Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna

mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Seiring berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi manusia akan berusaha mengembangkan dirinya

dalam menghadapi setiap perubahan (Malkan Santoso, 2011:1). Peningkatan mutu

dan kualitas pendidikan merupakan prioritas utama dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa serta membentuk manusia berakhlak mulia. Hal ini tertulis

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab 1 ayat 2 bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian tersebut maka pendidikan yang mampu mendukung

pembangunan di masa depan adalah pendidikan yang mampu mengembangkan

potensi peserta didik, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

sehingga mampu menghadapi perubahan yang terjadi.


2

Salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam dunia

pendidikan dan dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari adalah

matematika. Mata pelajaran matematika sangatlah penting dan bermanfaat bagi

peserta didik karena matematika sebagai sumber ilmu bagi bidang lain (Dyasih,

2015:176). Peran penting matematika juga dinyatakan dalam buku pembelajaran

matematika bahwa sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup

di bagian bumi ini pada abad ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan

matematika (Cockcroft dalam Fadjar Shadiq, 2014:2)

Pembelajaran matematika harus diberi peran yang lebih besar sehingga

mampu bersaing dengan bangsa lain, namun fakta yang terjadi banyak siswa

cenderung menganggap matematika itu membosankan dan menakutkan. Siswa

cenderung menganggap matematika sebagai pelajaran yang membosankan dan

menakutkan karena penuh dengan angka dan rumus (Supardi & Leonard dalam

Dyahsih, 2015:177). Hal itu mengakibatkan minat belajar siswa sangat kurang

sehingga kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematika masih

kurang (Arifatun dkk , 2016:49)

Depdiknas dalam Fadjar Shadiq (2014:7) menyatakan bahwa mata

pelajaran matematika di SD, SMP, SMA, dan SMK bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika 2)

Menggunakan penalaran pada pola dan sifat. 3) Memecahkan masalah

matematika. 4) Mengomunikasikan gagasan untuk memperjelas keadaan atau

masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.


3

Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika aspek yang harus

dikuasai siswa adalah memiliki kemampuan pemahaman konsep, karena

pemahaman konsep merupakan modal utama bagi siswa untuk dapat

menyelesaikan masalah matematika (arifatun dkk, 2016:49). Pemahaman konsep

merupakan salah satu tujuan yang mendasar dalam proses pembelajaran

matematika serta menunjang pengembangan cabang-cabang ilmu lainnya.

Selain memiliki pemahaman konsep yang baik, kemampuan komunikasi

matematika harus dimiliki peserta didik. Komunikasi matematis merupakan

kemampuan untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan penggunaan keahlian

menulis, menyimak, menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide,

simbol, istilah, serta informasi matematika yang diamati melalui proses

mendengar, mempresentasi, dan diskusi (Ramdani dalam Persada, 2014:34).

Sehingga peserta didik diharapkan mampu menyatakan ide-idenya ke dalam

matematika dan dapat menyampaikan pendapatnya dengan baik.

Namun, fakta dilapangan belumlah sesuai dengan yang diharapkan

(Arifatun dkk, 2016:49). Dalam pembelajaran matematika masih sering

ditemukan adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran dan siswa banyak menunggu sajian dari guru tanpa berusaha untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika. Sifat

siswa yang seperti ini cenderung menghapalkan konsep-konsep matematika yang

diberikan oleh guru atau yang tertulis dalam buku tanpa memahami maksud dari

isinya. Hal ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari

konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga pemahaman konsep


4

matematis siswa masih kurang. Siswa juga jarang menyampaikan pendapatnya

karena proses pembelajaran masih di dominasi oleh guru, sehingga kemampuan

komunikasi siswa masih kurang dan siswa cenderung pasif.

Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan

model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan peserta didik dan

memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara

maksimal. Banyak sekali alternatif model pembelajaran yang tidak berpusat pada

guru salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran

kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam

mempelajari matematika tidak cukup dengan hanya mengetahui dan menghafal

konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta mampu

menyampaikan pengetahuannya. Model pembelajaran kooperatif yang dapat

membuat siswa aktif adalah Course Review Horay (CRH).

Model pembelajaran CRH merupakan suatu model pembelajaran untuk

menguji pemahaman peserta didik dengan menggunakan strategi permainan, jika

peserta didik dapat menjawab dengan benar maka peserta didik langsung berteriak

“hore”. Model pembelajaran CRH adalah suatu strategi yang menyenangkan,

karena peserta didik diajak bermain sambil belajar untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang disampaikan secara menarik oleh guru (Hamid, 2013: 223).

Model tersebut dapat menumbuhkan minat dan keaktifan peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran karena diselingi hiburan yang berupa yel-yel. Suasana

pembelajaran yang berlangsung menyenangkan mampu membantu peserta didik

dalam meraih nilai yang tinggi (Suprijono, 2009: 33).


5

Dengan melihat pentingnya uraian di atas, peneliti terdorong untuk

melaksanakan penelitian mengenai “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran

Course Review Horay (CRH) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan

Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Medan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka masalah

masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Siswa cenderung menganggap matematika sebagai pelajaran yang

membosankan dan menakutkan karena penuh dengan angka dan rumus.

2. Dalam pembelajaran matematika masih sering ditemukan adanya

kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran

3. Siswa banyak menunggu sajian dari guru tanpa berusaha untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika

4. Siswa cenderung menghapalkan konsep-konsep matematika yang

diberikan oleh guru

5. Pemahaman konsep matematis siswa masih kurang.

6. Siswa juga jarang menyampaikan pendapatnya karena proses

pembelajaran masih di dominasi oleh guru, sehingga kemampuan

komunikasi siswa masih kurang dan siswa cenderung pasif.

1.3 Pembatasan Masalah


6

Karena keterbatasan penulis terhadap waktu, biaya, tenaga dan

kemampuan, maka penulis membatasi permasalahan di atas sebagai berikut :

1. Peneliti membahas tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif

tipe Couse Review Horay (CRH)

2. Meneliti pemahaman Konsep dan Komunikasi matematika siswa

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran Course Review Horay (CRH) efektif untuk

meningkatkan pemahaman konsep siswa ?

2. Apakah model pembelajaran Course Review Horay (CRH) efektif untuk

meningkatkan komunikasi matematika siswa ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Course Review Horay

(CRH) efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa

2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Course Review Horay

(CRH) efektif untuk meningkatkan komunikasi matematis siswa

1.6 Manfaat Penelitian


7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan

bagi beberapa pihak, yaitu:

1. Sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


2. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam memilih model yang tepat
untuk melaksanakan praktek pembelajaran pada siswa dimasa yang akan
datang.
3. Memberi informasi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dengan
banyaknya model pembelajaran yang cocok dengan kurikulum.
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. Kerangka konseptual

2.1 Pengertian dan Karakteristik Matematika

2.1.1 Pengertian matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang

berarti ‘belajar atau hal yang di pelajari’, sedang dalam bahasa Belanda disebut

wiskunde atau ‘ilmu pasti’. NRC dalam Fadjar Shadiq (2014:7) menyatakan

dengan singkat bahwa: “mathematics is a science of patterns and order.” Artinya,

matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan dan tingkatan.

Menurut Jujun dalam Gada Mukhitsa (2011:11) mengemukakan beberapa

pengertian matematika, diantaranya matematika adalah bahasa yang

melambangkan serangkaian makna yang ingin disampaikan. NRC dalam Fadjar

Shidiq (2014:5) telah menyatakan di masa kini dan masa yang akan datang, di era

komunikasi dan teknologi canggih, dibutuhkan para pekerja cerdas (smarter)

daripada pekerja keras (harder). Dibutuhkkan para pekerja yang telah disiapkan

untuk mampu mencerna ide-ide baru (absorb new ideas), mampu menyesuaikan

terhadap perubahan (to adapt to change), mampu menangani ketidakpastian (cope

with ambiguity), mampu menemukan keteraturan (perceive patterns), dan mampu

memecahkan masalah yang tidak lazim (solve unconventional problems).


9

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) matematika merupakan

ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan (pengertian matematika).

Dari beberapa defenisi matematika di atas dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah bahasa yang melambangkan pola atau keteraturan yang di

defenisikan dengan cermat, jelas, dan akurat.

2.1.2 Karakteristik Matematika

Dari sudut pandang para ahli terdapat karakteristik matematika yang

secara umum disepakati bersama. Beberapa karakteristik itu menurut Soedjadi

adalah:

1. Memiliki kajian abstrak


Matematika mempunyai objek kajian yang abstrak, walaupun tidak semua
yang abstrak adalah matematika. Ada empat kajian matematika yaitu fakta,
operasi, konsep dan prinsip.
2. Memiliki symbol yang kosong arti
Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali symbol yang digunakan, baik
berupa huruf ataupun yang berupa tidak huruf. Rangkaian symbol-simbol
dalam matematika dapat membentuk suatu model matematika.
3. Memperhatikan Semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti simbol-simbol matematika, bila
menggunakannya seharusnya memperhatikan pula lingkup pembicaraannya.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa matematika merupakan ilmu

abstrak, dalam matematika banyak sekali digunakan simbol-simbol yang berupa

huruf dan bukan huruf, untuk dapat menggunakan simbol-simbol tersebut kita

harus mengetahui semesta pembicaraannya

2.2 Pengertian Efektivitas


10

Kata efektivitas berasal dari bahasa inggris, yaitu effective yang berarti

berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas berasal dari kata dasar “efektif” adalah

tepat guna yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan waktu

yang cukup sekaligus dapat membuahakan hasil secara tepat. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki

pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan

keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat

dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dirancangkan.

Efektifitas berhubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran

yang didesain oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, baik tujuan dalam

skala yang sempit tujuan pembelajaran khusus, maupun tujuan dalam skala yang

lebih luas, seperti tujuan kurikuler, tujuan institusional, dan bahkan tujuan

nasional (Sanjaya Wina, 2008:320-321).

Pembelajaran yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan

bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat. Pengertian ini

mengandung dua indikator, yaitu terjadinya belajar pada peserta didik dan apa

yang dilakukan guru. Pada hakekatnya proses pembelajaran yang efektif terjadi

jika guru dapat mengubah kemampuan dan presepsi siswa dari yang sulit

mempelajari sesuatu menjadi mudah mempelajarinya. Sementara itu,

pembelajaran yang efektif juga memerlukan efesiensi. Dimana, efesiensi

didefinisikan sebagai kemampuan yang menunjukkan sesuatu dengan sedikit

usaha, biaya, dan pengeluaran untuk mencapai hasil yang maksimal. Efesiensi
11

mencakup penggunaan waktu dan sumber daya secara efektif untuk

menyelesaikan tugas tertentu.

Pembelajaran yang efektif adalah yang menghasilkan belajar yang

bermanfaat dan bertujuan bagi siswa, melalui pemakaian prosedur yang tepat

(Yusufhadi Miarso, 2007). Efektivitas berhubungan dengan tingkat keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran yang didesain oleh guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran, baik tujuan dalam skala yang sempit tujuan pembelajaran khusus,

maupun tujuan dalam skala yang lebih luas, seperti tujuan kurikuler, tujuan

institusional, dan bahkan tujuan nasional. Dalam konteks kurikulum dan

pembelajaran suatu program pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas

yang tinggi manakala program tersebut dapat mencapai tujuan seperti yang

diharapkan. Misalkan, untuk mencapai tujuan tertentu, guru memprogramkan tiga

bentuk kegiatan belajar mengajar manakala berdasarkan hasil evaluasi setelah

dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar itu, tujuan pembelajaran telah

dicapai oleh seluruh siswa, maka dapat dikatakan bahwa program itu memiliki

efektivitas yang tinggi. Sebaliknya apabila diketahui setelah pelaksanaan proses

belajar mengajar, siswa belum mampu mencapai tujuan yang diharapkan, maka

dapat dikatakan bahwa program tersebut tidak efektif.

Sedangkan menurut Slavin efektivitas suatu pembelajaran ditentukan

oleh beberapa indikator, antara lain: 1) Kualitas pembelajaran merupakan

banyakny informasi yang dapat diserap oleh siswa yang nantinya akan dilihat dari

hasil belajar siswa, 2) Kesesuaian tingkat pembelajaran yakni sejauh mana guru

dapat memastikan tingkat kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru , 3)


12

Intensif yaitu seberapa beasar pengaruh model pembelajaran yang digunakan

dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam mempelajari bmateri yang

diberikan, 4) Lamanya waktu yang disediakan cukup dan dapat dimanfaatkan

dalam proses pembelajaran (Situmorang A.S, 2018:57)

Menurut Yusufhadi Miarso (2007:536) mengemukakan bahwa ada 7

(tujuh) indikator yang menujukkan pembelajaran yang efektif yaitu: (1)

Pengorganisasian belajar dengan baik; (2) Komunikasi secara efektif; (3)

Penguasaan dan antusiasme dalam belajar; (4) Sikap positif terhadap siswa; (5)

Pemberian ujian dan nilai yang adil; (6) Keluwesan dalam pendekatan pengajaran;

dan (7) Hasil belajar siswa yang baik

Berdasarkan uraian di atas dan keterbatasan penulis maka disimpulkan

bahwa indicator efektif pembelajaran dalam penelitian ini yang akan digunakan

adalah:

1. Kualitas Pembelajaran
Kualitas pembelajaran adalah banyaknya informasi bantuan media
pembelajaran dapat diserap oleh siswa, yang nantinya dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa yang dimaksudkan adalah dilihat dari
adanya pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran yang digunakan
terhadap kemampuan yang ingin dicapai. Adapun kriteria kualitas
pembelajaran dikatakan sudah baik adalah apabila besar pengaruh dari model
pembelajaran terhadap yang ingin diukur sudah mencapai lebih besar dari
85%
2. Kesesuaian Tingkat Pembelajaran
Kesesuaian tingkat pembelajaran adalah sejauh mana guru dapat memastikan
tingkat kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru (Slavin dalam Dewanti
2017:16)

Suatu proses pembelajaran dikatakan efektif jika; (1) Kesesuaian

materi dengan strategi pembelajaran sudah baik; (2) Daya serap materi
13

pembelajaran sudah memenuhi ketuntasan belajar siswa yang dilihat dari daya

serap perseorangan telah mencapai skor ≥ 65 %atau nilai ≥ 65. Daya serap klasikal

telah mencapai≥ 85 % siswa yang telah mencapai nilai ≥ 65.; (3) Kesesuaian antara

waktu normal dengan waktu ketercapaian pada saat di lapangan. Efektivitas suatu

pembelajaran untuk mengetahui daya serap materi pelajaran dapat diketahui

dengan memberi tes, sehingga hasil tes tersebut dipakai dalam mengevaluasi

berbagai aspek proses pembelajaran. Evaluasi pengajaran dalam hal ini sangat

menentukan keberhasilan model pembelajaran yang dilakukan dikelas.

a. Model pembelajaran Course Review Horay (CRH)

i. Pengertian model pembelajaran Course Review Horay (CRH)

Menurut Suprijono (2009), model pembelajaran kooperatif tipe CRH

merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas

menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab

benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak ‘hore’ atau yel-yel lainnya

yang disukai. Salah satu pembelajaran yang menuntut adanya interaksi siswa

dalam kelompok adalah model pembelajaran kooperatif tipe Course Review

Horay (CRH). Santoso (2011) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe CRH merupakan model pembelajaran yang diawali pemberian materi

pengantar oleh guru, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan yang

diberikan secara berkelompok, dan untuk menguji pemahaman siswa pada akhir

pembelajaran guru memberikan kuis mengenai materi yang telah dipelajari

sebelumnya.
14

Pembelajaran Course Review Horay merupakan suatu pembelajaran

pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi

dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang

paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-

yel lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat

melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan

kelompok kecil (Risni, 2015:21)

Berbekal dari pengertian para ahli diatas disimpulkan bahwa model

pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu model atau disain

pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa dengan menggunakan strategi

games dan jika siswa mampu menjawab benar maka siswa akan berteriak ''horey''.

Dalam aplikasinya model pembelajaran Course Review Horay tidak

hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik.

Pembelajaran dengan model Course Review Horay juga melatih siswa untuk

mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya mempengaruhi

prestasi akademik siswa.

2.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Course Review Horay

Menurut Zainal (2013:28) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

Course Review Horay (CRH) adalah:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai


2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa untuk Tanya jawab
15

4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai


dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-
masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam
kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskkusikan,
kalau benar diisi tanda benar (v) dan jika salah diisi tanda silang (x).
6. Siswa yang sudah mendapat tanda (v) vertical atau horizontal, atau
diagonal harus berteriak horay, atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran di atas maka sintaks


pembelajaran model pembelajaran Course Review Horay sebagai berikut:

No. Langkah-langkah CRH Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


1. Guru menyampaikan Guru menyampaikan Siswa mendengarkan
kompetensi yang akan kompetensi yang akan dan memperhatikan
dicapai dicapai dalam pembelajaran. guru dalam
menyampaikan
kompetensi.
2. Guru mendemonstrasikan Guru Siswa mendengarkan
/menyajikan materi mendemonstrasikan/menyaj dan memperhatikan
ikan materi guru dalam menyajikan
materi
3. Memberikan kesempatan Guru memberikan Siswa mengajukan
siswa untuk tanya jawab kesempatan siswa untuk pertanyaan apabila
bertanya kurang memahami
materi yang dijelaskan
guru
4. Untuk menguji Guru meminta siswa disuruh Siswa membuat kotak
pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 9/16/25 sesuai dengan
membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan kebutuhan dan tiap
sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka kotak diisi angka sesuai
dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing- dengan selera
sesuai dengan selera masing siswa Untuk menguji
masing-masing siswa pemahaman mereka

5. Guru membaca soal Guru membaca soal secara Siswa mendengar dan
secara acak dan siswa acak dan siswa menulis langsung
menulis jawaban di dalam jawaban di dalam kotak mendiskusikan soal
kotak yang nomornya yang nomornya disebutkan yang dibacakan guru
disebutkan guru dan guru dan langsung dan menulis jawaban
langsung didiskkusikan, didiskkusikan, kalau benar dalam kotak yang
kalau benar diisi tanda diisi tanda benar (v) dan nomornya disebutkan
benar (v) dan jika salah jika salah diisi tanda silang guru
diisi tanda silang (x). (x).
16

6. Siswa yang sudah Guru membacakan Siswa yang sudah


mendapat tanda (v) vertical jawaban dari soal yang mendapat tanda (v)
atau horizontal, atau diberikan dan meminta vertical atau horizontal,
diagonal harus berteriak siswa yang sudah atau diagonal harus
horay, atau yel-yel lainnya mendapat tanda (v) secara berteriak horay, atau
vertikal atau horizontal, yel-yel lainnya
atau diagonal harus
berteriak horay atau yel-
yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari Guru memeriksa dan Siswa memperhatikan
jawaban benar jumlah menghitung hasil jawaban guru dalam
horay yang diperoleh siswa, yang dihitung mulai menghitung jawaban
dari jawaban benar dan yang benar dan
jumlah “horay” yang menerima reward dari
diperoleh dan memberikan guru
reward untuk siswa yang
mendapat nilai terbanyak.
8. Penutup. Guru meminta dan Siswa mengutarakan
menuntun siswa kesimpulan yang
menyimpulkan mereka dapat dari
pembelajaran yang pembelajaran yang
diterima diterima

2.3.3 Kelebihan Model Pembelajaran Course Review Horay


Kelebihan model pembelajaran course review horay menurut Irlina
(2017:21) adalah:

a. Menarik sehingga mendorong siswa terlihat di dalamnya


Melalui model pembelajaran kooperatif tipe course review horay siswa akan
lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan di sampaikan oleh guru,
karena pembelajaran disrlingi dengan game. Model pembelajaran ini
mendorong siswa untuk terjun ke dalam proses atau situasi pembelajaran,
artinya siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu game yang diberikan
guru berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.
Selain itu, struktur course review horay ini menarik. Sehingga mampu
mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya
b. Tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasan tidak
menegangkan
Melalui hal tersebut siswa tidak akan merasakan jenuh yang dapat
menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh guru
c. Siswa lebih semangat belajar
17

Semangat belajar siswa meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung


menyenangkan. Kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila
metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu,
melalui model pembelajaran kooperatif tipe course review horay (crh)
semangat belajar siswa akan meningkat.
d. Melatih kerjasama
Melalui model pembelajaran ini skill kerjasama antarsiswa semakin terlatih
e. Adanya komunikasi dua arah
Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan baik. Hal
tersebut dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis, kreatif, dan
inovatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan semakin
banyak terjadi interaksi diantara guru dan siswa.
2.3.4 Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay
(CRH)

Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)


menurut Surya (2016:19)

a. Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan;


Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan horey.
Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok tersebut sama
tanpa bisa membedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.
b. Adanya peluang untuk berlaku curang.
Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik apakah ia
menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan per-kelompok yang
menjawab horey, sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar Untuk
mengatasi kekurangan dari model pembelajaran CRH maka guru
memperhatikan atau mengontrol setiap siswa dalam kelompok, kemudian
semua diarahkan untuk aktif untuk mendapatkan nilai sebagai individu.

Agar pembelajaran kooperatif tipe CRH lebih menarik dan dapat

meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada, siswa dibagi ke dalam beberapa

kelompok kecil yang terdiri 6-7 siswa. Masing-masing kelompok memiliki

lambang/simbol kelompok. Guru membuat kotak sejumlah 16 yang diberi nomor,

guru membantu menjelaskan pada masing-masing kelompok jika ada yang kurang

dimengerti. Guru membagikan materi pada masing-masing kelompok untuk


18

dipelajari. Setelah dirasa cukup, guru menunjuk kelompok untuk menjelaskan

materi yang telah dipelajari di depan kelas. Selanjutnya masing-masing kelompok

disuruh memilih nomor kotak yang harus dijawab secara bergantian dengan cara

diacak. Kelompok yang bisa menjawab pertanyaan dari guru dengan benar harus

menempelkan lambang/simbol kelompoknya di kotak yang sudah terjawab.

Demikian seterusnya hingga terdapat salah satu kelompok yang lambang/symbol

kelompoknya membentuk vertikal, horizontal, maupun diagonal. Jika tidak

terdapat kelompok yang dapat membentuk vertikal, horizontal, maupun diagonal,

skor dapat dihitung berdasarkan banyaknya simbol kelompok yang telah ditempel.

Selanjutnya kelompok tersebut berteriak hore maupun yel-yel kelompoknya.

Gambar 1
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Course Review Horay (CRH)
Keterangan

= Kelompok 1

= Kelompok 2

= Kelompok 3

= Kelompok 4

2.3.5 Kemampuan Pemahaman Konsep

2.3.5.1 Pengertian Pemahaman


19

Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan

yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya.

Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat mendasar, karena

denganpemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.

Menurut  Virlianti dalam Kusumaningtyas (2011:26) mengemukakan

bahwa pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta

didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara

untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi

kemungkinan yang terkait. Setiap materi pembelajaran matematika berisi

sejumlah konsep yang harus disukai siswa. Dan konsep diartikan sebagai ide

abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek

Berdasarkan pengertian pemahaman diatas, penulis menyimpulkan

pemahaman adalah suatu cara yang sistematis dalam memahami dan

mengemukakan tentang sesuatu yang diperoleh.

2.3.5.1 Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep

akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap

pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa

memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain

seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.

Penguasaan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga

dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan

pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa


20

menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep

atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai

susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya

sama.

Menurut Sanjaya dalam Kesumawati (2008 :2) mengatakan apa yang di

maksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan

sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau

mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan

kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data

dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang

dimilikinya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi

pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya dengan menggunakan bahasanya

sendiri.

2.3.5.2 Indikator Pemahaman Konsep

Menurut Sanjaya dalam Kesumawati (2008:2) indikator yang termuat

dalam pemahaman konsep diantaranya: (1) Mampu menerangkan secara verbal

mengenai apa yang telah dicapainya; (2) Mampu menyajikan situasi matematika

kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan; (3) Mampu

mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan

yang membentuk konsep tersebut; (4) Mampu menerapkan hubungan antara

konsep dan prosedur; (5) Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari
21

konsep yang dipelajari; (6) Mampu menerapkan konsep secara algoritma; (7)

Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika,

maka perlu diadakan penilaian terhadap pemahaman konsep dalam pembelajaran

matematika.

Tentang penilaian perkembangan anak didik dicantumkan indikator dari

kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika Tim PPPG

Matematika dalam Kusumaningtyas (2011:13) Indikator tersebut adalah:

1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa


untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya.
Contoh: Pada saat siswa belajar maka siswa mampu menyatakan ulang
maksud dari pelajaran itu.
2. Kemampuan mengklafikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek
menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi.
Contoh: Siswa belajar suatu materi dimana siswa dapat mengelompokkan
suatu objek dari materi tersebut sesuai sifat-sifat yang ada pada konsep.
3. Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa
untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi.
Contoh: Siswa dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan dapat
mengerti yang mana contoh yang tidak benar.
4. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematika adalah kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan
yang bersifat matematis.
Contoh: Pada saat siswa belajar di kelas, siswa mampu mempresentasikan
memaparkan suatu materi secara berurutan.
5. Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana
syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi.
Contoh: Siswa dapat memahami suatu materi dengan melihat syarat-syarat
yang harus diperlukan/mutlak dan yang tidak diperlukan harus dihilangkan.
6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu
adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan
prosedur.
Contoh: Dalam belajar siswa harus mampu menyelesaikan soal dengan tepat
sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
22

7. Kemampuan mengklafikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah


adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Adapun indikator yang digunakan peneliti untuk menunjukkan siswa

sudah memiliki kemampuan pemahamn konsep adalah, sebagai berikut: (1)

Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep; (2) Kemampuan

mengklafikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep; (3)

Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh; (4) Kemampuan menyajikan

konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika; (5) Kemampuan

menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu; (6) Kemampuan

mengklafikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

2.4 Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki semua

manusia. Manusia sebagai mahluk sosial, tentutidak terlepas dari interaksi antar

sesama dimana pun itu berada. Interaksi ini tidak hanya terjadi dalam

berkehidupan bermasyarakat, tapi juga dalam proses kegiatan pembelajaran.

Interaksi yang baik, tentunya memerlukan komunikasi yang baik pula, baik antar

siswa dengan guru, maupun siswa dengan siswa, sehingga pembelajaran tersebut

diharapkan dapat terpadu dan berdaya guna, karena proses pembelajaran itu

sendiri adalah proses komunikasi, seperti yang diungkapkan Sulastri (dalam

Herlin,2013:15) bahwa komunikasi merupakan kemampuan siswa yang

menyampaikan atau menerima gagasan, sehingga terjadi proses belajar.

Komunikasi matematika merefleksikan pemahaman matematis dan merupakan


23

bagian dari daya matemtika. The Common Core Of Learning (dalam Herlin,

2013:16), menyarankan, semua siswa seharusnya “...justify and communicate

solutions to problems”. Siswa-siswa mempelajari matematika seakan-akan

mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang kerjakan. Mereka

dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika mereka diminta

untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dan mendengarkan siswa

lain,dalam berbagai ide, strategi dan solusi. Menulis mengenai matematika

mendorong siswa untuk merefleksikan ide-ide untuk mereka sendiri. Membaca

apa yang siswa tulis adalah cara yang istimewa untuk para guru dalam

mengidentifikasi pengertian dan miskonsepsi dari siswa.

Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru

kepada siswa ataupun siswa mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat

itu sedang terjadi transformasi informasi. Respon yang diberikan penerima

merupakan interprestasi oleh penerima tentang informasi tadi. Dalam matematika,

kualitas interprestasi dan respon itu sering kali menjadi masalah istimewa. Hal ini

sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri syarat dengan

istilah dan simbol. Karena itu, kemampuan berkomunikasi dalam matematika

menjadi tuntutan khusus. Kemampuan komunikasi dalam matematika merupakan

kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk

berkomunikasi dalam bentuk: (1) Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, atau

ide-ide matematika; (2) Membuat model situasi, relasi matematik, tertulis, konkrit,

grafik, dan aljabar; (3) Menggunakan keahlian membaca, menulis, menelaah,

untuk mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi matematika; (4)


24

Merespon suatu pernyataan atau persoalan dalam bentuk argumen atau ide yang

dapat meyakinkan setiap audiens.

Komunikasi matematika menurut Sumarmo dalam Herlin (2013) adalah

menhubungkan benda nyata, gambar dan diagram dalam ide matematika,

menyatakan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan atau tulisan, dengan

benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam

bahasa atau simbol matematika, mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang

matematika, membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematis tertulis,

membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan defenisi dan generalisasi,

menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari.

Sedangkan menurut NCTM dalam Herlin (2013:17), kemampuan

komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dari: (1)

Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis dan

mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (2) Kemampuan

memahami, mengidentifikasikan dan mengevaluasi ide-ide matematika baik

secara lisan, tertulis maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) Kemampuan

menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan strukturnya untuk

menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dalam model-model

situasi.

2.4.5 Indikator Komunikasi Matematis

Tiona dalam Herlin (2013:20), mengemukakan bahwa, dalam

memberikan pembelajaran dikelas, beberapa upaya dapat menumbuh kembangkan


25

kemampuan komunikasi matematika siswa, antra lain: (1) Mendengarkan dan

melihat dengan penuh perhatian; (2) Menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas yang

diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berpikir; (3) Meminta siswa

untuk merespon dan menilai ide mereka secara lisan dan tertulis; (4) Menilai

kedalaman pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam diskusi; (5)

Memutuskan kapan dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika dalam

bahasa matematika pada siswa; (6) Memonitor partisipasi siswa dalam diskusi,

memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa untuk

berpartisipasi.

Bantuan dari guru seperti yang disebutkan diatas tentu akan memberikan

sikap positif terhadap siswa. Siswa tidak akan lagi memiliki rasa canggung untuk

mengeluarkan ide-idenya, karna sikap terbuka yang diberikan guru kepada siswa.

Dari pendapat para ahli tentang kemampuan komunikasi matematika

siswa diatas, maka indikator kemampuan komunikasi matematika siswa dapat

dilihat dari kemampuan sebagai berikut: (1) Kemampuan mengekspresikan ide-

ide matematika melalui lisan, tertulis dan mendemonstrasikannya serta

menggambarkannya secara visual; (2) Kemampuan memahami,

mengidentifikasikan dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan,

tertulis maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) Kemampuan menggunakan

istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan strukturnya untuk menyajikan ide-ide,

menggambarkan hubungan-hubungan dalam model-model situasi.

2.5 Materi Pembelajaran


26

Suatu bentuk yang dibatasi oleh tiga titik sudut dan tiga sisi adalah

segitiga. Segitiga merupakan bentuk dasar dari bentuk-bentuk benda yang ada

dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh bentuk segitiga yang sering

ditemukan adalah layar sebuah perahu. Coba bayangkan bentuk-bentuk segitiga

dalam kehidupan sehari-hari yang sering di temukan.

a) Jenis-jenis segitiga

1. Jenis-jenis Segitiga Ditinjau dari Sudut-sudutnya

Ditinjau dari sudut-sudutnya, segitiga dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Segitiga lancip

Segitiga lancip adalah segitiga yang besar tiap sudutnya merupakan sudut lancip

atau besar sudutnya antara 0° sampai dengan 90°.

Gambar 2.1 Segitiga lancip

b. Segitiga tumpul

Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu dari tiga sudutnya

merupakan sudut tumpul atau besar sudutnya antara 90° dan 180°

Gambar 2.2  Segitiga  tumpul
27

c. Segitiga siku-siku

Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya siku–siku atau besar

sudutnya 90°.

Gambar 2.3 Segitiga Siku-Siku

2. Jenis-jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi-sisinya

Ditinjau dari panjang sisi-sisinya, segitiga dibedakan menjadi tiga jenis,

yaitu:

a. Segitiga Sembarang

Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya berbeda

panjangnya dan ketiga sudutnya berbeda besarnya.

Gambar 2.4 Segitiga sembarang


28

b. Segitiga sama sisi

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.

Gambar 2.5 Segitiga Sama Sisi

c. Segitiga sama kaki

Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua sisi sama

panjang.

Gambar 2.6 Segitiga Sama Kaki

3. Jenis-jenis Segitiga Ditinjau dari besar sudut dan Panjang Sisinya


29

Ditinjau dari besar sudut dan panjang sisinya, segitiga terbagi menjadi

tujuh macam. Perhatikan table berikut ini:

Tabel 2.2 Jenis-jenis Segitiga Ditinjau dari besar sudut dan Panjang Sisinya

Besar Sudut Segitiga Lancip Segitiga Tumpul Segitiga Siku-Siku


Panjang
Sisi
Segitiga Sama Sisi Lancip sama sisi - -
Segitiga Sama Lancip sama kaki Tumpul sama kaki
Siku-siku sama
Kaki kaki
Segitiga Lancip Sembarang Tumpul Siku-siku
Sembaran Sembaran sembaran
g g g

1. Segitiga Istimewa

Segitiga istimewa merupakan segitiga yang memiliki sifat-sifat khusus

(istimewa), baik mengenai hubungan panjang sisi-sisinya maupun hubungan besar

sudut-sudutnya. Yang merupakan segitiga istimewa di antara jenis-jenis segitiga a

dalah:

– Segitiga siku-siku

 Gambar 2.7 Segitiga Siku-siku

– Segitiga sama kaki


30

Gambar 2.8 Segitiga Sama Kaki

– Segitiga sama sisi

Gambar 2.9 Segitiga Sama sisi

2.6 Kerangka Konseptual

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna

mengembangkan bakat serta kepribadian mereka.

Pemahaman merupakan perpaduan antara dua aktivitas, yaitu aktivitas

mengajar dan aktivitas belajar sehingga dalam pembelajaran terdapat interaksi

antara guru dan siswa maupun antara siswa. Salah satu bagian yang penting dalam

proses pembelajaran matematika adalah pemahaman konsep dan komunikasi

dalam menyampaikan pendapat mengenai pengetahuan yang diperoleh siswa .

Pemahaman konsep merupakan landasan penting untuk berpikir dalam


31

menyelesaikan permasalahan matematika maupun permasalahan sehari-hari

sedangkan kemampuan komunikasi secara matematis sangat penting untuk

menciptakan komunikasi dua arah yang baik agar proses pembelajaran lebih

menarik.

Model pembelajaran adalah salah satu cara tertentu yang tepat dan serasi

untuk menyajikan suatu materi pelajaran sehingga dapat dijadikan alat yang

efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu upaya yang tidak pernah

guru tinggalkan, bagaimana memahami kedudukan model sebagai salah satu

komponen yang ikut ambil bagian dari pada keberhasilan kegiatan belajar

mengajar.

Model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

dan komunikasi matematis siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Course Review Horay (CRH), dimana siswa melibatkan diri secara aktif

pada saat proses belajar berlangsung untuk mencapai upaya maksimal. Beberapa

kelebihan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) yaitu: menarik sehingga

mendorong siswa terlihat di dalamnya, tidak monoton karena diselingi sedikit

hiburan sehingga suasan tidak menegangkan, siswa lebih semangat belajar,

melatih kerjasama, adanya komunikasi dua arah

Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran kooperatif tipe Course

Review Horay (CRH) lebih efektif untuk dapat membantu siswa dalam

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika dan komunikasi

matematis siswa.
32

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka konseptual yang telah

dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) efektif

terhadap pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan

2. Penggunaan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) efektif

terhadap komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan


33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) yang

bertujuan untuk melihat atau mengetahui efektivitas model pembelajaran Course

Review Horay terhadap kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi

matematis. Dalam penelitian ini digunakan desain “post test control group”. Di

dalam rancangan ini pada kelas eksperimen diberi perlakuan (X) dan setelah

selesai diberi perlakuan diberi tes sebagai post test (O). Secara umum dapat dibuat

menjadi:

Tabel 3.1Tabel Rancangan Penelitian

Kelas Pre-test Treatment Post-test


Eksperimen - X O
Keterangan :

X = Treatment atau perlakuan

O = Hasil observasi sesudah perlakuaN

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 3 Medan di kelas VII

Tahun Ajaran 2018/2019. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah
34

karena peneliti berasal dari sekolah tersebut. Penelitian ini akan dilaksanakan pada

semester genap Tahun Ajaran 2018/2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VII Tahun Ajaran

2018/2019. Dari data kepala sekolah bahwa kelas VII berjumlah 8 kelas

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B dan pengambilan

sampel penelitian dilakukan dengan cara cluster random sampling. Dari 8 kelas

diambil sampel sebanyak 1 kelas sebagai kelas eksperimen.

3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam

upaya pencapaian tujuan penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah:

a. Menetapkan tempat dan jadwal pelaksanaan penelitian disesuaikan

dengan jadwal yang ada di sekolah.

b. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

c. Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan model Course

Review Horay pada materi segitiga. Rencana pembelajaran

dilaksnanakan dalam 3 kali pertemuan.

d. Menyiapkan alat pengumpul data, soal post-test, dan lembar observasi.

e. Memvalidkan soal.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah:


35

a. Menentukan kelas sampel yang diambil secara random.

b. Mengadakan pembelajaran pada kelas eksperimen yang diberikan

perlakuan yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran Course

Review Horay.

c. Memberikan post-test.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir yang dilakukan adalah:

a. Mengumpulkan data kasar dari proses pelaksanaan.

b. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel

yang telah ditentukan.

c. Melakukan analisis data dengan teknik statistik yang relevan.

d. Membuat laporan penelitian dan menarik kesimpulan.

Bagan/Diagram Alur Penelitian

3.5 Instrumen penelitian

3.5.1 Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen tes pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi

matematis digunakan dalam penelitian, instrument terlebih dahulu di uji cobakan


36

kepada siswa yang bukan sampel penelitian. Kemudian data hasil uji coba tersebut

dianalisis untuk mengetahui karakteristik butir soal yang meliputi validitas,

reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya. Hal ini diuraikan sebagai

berikut:

1. Uji Validitas

Validitas tes adalah tingkat ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang

hendak diukur secara tepat, maka digunakan rumus product moment yaitu:

N
∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy = √{ N ∑ X 2 − (∑ X )2}{N ∑ Y 2 − (∑ Y )2 } (Arikunto, 2012 : 87)

Keterangan :

rxy: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X : Skor tiap item

Y : Skor total

N : Banyaknya anggota sampel

Untuk menafsirkan harga validitas tiap item pertanyaan tes, maka r tersebut

dibandingkan dengan harga kritik product moment dan taraf signifikan α

=5%, jika rhitung > rtabel maka soal tersebut valid.

Tabel 3.2Kriteria Validitas Soal

rxy Kriteria

0,80 ≤ rxy≤ 1,00 Sangattinggi

0,60 ≤ rxy< 0,90 Tinggi

0,40 ≤ rxy< 0,70 Sedang

0,20 ≤ rxy< 0,40 Rendah


37

0,00 ≤ rxy< 0,20 SangatRendah

rxy≤ 0,0 Tidak Valid

Kriteria pengujian dengan taraf signifikan α = 5%, jika rxy > ttabel maka soal

dikatakan valid, begitu juga sebaliknya.

2. Reliabilitas soal

Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrument cukup

dapat dipercaya untuk menggunakan sebagai alat pengumpulan data. Suatu

tes dikatakan reliable apabila beberapa kali pengujian menunjukan hasil

yang relative sama. Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan

konsistensi skorer satu dengan skorer lainnya. Karena tes yang digunakan

sebagai berikut berbentuk uraian maka untuk mengetahui reliablilitas

seluruh tes digunakan rumus spearmanBr

2
∑ σ i ( Arikunto, 2009:109)
r11 = ( )(
n
n−1
1−
∑σ
2
t
)
keterangan :

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan


2
∑ σ i = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
∑ σ t = Varians butir angket
n = Varians total

Yang masing-masing dihitung dengan rumus :

σ 2t =∑ X 2i −¿ ¿¿ ¿ ¿

Keterangan :

X i = Skor Soal butir ke-i


38

n = Jumlah Responden

Dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada

umumnya digunakan patokan:

Apabila r11 ≥ 0,7 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya

dinyatakan telah memiliki reliabilitas tinggi.

Apabila r11 ≤ 0,7 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya

dinyatakan belum memiliki reliabilitas tinggi.

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan

antara siswa yang menjawab dengan benar (berkemampuan tinggi)

dengan siswa yang menjawab salah (berkemampuan rendah).

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan soal untuk membedakan

kemampuan setiap siswa. Menghitung daya pembeda dapat digunakan

rumus t, yaitu:

X́ u− X́ a
S 2u S 2a
t=
√( +
nu n a )
Dimana dengan menggunakan rumus dari (Arikunto 2010: 100), yaitu:
2 2
2 ∑ ( X i− X́ ) dan 2 ∑ ( X i− X́ )
S=
u S= a
N−1 N−1

dengan:

t = Daya pembeda

X́ u = Skor rata-rata kelompok unggul

X́ a = Skor rata-rata kelompok asor


39

S2u = Simpangan baku kelompok unggul

S2a = Simpangan baku kelompok asor

N = Jumlah seluruh siswa

nu = Jumlah kelompok unggul (27% × N)

na = Jumlah kelompok asor (27% × N)

dk = (nu – 1 ) + (na – 1)

Jika thitung >ttabel maka soal dapat dikatakan soal baik

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan tingkat kesukaran

setiap soal tersebut. Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal digunakan

tolak ukur sebagai berikut :

1. Soal dikatakan sukar jika TK < 27%

2. Soal dikataka sedang jika 27%≤ TK ≤ 72%

3. Soal dikatakan mudah jika TK > 72%

Untuk menentukan taraf kesukaran soal dilihat dari sudut proporsi yang

dapat menjawab benar digunakan rumus berikut:

ƩKA i+ ƩKBi
TK = ×100%
NtSt

Keterangan :

TK = Tingkat Kesukaran

∑ KA i= Jumlah skor kelompok atas butir soal ke-i


∑ KBi= Jumlah skor kelompok bawah butir soal ke-i
40

Nt = 27 % x banyak subjek x 2

St N t = Skor maksimum per butir soal

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah observasi dan tes.

3.6.1 Observasi

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran sedang berlangsung, yang

dimaksudkan untuk mengamati kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

komunikasi matematis yang dilakukan oleh observer. Yang berperan sebagai

observer adalah Peneliti.

3.6.2 Tes

Menurut Arikunto (2012 : 66) menyatakan bahwa: Tes adalah merupakan

alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu

dalam suasana, dengan cara-cara dan aturan yang sudah ditentukan. Dalam

penelitian ini dilakukan tes sebanyak satu kali, yaitu post-test. Post-test yaitu tes

yang diberikan setelah diajarkan dengan model pembelajaran Course Review

Horay Dari hasil post-test inilah akan dilakukan pengujian apakah efektif model

pembelajaran Course Review Horay terhadap pemahaman konsep dan

kemampuan komunikasi matematis siswa

3.7 Teknik Analisis Data


41

Sebagaimana telah dijelaskan pada tinjauan pustaka bahwa indikator

efektivitas yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Kesesuaian Tingkat Pembelajaran

3.7.1 Analisis Daya Serap Materi Pelajaran

Daya serap materi pembelajaran yang terkait dengan daya serap siswa

terhadap materi yang disampaikan pada saat proses pembelajaran dapat dilihat

dengan tehnik analisis data deskriptif maupun imprensial. Namun pada penelitian

ini adalah hanya analisis deskriptif ketuntasan belajar.

Ketuntasan belajar dilihat dari:

a. Daya serap perseorangan

Seorang siswa disebut telah tuntas dalam belajar bila ia telah mencapai skor

≥ 65 % atau nilai ≥ 65 . Dilihat dari hasil belajar siswa.

b. Daya serap klasikal

Suatu kelas dinyatakan telah tuntas belajar apabila kelas tersebut telah terdapat

≥ 85 % siswa yang telah mencapai nilai ≥ 65 %. Dilihat dari hasil belajar kelas.

3.7.2 Analisis Kualitas Pembelajaran

Kualitas pembelajaran adalah banyaknya informasi bantuan media

pembelajaran dapat diserap oleh siswa, yang nantinya dapat dilihat dari hasil

belajar siswa ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran Course Review

Horay terhadap pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis.

Dalam penelitian ini data yang diolah adalah pemahaman konsep dan

kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen. Teknik analisis


42

data yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana dengan persamaan

regresi Ŷ = a+ bX. Untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh variabel X

terhadap Y maka digunakan taraf nyata 5% (α =0,05) dengan derajat kebebasan

(n-1). Sebelum melakukan uji tersebut, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut.

3.7.2.1 Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang normal

sebaran data yang akan dianalisis digunakan uji normalitas Lilliefors.

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mencari bilangan baku dengan rumus

X i− X́
z i=
S

X́ = Rata-rata sampel

S = simpangan baku

b. Menghitung peluang F (zi )=P ( Z ≤ Z i) dengan menggunakan daftar

distribusi normal baku.

c. Selanjutnya jika menghitung proporsi S( zi ) dengan rumus:

banyaknya Z1 , Z 2 , … , Z n ≤ Z i
S( zi )=
n

d. Menghitung selisih F (zi )- S( zi ), kemudian menghitung harga mutlaknya.

e. Menentukan harga terbesar dari selisih harga mutlak F (zi )- S( zi ) sebagai

L0.
43

Untuk menerima dan menolak distribusi normal data penelitian dapatlah

dibandingkan nilai L0 dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar tabel

uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05 dengan kriteria pengujian yaitu:

Jika L0 < Ltabel maka data berasal dari populasi berdistribusi normal.

Jika L0 ≥ Ltabel maka data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.

(Sudjana,2005:466).

3.7.2.2 Persamaan Regresi

Dalam penelitian ini uji linieritas regresi digunakan untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran Course Review Horay terhadap pemahaman konsep

dan kemampuan komunikasi matematis, untuk itu perlu ditentukan persamaan

regresinya untuk menggambarkan hubungan kedua variabel tersebut. Jika kedua

variabel mempunyai hubungan yang linier maka rumus yang digunakan (Sudjana,

2005:315) yaitu:

Y^ 1= a +bX

Dimana :Y^ 1 = variabel terikat

X = variabel bebas

a = konstanta

b = koefisien arah regresi ringan dan mencari harga a dan b digunakan

rumus berikut :
2
( ∑ y)( ∑ x )−( ∑ x)(∑ xy)
a= N ∑ x 2−( ∑ x)2
44

N (∑ xy )−(∑ x)(∑ xy)


b= N ∑ x 2 −( ∑ x )2

Tabel 3.3 Tabel Anava

SumberVarian
Dk JK KT F
s
Total N ∑ Y i2 ∑ Y i2 -
Regresi (a) 1 ∑ Y i2 / n ∑ Y i2 / n

Regresi (b/a) 1 JKreg = JK (b/a) S2reg =¿JK (b/a) S 2reg


2
Sres
Residu n-2 JKres= ∑(Yi−Yi )2 2 ∑(Yi−Ŷi)2
S =
res
n−2
Tuna Cocok k-2 JK(TC) JK (TC ) S 2TC
S2TC =
k −2 S 2e
Kekeliruan n-k JK(E)
JK (E)
S2e =
n−k
Dengan keterangan:

a. Untuk menghitung Jumlah Kuadrat ( JKT ) dengan rumus:


2
JKT=∑ Y 1

b. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi a ( JK reg a ¿ dengan rumus:

JK reg a=¿ ¿ ¿

c. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi b|a ( JK reg(b∨a) ¿ dengan rumus:

JK reg ( b|a )=β ∑ XY −¿ ¿ ¿

d. Menghitung Jumlah Kuadrat Residu ( JK res ¿ dengan rumus:


45

2
JK res =∑ Y 1−JK ( ba )−JK reg a

e. Menghitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi b/a RJK reg(a) dengan rumus:

RJK reg(a) =JK reg (b ∨a)

f. Menghitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu ( RJK res ¿ dengan rumus:

JK res
RJ K res =
n−2

g. Menghitung Jumlah Kuadrat Kekeliruan Eksperimen (JK ( E ) ¿ dengan

rumus:

JK ( E )=∑ ¿ ¿

h. Menghitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok model linier ( JK (TC ) ¿dengan

rumus:

. JK (TC )=JK res −JK ( E )

3.7.2.3 Uji Kelinearan Regresi

Untuk menentukan apakah suatu data linear atau tidak dapat diketahui

dengan menghitung Fhitung dan dibandingkan dengan nilai Ftabel maka rumus yang

digunakan (Sudjana, 2005:332) yaitu:


2
STC
F hitung= 2
Se
46

Dengan taraf signifikan α =5 % . Untuk Ftabel yang digunakandiambil dk

pembilang (k-2) dan dk penyebut (n-k).

Prosedur uji statistiknya sebagai berikut:

H0 : Regresi Linear
Ha: Regresi Non-Linear

Dengan kriteria pengujian:

Terima H0, jika Fhitung< Ftabel


Terima Ha, jika Fhitung >Ftabel

3.7.2.4 Uji Keberartian Regresi

Formulasi hipotesis penelitian Ho dan Ha

Ho : Koefisien arah regresi tidak berarti ( b = 0 )


Ha : Koefisien itu berarti ( b ≠ 0 )

Taraf nyata ( α ) atau taraf signifikan yang digunakan 5% atau 0,05.

Kriteria pengujian hipotesis (Sudjana, 2005: 327) yaitu:

Ho : diterima apabila Fhitung ≤ F (1−α ) ,(1 ,n −2 )


Ha : diterima apabila Fhitung ≥ F( 1−α ) ,(1 , n−2 )

Nilai uji statistik

JK
S 2reg reg ( ba )
F hitung = =
S 2res RKJ res

Dimana S2reg =¿varians regresi

S2res =¿varians residu

Membuat kesimpulan Ho diterima atau ditolak.

3.7.2.5 Koefisien Korelasi


47

Untuk mencari perhitungan koefisien korelasi dapat menggunakan rumus

korelasi product moment (Sudjana, 2005 : 369) yaitu:

N ∑ XY −(∑ X)(∑Y )
r xy = 2
2 2 2
√ { N ∑ X −(∑ X ) } .{N ∑Y −( ∑ Y ) }

Keterangan:

r xy = koefisien korelasi variabel X dan variabel Y

N = jumlah sampel

X = variabel bebas

Y = variabel terikat

Kriteria pengujian:

1. 0,00<r xy <0,20 : hubungan sangat lemah


2. 0,20 ≤ r xy < 0,40 : hubungan rendah
3. 0,40 ≤ r xy < 0,70 : hubungan sedang/cukup
4. 0,70 ≤ r xy < 0,90 : hubungan kuat/tinggi
5. 0,90 ≤ r xy ≤ 1,00 : hubungan sangat kuat/tinggi

3.7.2.6 Uji Keberartian Koefisien Korelasi

Dari hasil yang diperoleh kemudian dilakukan uji keberartian koefisien

korelasi dengan uji t (Sudjana, 2005 : 380) dengan rumus:

r √ n−2
t=
√1−r 2
Dimana:

t : uji keberartian n : jumlah data


r : koefisien korelasi

Untuk hipotesis pengujian sebagai berikut:

H0 : Koefisien arah regresi tidak berarti ( b = 0 )


Ha : Koefisien itu berarti ( b ≠ 0 )

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:


48

−t <t <t
a. terima H0 jika (1− 12 α );(n−2) (1− 12 α );(n−2)
b. tolak H0 jika kriteria diatas tidak dipenuhi.

3.7.2.7 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat atau seberapa

besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y1.

b {n ∑ XY ( ∑ X )( ∑ Y ) }
r2= 2
x 100 %
n ∑ Y 2 −( ∑ Y ) (Sudjana, 2009:

370)

Dimana:

r2: Koefisien determinasi b : Koefisien regresi

3.7.2.8 Koefisien Korelasi Pangkat

Korelasi pangkat merupakan alternatif pengolahan data jika data yang

diperoleh berdistribusi tidak normal. Derajat hubungan yang mengukur korelasi

pangkat dinamakan koefisien korelasi pangkat atau koefisien korelasi Spearman,

yang disini akan diberi simbol r’ (baca: r aksen).

Adapun langkah-langkah dalam menghitung koefisien korelasi pangkat

adalah sebagai berikut.

a) Mengurutkan masing- masing kelompok data dari data terbesar sampai

data terkecil

b) Berikan peringkat pada masing-masing kelompok data. Data terbesar

diberi peringkat 1, dan seterusnya. Jika ada data yang sama, maka
49

peringkatnya diperoleh dengan membagikan jumlah peringkat dari data

yang sama dengan banyak data yang sama.

c) Setelah itu, hitung selisih atau beda peringkat X 1 dan peringkat Y1 data

aslinya berpasangan.

d) Kuadratkan selisih atau beda peringkat yang diperoleh.

Untuk menghitung koefisien korelasi pangkat (Sudjana, 2005 :455)

digunakan rumus:

6 ⅀ b2i
r ' =1− 2
n (n −1)

Setelah itu dilanjutkan dengan uji koefisien korelasi pangkat. Untuk

hipotesis pengujiannya adalah sebagai berikut.

H0: ρ = 0 tidak ada pengaruh antara model pembelajaran Course Review

Horay terhadap pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi

matematis.

Ha: ρ ≠ 0 ada pengaruh antara model pembelajaran Course Review Horay

terhadap pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi

matematis.

Dengan menggunakan α = 5% , maka kriteria pengujian adalah

terima H0 jika │' hr │ < rtabel .

Anda mungkin juga menyukai