.

Setelah selesai diskusi dan presentasi kelompok, guru menyuruh

semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. Setelah itu,

guru memberikan tes/kuis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Adapun sebelum itu, seluruh siswa diharuskan memasukkan buku

matematika di dalam tas dan mengosongkan meja sehingga yang tersisa

hanya alat tulis sebelum mengerjakan soal tes/kuis.

c. Penutup

Setelah siswa mengerjakan soal tes/kuis, siswa bersama guru

menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini dan merefleksikan nya.

Adapun guru membagikan bahan ajar untuk pembelajaran pertemuan

selanjutnya untuk dipelajari siswa dirumah. Sebelum Kegiatan

pembelajaran berakhir guru dan siswa berdo’a bersama serta guru

memberi salam sebelum mengakhiri pembelajaran.


4) Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga ini dilaksanakan tepatnya pada jum’at 29 juli 2022.

Adapun seperti pada pembelajaran pertama guru telah membagikan bahan ajar

melalui WAG terlebih dahulu, kemudian siswa diharuskan mempelajarinya

adapun bila nanti siswa menemukan kesulitan dan belum pemahami dapat

menanyakannya melalui WAG ataupun dikelas nanti. Selain itu juga, pada

pertemuan ketiga ini akan langsung dilakukan pengambilan data posttest (tes

akhir) dan pengambilan data angket.

Berikut tahapan-tahapan kegiatan dikelas :

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan ini guru membuka pembelajaran dengan

salam dan do’a sebelum memulai pembelajaran di kelas yang dipimpin

oleh ketua kelas. Kegiatan di lanjutkan dengan penanyakan kabar siswa

dan mengecek kehadiran siswa di lanjutkan dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai serta menyampaikan secara garis besar

materi yang akan dicapai dan siswa mendengarkan tujuan dari peneliti

dengan seksama. Tahap selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa

kelompok yang terdiri dari 4-5 orang, setelah pembagian kelompok selesai

kemudian setelah siswa duduk dalam kelompok guru melanjutkan dengan

pemberian motivasi dengan cara mengaitkan materi yang akan di pelajari

dengan kehidupan sehari-hari dan siswa mendengarkan dengan baik.


b. Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, peneliti membahas kembali materi bahan ajar yang

telah dibagikan via WAG sebelumnya dan di pelajari oleh siswa melalui

diskusi dan tanya jawab. Adapun pada tahap ini siswa di berikan

kesempatan bertanya terkait operasi perpangkatan bentuk aljabar,

memahami KPK dan FPB pada bentuk aljabar serta menyelesaikan

pecahan pada bentuk aljabar, melalui Tanya jawab dengan siswa guna

mengauatkan konsep. Pada saat pembelajaran di kelas berlangsung, kali

ini tidak ada siswa yang bertanya terkait materi yang dibagikan dan terkait

penjelasan yang diberikan guru didepan kelas sebagai penguatan. Karena

tidak ada siswa yang bertanya maka guru berinisiatif memberikan

pertanyaan kepada siswa agar mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

atas materi yang dibagikan dan dijelaskan guru sebelum siswa diberikan

permasalah dalam kelompok. Guru memberikan siswa kesempatan untuk

mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan, setelah 2 menit berlalu

ada siswa siswa yang mengacungkan tangan dan mengatakan bahwa dia

ingin mencoba menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Siswa

tersebut pun maju untuk meencoba menyelesaikan permasalahan yang

diberikan dan menjelaskannya. Setelah selesai siswa tersebut kembali ke

tempat duduknya dan dilanjutkan dengan penjelasan dari guru guna

melengkapi jawaban siswa tersebut dan memberikan penguatan berupa

sifat-sifat aljabar. Adapun sambil menjelaskan kepada siswa, guru


memperhatikan siswa lainnya yang mana ada siswa yang terlihat tidak

memperhatikan penjelasan karena asyik mengobrol dengan teman

sebangku, ada juga yang terlihat menyandarkan kepala di atas meja sambil

memperhatikan, ada juga yang sedangkan menuliskan jawaban dari

temannya yang tadi mengerjakan soal.

Kemudian guru bertanya kembali terkait penjelasan yang diberikan

adakah siswa yang belum paham dan ingin bertanya namun, tidak ada

yang ingin bertanya. Sehingga, guru pun melanjutkan ke langkah

selanjutnya yakni pemberian permasalah berupa LKPD kepada masing-

masing kelompok untuk di kerjakan dan di diskusikan bersama anggota

kelompoknya yang kemudian akan dipresentasikan. adapun peran guru

saat diskusi yakni memfasilitasi siswa menuliskan ide atau gagasan terkait

masalah yang di berikan. Selama proses diskusi peneliti berkeliling

mengawasi diskusi setiap kelompok. Saat kegiatan diskusi berlangsung

terlihat beberapa siswa terlihat berdiskusi, ada yang memainkan

handphone sambil berbincang dengan kelompoknya, ada yang menulis

jawaban, ada juga yang asyik memperhatikan anggota kelompok

berdiskusi kemudian menanggapi saat merasa penjelasan dari temannya

tidak sesuai, dan ada juga yang sibuk berdebat dengan kelompok lain

padahal belum ada yang mempresentasikan hasil diskusi mereka.

Setelah kegiatan diskusi berakhir salah satu kelompok yakni kelompok

5 dengan percaya diri mengacungkan tangan untuk mempresentasikan


hasil kerja dan diskusi mereka sedangkan teman dari kelompok lain

diberikan kesempatan untuk menanggapi jawaban kelompok 5. Saat

diberikan kesempatan menanggapi dan bertanya kelompok 2

mengacungkan tangan karena ingin bertanya dan menanggapi. Serta

tambahan memberikan saran kepada moderator dan anggota kelompok

tersebut. Kemudian kelompok 5 diberikan kesempatan untuk mencoba

menjawab pertanyaan dari kelompok 2 dan mereka menerima saran dan

masukan dari kelompok 2, selanjutnya jawaban diperkuat oleh guru guna

menguatkan pemahaman akan materi yang dibahas.

Setelah selesai diskusi dan presentasi kelompok, guru menyuruh

semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. Setelah itu,

guru memberikan tes/kuis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Adapun sebelum itu, seluruh siswa diharuskan memasukkan buku

matematika di dalam tas dan mengosongkan meja sehingga yang tersisa

hanya alat tulis sebelum mengerjakan soal tes/kuis.

Setelah selesai mengerjakan soal tes/kuis, guru memberitahukan

kepada siswa bahwa akan dilakukan tes akhir sehingga siswa diberikan

kesempatan untuk belajar selama 15 menit. Setelah selesai belajar siswa

diminta untuk memasukkan buku kedalam tas masing-masing dan

dilanjutkan dengan membagikan soal posttest (tes akhir). Kemudian siswa

diminta mengerjakan soal tes yang diberikan selama 35 menit sama seperti

waktu pengerjaan soal pre-test(tes awal). Setelah selesai siswa


mengumpulkan soal serta jawaban kemudian dilanjutkan dengan

pemberian angket untuk diisi oleh siswa berdasarkan pendapat siswa

masing-masing.

c. Penutup

Setelah siswa selesai mengerjakan angket kemudian mengumpulkan

angket kepada guru. Kemudian siswa bersama guru menyimpulkan materi

yang dipelajari hari ini dan merefleksikannya. sebelum menutup

pembelajaran di hari ini, seperti biasa guru dan siswa berdoa bersama dan

mengakhirinya dengan salam penutup.

b. Kelas kontrol

1) Perberian pre-test

Pada pertemuan awal ini peneliti memberikan pre-test(tes awal) yang

dilaksanakan pada senin, 18 juli 2022. Pertemuan awal ini saat jam pelajaran

pertama dan kedua , sebelumnya peneliti melakukan perkenalan terlebih

dahulu dan pengambilan data pre-test. Siswa diberikan waktu 35 menit untuk

mengerjakan soal pre-test. Selama siswa mengerjakan soal peneliti bertugas

mengawasi siswa. Setelah selesai mengerjakan soal pre-test peneliti

mengakhiri pertemuan dengan berdo’a bersama dan mengucapkan salam

penutup.

2) Pembelajaran pertama
a. Pendahuluan

Pembelajaran dikelas dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Pada 10

menit awal yakni kegiatan pendahuluan guru memberikan salam

pembuka kepada siswa terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan

pembacaan do’a yang dipimpin oleh ketua kelas sebelum memulai

pembelajaran. Selanjutnya guru menanyakan kabar dan mengecek

kehadiran setiap siswa, kemudian mencoba mengingatkan siswa terkait

materi telah dibahas pada pertemuan sebelumnya sebagai apersepsi

tentang macam-macam bilangan yaitu bilangan bulat, bilangan asli,

bilangan cacah, bilangan prima, dan sebagainya. Kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sambil

memperhatikan seluruh siswa, di lanjutkan guru memotivasi siswa dalam

mengaitkan materi pembelajaran hari ini dengan kejadian di kehidupan

sehari-hari (fase orientasi).

b. Kegiatan inti

Pada awal kegiatan inti guru mencoba menampilkan contoh berupa

beberapa bentuk aljabar guna diamati oleh siswa. Kemudian dari contoh

yang ditampilkan guru menjelaskan unsur-unsur pada bentuk aljabar yaitu

koefisien, variabel, konstanta, suku sejenis dan bukan suku sejenis serta

banyaknya suku menggunakan contoh sebelumnya ditampilkan (fase

demonstrasi). Dilanjutkan dengan guru memberikan permasalahan kepada

siswa untuk kerjakan bersama-sama, selama siswa mengerjakannya guru


berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa dan membantu apabila ada

siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan (fase

latihan terbimbing). Adapun selama guru mengawasi dan berkeliling

terlihat beberapa siswa mengerjakan dengan serius, ada juga yang terlihat

diam-diam memainkan handphone yang ternyata mereka gunakan untuk

mencari jawaban melalui internet, da nada juga yang asyik berbincang

dengan temannya.

Kemudian setelah beberapa menit kemudian guru meminta salah satu

siswa secara acak untuk menuliskan jawabannya di papan tulis, adapun

siswa yang ditunjuk maju kedepan dan mengerjakan. setelah mengerjakan

soal tersebut dan dipersilahkan kembali ke tempat duduknya guru

kemudian meminta tanggapan dari siswa lainnya atas jawaban temannya

tersebut dan memberikan beberapa pertanyaan guna mengecek

pemahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan. Selanjutnya guru

memberikan jawaban yang benar (fase pengecekan pemahaman dan

umpan balik).

Guru kembali memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

jika mengalami kesulitan dan tidak memahami. Setelah itu, siswa terlihat

mencoba bertanya akan ketidakpahaman materi yang

dijelaskan .kemudian guru pun mencoba mengulang penjelasan agar

semua siswa dapat memahami materi hari ini. Dilanjutkan dengan guru

menyebutkan syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menjumlahkan dan


mengurangkan pada bentuk aljabar. Guru melanjutkan dengan

mendemonstrasikan dipapan tulis cara menjumlahkan dan mengurangkan

dalam bentuk aljabar (fase demonstrasi). Kemudian guru kembali

memberikan soal dan mengerjakannya,selama siswa mengerjakan soal

yang diberikan guru berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa dan

membantu siswa yang mengalami kesulitan (fase latihan terbimbing).

Guru kemudian meminta salah satu siswa untuk menuliskan jawaban

di papan tulis. Setelah itu, guru meminta siswa lain memberi tanggapan

terhadap pekerjaan temannya dan memberikan pertanyaan kembali

kepada siswa guna mengecek pemahaman siswa. Selanjutnya, guru

memberikan jawaban yang serta penguatan (fase pengecekan pemahaman

dan umpan balik). Kembali guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk jika mengalami kesulitan kemudian guru menjawab pertanyaan dari

siswa.

c. Penutup

Pada bagian penutup guru kemudian memfasilitasi siswa membuat

butir-butir simpulan serta melengkapi kesimpulan dari siswa . kemudian

guru menampilkan dipapan tulis soal yang akan dikerjakan siswa sebagai

PR dan dikumpulkan di pertemuan selanjutnya (fase latihan mandiri).

Dilanjutkan dengan memberitahukan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya, yakni menyelesaikan operasi perkalian dan


pembagian apada bentuk aljabar. Kegiatan ditutup dengan guru dan siswa

berdo’a bersama sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran.

3) Pembelajaran kedua

a. Pendahuluan

Pembelajaran dikelas dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Pada 10

menit awal yakni kegiatan pendahuluan guru memberikan salam

pembuka kepada siswa terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan

pembacaan do’a yang dipimpin oleh ketua kelas sebelum memulai

pembelajaran. Selanjutnya guru menanyakan kabar dan mengecek

kehadiran setiap siswa, kemudian mencoba mengingatkan siswa terkait

materi telah dibahas pada pertemuan sebelumnya sebagai apersepsi

tentang pengertian bentuk aljabar, unsur-unsur aljabar berupa variabel,

kofisien konstanta, dan suku sejenis dan suku tidak sejenis pada bentuk

aljabar serta memahami langkah-langkah penyelesaian operasi

penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sambil

memperhatikan seluruh siswa, di lanjutkan guru memotivasi siswa dalam

mengaitkan materi pembelajaran hari ini dengan kejadian di kehidupan

sehari-hari (fase orientasi).

b. Kegiatan inti

Pada awal kegiatan inti guru mencoba menampilkan contoh berupa

beberapa bentuk aljabar pada perkalian bentuk aljabar guna diamati oleh
siswa. Kemudian dari contoh yang ditampilkan guru menjelaskan bentuk-

bentuk perkalian pada bentuk aljabar serta mengenalkan kepada siswa

sifat-sifat operasi hitung bentuk aljabar menggunakan contoh sebelumnya

ditampilkan (fase demonstrasi). Dilanjutkan dengan guru memberikan

permasalahan kepada siswa untuk kerjakan bersama-sama, selama siswa

mengerjakannya guru berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa dan

membantu apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan pekerjaan (fase latihan terbimbing). Adapun selama guru

mengawasi dan berkeliling terlihat beberapa siswa mengerjakan dengan

serius, namun ada juga menggunakan handphone untuk mencari jawaban

via internet dan ada pula yang hanya menelungkupkan kepala di atas

meja.

Kemudian setelah beberapa menit kemudian guru meminta salah satu

siswa secara acak untuk menuliskan jawabannya di papan tulis, adapun

siswa yang ditunjuk maju kedepan untuk mengerjakan dan menjelaskan

langkah-langkah penyelesaian soal tersebut. setelah mengerjakan soal

tersebut dan dipersilahkan kembali ke tempat duduknya guru kemudian

meminta tanggapan dari siswa lainnya atas jawaban temannya tersebut

dan memberikan beberapa pertanyaan guna mengecek pemahaman siswa

terhadap materi yang dijelaskan. Selanjutnya guru memberikan jawaban

yang benar (fase pengecekan pemahaman dan umpan balik).


Guru kembali memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

jika mengalami kesulitan dan tidak memahami. Setelah itu, siswa terlihat

mencoba bertanya akan ketidakpahaman materi yang

dijelaskan .kemudian guru pun mencoba mengulang penjelasan agar

semua siswa dapat memahami materi hari ini. Dilanjutkan dengan

guru ,menjelaskan pembagian pada bentuk aljabar. Guru melanjutkan

dengan mendemonstrasikan dipapan tulis alternatif penyelesaian

pembagian bentuk aljabar dalam bentuk pembagian bersusun yang

disajikan langkah demi langkah(fase demonstrasi). Kemudian guru

kembali memberikan soal dan menyuruh siswa mengerjakannya,selama

siswa mengerjakan soal yang diberikan guru berkeliling untuk melihat

pekerjaan siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan (fase

latihan terbimbing).

Guru kemudian meminta salah satu siswa untuk menuliskan jawaban

di papan tulis. Setelah itu, guru meminta siswa lain memberi tanggapan

terhadap pekerjaan temannya dan memberikan pertanyaan kembali

kepada siswa guna mengecek pemahaman siswa. Selanjutnya, guru

memberikan jawaban yang serta penguatan (fase pengecekan pemahaman

dan umpan balik). Kembali guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk jika mengalami kesulitan kemudian guru menjawab pertanyaan dari

siswa.

c. Penutup
Pada bagian penutup guru kemudian memfasilitasi siswa membuat

butir-butir simpulan serta melengkapi kesimpulan dari siswa . kemudian

guru menampilkan dipapan tulis soal yang akan dikerjakan siswa sebagai

PR dan dikumpulkan di pertemuan selanjutnya (fase latihan mandiri).

Dilanjutkan dengan memberitahukan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya, yakni menyelesaikan operasi perkalian dan

pembagian apada bentuk aljabar. Kegiatan ditutup dengan guru dan siswa

berdo’a bersama sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan

salam penutup.

4) Pembelajaran ketiga

a. Pendahuluan

Pembelajaran dikelas dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Pada 10 menit

awal yakni kegiatan pendahuluan guru memberikan salam pembuka

kepada siswa terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pembacaan

do’a yang dipimpin oleh ketua kelas sebelum memulai pembelajaran.

Selanjutnya guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran setiap

siswa, kemudian mencoba mengingatkan siswa terkait materi telah

dibahas pada pertemuan sebelumnya sebagai apersepsi tentang perkalian

dan pembagian bentuk aljabar. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai sambil memperhatikan seluruh siswa, di

lanjutkan guru memotivasi siswa dalam mengaitkan materi pembelajaran

hari ini dengan kejadian di kehidupan sehari-hari (fase orientasi).


b. Kegiatan inti

Pada awal kegiatan inti guru mencoba menampilkan contoh berupa

penyelesaian perpangkatan bentuk aljabar menggunakan segitiga pascal.

Kemudian dari contoh yang ditampilkan guru menjelaskan cara lainnya

dalam menyelesaikan perpangkatan bentuk aljabar dengan sifat

distrributif yang berlaku pada bilangan real menggunakan contoh

sebelumnya ditampilkan (fase demonstrasi). Dilanjutkan dengan guru

memberikan permasalahan kepada siswa untuk kerjakan bersama-sama,

selama siswa mengerjakannya guru berkeliling untuk melihat pekerjaan

siswa dan membantu apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan pekerjaan (fase latihan terbimbing). Adapun selama guru

mengawasi dan berkeliling terlihat sebagian siswa serius mengerjakan,

adapula yang terlihat menggunakan handphone mereka untuk mencari

jawaban via internet, dan ada pula siswa yang bertanya terkait langkah-

langkah penyelesaian nya benar atau salah.

Kemudian setelah beberapa menit kemudian guru meminta salah satu

siswa secara acak untuk menuliskan jawabannya di papan tulis, adapun

siswa yang ditunjuk maju kedepan untuk mengerjakan dan menjelaskan

langkah-langkah penyelesaian soal tersebut. setelah mengerjakan soal

tersebut dan dipersilahkan kembali ke tempat duduknya guru kemudian

meminta tanggapan dari siswa lainnya atas jawaban temannya tersebut

dan memberikan beberapa pertanyaan guna mengecek pemahaman siswa


terhadap materi yang dijelaskan. Selanjutnya guru memberikan jawaban

yang benar (fase pengecekan pemahaman dan umpan balik).

Guru kembali memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

jika mengalami kesulitan dan tidak memahami. Setelah itu, siswa terlihat

mencoba bertanya akan ketidakpahaman materi yang

dijelaskan .kemudian guru pun mencoba mengulang penjelasan agar

semua siswa dapat memahami materi hari ini. Dilanjutkan dengan

guru ,menjelaskan KPK dan FPB pada bentuk aljabar serta cara

menyelesaikan pecahan bentuk aljabar. Guru melanjutkan dengan

mendemonstrasikan dipapan tulis penyelesaian KPK dan FPB pada

bentuk aljabar serta alternative penyelesaian pecahan bentuk aljabar.(fase

demonstrasi). Kemudian guru kembali memberikan soal dan menyuruh

siswa mengerjakannya,selama siswa mengerjakan soal yang diberikan

guru berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa dan membantu siswa yang

mengalami kesulitan (fase latihan terbimbing).

Guru kemudian meminta salah satu siswa untuk menuliskan jawaban

di papan tulis. Setelah itu, guru meminta siswa lain memberi tanggapan

terhadap pekerjaan temannya dan memberikan pertanyaan kembali

kepada siswa guna mengecek pemahaman siswa. Selanjutnya, guru

memberikan jawaban yang serta penguatan (fase pengecekan pemahaman

dan umpan balik). Kembali guru memberikan kesempatan kepada siswa


untuk jika mengalami kesulitan kemudian guru menjawab pertanyaan dari

siswa.

c. Penutup

Setelah siswa mengerjakan soal tes/kuis, siswa bersama guru

menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini dan merefleksikan nya.

Dan dilanjutkan dengan posttest (tes akhir). Sebelum Kegiatan

pembelajaran berakhir guru dan siswa berdo’a bersama serta guru

memberi salam sebelum mengakhiri pembelajaran.

Adapun berdasarkan data pre-test dan posttest yang diberikan kepada siswa

kelas eksperimen menggunakan model flipped learning dan dikelas kontrol

menggunakna model pembelajaran langsung di kelas VII-1 dan VII-2 MTs

Negeri Ambon yang diolah menggunakan SPSS versi 22. Berikut analisis yakni

analisis statistik deskriptif sebagai berikut :

Tabel 4.1
Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

pretest_eksperimen 20 0 50 16.55 2.803 12.534


posttest_eksperimen 20 65 88 75.15 1.418 6.343
pretest_kontrol 20 0 54 19.40 3.496 15.635
posttest_kontrol 20 35 70 55.05 1.993 8.912
Valid N (listwise) 20
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil pre-test dan posttest pada kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran flipped learning dan kelas

kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung diperoleh nilai rata-

rata tes kemampuan komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan, yaitu

nilai rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 16,55 dan posttest kelas

eksperimen adalah 75,15 dengan selisih 58,60. Sedangkan nilai rata-rata pretest

kelas kontrol adalah 19,40 dan posttest kelas kontrol adalah 55,05 dengan selisih

35,65.

2. Hasil penilaian kemampuan komunikasi matematis

a. Hasil pretest (tes awal )siswa

Tes awal dilakukan untuk peneliti dapat menentukan sejauh mana

kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum melaksanakan proses

pembelajaran di dalam kelas menggunkan model pembelajaran flipped

learning. Kemudian hasil tes awal siswa tersebut akan dianalisis

menggunakan statistik deskriptif data hasil tes kemampuan komunikasi

matematis, yaitu dapat dilihat pada table interval berikut :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Pretest Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol

Nilai Pretest kelas


Pretest kelas control
interval eksperimen
kualifikasi
Persentase Persentase
Angka Frekuensi Frekuensi
(%) (%)
65-100 Tuntas 1 5 0 0
Tidak
0-64 19 95 20 100
tuntas
Jumlah 20 100 20 100
Keterangan : KKM individu¿ 65 dan klasikal ¿ 65 %

Berdasarkan hasil kualifikasi pencapaian hasil tes awal di atas, diketahui 1

siswa memperoleh kualifikasi tuntas dengan persentase 5%, dan 19 orang

siswa memperoleh kualifikasi tidak tuntas dengan persentase 95%. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki

oleh siswa tergolong rendah.

b. Hasil posttest (tes akhir) siswa

tes akhir atau possttest dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi

peningkatak kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberikan

perlakuan berupa model pembelajaran flipped learning di kelas. Adapun hail

tes akhir atau posttest yang telah dianalisis menggunakan rumus statistik

deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Posttest Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol

Nilai Posttest kelas


Posttest kelas kontrol
interval eksperimen
Kualifikasi
Persentase Persentase
Angka Frekuensi Frekuensi
(%) (%)
65-100 Tuntas 20 100 14 70
0-64 Tidak tuntas 0 0 6 30
Jumlah 20 100 20 100
Keterangan : KKM individu¿ 65 dan klasikal ¿ 65 %
Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa kemampuan komunikasi

matematis (posttest) kelas eksperimen berada pada kualifikasi tuntas dengan

frekuensi 20 siswa atau sebanyak 100%, sedangkan posttest kelas kontrol

juga berada pada kualifikasi tuntas dengan frekunsi 14 siswa atau sebannyak

70%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar kemampuan

komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dengan frekuensi 20

siswa atau 100%.

Berdasarkan hasil kualifikasi pencapaian hasil tes akhir atau posttest

siswa di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis

yang dimiliki siswa berpengaruh dengan menggunakan model pembelajaran

flipped learning. Adapun berikut ini merupakan pengolahan analisis regresi

linear :

a. Uji f

Uji F dilakukan untuk mengetahui secara serentak atau bersama-sama

variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap

variabel dependen. berikut tabel hasil uji f pada penelitian ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji F untuk kelas eksperimen

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 167.722 1 167.722 5.058 .037b

Residual 596.828 18 33.157

Total 764.550 19

a. Dependent Variable: SKOR KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA


b. Predictors: (Constant), MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED LEARNING
Tabel 4.

Tabel 4.4 Hasil Uji F untuk kelas kontrol

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 697.513 1 697.513 15.473 .001b

Residual 811.437 18 45.080

Total 1508.950 19
a. Dependent Variable: SKOR KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
b. Predictors: (Constant), MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

Berdasarkan hasil uji F pada Tabel 4.4 untuk pembelajaran flipped

learning di kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi 0,037 ≤ 0,05.

Sehingga secara simultan model pembelajaran flipped learning

berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan komunikasi

matematis siswa . Sedangkan untuk pembelajaran langsung di kelas

kontrol pada tabel 4.5 di peroleh nilai signifikansi 0,001 ≤ 0,05. Sehingga

secara simultan juga model pembelajaran langsung berpengaruh terhadap

kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Uji T
Uji T dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel secara parsial

berpengaruh nyata atau tidak, digunakan uji t. berikut ini tabel hasil uji t

pada penelitian ini.

Tabel 4.6 Hasil Uji T Kelas Eksperimen

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 50.382 11.087 4.544 .000

MODEL PEMBELAJARAN
.514 .228 .468 2.249 .037
FLIPPED LEARNING

a. Dependent Variable: SKOR KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Tabel 4.7 Hasil Uji T Kelas kontrol

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 114.601 15.213 7.533 .000

MODEL PEMBELAJARAN
-1.147 .292 -.680 -3.934 .001
LANGSUNG

a. Dependent Variable: SKOR KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Berdasarkan hasil uji F pada Tabel 4.6 di atas diperoleh nilai signifikansi

0.000 ∝≤ 0,05 yang artinya lebih kecil dari 0.005 maka H 0 ditolak dan Ha

diterima artinya ada pengaruh antara model pembelajaran flipped learning


terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dengan koefisien pengaruh

sebesar 0,514. Selain itu, konstanta juga signifikan dengan nilai koefisien

sebesar 50,382. Persamaan regresi persamaan model pembelajaran flipped

learning terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VII-1

MTs Negeri Ambon dapat dituliskan Y =50,382+ 0,514+e .

Koefisien parameter model pembelajaran flipped learning (X) dalam

model regresi tersebut di peroleh nilai positif yakni sebesar 0,514 artinya

semakin baik model pembelajaran di kelas VII-1 MTs Negeri Ambon sebesar

1 satuan maka kemampuan komunikasi matematis siswa pun bertambah

sebesar 0,514. Sedangkan koefisien konstanta sebesar 50,382 menunjukkan

bahwa jika model pembelajaran sesuai (siswa mampu memahami dengan

cepat pembelajaran matematika dikelas dan menyampaikannya kembali secara

matematis) maka dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas VII-1 MTs Negeri Ambon minimal dengan skor 50,382.

Sedangkan pada hasil uji F tabel 4.7 di atas diperoleh nilai signifikansi

0.000 ∝≤ 0,05 yang artinya lebih kecil dari 0.005 maka H 0 ditolak dan Ha

diterima artinya ada pengaruh antara model pembelajaran langsung terhadap

kemampuan komunikasi matematis siswa dengan koefisien pengaruh sebesar

-1,147. Selain itu, konstanta juga signifikan dengan nilai koefisien sebesar

114,601. Persamaan regresi persamaan model pembelajaran langsung


terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VII-2 MTs Negeri

Ambon dapat dituliskan Y =114,601+(−1,147)+ e.

Koefisien parameter model pembelajaran langsung (X) dalam model

regresi tersebut di peroleh nilai negatif yakni sebesar -1,147 artinya kurang

baik model pembelajaran di kelas VII-2 MTs Negeri Ambon kurang dari 1

satuan maka kemampuan komunikasi matematis siswa pun hanya sebesar

-1,147 .Sedangkan koefisien konstanta sebesar114,601 menunjukkan bahwa

jika model pembelajaran sesuai (siswa mampu memahami dengan cepat

pembelajaran matematika dikelas dan menyampaikannya kembali secara

matematis) maka dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas VII-1 MTs Negeri Ambon dengan skor 114,601.

c. Koefisien determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Berikut

tabel hasil koefisien determinasi pada penelitian ini.

Tabel 4.8 nilai koefisien determinasi (kelas eksperimen)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .468 .219 .176 5.758

a. Predictors: (Constant), MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED


LEARNING
b. Dependent Variable: SKOR KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA
Tabel 4.9 nilai koefisien determinasi (kelas kontrol)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
Berdasarkan
a
1 .680 .462 .432 6.714

a. Predictors: (Constant), MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG tabel 4.8


b. Dependent Variable: SKOR KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA
output SPSS

model

summary di atas, diketahui R-Square sebesar 0,219 (21,9 %). Hal tersebut

menunjukan bahwa variabel model pembelajaran flipped learning dalam

penelitian ini menjelaskan variabel kemampuan komunikasi matematis

siswa sebesar 21,9%. Sedangkan informasi lain sebesar 78,1% dijelaskan

oleh variabel lain di luar persamaan regresi ini atau variabel yang tidak

diteliti.

Sedangkan pada tabel 4.9 output SPSS model summary di atas,

diketahui R-Square sebesar 0,462 (46,2 %). Hal tersebut menunjukan

bahwa variabel model pembelajaran langsung dalam penelitian ini

menjelaskan variabel kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar

46,2%. Sedangkan informasi lain sebesar 53,8% dijelaskan oleh variabel

lain di luar persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti.

d. Uji asumsi klasik


i. Uji normalitas

Uji normalitas data yang digunakakan adalah uji Kolmogorov-

Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan apabila data yang akan

diuji merupakan data tunggal atau data frekuensi tunggal, bukan data

dalam distribusi frekuensi kelompok dengan berbantuan program

SPSS. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelas Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.


*
Hasil Eksperimen .149 20 .200 .921 20 .102

Kontrol .185 20 .072 .914 20 .075

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Uji normalitas data pada kelas eksperimen kelas eksperimen dan kelas

kontrol menggunakan SPSS versi 22 diperoleh :

1. Pada kelas eksperimen di peroleh nilai signifikansi ¿ 0,200 ≥ 0 , 05 %

dengan demikian karena nilai signifikansi ≥ 0 , 05 % maka kelas

eksperimen berdistribusi normal.

2. Pada kelas kontrol di peroleh nilai signifikansi ¿ 0,072 ≥ 0 ,05 % . dengan

demikian karena nilai signifikansi ≥ 0 , 05 % maka data kelas kontrol

berdistribusi normal.
ii. Uji homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau

lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki

variansi yang sama. Pada analisis regresi, persyaratan analisis yang

dibutuhkan adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan

berdasarkan variabel terikatnya memiliki variansi yang sama. Adapun

hasil yang diperoleh dapat ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 4.11 hasil uji homogenitas

Test of Homogeneity of Variance

Levene
Statistic df1 df2 Sig.

Hasil Based on Mean 2.442 1 38 .126

Based on Median 2.385 1 38 .131

Based on Median and


2.385 1 36.213 .131
with adjusted df

Based on trimmed mean 2.520 1 38 .121

Berdasarkan hasil pengujian homogenitas di peroleh nilai signifikansi

based on mean 0,126 ≥ 0 , 05, sehingga dapat di simpulkan bahwa varians

data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau

homogen.

iii. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu


pada periode t dengan kesalahan pengganggu para periode t-1

(sebelumnya). Berikut tabel uji auto korelasi pada penelitian ini.

Tabel 4.12 uji autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .468a .219 .176 5.758 1.591

a. Predictors: (Constant), MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED LEARNING


b. Dependent Variable: SKOR KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi pada tabel 4.12 di atas

menunjukan bahwa nilai durbin-watson sebesar 1,591. Nilai ini akan

dibandingkan dengan N¿ 40 , k =1, maka di temukan nilai dL sebesar

1,442 dan dU sebesar 1,544. Adapun nilai Durbin-Watson (d) sebesar

1,591 lebih besar dari batas atas (dU) yakni 1,544 dan kurang dari (4-

dU) 4−1,544=2,456 . maka sebagaimana dasar pengambilan

keputusan dalam uji Durbin Watson di atas, dapat di simpulkan bahwa

tidak terdapat masalah atau gejala autokorelasi . dengan demikian

maka analisis regresi linear sederhana untuk uji hipotesis di atas dapat

dilakukan atau dilanjutkan.28

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk “mengetahui apakah model

pembelajaran Flipped Learning berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan

28
Tabel durbin Watson. Diakses pada tanggal 18 september 2022 dari
situs:Wikielektronika.com/tabel-durbin—watson/2/
komunikasi matematis siswa lebih baik dari model pembelajaran langsung”

pada materi bentuk aljabar kelas VII MTs Negeri Ambon.

1. Pengaruh model pembelajaran flipped learning dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bentuk aljabar

kelas VII MTs Negeri Ambon.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada setiap pertemuan

dengan menerapka model pembelajaran flipped learning lebih efektif

dibandingkan dengn model pembelajaran langsung yang diterapkan guru. Hal

ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh siswa melalui posttest

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini juga didukung akan

pendapat para ahli di antaranya Menurut Walsh (2016 : 384) flipped

classroom adalah bentuk pembelajaran campuran di mana siswa belajar materi

baru di rumah dan dulunya pekerjaan rumah sekarang dilakukan di kelas

dengan bimbingan guru dan interaksi dengan siswa, bukannya mengajar. Hasil

kerja siswa dalam di diskusikan dan di presentasikan. Hal ini menjadikan

siswa lebih produktif, keunikan dari flipped learning atau classroom yaitu

salah satunya menggunakan teknologi online yang digunakan dalam

mendukung kegiatan pembelajaran menggunakan model flipped learning.29

Selanjutnya berdasarkan sikap siswa kelas kontrol saat proses

pembelajaran adalah mendengarkan materi yang di sampaikan oleh guru,tetapi

29
flipped classroom : pengertian, kelebihan, dan kekurangan diakses pada tanggal 18 september 2022
pada situs:http://www.osnipa.com/flipped-classroom-pengertian-kelebihan-kekurangan-sintaks/
banyak siswa yang tidak mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru

ketika proses pembelajaran berlangsung melainkan terlihat siswa ada yang

sibuk bermain handphone, adapula yang terlihat menelungkupkan kepala di

atas meja sambil tiduran , dan juga ada yang asyik berbincang dengan teman

sebangku. Walaupun begitu terlihat adapula siswa yang mencatat materi yang

mereka anggap penting. Sedangkan sikap pada kelas eksperimen adalah

mereka memiliki catatan tentang apa yang didapatkan dari bahan ajar yang

dibagikan oleh guru via WA.

Pada kelas eksperimen sebelum guru memulai pembelajaran di kelas,

guru terlebih dahulu membagikan bahan ajar via WA untuk dipelajari siswa

dirumah. Hal ini sangat efisien dilakukan karena siswa diminta untuk

mempelajari materi di rumah dan pada saat di kelas, siswa dapat lebih

memfokuskan kepada kesulitannya dalam memahami materi ataupun

kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan

materi tersebut. Selain itu juga, interaksi di kelas antara siswa dan guru di

kelas lebih banyak sehingga pembelajaran di kelas akan lebih aktif.

Sedangkan pada pembelajaran di kelas kontrol siswa cenderung pasif dan

tidak berani mengajukan pertanyaan dikarenakan komunikasi yang terjalin

yakni komunikasi searah.

Tugas guru pada kelas eksperimen yang menerapkan model

pembelajaran flipped learning yakni hanya sebagai fasiliator sedangkan siswa

harus aktif karena siswa harus berdiskusi dan mempresentasikan hasil kerja
mereka dalam kelompok kemudian bertanya antar teman guna meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis secara lisan maupun tulisan. Sedangkan

pada pembelajaran kelas kontrol guru merupakan sumber belajar sehingga

siswa hanya mendapatkan pengetahuan melalui guru saja.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran flipped

learning memiliki kelebihan untuk siswa dapat mengulang-ulang materi

tersebut hingga ia benar-benar-benar paham materi, tidak seperti pada

pembelajaran biasa , apabila murid kurang mengerti maka guru harus

menjelaskan lagi hingga siswa dapat mengerti. Hal ini juga di jelaskan oleh

para ahli seperti Basal (2015 : 34) menyatakan bahwa kelebihan model

pembelajaran flipped learning antara lain : waktu di kelas lebih banyak,

kesempatan pembelajaran yang di personalisasi, kesempatan untuk belajar

yang berpusat pada siswa, peningkatan motivasi siswa, interaksi antara guru

dan siswa lebih banyak, dan lingkungan belajar yang penuh dengan alat yang

familiar. Sedangkan menurut Ulfa (2014 : 12) menyatakan bahwa kelebihan

model pembelajaran flipped learning antara lain : siswa dapat mencari

informasi dari manapun yang mendukung materi tersebut, siswa dapat

mengulang-ulang materi hingga paham, dan efisien karena dapat di akses

dimanapun dan kapanpun .30

30
Model pembelajaran flipped classroom diakses pada tanggal 18 september 2022 pada
situs:http://www.kajianpustaka.com/2020/03/model-pembelajaran-flipped-classroom.html?m=1
Berdasarkan data variabel X dan variabel Y yang di peroleh, dianalisis

menggunakan uji regresi linear sederhana terlebih dahulu data di uji dengan

menggunakan uji F, uji T, Koefisien determinasi dilanjutkan dengan uji

asumsi klasik berupa uji normalitas, uji homogenitas, dan uji auto korelasi.

Berdasarkan hasil analisis Uji F di peroleh nilai signifikansi 0,037 ≤ 0,05.

Dengan demikia H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara simultan model

pembelajaran flipped learning berpengaruh secara signifikan terhadap

kemampuan komunikasi matematis siswa . kemudian dilakukan Uji T untuk

mengetahui apakah suatu variabel secara parsial berpengaruh nyata atau tidak.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai signifikansi 0.000 ∝≤ 0,05 yang

artinya lebih kecil dari 0.005 maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada

pengaruh antara model pembelajaran flipped learning terhadap kemampuan

komunikasi matematis siswa dengan koefisien pengaruh sebesar 0,514.

Kemudian pada tabel model summary diperoleh koefisien determinasi (R

Square) sebesar 0,219 (21,9 %) yang artinya pengaruh model pembelajaran

flipped learning terhadap kemampuan komunikasi matematis adalah sebesar

78,1 %.

Kemudian dilanjutkan hasil analisis uji asumsi klasik berupa uji

normalitas analisis kemampuan komunikasi matematis siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa keduanya

berdistribusi normal. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis uji homogenitas

sata dapat di simpulksn bahwa kedua kelas memiliki varians yang sama atau
homogen. Dilanjutkan dengan Uji Autokorelasi adapun nilai Durbin-Watson

(d) sebesar 1,591 lebih besar dari batas atas (dU) yakni 1,544 dan kurang dari

(4-dU) 4−1,544=2,456 . dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat masalah

atau gejala autokorelasi. dengan demikian maka analisis regresi linear

sederhana untuk uji hipotesis dapat dilakukan atau dilanjutkan.

Adapun hasil analisis data respon siswa di ukur menggunakan lembar

angket respon siswa yang terdiri dari 20 pertanyaan dimana 15 pertanyaan

positif dan 5 pertanyaan negatif. Untuk skor terendah 1 dan skor tertinggi 4,

maka analisis data respon siswa di peroleh bahwa 64,9 % siswa yang memberi

respon positif terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran Flipped Learning dapat meningkatkan kemampuan

berkomunikasi matematis baik berupa lisan maupun tulisan dan juga

menjadikan siswa ruang untuk menginterpretasikan ide-ide matematis siswa

sehingga matematika dianggap sebagai pelajaran yang menyenangkan untuk

di pelajari.

Penelitian ini juga di dukung oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh sinta rahmawati dengan judul “ pengaruh model pembelajaran

flipped classroom dengan problem based activities terhadap kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa” dengan kesimpulan bahwa rata-rat

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen yang

pembelajarannya menggunakan model Flipped Classroom lebih tinggi

dibandingkan rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada


kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

konvensional.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian tentang pengaruh model

pembelajaran flipped learning dalam meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa pada materi bentuk aljabar kelas VII MTs Negeri Ambon, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

penggunaan model pembelajaran Flipped Learning berdampak positif

dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat

dilihat dari nilai hasil posttest yang mengalami peningkatan seacara signifikan .

hal ini juga dapat dilihat dari hasil analisis uji regresi linear yang telah di peroleh

berupa uji F nilai signifikansi 0,037 ≤ 0,05. Sehingga secara simultan model

pembelajaran flipped learning berpengaruh secara signifikan terhadap

kemampuan komunikasi matematis siswa .

kemudian pada uji T diperoleh nilai signifikansi 0.000 ∝≤ 0,05 yang

artinya lebih kecil dari 0.005 maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada

pengaruh antara model pembelajaran flipped learning terhadap kemampuan

komunikasi matematis siswa dengan koefisien pengaruh sebesar 0,514. Dan uji

koefisien dterminasi (R Square) diketahui R-Square sebesar 0,219 (21,9 %). Hal

ini menunjukan bahwa variabel model pembelajaran flipped learning dalam

penelitian ini menjelaskan variabel kemampuan komunikasi matematis siswa


sebesar 21,9%. Sedangkan informasi lain sebesar 78,1% dijelaskan oleh variabel

lain di luar persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat beberapa sara terkait

penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi guru

Diharapkan Model pembelajaran Flipped Learning dapat menjadi

salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa karena memliki waktu yang lebih banyak dan

lebih efisien.

2. Bagi sekolah

Diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas berupa

penyediaan sarana dan prasarana yang memadai guna meningkatkan

kemampuan serta kompetensi siswa.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan dapat bermanfaat dalam melakukan penelitian tentang

kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi lainnya, dikarenakan

penelitian ini hanya terbatas pada materi bentuk aljabar, sehingga diharapkan

juga dapat menerapkan model pembelajaran flipped learning untuk

meningkatkan kemampuan komunkasi matematis lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (1989). Prosedur penelitia suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT. Bina
Aksara.
Choridah. T. D. (2013). Peran pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan komunkasi dan berpikir kreatif serta disposisi metematis siswa
SMA. Jurnal ilmiah program studi matematika STKIP siliwangi bandung.
2(2).
Dirgeyasa. W. I. Flip Learning-Flip Classroom, Sebuah Inovasi Dalam
Pembelajaran ,Di Era Covid-19. Medan: Universitas Medan.
Fitri. A. (2019). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII Pada Materi
Operasi Bentuk Aljabar Menggunakan Pendekatan PMRI Melalui Sistem
LSLC. Skripsi. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Flipped classroom:pengertian,kelebihan,dan kekurangan. (n.d.). Retrieved September
2022, 2022, from http://www.osnipa.com/flipped-classroom-pengertian-
kelebihan-kekurangan-sintaks/.
Furchan. A. (2007). Pengantar penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Hadiyanto. (2017). Kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran
matematika. Admathedu. 7(1).
Hamid. A. & Hadi. S. M. (2020). Desain Pembelajaran Flipped Learning Sebagai
Solusi Model Pembelajaran PAI Abad 21. Quality. 8(1).
Handayani. A. dkk. (2014). Analisis kemampuan komuniksi matematis siswa melalui
pendekatan pendidikan matematika realistik (PMR) bagi siswa kelas VII
MTsN lubuk buaya padang tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal pendidikan
matematika. 3(2).
Hartono. (2011). Metodologi penelitian. Pekanbaru. Zanafa Publishing.
Indrawati. (2011). Perencanaan Pembelajaran Fisika: Model-Model Pembelajaran
Implementasinya Dalam Pembelajaran Fisika. Jember: Universitas Jember.
Jihad .A. & Haris .A. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Julinar & Yusuf. N. F. (2019). Flipped learning model: satu cara alternatif untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Jurnal penelitian pendidikan.
Maryland state department of education dan QUASAR general rubric , marylandmath
communication rubric.diakses pada tanggal 19 februari 2022 dari
situs:http://web.njit.edu
Model pembelajaran flipped classroom. (2020, Maret). Retrieved September 18,
2022, from http://www.kajianpustaka.com/2020/03/model-pembelajaran-
flipped-classroom.html?m=1.
Mudjijo. (1995). Tes Hasil Belajar. Jakarta. Bumi Aksara.
Muzaki. A & Yulianti. S. (2021). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Pada
Materi Bentuk Aljabar Kelas VII SMP Negeri 1 Utan. Jurnal Ilmiah Ikip
Mataram. 8(2).
Purwati. H. & Wuri .E. D. (2017). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Dengan Gaya Belajar Kompetitif. Jurnal Derivat. 4(2).
Rasyid. A. H. (1993). Teknik penarikan sampel dan penyusunan skala. Bandung :
program pascasarjana universitas padjajaran.
Riduwan. (2010). Belajar mudah penelitian. Bandung. Nusa Media.
Satriawati. G. (2006). Pembelajaran dengan pendekatan open ended untuk
meningkatkan pemahaman dan kemampua komunikasi matematis siswa
SMP. ALGORITMA. 1(1).
Savinainen. dkk. (2002). The force concept inventory. A tool monitoring student
learning. 37(1).
Setiawan. A. Y. Bahan ajar matematika bentuk aljabar kelas VII.
Sholihah. A.S. & Mahmudi. A. (2015). Keefektifan Experiential Learning
Pembelajaran Matematika Mts Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika. 2(2).
Sudjana. (2002). Metode statistika. Bandung. Tarsito.
Surapranata. S. (2007). Panduan penulisan tes tertulis implementasi kurikulum 2004.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tabel durbin watson. (n.d.). Retrieved September 18, 2022, from
wikielektronika.com/tabel-durbin-watson/2/.
Wardana. R. I. & Lutfianto. M. (2018). Analisis kemampuan komunikasi matematis
siswa ditinjau dari kemampuan matematika siswa. UNION: Jurnal
pendidikan matematika. 6(2).
Yulhendri & kurniawati. T.flipped learning berbasis web pada pembelajaran di
universits negeri padang. Universitas negeri padang.
Zein. M. (2011). Evaluasi pembelajaran analisis soal Essay. Makalah dalam bentuk
Power Point (tidak diterbitkan).

Anda mungkin juga menyukai