BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik Tujuan utama
diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan peserta didik belajar pada suatu mata
pelajaran maupun pendidikan pada umumnya (Krismanto, 2003).
Matematika sekolah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dijelaskan bahwa tujuan pengajaran matematika di sekolah
antara lain agar siswa memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, serta
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah (Depdiknas: 2006).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan kurikulum 2013 dan
kemudian digantikan dengan Kurikulum 2006 menjadi acuan sekarang ini antara lain
menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, pendidik hendaknya menerapkan
berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
kreatif, penataan materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilih dan karakteristik peserta didik. Pengajaran ini dimulai dari hal-hal konkret
dilanjutkan ke hal yang abstrak. Pembelajaran diarahkan agar peserta didik memiliki
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki sikap
menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan, harapan tersebut tidak
sejalan dengan situasi dan kondisi pembelajaran matematika di kelas selama ini dalam
belajar adalah pembelajaran secara konvensional dimana peserta didik hanya menerima
saja apa yang disampaikan oleh pendidik, urutan penyajian bahan dimulai dari abstrak
ke konkret, yang bertentangan dengan perkembangan kognitif peserta didik yang masih
ditingkat rendah.
2
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti secara keseluruhan masalah-masalah
yang telah diidentifikasi. Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran pokok
penelitian, maka peneliti membatasi masalah dengan subyek dan obyek penelitian.
Subyek penelitiannya adalah siswa Sedangkan obyek penelitiannya adalah Kemampuan
Penguasaan Materi Statistika yang diperoleh dengan penerapan Metode pembelajaran
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual pada Kelas XII Teknik Teknik
Otomotif Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Pagelaran.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1. Apakah pembelajaran matematika dengan metode Pembelajaran Kooperatif
Tutorial Teman Sebaya berbasis Kontekstual pada pokok bahasan Statistika
di kelas XII dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa?
4
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Metode pembelajaran
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual, melatih siswa untuk belajar
secara bersama demi kemajuan setiap anggota kelompok sehingga tercipta hubungan
yang akrab antar anggota kelas, meningkatkan rasa percaya diri dan gairah siswa
kelompok bawah dalam pembelajaran Metode pembelajaran Kooperatif Tutorial
Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dapat meningkatkan kuantitas siswa tuntas belajar
dalam menyelesaikan soal pada materi pokok Statistika.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan :
1. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan soal
Statistika.
2. Siswa dengan kategori kurang pandai semakin memiliki rasa percaya diri
bahwa sesungguhnya dia mampu mengikuti pelajaran dan mampu
berprestasi seperti siswa yang lain.
3. Guru menjadi semakin tertantang untuk menggunakan kreatifitasnya dalam
memanfaatkan berbagai model pembelajaran yang lain.
4. Guru mendapatkan pengalaman tambahan, sehingga dapat melakukan
penelitian lanjutan pada kelas dan pokok kajian yang berbeda.
5. Dapat menjadi bahan masukan guru mata pelajaran lainnya tentang alternatif
model pembelajaran yang dapat digunakan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajaran seringkali kelas didomonasi oleh kelompok atas, sedangkan
kelompok menengah apalagi kelompok tidak begitu nampak perannya dalam
pembelajaran. Guru yang baik akan berusaha untuk melibatkan ketiga kelompok ini
untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Berbagai cara dapat ditempuh baik melalui
pengajuan pertanyaan secara langsung, menyusun stategi pembelajaran yang
melibatkan seluruh kelompok siswa dalam kelas. Cara yang terakhir ini seringkali lebih
efektif karena melibatkan seluruh anggota kelompok dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah metode pembelajaran dengan
menempatkan siswa dalam kelompok kemampuan anggota heterogen dan memberi
penghargaan terhadap usaha dan keberhasilan kelompok, bukan pada perorangan.
Gambaran umum dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa secara kooperatif bekerja dalam kelompok untuk menguasai materi.
2. Kelompok tersusun atas siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
6
Tutor teman sebaya dikenal dengan pembelajaran teman Sebaya atau antar peserta
didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan
pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain yang kurang mampu.
Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling
membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam kelompok kecil. Tutor teman sebaya
merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan
peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling
menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.
warga Negara, peserta didik, dan tenaga kerja. Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman
sesungguhnya.
Enam unsur kunci pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pembelajaran bermakna : pemahaman, relevansi, dan penghargaan pribadi
peserta didik bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari.
Pembelajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup mereka;
2. Penerapan pengetahuan : kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang
dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa
sekarang dan akan dating;
3. Berfikir tingkat lebih tinggi : peserta didik dilatih untuk berfikir kritis dan
kreatif dalam mengumpulkan data, memahami persoalan, atau memecahkan
suatu masalah;
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar : konten pengajaran
berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar lokal, Negara bagian,
nasional, asosiasi, dan / atau industri;
5. Responsif terhadap budaya : pendidik harus memahami dan menghormati
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik,
sesama rekan pendidik dan masyarakat tempat mereka mendidik;
6. Penilaian autentik : penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang
secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari
peserta didik.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), dan penilaian autentik (authentic assessment).
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan.
Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran
kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi peserta didik dalam
membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dala pembelajaran seumur hidup.
Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran
8
yang dipelajari peserta didik dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta
berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau cara peserta didik belajar.
Konteks memberikan arti, relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar.
Materi pelajaran akan tambah berarti jika peserta didik mempelajari materi
pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di
dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan
menyenangkan. Peserta didik akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran,
mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun
pengetahuan baru. Dan selanjutnya peserta didik memanfaatkan kembali
pemahamanpengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks di luar
sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik secara mandiri
maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok.
Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan
ruang kelas yang di dalamnya peserta didik akan menjadi peserta aktif bukan hanya
pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan
pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik untuk membentuk
hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga Negara, dan pekerja (Trianto, 2007: 101-105).
F. Materi Statistika
Statistika merupakan salah satu materi pada pelajaran Matematika kelas XII
semester 1. Dalam penelitian Standar Kompetensi yang terkait dengan materi statistika
adalah Memahami dan menggunakan sifat-sifat data dalam kehidupan sehari-hari,
sedangkan kompetensi yang terkait adalah organisasi data, penyajian data dan tendensi
sentral.
Indikator yang akan dicapai adalah:
H. Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan tindakan kelas (Classroom Action Research),
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas
atau tempat kerja.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII Teknik Otomotif Kendaraan Ringan
SMK Negeri 1 Pagelaran yang berjumlah 28 siswa dan guru yang mengampu mata
pelajaran Matematika tersebut. Penerapan penelitian ini diterapkan dalam pokok
bahasan Statistika.
a. Siklus 1
Siklus direncanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit ( 2 jam
pelajaran ). Adapun tahapan pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dalam tahap ini direncanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
(a). Menyusun rencana pembelajaran.
(b).Membentuk kelompok pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
pembelajaran kooperatif dengan cara :
- Menyusun daftar nama berdasarkan kemampuan akademik. Kemampuan
akademik yang digunakan adalah nilai ulangan harian pertama
- Menentukan jumlah anggota setiap kelompok sebanyak 5 atau 6 orang
sehingga di dapat 5 kelompok belajar.
(c). Membuat skenario pembelajaran kooperatif.
12
b. Siklus 2
Siklus 2 dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik dan berakhir
pada siklus 1. Adapun tahapan pada siklus 2 juga sama dengan tahapan yang ada
pada siklus 1.
Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil pada siklus 1
1. Perencanaan.
(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk materi statistik.
(b). Memperbaiki bentuk kelompok siswa
(c). Memperbaiki bentuk soal pemecahan masalah yang terkait dengan
kehidupan sehari – hari.
(d). Memperbaiki lembar pengamatan pembelajaran kooperatif
(e). Memperbaiki isntrumen penelitian yang berupa tes, pedoman observasi
untuk siswa, dan pedoman observasi untuk guru.
2. Implementasi
Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan
akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dibuat. Pelaksanaan tidak
mengganggu kegiatan sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai dengan
kurikulum yang sudah ada di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran diadakan
perbaikan sesuai dengan hasil pada siklus sebelumnya.
13
E. Perangkat Pembelajaran
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
RPP dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan pelaksanaan PTK ini
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Lembar kerja siswa (LKS)
LKS dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan siswa dapat bekerja
sama sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
LKS Statistika
Penyajiaan data
Data dapat disajikan dalam bentuk diagram yaitu: diagram batang,
diagram lingkaran, diagram garis , histogram , polygon, Data juga dapat
disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Untuk membuat table
distribusi frekuensi harus diketahui terlebih dahulu rentang , benyaknya
kelas dengan aturan sturgess dan panjang interval
Data dapat dibedakan berdasarkan penyajiannya yaitu: data tunggal, data
tunggal berbobot dan data kelompok.
Ukuran pemusatan data
Ukuran pemusatan data terdiri dari : nilai rata-rata, median dan modus.
F. Instrumen Penelitian
Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan nstrumen
yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan
prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat
dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat kegiatan yang dilakukan oleh
guru dan siswa dalam proses pembelajaran selama tindakan diberikan untuk
mengetahui sejauh mana keefektifan pemberian kuis dalam pembelajaran
sebagai upaya peningkatan motivasi belajar siswa.
Untuk mengisi lembar observasi ini yaitu memilih “ya” bila deskripsi dilakukan
dan “tidak” bila deskripsi tidak dilakukan. Adapun kisi-kisi untuk lembar
observasi yang digunakan sebagai berikut.
Tabel . Kisi-kisi Lembar Observasi
Aspek yang Diamati Ya Tidak
A Guru membimbing siswa dalam proses
belajar mengajar
B Guru memotivasi siswa dalam
meningkatkan belajar matematika dengan
pemberian kuis
C Sikap siswa saat pembelajaran
D Sikap siswa saat diberikan kuis
E Bentuk motivasi yang diberikan guru
2. Angket
Angket ini berupa kumpulan pernyataan untuk mengumpulkan data
mengenai respons siswa terhadap pemberian kuis dalam proses pembelajaran
matematika guna meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika.
Masing-masing butir pernyataan mempunyai 5 alternatif jawaban yaitu:
SS : sering sekali, JR : jarang,
S : sering, TP : tidak pernah.
KK : kadang-kadang,
Tabel 2. Kisi-kisi Angket
No. Indikator SS S KK JR TP
A. Motivasi mengerjakan kuis
16
matematika
B. Ketekunan dalam mengerjakan dan
menyelesaiakan kuis matematika
Usaha untuk meningkatkan prestasi
C. belajar
Besarnya perhatian terhadap kuis
D. matematika
3. Soal-soal Kuis
Kuis yang disusun untuk penelitian ini dikembangkan berdasarkan analisis
kurikulum atau silabus SMK Negeri 1 Pagelaran untuk mata pelajaran
matematika materi Statistika kelas XII Teknik Otomotif Kendaraan Ringan
sebagai berikut.
Kompetensi Dasar : Menyajikan hasil penerapan konsep peluang untuk
menjelaskan berbagaiobjek nyata melalui percobaan menggunakan frekuensi
relatif
Indikator :
Membuat data dalam bentuk diagram dan table
Membuat data dalam bentuk table dari suatu data tunggal
Menghitung nilai rata-rata dari data table yang sudah diberikan Kuis
diberikan di awal, maupun pada akhir pembelajaran. Kuis hanya diberikan
sekali atau dua kali dalam setiap pertemuan. Tes singkat (kuis) diberikan dengan
tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Tes prestasi
Tes prestasi merupakan tes evaluasi diberikan apabila sub bab telah selesai.
Tes ini diberikan pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Tes prestasi digunakan
untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para siswa setelah siswa
menerima proses belajar-mengajar dari guru. Instrumen ini juga digunakan
sebagai sumber tambahan dalam melihat perkembangan motivasi siswa yang
dilihat dari aspek peningkatan nilai dan hasil belajar siswa selama proses
pembelajaran dengan metode ekspositori yang diberikan kuis. Tes digunakan
untuk mengetahui ketercapaian prestasi belajar siswa siswa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus Pertama
Pelaksanaan pembelajaran tanpa menggunakan Metode Kooperatif Tutorial
Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dengan materi pokok statistik (dilaksanakan
satu kali pertemuan, 2 x 45 menit).
Observasi dalam siklus ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara langsung yang dilakukan observer, sebagai bahan repleksi untuk dilampirkan
pada tindakan siklus kedua.
Siklus kedua
Proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode Kooperatif
Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dengan materi pokok statistik
(dilaksanakan 1 kali pertmuan, 2 x 45 menit). Sebagai hasil dari pengamatan
dianalisis sebagai bahan refleksi, untuk rencana tindakan dalam melaksanakan
penelitian kembali.
Observasi dilakukan oleh peneliti melalui pernyataan :
1. Aktifitas siswa dalam belajar
2. Penerapan Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual
3. Evaluasi dilaksanakan bersama dengan proses pembelajaran siswa
Tabel 4.1 : Data nilai matematika secara individu
NO NAMA SISWA RP RP I RP II
1 Abdul Muhaemin 60 80 90
2 Acep Mulyana 50 70 85
3 Agus maulana 40 60 80
6 Dede Yusup 50 60 80
7 Dian Supriatman 60 75 85
20
8 Firman Agustian 60 75 90
10 Hendi Rustandi 50 60 80
11 Hendra Kurnia 40 70 75
12 Heru 75 90 100
13 Jajang Nurjaman 40 60 85
15 Muhamad Jamaludin 60 75 80
17 Nehru Nazah 50 70 75
20 Rohman 40 75 85
22 Rudiansyah 60 70 85
23 Solehudin 50 75 85
24 Solihin A 75 90 100
25 Taufik Hidayat 50 75 85
27 Zainal Mutakin 50 75 85
28 Riski Nugraha 50 75 90
21
JUMLAH NILAI
1560 2070 2450
RATA-RATA NILAI
55.71 73.92 87.5
1 I 90 100
2 II 85 100
3 III 90 100
4 IV 80 100
5 V 85 100
Adapun kendala bagi siswa adalah bahasa penyampaian yang kurang dimengerti
oleh siswa, penggunaan media kurang tepat atau media kurang disenangi siswa,
interaksi guru dan siswa masih kurang. Guru harus menjelaskan kembali serta
dengan menggunakan media yang disenangi oleh siswa secara berulang-ulang,
dengan menggunakan bahasa campuran yang mudah dimengerti siswa agar
pemahaman terhadap materi dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukan melalui kegiatan proses belajar siswa
yang meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh pada siklus ke 2 yaitu
nilai rata-rata kelas sebesar 87.5. Dengan demikian penggunaan Metode Kooperatif
Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual menunjukan peningkatan presentasi
siswa yang memperoleh nilai lebih dari 75 sebesar 100% dibandingkan dengan
tindakan pertama. Berdasarkan pengamatan bahwa tindakan kedua ini lebih
dominan dan berdampak terutama bagi siswa yang kecerdasannya berada pada
tingkat sedang dan atas.
Hasil refleksi terhadap proses belajar mengajar pada tindakan ke 2 lebih
menonjolkan semangat belajar dan kompetensi yang sehat diantara siswa, namun
tetap mengedepankan pada aspek penerapan materi seluruh siswa. Metode
pembelajaran sangat membantu mencapai pemahaman pada siswa yang lambat atau
relative kurang konsentrasi menerima pelajaran. Pencapaian nilai yang
dikategorikan sudah baik dengan nilai rata-rata 75 ke atas sebanyak 28 siswa atau
100%. Dengan demikian kenaikan prosentase tindakan ke 2 meningkat sebesar 32
% dibandingkan pada tindakan ke 1, dan hasil ini bisa selalu konstan asalkan
metode , strategi, dan media yang digunakan selalu tepat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG)
Matematika.
http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm
Diakses tanggal 22 Oktober 2013.
Krismanto, Al. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Makalah disajikan dalam pelatihan
instruktur/pengembang SMU.
Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek. Bandung:
Penerbit Nusa Media.