Anda di halaman 1dari 32

PENELITIAN PENDIDIKAN

Efektivitas Model Numbered Heads Together (NHT) Tipe Kooperatif


Learning dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan
Kemampuan Peserta Didik Kelas IV dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Oleh :
RIVO DWIYANO PUTRI (21129110)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan pemberian


pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap kepada individu atau kelompok dalam
masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk mempersipkan individu dalam menghadapi
kehidupan dan lingkungannya, serta mengembangkan potensi diri dan kemampuan untuk
mencapai tujuan hidup. Selain itu, pendidikan juga memilki peran penting dalam
membentuk nilai-nilai dan karakter individu yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga,
dan masyarakat. Undang-Undang Dasar 1945 mengamatkan melalui BAB XIII, Pasal 31
ayat (2), bahwa pendidikan yang dimaksud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh
pemerintahan sebagai satu sistem pengajaran nasional. Didalam pendidikan terdapat
pemberian pengetahuan dan keterampilan, pada bagian pengetahuan adanya berbagai
cabang materi pembelajaran salah satunya berhitung atau yang di sebut di dunia
pendidikan dengan matematika.

Matematika merupakan ilmu yang mempelajari struktur, pola, dan hubungan


antara konsep dan objek menggunakan bahasa formal dan operasi logis. Saat ini
matematika diterapkan dalam berbagai bidang seperti sains, teknologi, ekonomi, dan
sosial. matematika digunakan untuk mengembangkan model, memprediksi hasil, dan
menyelesaikan masalah dalam berbagai situasi. Oleh karena itu, pemahaman matematika
yang baik sangat penting bagi kemajuan manusia di berbagai bidang. Maka pembelajaran
matematika tidak hanya kemampuan untuk materi dan menghafal tetapi dapat
meningkatkan keterampilan bertanya, berpendapat, dan memberikan kontribusi untuk
memperbaiki masalah sehari-hari (Dewi & Agustika, 2020: 205).

Pada pencapaian proses belajar mengajar dapat diukur dari pemilihan model
pembelajaran yang digunakan (Wiratama, 2020: 188). Agar siswa menerima dan
memahami materi yang diberikan, sangat penting untuk menggunakan model
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif, imajinatif, kreatif, dan menyenangkan
selama proses pembelajaran (Fisher, n.d, 2021: 70). Matematika di sekolah pada
umumnya masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam menerapkan
pembelajarannnya. Penggunaan model konvensional dirasa tidak lagi efektif karena siswa
cenderung pasif, hal ini bertolak belakang dengan tujuan matematika, yang mana
bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan siswa dalam berhitung
(menggunakan bilang-an) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

Dikelas IV SD Banyak sekali permasalahan yang terjadi pada proses belajar


mengajar, seperti kurang adanya kreativitasan dalam mengajar sehingga murid sering
merasa bosan terhadap pembelajaran matematika seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian, bilangan bulat, geometri dasar, pecahan dan sebagainya. Sehingga
pembelajaran matematika itu menjadi sulit dan susah dipahami oleh siswa di kelas IV SD.
Dan rendahnya mutu pendidikan termasuk hasil belajar matematika yang dapat
disebabkan karena karakteristik matematika yang dibangun atau konsep-konsep yang
masih abstrak dan deduktif, akibatnya sukar dipahami oleh sebagian besar siswa. Siswa
mengharapkan adanya solusi agar pembelajaran matematika jauh lebih mudah dipahami.

Siswa di kelas IV SD juga masih kurangnya memilki kesulitan dalam menerapkan


konsep-konsep matematika yang mereka pelajari dalam situasi praktis, ini dapat terjadi
karena memilki banyak pengalaman praktis di luar kelas. Pembelajaran matematika yang
hanya dilakukan dengan cara mengajar dari guru ke siswa mungkin terasa monoton dan
membosankan bagi sebagaian siswa. Hal ini dapat menyebabkan ketidakberhasilan siswa
dalam memahami konsep matematika. Guru pun juga masih belum menggunakan media
yang cukup menarik sehingga siswa tidak bersemangat dalam pembelajaran matematika
tersebut. Siswa kelas IV SD mungkin merasa tidak termotivasi untuk belajar matematika
jika tidak ada penguatan positif, yang mana berupa pujian, penghargaan, dan pengakuan
atas prestasi siswa.

Dari keluarga pun masih kurangnya dukungan yang mana itu juga sangat penting
dalam pembelajaran matematika siswa kelas IV SD. Kurangnya dukungan dari orang tua
dapat menyebabkan siswa kehilangan minat dalam belajar matematika. Selanjutnya dalam
proses pembelajaran matematika pun masih banyak siswa yang kurang antusias, masih
rendahnya partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran, juga kurangnya
pemahaman terhadap materi yang telah diberikan. Siswa memilih tidak bertanya
meskipun siswa tersebut belum pahami apa yang dipelajari dalam materi tersebut.
Sebagai siswa juga malu untuk menjelaskan kembali apa yang mereka terima setelah
mendengarkan penjelasan guru. Dan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk
membujuk siswa agar mau mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Dengan permasalahan tersebut, maka timbulnya solusi yang relavan untuk
pembelajaran matematika di kelas IV SD. Dalam pendidikan dasar diperlukan adanya
pembaharuan, yaitu pembaruan dalam model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Model pembelajaran dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan
pendidikannya. Pemilihan model pembelajaran akan menentukan keberhasilan proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu membuat kombinasi dalam
memilih model pembelajaran yang tepat untuk memudahkan siswa menerima pelajaran.
Masalah kesulitan belajar yang ditimbulkan bukan hanya semata-mata karena materi yang
sulit tetapi juga bisa disebabkan oleh guru menyampaikan pelajaran. Berdasarkan hasil
observasi peneliti-peneliti di kelas IV SD, memang masih banyak siswa yang belum
memenuhi kriteria penilaian dan masih belum banyak yang mengerti tentang materi
matematika yang diajarkan.

Dengan itu agar tercapainya tujuan dari sebuah pembelajaran yang diinginkan,
maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang efektif sehingga siswa dapat
memahami materi yang sedang dipelajari dan pada akhirnya meningkatkan hasil belajar
siswa di sekolah dasar. Salah satu model yang diharapkan disekolah yang bisa membuat
siswa dalam pembelajaran lebih menjadi aktif, kondusif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan adalah dengan cara penerapan model kooperatif learning dengan tipe
Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama.

Pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Heads Together (NHT) ini


merupakan salah satu model yang menggunakan metode bekerja sama dengan kelompok
kecil untuk memperdalam pemahaman mereka tentang materi pelajaran dan memecahkan
masalah. Dalam metode NHT, siswa berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan
anggota kelompok lainnya. Yang dimana proses pembelajaran dimulai dengan guru
memberikan materi pelajaran atau topik yang akan dipelajari, kemudian siswa dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang. Setiap anggota kelompok
diberi nomor, dan guru akan memberikan pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan
materi pelajaran. Selanjutnya, setiap kelompok akan memilih satu anggota untuk
menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah tersebut dengan nomor yang dipilih
secara bergantian.

Dalam model kooperatif learning tipe NHT, setiap anggota kelompok harus aktif
berpatisipasi dalam pembelajaran dan berkontribusi untuk mencapai tujuan kelompok.
Hal ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam hal berkomunikasi, bekerja sama,
dan memecahkan masalah bersama-sama sehingga siswa lebih senang dalam mengikuti
proses pembelajaran dan guru pun juga mudah dalam menjelaskan materi yang diajarkan.
Selain itu, metode ini juga dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa terhadap
pembelajaran, karena mereka merasa terlibat dan memilki tanggung jawab terhadap
keberhasilan proses belajar mengajar. Dan juga model pembelajaran kooperatif learning
tipe NHT ini juga meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa di kelas IV SD
yang mana siswa harus bisa memahami materi matematika secara bersama-sama, yang
dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan meningkatkan motivasi siswa
seperti pemasahan masalah, analisis, dan pemikiran kritis. Sehingga pembelajaran
matematika di kelas IV SD ini lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul
“Efektivitas Model Numbered Heads Together (NHT) Tipe Kooperatif Learning
dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik
Kelas IV dalam Meningkatkan Hasil Belajar”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka
yang menjadi masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika dikelas.


2. Guru kurang mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga
menyebabkan siswa kurang terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Adanya sebagian siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah mata
pelajaran yang sulit dan membosankan.
4. Belum optimalnya hasil belajar siswa pada materi pecahan senilai pada
mata pelajaran matematika .
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah dalam


penelitian ini sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe Number
Heads Together (NHT) pada mata pelajaran matematika adanya peningkatan
hasil belajar siswa.
2. Penggunaan model pemebelajaran kooperatif learning tipe Number Heads
Together (NHT) pada mata pelajaran matematika dengan materi Pecahan
dilaksanakan di kelas IV SD.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang dikemukakan diatas


maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah model kooperatif learning tipe
Numbered Heads Together (NHT) efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap pembelajaran matematika di kelas IV SD”.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi pada penelitian ini adalah penggunaan model kooperatif learning tipe
Numbered Heads Together (NHT) akan mempengaruhi peningkatan hasil belajar
matematika siswa dikelas IV SD.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk


membuktikan “Apakah model kooperatif learning tipe Numbered Heads Together (NHT)
efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika di
kelas IV SD ”.

G. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar khususnya
pada pembelajaran matematika di kelas IV.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai alternatif model pembelajaran dan juga sebagai koreksi
diri guru dalam pembelajaran selanjutnya.
3. Bagi peneliti, hasil peneliti ini dapat digunakan peneliti untuk menambahkan
pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) ini dalam kegiatan pembelajaran Matematika.
II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Matematika
a. Pengertian Matematika

Depdiknas dalam Sadiq (2014:3), mengemukakakn bahwa kata matematika


berasal dari bahasa latin, manthanei atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang
dipelajari”. Dalam kurikulum Depdiknas 2004 (Ahmad Susanto 2014:184) disebutkan
bahwa standar kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa
setelah melakukan kegiatan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika, namun
siswa harus mampu memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam
kehidupan. Standar kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum ini mencakup
pemahaman konsep, koneksi matematis, penalarsan, dan pemecahan masalah, serta
sikap da minat yang positif terhadap matematika. matematika adaalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi baik sebagai alat bantu maupun dalam pengembangan
matematika (Siagian, 2016: 60).

Sedangkan menurut Irawan & Daeka (2015: 7) berpendapat bahwa belajar


matematika lebih mengarah ke penalaran dan logika tidak hanya belajar hitung
menghitung maupun belajar angka. Liberna (2018: 99) mengatakan bahwa
matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada setiap jenjang
pendidikan dari Sekolah dasar. Mata pelajaran matematika berarti mata pelajaran
dengan materi yang penuh dengan masalah, sehingga membutuhkan keahlian dan
ketenangan dalam penyelesainnya (Marliana dan Hakin, 2015: 138). Menurut Maryati
dan Priatna (2017: 336), matematika adalah ilmu deduktif karena dalam proses
mencari kebenaran harus dibuktikan dengan teorema, sifat, dan dalil setelah
dibuktikan.

Berdasarkan definisi-definisi matematika menurut para ahli diatas dapat


disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang
membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik,
mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan sturktur,
sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat. Matematika juga merupakan salah
satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah
dasar hingga perguruan tinggi bahkan matematika diajarkan ditaman kanak-kanak
secara informal. Matematika itu sendiri memainkan peran penting dalam berbagai
bidang, termasuk sains, teknologi, dan bisnis. Secara keseluruhan, matematika adalah
suatu ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan
memahami dan menguasai konsep-konsep matematika, manusia dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan analitis, memcahkan masalah, dan membuat keputusan
yang lebih tepat dan rasional dalam berbagai bidang kehidupan.

Matematika juga membantu dalam mengembangkan keterampilan berpikir


logis dan analitis yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena sifatnta yang
universal untuk berkomunikasi antara orang-orang dari berbagai negara dan budaya.
Dalam pemahaman dan penggunaannya, matematika membutuhkan kemampuan
berpikir kritis dan analitis. Oleh karena itu, belajar matematika dapat membantu
seseorang meningkatkan kemampuan masalah. Selain itu, matematika juga
memberikan kepuasan intektual yang besar karena banyak masalah matematika yang
menantang dan membutuhkan pemikiran kreatif dan inovatif.

b. Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang


mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan (Ahmad, Susanto, 2013:186).
Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi
secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan
guru, antara siswa dengan siswa, dan di antara siswa dengan lingkungan disaat
pembelajaran matematika sedang berlangsung.

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-


sama menjadi pelaku terlaksannya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan
mencapau hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif yaitu
pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.

c. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Adapun tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar secara umum


menurut Depdiknas dalam Ahmad Susanto (2014:189) adalah sebagai berikut:
1) Melakukan oprasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian
beserta operasi campuran, termasuk yang melibatkan pecahan.
2) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana,
termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
4) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penaksiran
pengukuran.
5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah,
rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan.
6) Memcahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan gagasan
secara matematika.

Sedangkan secara khusus pembelajaran matematika disekolah dasar memiliki


tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau logaritme secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam memecahkan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dengan generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
menjelaskan keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah .
2. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif, yang artinya ada efeknya (Depdiknas,
2008:352). Menurut Supardi (2013:164) efektivitas adalah usaha untuk mencapai
sasaran yang teah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, rencana, dengan menggunakan
data, sarana , maupun waktu yang tersedia untuk memperoleh hasil yang maksimal
baik secara kuantitafi maupun kualitatif. Sedangkan menurut Purwadarminta dalam
dalam Supardi (2013:163), menyatakan bahwa efektivitas merupakan keterkaitan
antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukkan derajat kesesuian antara
tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.

Efektivitas sebuah model pembelajaran yang dapat diukur dengan dua cara,
yaitu dengan uji perbedaan hasil pretes-posttest dan pengujian menggunakan nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Menurut Soemosasmito dalam Trianto (2013:20),
suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan unutk keefektifan
pengajaran, yaitu sebagai berikut: (1) Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi
dicurahkan terhadap KBM; (2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi
diantara siswa; (3) Ketetapan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan (4) Mengembangkan suasana belajar
yang akrab dan positif; (5) Mengembangkan struktur kelas yang mendukung.

Jadi disimpulkan efektivitas adalah kemampuan untuk mencapai tujuan yang


tekah ditetapkan dengan cara yang paling efisien dan efektif. Dalam konteks bisnis
atau organisasi, efektivitas sering diukur oleh sejauh mana sebuah tindakan atau
keputusan menghasilkan hasil belajar yang diinginkan. Efektivitas dapat dilihat
sebagai hasil akhir dari kegiatan atau tindakan tertetntu, dan biasanya diukur dengan
mencocokan kinerja aktual dengan target atau tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam hal ini, semakin dekat hasil aktual dengan target yang diinginkan,
semakin efektif tindakan atau kegiatan tersebut.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson (2010:4), pembelajaran kooperatif adalah proses belajar


mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang
memungkinkan siswa untuk bekerja bersama-sama didalamnya guna memaksimalkan
pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. jadi disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama.

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif diawali dengan guru


membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Kemudia guru memberikan
pertanyaan sesuai dengan materi pembelajaran. Selanjutnya siswa memikirkan dan
mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. Langkah terakhir adalah
setiap kelompok memastikan tiap anggotanya mengetahui jawaban dan bisa
mempertanggung jawabkan jawaban tersebut.

Manfaat dari pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan motivasi dan


keterlibatakn siswa dalam pembelajaran, meningkatkan keterampilan sosial dan
kemampuan berkomunikasi, meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang materi
pelajaran, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan maslaah secara
kolaboratif. Untuk memastikan keberhasilan pembelajaran kooperatif, perlu
diperhatikan beberapa hal, seperti pembagian kelompok yang seimbang berdasarkan
kemampuan dan keterampilan, penyediaan panduan dan aturan yang jelas,
memberikan umpan balik yang konstruktif, dan memastikan bahwa setiap anggota
kelompok terlibat dalam proses pembelajaran.

Menurut Johnson, 2010:8 pembelajaran kooperatif terdapat 5 komponen


sesuai yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalm pembelajaran kooperatif.
Komponen-komponen tersebut antara lain:

a. Interdependensi Positif (Positive Interdependence)

Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus bisa membangun


intedependensi positif pada siswa. Interdependensi positif adalah anggapan
yang harus dimilki oleh tiap anggota kelompok bahwa mereka terhubung
satu sama lain dalam kelompok. Sehingga seseorang tidak akan berhasil
kecuali jika semua orang dalam kelompok tersebut berhasil.
Interdependensi positif ini merupakan inti dari pembelajaran kooperatif.

b. Interaksi yang mendorong (Promotive Interaction)


Setelah guru berhasil membangun interdependensi positf pada siswa,
komponen yang selanjutnya adalah memaksimalkan bagi siswa untuk
saling mendorong satu sama lain untuk mencapai keesuksesan.
c. Tanggung jawab idividual (Individual Accountability)
Tanggung jawab individul akan lahir ketika kinerja dari masing-
masing kelompok dinilai dan hasil penilaian tersebut dikembalikan
kepada individu yang bersangkutan. Tanggung jawab individual
memastikan bahwa semua anggota kelompok tahu siapa saja anggota
yang membutuhkan bantuan atau dorongan.
d. Skil-skil interpersonal (interpersonal and smal group skill)
Pada pembelajaran kooperatif ada beberapa skil yang harus dimilki
oleh siswa antara lain: kepemimpinan, pengambilan keputusan,
membangun kepercayaan, komunikasi, dan managemen konflik.
e. Pemrosesan kelompok (group processing)
Pemrosesan kelompok terjadi pada saat berdiskusi mengenai seberapa
baik mereka telah mencapai tujuan dan bagaimana hubungan kerja
antar anggota. Disini mereka akan tahu mana yang perlu ditingkatkan,
diubah, diperbaiki, maupun ditinggalkan.

Menurut Huda, 2011 87 pembelajaran koopeartif ini terbagi menjadi 4 jenis,


yaitu sebagai berikut:

a. Formal cooperative learning group

Pada model pembelajaran ini, siswa bekerja sama untuk satu atau
beberapa sesi pertemuan untuk menyelesaikan permasalah yang di berikan
oleh guru. Contoh model pembelajaran kooperatif yang termasuk metode
formal, antara lain: Struktured dyadic methdos (SDM), Cooperative
integrated reading and composition (CIRC), Team accelerated instruction
(TAI), Complex instruction (CI), Group investigation (GI), Jigsaw (JIG),
Student team achievement divisions (STAD), Temas games tournaments
(TGT).

b. Informal cooperative learning group

Pada model pembelajaran ini, siswa bekerja sama hanya untuk satu
kali pertemuan saja. Pembelajaran kooperatif informal ini bertujuan untuk
mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa serta terfokus
pada materi yang sedang dipelajari. Contoh model pembelajaran
kooperatif yang termasuk metode informal antara lain: Spontanecus group
discussion (SGD) Numbered heads together (NHT), Team product (TP),
Cooperative review (CR), Think pair share (TPS)

c. Cooperative base group


Pada pembelajaran ini, siswa bekerja sama dalam satu kelompok dalam
jangka panjang yakni untuk satu semester, pada jenis ini, siswa dalam
kelompok dituntut untuk dapat saling memberikan bantuan, dukungan, dan
dorongan kepada teman anggota kelompoknya.

d. Integrated use of cooperative learning group

Jenis pembelajaran ini merupakan gabungan dari ketiga jenis


pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan diatas.

Dari penjelasan diatas, dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif


terbagi menjadi beberapa jenis. Semua jenis model pembelajaran kooperatif dirancang
untuk mendorong siswa agar dapat saling membantu satu sama lain, meningkatkan
pencapaian, dan meningkatkan kemampuan relasi social. Namun dalam setiap
variannya terdapat perbedaan yang mendasar yang meliputi perpektif teoritis dan
filosif pendidikan antar masing-masing metode (Huda, 2011: 209). Dari masing-
masing jenis tersebut memilki kelebihan dan kelemahannya.

Dari analisis beberapa model pembelajaran kooperatif, peneliti mengambil


satu model pembelajaran yang paling tepat yakni model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together (NHT). Pemilihan model pembelajaran ini dasarkan oleh
beberapa hal yakni karakteristik model pembelajaran NHT, materi pembelajaran nya,
dan kondisi subjek penelitian. Salah satu karakteristik model pembelajaran NHT
adalah setiap anggota kelompok memilki peran yang berbeda dalam pembelajaran
sehingga tingkat pemahaman dan pengetahuan dalam pembelajaran lebih meningkat
(Huda, 2011:165). Hal itu membuktikan bahwa model pembelajaran NHT cocok
unutk mengukur tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa melalui nilai hasil belajar
siswa.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Learning Numbered Heads Together (NHT)


a. Pengertian model pembelajaran kooperatif learning Numbered Heads Together
(NHT)

Numbered head together merupakan salah satu varian model


pemebelajaran kooperatif. Numbered heads together adalah model pembelajaran
yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
kelompok. Model pembelajaran NHT merupakan jenis dari diskusi kelompok
yang dikembangkan oleh Spencer kagan pada tahun 1992 (Lie, 2008:59). Model
pembelajaran NHT dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang
bertujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Model pembelajaran
NHT dikembangkan oleh Spancer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan
unutk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau
mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Numbered heads together (NHT) memilki ciri khas dimana guru hanya
menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknyatanpa memberitahu terlebih
dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. sehingga cara ini
menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini merupakan upaya yang sangat
baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
Menurut Slavin (1995:32) model pembelajaran ini, cocok untuk mamastikan
akuntabilitas individu dalam kelompok.

Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah model


pembelajaran yang membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan kemudian
masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Selanjutnya guru akan
memberikan pertanyaan dan menunjuk sebuah nomor untuk menjawabnya. Dalam
menyebutkan nomor, guru menunjuknya secara spontan tanpa diketahui oleh
murid sebelumnya. Kemudian murid yang ditunjuk harus menjelaskan jawabanya
kepada teman-temannya. Dengan adanya penunjukkan nomor seperti itu, maka
setiap anggota kelompok harus siap. Setiap anggota kelompok memilki tanggung
jawab atas dirinya dan kelompoknya, sehingga cara pembelajaran seperti ini
mengharapkan siswa lebih aktif, kreatif, dan bertanggung jawab.

Berikut ilustrasi model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Gambar 1. Ilustrasi model pembelajaran NHT


b. Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Langkah-langkah model pembelajran kooperatif numbered heads together


dibagi menjadi 4 tahapan pokok, yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir
bersama, dan menjawab. Langkah-langkah tersebut dijabarkan oleh Huda (2011:97)
sebagai berikut:

1) Tahap 1 (Penomoran)

Pada tahap ini, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil
beranggotakan 1-5 orang. Kemudian setiap anggota kelompok diberi nomor
antara 1-5.

2) Tahap 2 (Mengajukan pertanyaan)

Pada tahap ini, guru memberikan pertanyaan/tugas yang masing-


masing kelompok harus mengerjakannya. Pertanyaan yang dibuat harus sesuai
dengan materi/pokok bahasan yang dibahas.

3) Tahap 3 (Berfikir bersama)

Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang paling benar


dan memastikan bahwa semua anggota kelompok mengetahui/mengerti
jawaban tersebut.

4) Tahap 4 (Menjawab)

Pada tahap ini, guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan menjelaskan jawaban hasil
diskusi didepan kelas. Pada tahap menjawab, kelompok lain memberikan
tanggapan, kemuda guru menunjuk nomor lain, dan seterusnya, sehingga pada
akhir pembelajaran siswa menyimpulkan pembelajaran yang di pelajarinya.

Dari tahapan-tahapan tersebut dapat digambarkan langkah-langkah


pembelajaran dalam kegiatasan proses belajar mengajar dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together. Berikut ini langkah-langkah dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together.
Berikut langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Numbered Heads Together.
1) Tahap mengajar

Pada tahap ini guru menjelaskan sedikit tentang materi yang akan
dibahas pada pertemuan tersebut. selanjutnya guru membagi siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Kemudian guru
memberikan pertanyaan atau sebuah masalah kepada siswa untuk dipecahkan.

2) tahap Kerja Kelompok

Pada tahap ini siswa berdiskusi antara satu dengan yang lainnya dalam
kelompok unutk memecahkan permasalahan yang telah diberikan oleh guru.
Pada kerja kelompok ini setiap siswa harus saling membantu dan setiap siswa
harus tau jawaban akhir dari permasalahan.

3) Tahap Menjawab Soal

Pada tahap ini guru menunjuk sebuah nomor untuk menjawab


pertanyaan dan menjelaskan kepada teman-teman sekelasnya. Dalam merujuk
nomor, guru menunjuk secara acak, sehingga kemungkinan setiap murid untuk
menjawab pertanyaan adalah sama.

4) Tahap Penilaian

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian


yang dilakukan disini adalah penilaian aktivitas dari hasil belajar. Untuk
aktivitas, penilaian yang dialkukan adalah penilaian mengenai keaktivitan
siswa dalam berdiskusi, bertanya, menjawa pertanyaan, dan menyampaikan
pendapat. Sedangkan penilaian hasil belajar dilakukan dengan menilai bobot
dari proses pembelajaran selesai.

c. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif learning Numbered


Heads Together (NHT)

Dari pembahasan diatas, model pembelajaran Numbered Heads Together


memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dari model
pembelajaran kooperatif learning Numbered Heads Together (NHT)

1) Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) membuat siswa


memilki rasa tanggung jawab terhadap kelompok dan dirinya.
2) Melatih siswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan menjawab
pertanyaan.
3) Semua siswa menjadi benar-benar mengerti materi karena setiap saat bisa
ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas
4) Siswa kurang pandai atau kurang mengerti pembelajaran tersebut bisa dapat
terbantu dengan adanya diskusi kelompok.
5) Bisa melatih kerjasama dalam kelompok.
6) Menambah konsentrasi siswa karena setiap saat nomor dikepalanya bisa
ditunjuk.

Namun selain memilki kelebihan, model pembelajaran Numbered Heads


Together (NHT) juga memilki kekurangan. Berikut adalah kekurangan dari model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

1) Tidak semua nomor anggota kelompok dipanggil oleh guru untuk menjelaskan
jawaban pertanyaan.
2) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.

5. Materi Pecahan Senilai

Pada penelitian ini, penelitian mengambil materi pada mata pelajaran


matematika kelas V Semester 1, yaitu:

Standar kompetensi:
3. Pecahan Senilai
Kompetensi Dasar:
3.1 menjelaskan pecahan senilai dengan gambar dan model konkret
Indikator:
3.1.1 menentukan pecahan senilai dengan gambar dan media konkret (C3)
3.1.2 Menyimpulkan beberapa pecahan senilai dari suatu bentuk pecahan (C5)
3.1.3 Memecahkan masalah yang berhubungan dengan pecahan senilai (C5)

Materi pecahan senilai:

Pecahan senilai merupakan salah satu bilangan yang memilki bentuk unik.
Pecahan senilai ditulis dengan menggunakan dua bilangan yang disusun vertikal
atau atas dan dibawah dengan tanda batas di tenaghnya. Untuk angka bagian atas
disebut pembilang, sedangkan di bagian bawah disebut penyebut. Cara membaca
bilangan dengan menyebutkan dari atas ke bawah dan di bagian tengah dibaca
“per”, adapun contohnya sebagai berikut

Adapun pecahan pada benda ataupun gambar, maka bagian yang


dipilih atau diarsir menjadi pembilang sedangkan jumlah semua bilanan
menjadi penyebut

Misalkan , disebut dengan “tiga perlima”

Contoh lain:

a.

Bentuk pecahan gambar diatas adalah

b.

Bentuk pecahan gambar diatas adalah

Pecahan senilai adalah dua pecahan atau lebih yang memilki bentuk
berbeda tetapi nilainya sama. Pecahan senilai disebut juga pecahan ekivalen
untuk ebih mudahnya bisa disimak pada gambar dibawah ini
Dari gambar di atas, gambar (a) merupakan gambar yang ketiga-
tiganya menunjukkan pecahan senilai. Walaupun antara gambar balok pertama
dan kedua bentuk pecahannya berbeda. Begitu juga dengan gambar (b)
lingkaran yang dibagi menjadi beberapa bagian.

Gambar persegi panjang untuk menentukan pecahan senilai adalah


sebagai berikut:

Persegi panjang 1: Permukaan yang berwarna merah adalah

Persegi panjang 2: Permukaan yang berwarna merah adalah


Persegi panjang 3: Permukaan yang berwarna merah adalah

Cara menentukan pecahahn yang senilai dengan media adalah

1. Pembilang dan penyebut dikalikan dengan angka yang sama


2. Pembilang dan penyebut dibagi dengan angka yang sama

Dengan itu dapat diketahui bahwa pecahan senilai adalah pecahan yang
memiliki nilai yang sama, tetapi penulisannya berbeda. Pecahan senilai dapat
dinyatakan dalam bentuk yang sama, seperti dan . Pecahan senilai dapat

diketahui dengan cara menyederhanakan atau memperluas pecahan tersebut


sehingga memilki nilai yang sama. Sebagai contoh, pecahan dan adalah

pecahan senilai karena dapat disederhanakan atau diperluas menjadi pecahan yang
memilki nilai yang sama, yaitu atau .

B. Penelitian Relavan

Penelitian yang relevan dengan kajian penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh:

1) Neni Mardiah dengan judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran NHT


(Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
Matematika DI SD Negeri 056000 Kampung Baru Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat T.A 2019/2020”
Menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model
Numbered Head Together lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan menggunakan
model konvensional
2) Dera Fitri Setyandari dengan judul penelitian “Efektivitas Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas IV di MI Negeri 2 Boyolali Tahun 2019/2020”
Menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif terhadap prestasi belajar matematika
siswa kelas IV di MI Negri Boyolali.
3) Matsana Agustin dengan judul penelitian “Pengaruh Pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) Berbantuan Media Pandar Tarun Terhadap Hasil Belajar
Matematika Tahun 2020”
Penelitian pada siswa kelas IV SD Negri japari Kecamatan Tegalrejo Kabupaten
Magelang yang menunjukkan bahwa, penggunaan pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) berbantuan Media Pandar Tarun berpengaruh terhadap hasil-hasil
matematika siswa.

C. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran kooperatif learning dengan tipe Numbered Heads Together


(NHT) peneliti mengharapkan peserta didik dapat bekerjasama dalam kelompok dan
bersosialisasi, dan juga selalu aktif dalam pembelajaran matematika. Karena matematika
merupakan mata pelajaran yang hasilnya bersifat mutlak sehingga harus menciptakan
pembelajaran yang tidak monoton dan terkesan menyenangkan.

Dengan hasil yang optimal model pembelajaran yang cocok bagi siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Numbered Heads Together
(NHT). Dengan adanya model Kooperatif Learning Tipe Numbered Heads Together
(NHT) dalam pembelajaran matematika diaharapkan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.

Kerangka Berfikir

Gambar 2. Kerangka Berfikir NHT


D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian


dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, yang mana jawabannya yang belum empirik dengan kata lain hipotesis
merupakan dugaan atau prediksi yang harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah efektivitas model kooperatif learning tipe
Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran matematika di kelas IV SD
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian Kuantitatif. Metode


penelitian kuantitatif merupakan metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme
(Sugiyono, 2015:8). Adapun metode dari penelitian kuantitatif adalah metode
eksperimen. Yang mana bentuk metode eksperimen pada penelitian ini adalah metode
yang termasuk bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu
dengan adanya kelompok kontrolnya. Bentuk desain metode eksperimen pada penelitian
ini adalah metode penelitian true eksperimental design.

Ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi
tertentu (Sugiyono, 2015:77). True eksperimental design dibagi menjadi dua bentuk yaitu
Posttest Only Control Design dan Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam
penelitian ini yang akan digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design dimana
terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen asdalah kelompok yang diberi perlakuan, yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperati tipe NHT sedangkan kelompok kontrol
adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan. Adapun pola dari Pretest-Posttest Control
Group Design ditunjukkan pada tabel berikut: (Sugiyono, 2015:79)
R O1 x O2

R O3 O4
Keterangan:

I. O1 dan O3 : Prestasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan


II. O2 : Prestasi belajar siswa setelah diberi perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT
III. O4 : Prestasi belajar siswa setelah diberi perlakukan dengan model
Pembelajaran langsung
IV. X : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Kooperatif tipe NHT
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017:215) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas


objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menutur
Suryani dan Hendryadu (2015:190-190) populasi adalah sekelompok orang, kejadian
atau benda yang memilki karakteristik tertentu dan dijadikan objek penelitian.
Populasi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimilki oleh subjek/objek, tu
bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada subjek/objek yang dipelajari. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negri 35 Padang Sarai yang
berjumlah 35.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan untuk penelitian.


Menurut Sugiyono (2017:215) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam menentukan jumlah sampel penelitian ini
menggunakan rumus.

S=

= 81,27

Dikarenakan dalam peneliti ini hanya memerlukan 1 kelas yaitu kelas IV maka
jumlah sampel disesuaikan dengan jumlah siswa setiap kelas. Di penilitian ini hanya
mengambil kelas IV A yang mana jumlah siswa nya berjumlah 35 siswa.
C. Instrument dan Pengembangan

Intrument penelitian adalah suatu alat bantu yang digunakan unutk


mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah.

a. Jenis Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes soal yang diberikan dari LKPD yang berupa tulisan dan tes
lisan dari kuis yang diberikan. Soal tes digunakan untuk mengukur
hasil belajar yang dicapai peserta didik dalam jangka waktu tertentu.
Soal tes digunakan dalam penenlitian ini adalah tes tertulis berupa tes
pilihan ganda pada materi pecahan. Strukturnya soal pilihan ganda
terdiri atas:
a. Stem: suatu peryantaan yang berisi permasalahan yang akan
ditanyakan,
b. Option: sejumlah pilihan/alternatif jawaban,
c. Kunci: jawaban yang paling benar/tepat,
d. Distractor (pengecoh): jawaban-jawaban lain selain dari
kunci jawaban.
b. Uji Insturmen Peneltian
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu
kesahihan atau kevalidan suatu instrumen. Uji validitas
digunakan unutk mengetahui apakah instrumen itu layak
digunakan atau tidak (Hardi, 2014:165). Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur.
Adapun rumus untuk mengukur validitas adalah sebagai
berikut:


=

Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variable X dan Y
X : Skor tiap item
Y : Skor total
N : Jumlah subjek/peserta didik yang diteliti

Hasil Analisi Validitas Soal Uji Coba


Dengan rtabel 0, 349
No rhitung rtabel Ket
1 0 0,349 Tidak Valid
2 0,401 0,349 Valid
3 0,053 0,349 Tidak Valid
4 0,057 0,349 Tidak Valid
5 -0,23 0,349 Tidak Valid
6 0,487 0,349 Valid
7 0,433 0,349 Valid
8 0,518 0,349 Valid
9 0,373 0,349 Valid
10 0,588 0,349 Valid
11 0,469 0,349 Valid
12 0,371 0,349 Valid
13 0,469 0,349 Valid
14 0,388 0,349 Valid
15 0,559 0,349 Valid
16 0,181 0,349 Tidak Valid
17 0,357 0,349 Valid
18 0,262 0,349 Tidak Valid
19 0,15 0,349 Tidak Valid
20 0,121 0,349 Tidak Valid
21 0,38 0,349 Valid
22 0,413 0,349 Valid
23 0,446 0,349 Valid
24 0,424 0,349 Valid
25 0,52 0,349 Valid
25 0,416 0,349 Valid
27 0,232 0,349 Tidak Valid
28 0,423 0,349 Valid
29 0,58 0,349 Valid
30 0,423 0,349 Valid
31 0,445 0,349 Valid
32 0,373 0,349 Valid
33 0,378 0,349 Valid
34 0,359 0,349 Valid
35 0,398 0,349 Valid

2. Uji Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut


memberikan hasil yang tetap walaupun digunakan beberapa
kali (Arikunto, 2012:100). Maka pengertian reliabilitas tes,
berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes atau
seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi
dapat dikatakan tidak berarti.

Adapun rumus yang digunakan mencari reliabilitas soal


tes bentuk pilihan ganda adalah rumus Spearman-Brown, yaitu

ri =

Keterangan

ri : Relibilitas tes secara keseluruhan

rb : Korelasi produsct moment antara belahan


pertama dan belahan kedua.

Kriteria untuk mengetahui Reliabel atau tidaknya


dibandingkan dengan rtabel dengan tarif sinifikansi 5% =. Jika
nilai rhitung > rtabel, maka instumen tersebut reliabel
D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam


penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,
2017:308). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun teknik yang
digunakan dala penelitian ini yaitu tes prestasi belajar siswa.

Tes umumnya bersifat mengukur, tes merupakan sederetan pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini
tes yang digunakan adalah tes prestasi belajar. Tes yang diberikan bukan hanya berupa tes
tulisan dari soal LKPD, tetapi juga berupa tes lisan dari kuis yang diberikan. Tes prestasi
belajar digunakan untuk mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa kelas IVA SD
Negeri 35 Padang Sarai selama kurun waktu tertentu.

E. Teknik Analisis Data

Data adalah hasil yang diperoleh dari pendistribusian instrumen yang nantinya
akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis (Nana
Sudjana, 2009: 106). Pada penelitian ini, peneliti menggunkan statistika inferensial.
Adapun langkah-langkah pemberian skor yang dilakukan dalam analisis data adalah
sebagai berikut

Pada penelitian ini, pemberian skor berlaku untuk soal tes hasil belajar yang
berbentuk pilihan ganda. Pemberian skor menggunakan metode right only, pada metode
right only siswa hanya mempelajari satu aspek dari materi yang dipelajari dan kemudian
berbagai informasi dengan anggota kelompok lainnya sehingga mereka dapat memahami
seluruh materi secara keseluruhan.

Metode right only menilai jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah
diberi nilai 0. Skor dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:

S=

Keterangan:

S : Skor siswa
R : Jumlah skor dari item/soal yang dijawab benar

Dengan rumus ini peneliti akan memudahkan untuk menghitung peningkatkan


pembelajaran siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif learning tipe NHT, dikarenakan peneliti hanya
menjumlahkan skor yang benar pada latihan soal yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Azryasalam, A., Friska, S. Y., & Purwanto, K. (2020). Pengaruh model cooperative learnin
tipe numbered heads together (NHT) terhadap minat dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas V sekolah dasar. Dharmas Education Journal (DE_Journal), 1(1),
40-47.

Erfan, M., Sari, N., Suarni, N., Maulyda, M. A., & Indraswati, D. (2020). Peningkatan hasil
belajar kognitif melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) tema perkalian dan pembagian pecahan. Jurnal Ika Pgsd (Ikatan Alumni Pgsd)
UNARS, 8(1), 108-118.

Gracia, A. P., & Anugraheni, I. (2021). Meta Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar. Edukatif.
Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 436-446.

Gupitararas, B. N., & Wasitohadi, W. (2020). Pengaruh model Number Head Together
(NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD. Jurnal Cendekia: Jurnal.
Pendidikan Matematika, 4(1), 313-320.

Harjono, A. S. N. N. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD


TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SEKOLAH
DASAR.

Haryana, K. S., & Indarini, E. (2022). Efektifitas Model Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (Nht) dan Teams Games Tournaments (TGT) terhadap Aspek Kognitif Hots
Pembelajaran Matematika Siswa di Sekolah Dasar. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, 5(12), 5721-5730.

Hayati, S. (2017). Belajar dan pembelajaran berbasis cooperative learning. Magelang: Graha
Cendekia, 120.

Hutagaol, E., Panjaitan, M., & Sitio, H. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Tema 1
Subtema 1 Keberagaman Budaya Bangsaku di Kelas IV SD Negeri 091522 Marubun.
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 1283-1292.

Lubis, A. H. (2020, January). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar melalui
Model Cooperative Learning Tipe Numered Heads Together. In FORUM
PAEDAGOGIK (Vol. 10, No. 2, pp. 127-143). IAIN Padangsidimpuan.
Manafe, M. H., Daniel, F., & Taneo, P. N. (2022). Prestasi Belajar Matematika Siswa pada
Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Jurnal
Basicedu, 6(3), 3279-3284

Marheni, L. D., & Djami, C. B. N. (2022). EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH
DASAR. Proximal: Jurnal Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika, 5(2),
119-126.

Masita, M., Nurhasanah, N., & Tahir, M. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together Berbantuan Media Manipulatif terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas IV SD Tahun Pelajaran 2022/2023. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan, 7(4b), 2363-2370.

Muliandari, P. T. V. (2019). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered


head together) terhadap hasil belajar matematika. International Journal of Elementary
Education, 3(2), 132-140

Nourhasanah, F. Y., & Aslam, A. (2022). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 5124-5129.

Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi model pembelajaran sesuai kurikulum
2013.

Qoyyimah, A., Triwahyuningtyas, D., & Sesanti, N. R. (2022). PENGARUH MODEL


PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN MEDIA
KARTU KAPSUL POSITIF DAN NEGATIF TERHADAP HASIL BELAJAR DI
SEKOLAH DASAR. Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 8(2), 1943-1952.

Ramanda, V. A. (2019). PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN


COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
DALAM HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 HARAPAN
JAYA SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung)
Restikawati, I., Santosa, A. B., & William, N. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Number
Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tematik. Autentik:
Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, 4(2), 81-90.

Simamora, A. E., & Donda, R. E. D. P. E. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada
Materi Perkalian Siswa Kelas III SD Negeri 067093 Medan TA 2018/2019. JURNA
MUTIARA PENDIDIKAN INDONESIA, 4(1), 1-7.

Situmorang, J. S., Purba, N. A., & Sianturi, C. L. (2022). Pengaruh Model Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada
Pembelajaran Subtema Hubungan Antarmakhluk Hidup dalam Ekosistem di SD
Negeri 121309 Pematangsiantar. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6),
3693-3703.

Sulastri, E. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads


Together (NHT) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas IV (Studi di Kelas IV SD Negeri Kopi Kecamatan Gunungsari
Kabupaten Serang) (Doctoral dissertation, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten).

Sulistio, A., & Haryanti, N. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning
Model).

Usman, U., Herawaty, H., Ramli, N., & Laksana, S. W. (2019). Cooperative Learnings dan
Komunikasi Interpersonal.

Wulandari, A., & Alyusfitri, R. (2023). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Number Head Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV di SD
Negeri 23 Ujung Gurun Kota Padang (Doctoral dissertation, Universitas Bung Hatta)

Anda mungkin juga menyukai