Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik Tujuan utama
diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan peserta didik belajar pada suatu mata
pelajaran maupun pendidikan pada umumnya (Krismanto, 2003).
Matematika sekolah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dijelaskan bahwa tujuan pengajaran matematika di sekolah
antara lain agar siswa memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, serta
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah (Depdiknas: 2006).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan kurikulum 2013 dan
kemudian digantikan dengan Kurikulum 2006 menjadi acuan sekarang ini antara lain
menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, pendidik hendaknya menerapkan
berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
kreatif, penataan materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilih dan karakteristik peserta didik. Pengajaran ini dimulai dari hal-hal konkret
dilanjutkan ke hal yang abstrak. Pembelajaran diarahkan agar peserta didik memiliki
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki sikap
menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan, harapan tersebut tidak
sejalan dengan situasi dan kondisi pembelajaran matematika di kelas selama ini dalam
belajar adalah pembelajaran secara konvensional dimana peserta didik hanya menerima
saja apa yang disampaikan oleh pendidik, urutan penyajian bahan dimulai dari abstrak
ke konkret, yang bertentangan dengan perkembangan kognitif peserta didik yang masih
ditingkat rendah.
2

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat


abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam
matematika. Prestasi matematika peserta didik baik secara nasional maupun
internasional belum menggembirakan. Rendahnya prestasi matematika peserta didik
disebabkan oleh faktor peserta didik yaitu mengalami masalah secara komprehensif
atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, belajar matematika peserta didik
belum bermakna, sehingga pengertian peserta didik tentang konsep sangat lemah.
Materi Statistika adalah salah satu materi operasi hitung bilangan yang diajarkan
pada semester 1 kelas XII. Materi ini adalah materi yang tentunya dikaitkan dengan
materi-materi sebelumnya. Terkadang pendidik hanya menyampaikan materi secara
verbal tentang sifat-sifat, rumus Statistika. Peserta didik tanpa diberi kesempatan untuk
mengetahui darimana hal itu diperoleh. Peserta didik mengalami kesulitan ketika
dihadapkan pada soal-soal cerita tentang Statistika.
Agar proses pembelajaran Statistika menjadi bermakna, kontekstual dan tidak
membosankan diperlukan model pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik,
dapat melibatkan peserta didik secara aktif, dan peserta didik dapat menggunakan
pengetahuan yang telah dimilikinya untuk mengkonstruk pengetahuan yang baru, dan
dapat menuntun peserta didik dalam mengkonstruk pengetahuannya, sehingga dapat
menarik minat peserta didik dan menyenangkan.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu pembelajaran dengan
pendekatan atau metode tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
dan hasil belajar peserta didik. Pada penelitian ini akan diterapkan metode kooperatif
Pembelajaran Kooperatif Teman Sebaya berbasis Kontekstual. Pembelajaran ini pada
prinsipnya adalah mengembangkan perangkat yang pembelajarannya dirancang dengan
metode kooperatif Pembelajaran Kooperatif Teman Sebaya dan perangkat
pembelajarannya memenuhi indikator-indikator dengan pendekatan Kontekstual.
Salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah
metode pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling
ketergantungan positif di antara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Setiap peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar
berpusat pada peserta didik dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling
membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi
belajar yang efektif, peserta didik lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan
strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal.
Berangkat dari paparan di atas, maka dipandang perlu dilakukan uji coba
3

pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Penggunaan


Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual Untuk
Meningkatkan Kemampuan Statistika Kelas XII Teknik Otomotif Kendaraan
Ringan SMK Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Cianjur ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan menjadi beberapa


masalah yang mempengaruhi Kemampuan Penguasaan Materi Statistika siswa, antara
lain:
1. Siswa kelas XII Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK Negeri 1
Pagelaran tahun pelajaran 2019/2020 masih menganggap pembelajaran
matematika khususnya pada materi Statistika sebagai materi pembelajaran
yang sulit untuk dipahami dan dipelajari.
2. Motivasi siswa kelas XII Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK
Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2019/2020 dalam pembelajaran kurang
sehingga siswa pasif pada saat mengikuti pelajaran matematika.
3. Prestasi belajar siswa kelas XII Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK
Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2019/2020 dalam proses pembelajaran
matematika perlu ditingkatkan

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti secara keseluruhan masalah-masalah
yang telah diidentifikasi. Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran pokok
penelitian, maka peneliti membatasi masalah dengan subyek dan obyek penelitian.
Subyek penelitiannya adalah siswa Sedangkan obyek penelitiannya adalah Kemampuan
Penguasaan Materi Statistika yang diperoleh dengan penerapan Metode pembelajaran
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual pada Kelas XII Teknik Teknik
Otomotif Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Pagelaran.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1. Apakah pembelajaran matematika dengan metode Pembelajaran Kooperatif
Tutorial Teman Sebaya berbasis Kontekstual pada pokok bahasan Statistika
di kelas XII dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa?
4

2. Apakah pembelajaran matematika dengan metode Pembelajaran Kooperatif


Tutorial Teman Sebaya berbasis Kontekstual pada pokok bahasan Statistika
di kelas XII dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi
belajarnya?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Metode pembelajaran
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual, melatih siswa untuk belajar
secara bersama demi kemajuan setiap anggota kelompok sehingga tercipta hubungan
yang akrab antar anggota kelas, meningkatkan rasa percaya diri dan gairah siswa
kelompok bawah dalam pembelajaran Metode pembelajaran Kooperatif Tutorial
Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dapat meningkatkan kuantitas siswa tuntas belajar
dalam menyelesaikan soal pada materi pokok Statistika.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan :
1. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan soal
Statistika.
2. Siswa dengan kategori kurang pandai semakin memiliki rasa percaya diri
bahwa sesungguhnya dia mampu mengikuti pelajaran dan mampu
berprestasi seperti siswa yang lain.
3. Guru menjadi semakin tertantang untuk menggunakan kreatifitasnya dalam
memanfaatkan berbagai model pembelajaran yang lain.
4. Guru mendapatkan pengalaman tambahan, sehingga dapat melakukan
penelitian lanjutan pada kelas dan pokok kajian yang berbeda.
5. Dapat menjadi bahan masukan guru mata pelajaran lainnya tentang alternatif
model pembelajaran yang dapat digunakan.
5

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Mengajar dan Pembelajaran


Kegiatan mengajar adalah suatu kegiatan menciptakan suatu lingkungan yang
memungkinkan untuk terjadinya proses belajar. Dengan demikian siswa merasa aman
dan nyaman di dalam kelas ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Guru
berperan sebagai fasilitator dan dinamisator kelas, sehingga subjek belajar yaitu siswa
akan lebih banyak berperan serta dalam proses pembelajaran. Pada prinsipnya peran
guru sebagai fasilitator dan dinamisator kelas adalah dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan belajar memberikan arah pada proses pembelajaran dan menjadi
pedoman bagi seluruh kegiatan belajar. Berdasarkan hal ini, maka guru harus
menetapkan terlebih dahulu tujuan belajar yang ingin dicapai, sebelum mulai mengajar.
Tercapai tidaknya tujuan belajar dapat diketahui guru setelah melakukan kegiatan
evaluasi hasil belajar.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi secara
akademik di lingkungna sekolahnya. Namun tentu saja hal ini tidak mungkin dicapai
oleh semua siswa , karena prestasi akademik yang baik, dicapai dengan melibatkan
berbagai faktor dalam misalnya kecerdasan siswa, dan kelengkapan belajar, sedangkan
faktor luar misalnya guru, sarana dan prasarana di sekolah, dan hubungan dengan siswa.

B. Pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajaran seringkali kelas didomonasi oleh kelompok atas, sedangkan
kelompok menengah apalagi kelompok tidak begitu nampak perannya dalam
pembelajaran. Guru yang baik akan berusaha untuk melibatkan ketiga kelompok ini
untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Berbagai cara dapat ditempuh baik melalui
pengajuan pertanyaan secara langsung, menyusun stategi pembelajaran yang
melibatkan seluruh kelompok siswa dalam kelas. Cara yang terakhir ini seringkali lebih
efektif karena melibatkan seluruh anggota kelompok dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah metode pembelajaran dengan
menempatkan siswa dalam kelompok kemampuan anggota heterogen dan memberi
penghargaan terhadap usaha dan keberhasilan kelompok, bukan pada perorangan.
Gambaran umum dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa secara kooperatif bekerja dalam kelompok untuk menguasai materi.
2. Kelompok tersusun atas siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
6

3. Sistem penghargaan berorientasi pada kelompok, bukan perorangan.


4. Bilamana mungkin memperhatikan ras, budaya, dan jenis kelamin siswa.

C. Tutorial Teman Sebaya

Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang


memiliki daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi/latihan kepada
teman-temannya yang belum faham. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi
siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang diajarkan. Peran guru
adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan dan
lain-lain.

Tutor teman sebaya dikenal dengan pembelajaran teman Sebaya atau antar peserta
didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan
pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain yang kurang mampu.
Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling
membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam kelompok kecil. Tutor teman sebaya
merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan
peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling
menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.

Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan


kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari
metode Tutor teman sebaya sementara kekurangan metode ini antara lain :

- Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.


- Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.

D. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual


Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik dari
TK sampai dengan SMA/SMK untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam
sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila peserta didik menerapkan dan mengalami
apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang
berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga,
7

warga Negara, peserta didik, dan tenaga kerja. Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman
sesungguhnya.
Enam unsur kunci pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pembelajaran bermakna : pemahaman, relevansi, dan penghargaan pribadi
peserta didik bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari.
Pembelajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup mereka;
2. Penerapan pengetahuan : kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang
dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa
sekarang dan akan dating;
3. Berfikir tingkat lebih tinggi : peserta didik dilatih untuk berfikir kritis dan
kreatif dalam mengumpulkan data, memahami persoalan, atau memecahkan
suatu masalah;
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar : konten pengajaran
berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar lokal, Negara bagian,
nasional, asosiasi, dan / atau industri;
5. Responsif terhadap budaya : pendidik harus memahami dan menghormati
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik,
sesama rekan pendidik dan masyarakat tempat mereka mendidik;
6. Penilaian autentik : penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang
secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari
peserta didik.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), dan penilaian autentik (authentic assessment).
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan.
Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran
kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi peserta didik dalam
membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dala pembelajaran seumur hidup.
Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran
8

yang dipelajari peserta didik dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta
berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau cara peserta didik belajar.
Konteks memberikan arti, relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar.
Materi pelajaran akan tambah berarti jika peserta didik mempelajari materi
pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di
dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan
menyenangkan. Peserta didik akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran,
mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun
pengetahuan baru. Dan selanjutnya peserta didik memanfaatkan kembali
pemahamanpengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks di luar
sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik secara mandiri
maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok.
Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan
ruang kelas yang di dalamnya peserta didik akan menjadi peserta aktif bukan hanya
pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan
pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik untuk membentuk
hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga Negara, dan pekerja (Trianto, 2007: 101-105).

E. Penguasaan dan Ketuntasan Belajar Statistika


Untuk mengetahui hasil belajar siswa harus dilakukan penilaian. Penilaian tidak
hanya untuk mengukur kemampuan kecerdasan siswa atau ketrampilan saja, akan tetapi
mempunyai fungsi sebagai bimbingan, seleksi peserta didik, efisiensi, dan sebagainya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ukuran ketuntasa hasil
belajar siswa dinyatakan dengan KKM untuk setiap mata pelajaran berbeda – beda
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa terhadap pelajaran. Untuk pelajaran
matematika khususnya materi statistika di SMK N 1 Pagelaran Kabupaten Cianjur
tahun pelajaran 2019/2020 KKMnya adalah 75. Artinya seorang siswa akan dinyatakan
tuntas belajar matematika apabila yang bersangkutan sudah memperoleh nilai minimal
75. Sedangkan sebuah kelas dinyatakan tuntas secara klasikal apabila siswa yang tuntas
dikelas itu mencapai sekurang – kurangnya 85%.
9

F. Materi Statistika

Statistika merupakan salah satu materi pada pelajaran Matematika kelas XII
semester 1. Dalam penelitian Standar Kompetensi yang terkait dengan materi statistika
adalah Memahami dan menggunakan sifat-sifat data dalam kehidupan sehari-hari,
sedangkan kompetensi yang terkait adalah organisasi data, penyajian data dan tendensi
sentral.
Indikator yang akan dicapai adalah:

1. menjelaskan peranan/kegunaan statistika dalam kehidupan sehari-hari


2. menjelaskan pengertian statistik dan statistika
3. menjelaskan pengertian variabel dan data
4. membedakan jenis data
5. penyajian data dalam tabel distribusi frekuensi
6. menganalisis data dalam tabel distribusi frekuensi

Penyampaian materi statistika dalam penelitian ini menggunakan pendekatan


Kontekstual, di mana peserta didik dilatih atau membiasakan diri mengkonstruksi
idenya sendiri dalam menemukan konsep, mengaitkan konsep, menggunakan konsep
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memunculkan
keaktifan dan keterampilan proses sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar
peserta didik.

G. Penelitian yang relevan

Penelitian yang dilakukan oleh si peneliti menyatakan bahwa hasil penguasaan


materi siswa dengan pembelajaran metode Tutor teman sebaya lebih baik daripada
pembelajaran yang menggunakan metode biasa.

H. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Metode pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman Sebaya


Berbasis Kontekstual dapat membantu siswa yang kurang pandai dalam menguasai
materi tutorial, bertanggung jawab, atau diskusi. Diharapkan siswa dapat lebih mudah
menangkap dan memahami konsep Statistika. Sehingga siswa yang tuntas belajar lebih
10

banyak. Dengan demikian dapat memahami apabila Metode pembelajaran Kooperatif


Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dapat meningkatkan kualitas belajar siswa
pada Statistika
11

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan tindakan kelas (Classroom Action Research),
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas
atau tempat kerja.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII Teknik Otomotif Kendaraan Ringan
SMK Negeri 1 Pagelaran yang berjumlah 28 siswa dan guru yang mengampu mata
pelajaran Matematika tersebut. Penerapan penelitian ini diterapkan dalam pokok
bahasan Statistika.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Pagelaran pada tanggal 15 - 27
September 2019 semester Ganjil tahun pelajaran 2019/2020.

D. Perencanaan Tindakan Penelitian


Penelitian ini direncanakan dua siklus yang masing – masing siklus terdiri dari 4
tahap yaitu : Perencanaan, Implementasi, pengamatan dan evaluasi serta refleksi.

a. Siklus 1
Siklus direncanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit ( 2 jam
pelajaran ). Adapun tahapan pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dalam tahap ini direncanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
(a). Menyusun rencana pembelajaran.
(b).Membentuk kelompok pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
pembelajaran kooperatif dengan cara :
- Menyusun daftar nama berdasarkan kemampuan akademik. Kemampuan
akademik yang digunakan adalah nilai ulangan harian pertama
- Menentukan jumlah anggota setiap kelompok sebanyak 5 atau 6 orang
sehingga di dapat 5 kelompok belajar.
(c). Membuat skenario pembelajaran kooperatif.
12

(d).Menyusun lembar pengamatan pembelajaran kooperatif


(e). Memberikan penjelasan pada siswa tentang pembelajaran kooperatif
2. Implementasi
Dalam tahap ini yang telah direncanakan pada tahap perencanaan
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun. Pelaksanaan tidak
mengganggu kegiatan di sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai dengan
kurikulum. Pada tahap ini model pembelajaran kooperatif dilaksanakan.
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi
untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus 1 dilakukan
tes. Berdasarkan hasil pengamatan tes/ evaluasi, maka tahap berikutnya dapat
dilaksanakan.
4. Refleksi
Setelah hasil pengamatan, dan hasil evaluasi dianalisis secara
kolaboratif, maka penelitian diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus kedua.

b. Siklus 2
Siklus 2 dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik dan berakhir
pada siklus 1. Adapun tahapan pada siklus 2 juga sama dengan tahapan yang ada
pada siklus 1.
Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil pada siklus 1
1. Perencanaan.
(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk materi statistik.
(b). Memperbaiki bentuk kelompok siswa
(c). Memperbaiki bentuk soal pemecahan masalah yang terkait dengan
kehidupan sehari – hari.
(d). Memperbaiki lembar pengamatan pembelajaran kooperatif
(e). Memperbaiki isntrumen penelitian yang berupa tes, pedoman observasi
untuk siswa, dan pedoman observasi untuk guru.
2. Implementasi
Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan
akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dibuat. Pelaksanaan tidak
mengganggu kegiatan sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai dengan
kurikulum yang sudah ada di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran diadakan
perbaikan sesuai dengan hasil pada siklus sebelumnya.
13

3. Pengamatan dan Evaluasi


Pengamatan terhadap kegiata belajar dilakukan pada saat implementasi
untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus 2 diakhiri
dengan tes. Berdasarkan hasil pengamatan, dan hasil tes maka tahap berikutnya
dapat dilaksanakan.
4. Refleksi
Setelah hasil pengamatan dan hasil evaluasi dianalisis secara kolaboratif,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi apakah pembelajaran
berhasil. Apabila belum berhasil maka penelitian diputuskan untuk dilanjutkan
pada siklus ke 3. Dan apabila sudah berhasil maka sudah cukup.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
gambar berikut.

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun


rumusan masalah, tujuan PENGAMATAN
dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya
instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterapkannya pembelajaran dengan Metode Kooperatif
PENGAMATAN
Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual.
14

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak


dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh
pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya,
dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)
dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di
akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai
dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

E. Perangkat Pembelajaran
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
RPP dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan pelaksanaan PTK ini
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Lembar kerja siswa (LKS)
LKS dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan siswa dapat bekerja
sama sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
LKS Statistika
Penyajiaan data
Data dapat disajikan dalam bentuk diagram yaitu: diagram batang,
diagram lingkaran, diagram garis , histogram , polygon, Data juga dapat
disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Untuk membuat table
distribusi frekuensi harus diketahui terlebih dahulu rentang , benyaknya
kelas dengan aturan sturgess dan panjang interval
Data dapat dibedakan berdasarkan penyajiannya yaitu: data tunggal, data
tunggal berbobot dan data kelompok.
Ukuran pemusatan data
Ukuran pemusatan data terdiri dari : nilai rata-rata, median dan modus.

Nilai rata-rata data tunggal=

Nilai rata-rata data kelompok =


15

F. Instrumen Penelitian
Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan nstrumen
yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan
prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat
dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.

1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat kegiatan yang dilakukan oleh
guru dan siswa dalam proses pembelajaran selama tindakan diberikan untuk
mengetahui sejauh mana keefektifan pemberian kuis dalam pembelajaran
sebagai upaya peningkatan motivasi belajar siswa.
Untuk mengisi lembar observasi ini yaitu memilih “ya” bila deskripsi dilakukan
dan “tidak” bila deskripsi tidak dilakukan. Adapun kisi-kisi untuk lembar
observasi yang digunakan sebagai berikut.
Tabel . Kisi-kisi Lembar Observasi
Aspek yang Diamati Ya Tidak
A Guru membimbing siswa dalam proses
belajar mengajar
B Guru memotivasi siswa dalam
meningkatkan belajar matematika dengan
pemberian kuis
C Sikap siswa saat pembelajaran
D Sikap siswa saat diberikan kuis
E Bentuk motivasi yang diberikan guru

2. Angket
Angket ini berupa kumpulan pernyataan untuk mengumpulkan data
mengenai respons siswa terhadap pemberian kuis dalam proses pembelajaran
matematika guna meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika.
Masing-masing butir pernyataan mempunyai 5 alternatif jawaban yaitu:
SS : sering sekali, JR : jarang,
S : sering, TP : tidak pernah.
KK : kadang-kadang,
Tabel 2. Kisi-kisi Angket
No. Indikator SS S KK JR TP
A. Motivasi mengerjakan kuis
16

matematika
B. Ketekunan dalam mengerjakan dan
menyelesaiakan kuis matematika
Usaha untuk meningkatkan prestasi
C. belajar
Besarnya perhatian terhadap kuis
D. matematika

3. Soal-soal Kuis
Kuis yang disusun untuk penelitian ini dikembangkan berdasarkan analisis
kurikulum atau silabus SMK Negeri 1 Pagelaran untuk mata pelajaran
matematika materi Statistika kelas XII Teknik Otomotif Kendaraan Ringan
sebagai berikut.
Kompetensi Dasar : Menyajikan hasil penerapan konsep peluang untuk
menjelaskan berbagaiobjek nyata melalui percobaan menggunakan frekuensi
relatif
Indikator :
Membuat data dalam bentuk diagram dan table
Membuat data dalam bentuk table dari suatu data tunggal
Menghitung nilai rata-rata dari data table yang sudah diberikan Kuis
diberikan di awal, maupun pada akhir pembelajaran. Kuis hanya diberikan
sekali atau dua kali dalam setiap pertemuan. Tes singkat (kuis) diberikan dengan
tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Tes prestasi
Tes prestasi merupakan tes evaluasi diberikan apabila sub bab telah selesai.
Tes ini diberikan pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Tes prestasi digunakan
untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para siswa setelah siswa
menerima proses belajar-mengajar dari guru. Instrumen ini juga digunakan
sebagai sumber tambahan dalam melihat perkembangan motivasi siswa yang
dilihat dari aspek peningkatan nilai dan hasil belajar siswa selama proses
pembelajaran dengan metode ekspositori yang diberikan kuis. Tes digunakan
untuk mengetahui ketercapaian prestasi belajar siswa siswa.

G. Definisi Operasional Penelitian


1. Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Konseptual
a. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tujuan


17

penting pembelajaran, diantaranya hasil belajar akademik, penerimaan


terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan social.

Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model


pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki
kemampuan heterogen.

b. Pembelajaran Tutorial Teman Sebaya


Menurut Suharsimi Arikunto(2009) Tutor teman sebaya yaitu mereka
yang mempunyai usia hampir sebaya dengan sesamanya dimintai
bantuan oleh guru untuk menerangkan kepada teman-temannya dalam
proses pembelajaran. Dalam pembelajaran diperlukan bantuan tutor yaitu
orang yang dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang
itu jangan gurunya sendiri sehingga ia dapat memberi bantuan dengan
cara yang lain daripada guru itu. Hendaknya diusahakan agar murid
selekas mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor. Jadi tutor
harus mendidik agar dapat belajar sendiri.

c. Pembelajaran Berbasis Konseptual

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu


guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk (a) membantu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan
masalah, (b) belajar peranan orang dewasa yang autentik, dan (c)
menjadi pebelajar yang mandiri.

2. Kemampuan penguasaan materi Statistika


Pemahaman konsep adalah pemahaman terhadap ide atau pengertian
umum yang disusun dengan kata atau simbol yang menjadi titik tolak awal
dari semua hal yang berhubungan dengan ide tersebut. Indikator
pemahaman konsep meliputi:
1) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan
soal di papan tulis secara tepat.
2) Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat.
3) Kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain.
18

4) Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi.

H. Teknik Analisa Data


Data penelitian dikumpulkan melalui :
1. Pengamatan pembelajaran sebelum penelitian, yang terasa begitu berat
dalam mengajarkan Statistika di kelas XII SMK Negeri 1 Pagelaran.
2. Pengisian angket oleh siswa sebelum dan sesudah penelitian dilakukan.
3. Pengisian lembar pengamatan proses pembelajaran selama penelitian oleh
kolaborator dan peneliti sendiri.
4. Melalui tes (pretes dan postes) materi penelitian sebelum dan sesudah
tindakan dilakukan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


19

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian melalui proses pembelajaran yang


terbagi atas dua siklus :

Siklus Pertama
Pelaksanaan pembelajaran tanpa menggunakan Metode Kooperatif Tutorial
Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dengan materi pokok statistik (dilaksanakan
satu kali pertemuan, 2 x 45 menit).
Observasi dalam siklus ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara langsung yang dilakukan observer, sebagai bahan repleksi untuk dilampirkan
pada tindakan siklus kedua.

Siklus kedua
Proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode Kooperatif
Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dengan materi pokok statistik
(dilaksanakan 1 kali pertmuan, 2 x 45 menit). Sebagai hasil dari pengamatan
dianalisis sebagai bahan refleksi, untuk rencana tindakan dalam melaksanakan
penelitian kembali.
Observasi dilakukan oleh peneliti melalui pernyataan :
1. Aktifitas siswa dalam belajar
2. Penerapan Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual
3. Evaluasi dilaksanakan bersama dengan proses pembelajaran siswa
Tabel 4.1 : Data nilai matematika secara individu
NO NAMA SISWA RP RP I RP II

1 Abdul Muhaemin 60 80 90

2 Acep Mulyana 50 70 85

3 Agus maulana 40 60 80

4 Ali Amran Yunus 50 60 80

5 Arman setiawan 75 90 100

6 Dede Yusup 50 60 80

7 Dian Supriatman 60 75 85
20

8 Firman Agustian 60 75 90

9 Gilang Maulana Pangestu 50 60 80

10 Hendi Rustandi 50 60 80

11 Hendra Kurnia 40 70 75

12 Heru 75 90 100

13 Jajang Nurjaman 40 60 85

14 Muhamad Husaeri 60 75 100

15 Muhamad Jamaludin 60 75 80

16 Muhamad Ramdhan Sutisna 75 90 100

17 Nehru Nazah 50 70 75

18 Reza Ramdani 75 90 100

19 Rizki Firmansyah 75 90 100

20 Rohman 40 75 85

21 Rudi Abdul Rohman 50 75 85

22 Rudiansyah 60 70 85

23 Solehudin 50 75 85

24 Solihin A 75 90 100

25 Taufik Hidayat 50 75 85

26 Yusep Permana Sukma 40 60 85

27 Zainal Mutakin 50 75 85

28 Riski Nugraha 50 75 90
21

JUMLAH NILAI
1560 2070 2450

RATA-RATA NILAI
55.71 73.92 87.5

Table 4.2 : Data nilai matematika secara kelompok


No Nama Kelompok RP I RP II

1 I 90 100

2 II 85 100

3 III 90 100

4 IV 80 100

5 V 85 100

Jumlah Nilai 430 500

Nilai Rata-rata 86 100

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Kumpulan data hasil penelitian menurut data kuantitatif adalah hasil


evaluasi pembelajaran dengan menggunakan Metode Kooperatif Tutorial Teman
Sebaya Berbasis Kontekstual.
Dalam pengamatan menunjukan terjadi peningkatan nilai rata-rata pada setiap
siklus akibat dari penggunaan Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis
Kontekstual yang diberikan. Secara umum seluruh siswa mengalami peningkatan
nilai dari siklus 1 sampai siklus 2.
Dalam kegiatan tindakan pertama yaitu melaksanakan pembelajaran statistika
yang dikondisikan pada proses belajar mengajar tanpa menggunakan Metode
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual. Berdasarkan hasil
observasi dari 28 siswa, 20 siswa mendapat kesulitan dalam memahami tentang
statistika setelah menggunakan Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis
Kontekstual, maka proses pembelajaran meningkat.
Hasil dari observasi bahwa dalam penggunaan Metode Kooperatif Tutorial
Teman Sebaya Berbasis Kontekstual disimpulkan bahwa kesulitan yang dialamai
siswa terlihat dan hasil tes RPP I yang diperoleh yaitu nilai rata-rata kelas 73.92
dari 28 siswa dan yang memperoleh nilai diatas 75 sebanyak 17 siswa. Diharapkan
masalah ini dapat dipecahkan jika siswa meminta guru untuk menjelaskan kembali.
22

Adapun kendala bagi siswa adalah bahasa penyampaian yang kurang dimengerti
oleh siswa, penggunaan media kurang tepat atau media kurang disenangi siswa,
interaksi guru dan siswa masih kurang. Guru harus menjelaskan kembali serta
dengan menggunakan media yang disenangi oleh siswa secara berulang-ulang,
dengan menggunakan bahasa campuran yang mudah dimengerti siswa agar
pemahaman terhadap materi dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukan melalui kegiatan proses belajar siswa
yang meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh pada siklus ke 2 yaitu
nilai rata-rata kelas sebesar 87.5. Dengan demikian penggunaan Metode Kooperatif
Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual menunjukan peningkatan presentasi
siswa yang memperoleh nilai lebih dari 75 sebesar 100% dibandingkan dengan
tindakan pertama. Berdasarkan pengamatan bahwa tindakan kedua ini lebih
dominan dan berdampak terutama bagi siswa yang kecerdasannya berada pada
tingkat sedang dan atas.
Hasil refleksi terhadap proses belajar mengajar pada tindakan ke 2 lebih
menonjolkan semangat belajar dan kompetensi yang sehat diantara siswa, namun
tetap mengedepankan pada aspek penerapan materi seluruh siswa. Metode
pembelajaran sangat membantu mencapai pemahaman pada siswa yang lambat atau
relative kurang konsentrasi menerima pelajaran. Pencapaian nilai yang
dikategorikan sudah baik dengan nilai rata-rata 75 ke atas sebanyak 28 siswa atau
100%. Dengan demikian kenaikan prosentase tindakan ke 2 meningkat sebesar 32
% dibandingkan pada tindakan ke 1, dan hasil ini bisa selalu konstan asalkan
metode , strategi, dan media yang digunakan selalu tepat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :


23

1. Penerapan Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual


dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman, ketertarikan dan
keberhasilan siswa kelas XII di dalam menyelesaikan soal statistika.
2. Pemberian tahapan tindakan kelas dengan meningkatkan peran serta guru, siswa
dan teman sejawat serta mengunakan metode, alat peraga atau media
pembelajaran menunjukan keberhasilan proses belajar mengajar. Evaluasi
belajar materi statistika terahadap 28 siswa kelas XII pada siklus 1 dan 2 secara
signifikan meningkatkan nilai akhir rata-rata masing-masing sebesar 73.92; dan
87,5. Pada siklus 2 prosentase akhir siswa yang memperoleh nilai 75 keatas
mencapai 100%.
3. Hasil belajar dengan menggunakan Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya
Berbasis Kontekstual baik secara individu maupun secara kelompok hasilnya
cukup baik.

B. Saran Tindak Lanjut


Penulis dapat menyarankan temuan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan pembelajaran matematika perlu ditingkatkan penggunaan
media dan metode agar siswa lebih cerdas dan terampil.
2. Langkah-langkah guru dalam metode penggiringan kelompok lebih diutamakan
pada pola PAKEM
3. Memotivasi siswa agar berani bertanya pada guru aktif, kreatif dalam diskusi
kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2006. Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.
24

Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG)
Matematika.
http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm
Diakses tanggal 22 Oktober 2013.
Krismanto, Al. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Makalah disajikan dalam pelatihan
instruktur/pengembang SMU.

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek. Bandung:
Penerbit Nusa Media.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Anda mungkin juga menyukai