Oleh :
RIVO DWIYANO PUTRI (21129110)
2023
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada pencapaian proses belajar mengajar dapat diukur dari pemilihan model
pembelajaran yang digunakan (Wiratama, 2020: 188). Agar siswa menerima dan
memahami materi yang diberikan, sangat penting untuk menggunakan model
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif, imajinatif, kreatif, dan menyenangkan
selama proses pembelajaran (Fisher, n.d, 2021: 70). Matematika di sekolah pada
umumnya masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam menerapkan
pembelajarannnya. Penggunaan model konvensional dirasa tidak lagi efektif karena siswa
cenderung pasif, hal ini bertolak belakang dengan tujuan matematika, yang mana
bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan siswa dalam berhitung
(menggunakan bilang-an) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
Dari keluarga pun masih kurangnya dukungan yang mana itu juga sangat penting
dalam pembelajaran matematika siswa kelas IV SD. Kurangnya dukungan dari orang tua
dapat menyebabkan siswa kehilangan minat dalam belajar matematika. Selanjutnya dalam
proses pembelajaran matematika pun masih banyak siswa yang kurang antusias, masih
rendahnya partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran, juga kurangnya
pemahaman terhadap materi yang telah diberikan. Siswa memilih tidak bertanya
meskipun siswa tersebut belum pahami apa yang dipelajari dalam materi tersebut.
Sebagai siswa juga malu untuk menjelaskan kembali apa yang mereka terima setelah
mendengarkan penjelasan guru. Dan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk
membujuk siswa agar mau mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Dengan permasalahan tersebut, maka timbulnya solusi yang relavan untuk
pembelajaran matematika di kelas IV SD. Dalam pendidikan dasar diperlukan adanya
pembaharuan, yaitu pembaruan dalam model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Model pembelajaran dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan
pendidikannya. Pemilihan model pembelajaran akan menentukan keberhasilan proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu membuat kombinasi dalam
memilih model pembelajaran yang tepat untuk memudahkan siswa menerima pelajaran.
Masalah kesulitan belajar yang ditimbulkan bukan hanya semata-mata karena materi yang
sulit tetapi juga bisa disebabkan oleh guru menyampaikan pelajaran. Berdasarkan hasil
observasi peneliti-peneliti di kelas IV SD, memang masih banyak siswa yang belum
memenuhi kriteria penilaian dan masih belum banyak yang mengerti tentang materi
matematika yang diajarkan.
Dengan itu agar tercapainya tujuan dari sebuah pembelajaran yang diinginkan,
maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang efektif sehingga siswa dapat
memahami materi yang sedang dipelajari dan pada akhirnya meningkatkan hasil belajar
siswa di sekolah dasar. Salah satu model yang diharapkan disekolah yang bisa membuat
siswa dalam pembelajaran lebih menjadi aktif, kondusif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan adalah dengan cara penerapan model kooperatif learning dengan tipe
Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama.
Dalam model kooperatif learning tipe NHT, setiap anggota kelompok harus aktif
berpatisipasi dalam pembelajaran dan berkontribusi untuk mencapai tujuan kelompok.
Hal ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam hal berkomunikasi, bekerja sama,
dan memecahkan masalah bersama-sama sehingga siswa lebih senang dalam mengikuti
proses pembelajaran dan guru pun juga mudah dalam menjelaskan materi yang diajarkan.
Selain itu, metode ini juga dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa terhadap
pembelajaran, karena mereka merasa terlibat dan memilki tanggung jawab terhadap
keberhasilan proses belajar mengajar. Dan juga model pembelajaran kooperatif learning
tipe NHT ini juga meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa di kelas IV SD
yang mana siswa harus bisa memahami materi matematika secara bersama-sama, yang
dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan meningkatkan motivasi siswa
seperti pemasahan masalah, analisis, dan pemikiran kritis. Sehingga pembelajaran
matematika di kelas IV SD ini lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul
“Efektivitas Model Numbered Heads Together (NHT) Tipe Kooperatif Learning
dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik
Kelas IV dalam Meningkatkan Hasil Belajar”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka
yang menjadi masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
E. Asumsi Penelitian
Asumsi pada penelitian ini adalah penggunaan model kooperatif learning tipe
Numbered Heads Together (NHT) akan mempengaruhi peningkatan hasil belajar
matematika siswa dikelas IV SD.
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar khususnya
pada pembelajaran matematika di kelas IV.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai alternatif model pembelajaran dan juga sebagai koreksi
diri guru dalam pembelajaran selanjutnya.
3. Bagi peneliti, hasil peneliti ini dapat digunakan peneliti untuk menambahkan
pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) ini dalam kegiatan pembelajaran Matematika.
II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Matematika
a. Pengertian Matematika
b. Pembelajaran matematika
Efektivitas berasal dari kata efektif, yang artinya ada efeknya (Depdiknas,
2008:352). Menurut Supardi (2013:164) efektivitas adalah usaha untuk mencapai
sasaran yang teah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, rencana, dengan menggunakan
data, sarana , maupun waktu yang tersedia untuk memperoleh hasil yang maksimal
baik secara kuantitafi maupun kualitatif. Sedangkan menurut Purwadarminta dalam
dalam Supardi (2013:163), menyatakan bahwa efektivitas merupakan keterkaitan
antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukkan derajat kesesuian antara
tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.
Efektivitas sebuah model pembelajaran yang dapat diukur dengan dua cara,
yaitu dengan uji perbedaan hasil pretes-posttest dan pengujian menggunakan nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Menurut Soemosasmito dalam Trianto (2013:20),
suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan unutk keefektifan
pengajaran, yaitu sebagai berikut: (1) Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi
dicurahkan terhadap KBM; (2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi
diantara siswa; (3) Ketetapan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan (4) Mengembangkan suasana belajar
yang akrab dan positif; (5) Mengembangkan struktur kelas yang mendukung.
Pada model pembelajaran ini, siswa bekerja sama untuk satu atau
beberapa sesi pertemuan untuk menyelesaikan permasalah yang di berikan
oleh guru. Contoh model pembelajaran kooperatif yang termasuk metode
formal, antara lain: Struktured dyadic methdos (SDM), Cooperative
integrated reading and composition (CIRC), Team accelerated instruction
(TAI), Complex instruction (CI), Group investigation (GI), Jigsaw (JIG),
Student team achievement divisions (STAD), Temas games tournaments
(TGT).
Pada model pembelajaran ini, siswa bekerja sama hanya untuk satu
kali pertemuan saja. Pembelajaran kooperatif informal ini bertujuan untuk
mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa serta terfokus
pada materi yang sedang dipelajari. Contoh model pembelajaran
kooperatif yang termasuk metode informal antara lain: Spontanecus group
discussion (SGD) Numbered heads together (NHT), Team product (TP),
Cooperative review (CR), Think pair share (TPS)
Numbered heads together (NHT) memilki ciri khas dimana guru hanya
menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknyatanpa memberitahu terlebih
dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. sehingga cara ini
menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini merupakan upaya yang sangat
baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
Menurut Slavin (1995:32) model pembelajaran ini, cocok untuk mamastikan
akuntabilitas individu dalam kelompok.
1) Tahap 1 (Penomoran)
Pada tahap ini, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil
beranggotakan 1-5 orang. Kemudian setiap anggota kelompok diberi nomor
antara 1-5.
4) Tahap 4 (Menjawab)
Pada tahap ini, guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan menjelaskan jawaban hasil
diskusi didepan kelas. Pada tahap menjawab, kelompok lain memberikan
tanggapan, kemuda guru menunjuk nomor lain, dan seterusnya, sehingga pada
akhir pembelajaran siswa menyimpulkan pembelajaran yang di pelajarinya.
Pada tahap ini guru menjelaskan sedikit tentang materi yang akan
dibahas pada pertemuan tersebut. selanjutnya guru membagi siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Kemudian guru
memberikan pertanyaan atau sebuah masalah kepada siswa untuk dipecahkan.
Pada tahap ini siswa berdiskusi antara satu dengan yang lainnya dalam
kelompok unutk memecahkan permasalahan yang telah diberikan oleh guru.
Pada kerja kelompok ini setiap siswa harus saling membantu dan setiap siswa
harus tau jawaban akhir dari permasalahan.
4) Tahap Penilaian
1) Tidak semua nomor anggota kelompok dipanggil oleh guru untuk menjelaskan
jawaban pertanyaan.
2) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.
Standar kompetensi:
3. Pecahan Senilai
Kompetensi Dasar:
3.1 menjelaskan pecahan senilai dengan gambar dan model konkret
Indikator:
3.1.1 menentukan pecahan senilai dengan gambar dan media konkret (C3)
3.1.2 Menyimpulkan beberapa pecahan senilai dari suatu bentuk pecahan (C5)
3.1.3 Memecahkan masalah yang berhubungan dengan pecahan senilai (C5)
Pecahan senilai merupakan salah satu bilangan yang memilki bentuk unik.
Pecahan senilai ditulis dengan menggunakan dua bilangan yang disusun vertikal
atau atas dan dibawah dengan tanda batas di tenaghnya. Untuk angka bagian atas
disebut pembilang, sedangkan di bagian bawah disebut penyebut. Cara membaca
bilangan dengan menyebutkan dari atas ke bawah dan di bagian tengah dibaca
“per”, adapun contohnya sebagai berikut
Contoh lain:
a.
b.
Pecahan senilai adalah dua pecahan atau lebih yang memilki bentuk
berbeda tetapi nilainya sama. Pecahan senilai disebut juga pecahan ekivalen
untuk ebih mudahnya bisa disimak pada gambar dibawah ini
Dari gambar di atas, gambar (a) merupakan gambar yang ketiga-
tiganya menunjukkan pecahan senilai. Walaupun antara gambar balok pertama
dan kedua bentuk pecahannya berbeda. Begitu juga dengan gambar (b)
lingkaran yang dibagi menjadi beberapa bagian.
Dengan itu dapat diketahui bahwa pecahan senilai adalah pecahan yang
memiliki nilai yang sama, tetapi penulisannya berbeda. Pecahan senilai dapat
dinyatakan dalam bentuk yang sama, seperti dan . Pecahan senilai dapat
pecahan senilai karena dapat disederhanakan atau diperluas menjadi pecahan yang
memilki nilai yang sama, yaitu atau .
B. Penelitian Relavan
Penelitian yang relevan dengan kajian penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh:
C. Kerangka Berpikir
Dengan hasil yang optimal model pembelajaran yang cocok bagi siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Numbered Heads Together
(NHT). Dengan adanya model Kooperatif Learning Tipe Numbered Heads Together
(NHT) dalam pembelajaran matematika diaharapkan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
Kerangka Berfikir
Ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi
tertentu (Sugiyono, 2015:77). True eksperimental design dibagi menjadi dua bentuk yaitu
Posttest Only Control Design dan Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam
penelitian ini yang akan digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design dimana
terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen asdalah kelompok yang diberi perlakuan, yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperati tipe NHT sedangkan kelompok kontrol
adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan. Adapun pola dari Pretest-Posttest Control
Group Design ditunjukkan pada tabel berikut: (Sugiyono, 2015:79)
R O1 x O2
R O3 O4
Keterangan:
2. Sampel
S=
= 81,27
Dikarenakan dalam peneliti ini hanya memerlukan 1 kelas yaitu kelas IV maka
jumlah sampel disesuaikan dengan jumlah siswa setiap kelas. Di penilitian ini hanya
mengambil kelas IV A yang mana jumlah siswa nya berjumlah 35 siswa.
C. Instrument dan Pengembangan
a. Jenis Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes soal yang diberikan dari LKPD yang berupa tulisan dan tes
lisan dari kuis yang diberikan. Soal tes digunakan untuk mengukur
hasil belajar yang dicapai peserta didik dalam jangka waktu tertentu.
Soal tes digunakan dalam penenlitian ini adalah tes tertulis berupa tes
pilihan ganda pada materi pecahan. Strukturnya soal pilihan ganda
terdiri atas:
a. Stem: suatu peryantaan yang berisi permasalahan yang akan
ditanyakan,
b. Option: sejumlah pilihan/alternatif jawaban,
c. Kunci: jawaban yang paling benar/tepat,
d. Distractor (pengecoh): jawaban-jawaban lain selain dari
kunci jawaban.
b. Uji Insturmen Peneltian
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu
kesahihan atau kevalidan suatu instrumen. Uji validitas
digunakan unutk mengetahui apakah instrumen itu layak
digunakan atau tidak (Hardi, 2014:165). Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur.
Adapun rumus untuk mengukur validitas adalah sebagai
berikut:
–
=
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variable X dan Y
X : Skor tiap item
Y : Skor total
N : Jumlah subjek/peserta didik yang diteliti
2. Uji Reliabilitas
ri =
Keterangan
Tes umumnya bersifat mengukur, tes merupakan sederetan pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini
tes yang digunakan adalah tes prestasi belajar. Tes yang diberikan bukan hanya berupa tes
tulisan dari soal LKPD, tetapi juga berupa tes lisan dari kuis yang diberikan. Tes prestasi
belajar digunakan untuk mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa kelas IVA SD
Negeri 35 Padang Sarai selama kurun waktu tertentu.
Data adalah hasil yang diperoleh dari pendistribusian instrumen yang nantinya
akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis (Nana
Sudjana, 2009: 106). Pada penelitian ini, peneliti menggunkan statistika inferensial.
Adapun langkah-langkah pemberian skor yang dilakukan dalam analisis data adalah
sebagai berikut
Pada penelitian ini, pemberian skor berlaku untuk soal tes hasil belajar yang
berbentuk pilihan ganda. Pemberian skor menggunakan metode right only, pada metode
right only siswa hanya mempelajari satu aspek dari materi yang dipelajari dan kemudian
berbagai informasi dengan anggota kelompok lainnya sehingga mereka dapat memahami
seluruh materi secara keseluruhan.
Metode right only menilai jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah
diberi nilai 0. Skor dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:
S=
Keterangan:
S : Skor siswa
R : Jumlah skor dari item/soal yang dijawab benar
Azryasalam, A., Friska, S. Y., & Purwanto, K. (2020). Pengaruh model cooperative learnin
tipe numbered heads together (NHT) terhadap minat dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas V sekolah dasar. Dharmas Education Journal (DE_Journal), 1(1),
40-47.
Erfan, M., Sari, N., Suarni, N., Maulyda, M. A., & Indraswati, D. (2020). Peningkatan hasil
belajar kognitif melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) tema perkalian dan pembagian pecahan. Jurnal Ika Pgsd (Ikatan Alumni Pgsd)
UNARS, 8(1), 108-118.
Gracia, A. P., & Anugraheni, I. (2021). Meta Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar. Edukatif.
Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 436-446.
Gupitararas, B. N., & Wasitohadi, W. (2020). Pengaruh model Number Head Together
(NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD. Jurnal Cendekia: Jurnal.
Pendidikan Matematika, 4(1), 313-320.
Haryana, K. S., & Indarini, E. (2022). Efektifitas Model Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (Nht) dan Teams Games Tournaments (TGT) terhadap Aspek Kognitif Hots
Pembelajaran Matematika Siswa di Sekolah Dasar. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, 5(12), 5721-5730.
Hayati, S. (2017). Belajar dan pembelajaran berbasis cooperative learning. Magelang: Graha
Cendekia, 120.
Hutagaol, E., Panjaitan, M., & Sitio, H. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Tema 1
Subtema 1 Keberagaman Budaya Bangsaku di Kelas IV SD Negeri 091522 Marubun.
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 1283-1292.
Lubis, A. H. (2020, January). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar melalui
Model Cooperative Learning Tipe Numered Heads Together. In FORUM
PAEDAGOGIK (Vol. 10, No. 2, pp. 127-143). IAIN Padangsidimpuan.
Manafe, M. H., Daniel, F., & Taneo, P. N. (2022). Prestasi Belajar Matematika Siswa pada
Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Jurnal
Basicedu, 6(3), 3279-3284
Masita, M., Nurhasanah, N., & Tahir, M. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together Berbantuan Media Manipulatif terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas IV SD Tahun Pelajaran 2022/2023. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan, 7(4b), 2363-2370.
Nourhasanah, F. Y., & Aslam, A. (2022). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 5124-5129.
Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi model pembelajaran sesuai kurikulum
2013.
Situmorang, J. S., Purba, N. A., & Sianturi, C. L. (2022). Pengaruh Model Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada
Pembelajaran Subtema Hubungan Antarmakhluk Hidup dalam Ekosistem di SD
Negeri 121309 Pematangsiantar. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6),
3693-3703.
Sulistio, A., & Haryanti, N. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning
Model).
Usman, U., Herawaty, H., Ramli, N., & Laksana, S. W. (2019). Cooperative Learnings dan
Komunikasi Interpersonal.
Wulandari, A., & Alyusfitri, R. (2023). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Number Head Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV di SD
Negeri 23 Ujung Gurun Kota Padang (Doctoral dissertation, Universitas Bung Hatta)