Disusun Oleh :
Eni Kasmiyati 1711306053
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 4.
2
Suhermi dan Sehatta Saragih, Strategi Pembelajaran Matmatika, (Pekanbaru: Cendekia
Insani, 2006), hlm. 1.
ilmu pengetahuan dan teknologi”. Hal ini sejalan dengan pendapat Cokroft
yang menyatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:
1. Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan.
2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.
3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas.
4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.
5. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan.
6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.3
Berdasarkan uaraian di atas, maka penguasaan matematika merupakan
suatu hal yang penting, karena matematika banyak digunakan dalam berbagai
bidang ilmu. Matematika juga selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dan mempermudah manusia untuk menghitung sesuatu contohnya saja seperti
dalam hal jual beli, dalam mengukur suatu benda seperti panjang balok dan
lebar balok.
Hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya4. Hal ini sejalan
dengan pendapat yang menyatakan bahwa: hasil belajar siswa dapat diketahui
dengan melakukan evaluasi, yaitu mengukur dan menilai dalam hal ini adalah
menilai hasil kinerja siswa. Dengan mengukur hasil belajar, maka guru dapat
mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang diajarkan. Hasil belajar
dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengetahui apakah metode yang
digunakan sudah tepat atau belum5.
3
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hlm. 253.
4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2008),
hlm. 22.
5
St Hasmiah Mustamin, Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan
Asesmen Kinerja, Lentera Pendidikan 13, no. 1 (June 2010), hlm. 38.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadapa
siswa kelas III SD Negeri 013 Loa Kulu mereka mengatakan bahwa
pembelajaran matematika yang mereka pelajari tidak terlalu di pahami oleh
mereka terutama materi pecahan. Mereka juga mengatakan bahawa guru
mereka menjelaskan materi tersebut dengan beberapa contoh kemudian
mereka hanya memperhatikan penjelasan dari guru dan mengerjakan soal-soal
yang diberikan oleh guru. Dari pernyataan tersebut maka dapat di tarik
kesimpulan bahwa sistem pembelajaran yang dilakukan dikelas III tersebut
masih menggunakan model pembelajaran tradisional. Di mana model
pembelajaran tradisional tersebut siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran
dan hanya menjadi pendengar.
Dari hasil wawancara tersebut, peneliti mencari beberapa model
pembelajaran yang membuat siswa aktif dan salah satu model pembelajaran
yang peneliti pilih yaitu model pembelajaran Numbered Head Together.
Model pembelajaran Numbered Head Together merupakan sebuah model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka dan model ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran serta untuk
semua tingkatan usia siswa, sehingga dapat meningkatkan kerjasama mereka.
Berdasarkan paparan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pkok Bahasan
Pecahan dengan Model Pembelajaran Numbered Head Together Bagi Siswa
Kelas III di SD Negeri 013 Loa Kulu Tahun Ajaran 2019/2020.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini
adalah “ Bagaimana menigkatkan hasil belajar matematika pada pokok
bahasan pecahan dengan model pembelajaran Numbered Head Together bagi
kelas III di SD Negeri 013 Loa Kulu tahun ajaran 2019/2020?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menigkatkan hasil belajar matematika pada pkok bahasan
pecahan dengan model pembelajaran Numbered Head Together bagi siswa
kelas III di SD Negeri 013 Loa Kulu tahun ajaran 2019/2020.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami judul, maka penulis
menganggap penting menuliskan definisi operasional yang terkandung dalam
judul: “Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Pecahan
dengan Model Pembelajaran Numbered Head Together Bagi Siswa Kelas III
di SD Negeri 013 Loa Kulu Tahun Ajaran 2019/2020”, sebagai berikut:
Peningkatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya guru untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika pada pokok bahasan Pecahan bagi
siswa kelas III SD Negeri 013 Loa Kulu.
Hasil belajar adalah hasil atau kemampuan yang diperoleh oleh siswa
dalam proses kegiatan belajar mengajar berupa pengetahuan yang membawa
suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.
Model pembelajaran adalah suatu landasan teori yang merancang
seperangkat strategi konseptual dan prosedur yang sistematis, meliputi
prosedur pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, dan sistem
pendukung serta evaluasi pembelajaran untuk mencapai tujuan dalam
pembelajaran.
Numbered Head Together atau penomoran berfikir bersama adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara umum kegunaan dari penelian ini adalah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait dengan penggunaan
model pembelajaran Numbered Head Together untuk meningkatkan hasil
belajar siswa Sekolah Dasar.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa dapat belajar dengan penuh semangat, mengajak mereka
aktif dalam pembelajaran akan membuat siswa mudah dalam
memahami apa yang mereka pelajari dan memotivasi siswa dalam
belajar agar mendapatkan hasil belajar yang baik.
b. Bagi Guru
Dapat dijadikan pedoman dalam menciptakan lingkungan belajar
yang dapat mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional pada bidang studi Matematika
dengan cara menggunakan model pembelajaran Numbered Head
Together.
c. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti mengenai
pembelajaran dengan menggunakan medel pembelajaran Numbered
Head Together untuk meningkatkan hasil belajar Matematika.
F. Kajian Pustaka
Penelitian ini menggunakan berbagai literatur sebagai acuan untuk
memperkuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Berkaitan
dengan hal itu maka peneliti telah mencari hasil penelitian yang memiliki
topik bahasan yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan peneliti
tentang hasil belajar Matematika pada pokok bahasan pecahan dengan model
pembelajaran Numbered Head Together bagi siswa kela III SD Negeri 013
Loa Kulu tahun ajaran 2019/2020. Dari hasil penelusuran tersebut didapat
beberapa penelitian yang hampir sama yaitu sebagai berikut:
Zainal Arifin, Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok
Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi
Tahun Pelajaran 2012/2013. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk penerapan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan di
kelas IV, hasil belajar siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan di kelas IV
akan meningkat melalui penerapan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI). Penelitian ini dilakukan di MI Ghidaul Athfal
Kota Sukabumi tahun pelajaran 2012/2013. Subyeknya adalah siswa kelas IV
dengan jumlah siswa 28 orang. Pokok bahasan yang diteliti adalah bilangan
pecahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah lembar observasi aktivitas siswa, jurnal harian siswa, wawancara, dan
tes akhir siklus. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan
pendekatan PMRI dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa
yaitu 53,70 % pada siklus I menjadi 72,73% pada siklus II. Hal tersebut
menunjukkan pula adanya peningkatan rata-rata hasil belajar matematika
siswa yaitu 77,14 pada siklus I menjadi 83,11 pada siklus II, dan memberikan
respon positif terhadap pembelajaran matematika sebesar 77,38% pada siklus
I dan 85,12% pada siklus II.6
Haidar Habib, Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang di
Ajarkan dengan Model Pembelajaran Think Pair Shar (TPS) dan Model
Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada Materi
Bilangan Bulat dan Pecahan di Kelas VII SMP YPI Amir Hamzah Tahun
Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran TPS, hasil belajar
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran STAD, apakah ada
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara model pembelajaran TPS dan
model pembelajaran STAD kelas VII SMP YPI Amir Hamzah tahun pelajaran
2018/2019.penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII SMP YPI Amir Hamzah yang berjumlah 50
siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII-1 berjumlah 20 siswa
sebagai kelas eksperimen-1 dan kelas VII-2 berjumlah 24 siswa sebagai kelas
eksperimen-2. Temuan dalampenelitian ini menunjukkan: (1) hasil belajar
matematika siswa kelas VII-1 SMI YPI Amir Hamzah yang di ajar dengan
model pembelajara TPS memperoleh skor rata-rata sebesar 80, (2) hasil
belajar matematika siswa kelas VII-2 SMP YPI Amir Hamzah yang diajar
dengan model pembelajaran STAD memperoleh skor rata-rata sebesar 81,875,
(3) tiada terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang signifikan
antara model pembelajaran TPS dan STAD di kelas VII SMP YPI Amir
Hamzah. Hal ini berdasarkan perhitungan statistik uji-f diperileh angka
sebesar 0,334 sedangkan f-tabel sebesar 4,042.7
6
Zainal Arifin, Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI
Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2013.
7
Haidar habib, Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang di Ajarkan dengan Model
Pembelajaran Think Pair Shar (TPS) dan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) pada Materi Bilangan Bulat dab Pecahan di Kelas VII SMP YPI Amir Hamzah Tahun Pelajaran
Zumrotus Saadah, Penerapan Tipe Numbered Head Together (NHT)
untuk Menigkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak pada Siswa Kelas IV di MI
NU Tribhakti At-Taqwa. Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya fakta
saat survey tanggal 22 maret 2019 bahwa hasil belajar siswa kelas IV mata
pelajaran Aqidah Akhlak kurang maksimal, ditandai dengan 60% yang tuntas
yaitu 18 siswa. Padahal siswa diharuskan belajar selangkah demi selangkah
dan baru boleh beranjak mempelajari KD berikutnya jika sudah menguasai
sekurang kurangnya 75% dari KD yang sudah ditetapkan. Faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa yaitu kerena Metode
pembelajaran yang kurang menyenangkan dan beberapa faktor lainnya.
Penelitian ii bertujuan untuk mengetahui penerapan model cooperative
learning tipe numbered hesd together (NHT) dalam meningkatkan hasil
belajar Aqidah Akhlak materi memahami kalimat thayyibah siswa kelas IV di
MI Nu Tribhakti At-Taqwa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK) dengan menggunakan model cooperative learning tipe numbered
head together (NHT). Penelitian ini bertindak sebagai mitra dan guru sebagai
kolaborator. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV MI NU Tribhakti At-
Taqwa yang berjumlah 30 siswa. Dengan pengumpulan data yang dilakukan
dengan lembar tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pembelajaran
dilakukan sebanyak 3 siklus dengan 6 kali pertemuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan. Peningkatan hasil
belajar siklus I ke siklus II yaitu sebesar 0,3% dan siklus II ke siklus III
sebesar 13,6% . target ketuntasan belajar yang ingin dicapai dari siswa dengan
nilai >70 sebanyak 75% dapat dicapai dengan presentase ketuntasan belajar
sebesar 86,60%. Tindakan berhenti pada siklus III karena telah mencapai
target ketuntasan belajar yang sudah ditetapkan. Maka dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model Numbered Head Together (NHT) dapat
TABEL I
KAJIAN PUSTAKA
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini didasarkan pada
pedoman penulisan karya ilmiah IAIN Samarinda, sebagai dalam penelitian
ini didasarkan pada pedoman penulisan karya ilmiah IAIN Samarinda, sebagai
berikut:
BAB I berisi tentang pendahuluan yang memuat latar belakang yang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, kajian
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II berisi tentang landasan teori dengan sub bahasan teori hasil
belajar Matematika pada pokok bahasan Pecahan dan model pembelajaran
Numbered Head Together.
BAB III berisi tentang metode penelitian dengan sub bahasan yaitu jenis
penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan
analisis data.
BAB IV berisi tentang penelitian dan bahasan.
BAB V berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pecahan
1. Pengertian Hasil Belajar
Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya
input secara fungsional. Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah
mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.9
Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata, hasil belajar
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial
atau kapasitas yang dimiliki seseorang.10
Hasil belajar menurut Abdurrahman, yaitu kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui serangkaian kegiatan belajar. Belajar
sendiri merupakan suatu proses untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan perilaku yang relatif tetap. Anak yang berhasil dalam belajar
ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-
tujuan intruksional.11
Berdasarkan menurut beberapa pendapat di atas maka dapat di
simpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh anak
akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses sehingga anak berhasil
mencapai tujuan dari pembelajaran.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka
perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
9
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hlm. 44.
10
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 102.
11
Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
hlm.127.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung terhadap hasil belajar adalah:
a. Faktor peserta didik yang meliputi kapasitas dasar, bakat khusus,
motivasi, minat, kematangan dan kesiapan, sikap dan kebiasaan.
b. Faktor sarana dan prasarana, baik yang terkait dengan kualitas,
kelengkapan maupun penggunaannya, seperti guru, metode dan
teknik, media, bahan dan sumber belajar.
c. Faktor lingkungan, baik fisik, sosial maupun kultur, di mana kegiatan
pembelajaran dilaksanakan.
d. Faktor hasil belajar yang merujuk pada rumusan normatif harus
menjadi milik peserta didik setelah melaksanakan proses
pembelajaran.12
Jadi faktor-faktor yang adapat mepengaruhi hasil belajar yaitu peserta
didik, sarana dan prasarana, dan lingkungan.
3. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
semua jenjang pendidikan yang memiliki peran penting dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.13 Kata matematika berasal
dari perkataan latin mathematika yang mulai diambil dari bahasa Yunani
mathematike yang berarti mempelajari, kata tersebut mempunyai asal kata
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (Knowledge, science).14
Menurut Susanto matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang
bisa meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat, memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari hari dan dalam dunia kerja,
12
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 299-300.
13
Khusnul Khatimah, Mansur, “Pengaruh Model Pembelajaran Team Asissted Individualization
(TAI) Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Menjumlahkan dan Mengurangi Pecahan”, Jurnal
Ibtida’i Vol. 5 No.2, 2018, hlm. 176.
14
Hasan Sastra Negara, Konsep Dasar Matematika untuk PGSD, (Bandar Lampung: Aura
Publishing, 2013), hlm. 1.
serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. 15
4. Pengertian Pecahan
Dalam pembelajaran Matematika, materi yang diajarkan salah
satunya adalah pecahan. Kata pecahan bagian dari keseluruhan yang
berukuran sama besar dari bahasa lain Fraction yang berarti memecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bilangan pecahan adalah
a
bilangan rasional yang dinyatakan dalam bentuk X= , dengan a bilangan
b
bulat dan b bilangan asli. A dinamakan pembilang dan b dinamakan
a
penyebut. Suatu pecahan dapata dinyatakan dalam bentuk , dengan b ≠
b
0.16
Berdasarakan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang terdiri dari pembilang dan penyebut di
mana penyebut tidak sama dengan nol.
17
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 13.
18
Hanna Sundari, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DAN PEROLEHAN BAHASA KEDUA/ASING,
Dalam Jurnal Pujangga, Vol. 1. No. 2, Desember 2015.
19
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), hlm. 14.
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.20
Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama
atau kepala bernomor adalah jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional.21
Jadi model pembelajaran Numbered Head Together merupakan
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dan saling bertukar pikiran dalam sebuah kelompok yang
bisa meningkatkan semangat kerjasama dalam kelompok.
3. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Head Together
Dalam model pembelajaran Number Head Together (NHT) ini
terdapat kelebihan dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pemahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siswa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar.22
Jadi jika model pembelajaran Numbered Head Together ini
diterapkan di dalam kelas maka model tersebut bisa membuat siswa
20
Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Pendidik dan
Keilmuan, (Jakarta: Erlangga, 2014), hlm. 94.
21
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser, 2007),
hlm.62.
22
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru, (Jogjakarta: Kata Pena, 2015), hlm. 30.
senang dan bersemangat dalam belajar karena model tersebut dapat
meningkatkan rasa percaya diri terhadap diri siswa.
4. Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head Together
Ada beberapa kekurangan dalam model pembelajaran Number Head
Together (NHT) ini, yaitu:
a. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena
membutuhkan waktu yang lama.
b. Karena keterbatasan waktu, mengakibatkan semua anggota kelompok
tidak bisa mengutarakan pendapatnya.
c. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
d. Kendala teknis, misalnya seperti tempat duduk kadang-kadang sulit
atau kurang mendukung untuk diatur kegiatan kelompok.23
5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together
Langkah-langkah dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa
dalam kelas menggunakan model Numbered Head Together (NHT), di
antaranya adalah:
a. Tahap 1 (Penomoran) Dalam tahap ini guru membagi siswa ke dalam
kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi
nomor 1 sampai 5.
b. Tahap 2 (Mengajukan pertanyaan) Guru mengajukan sebuah
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan
dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya,
“siapakah yang suka pisang?” atau berbentuk arahan, misalnya
“pastikan setiap orang mengetahui 5 nama ibu kota propinsi yang
terletak di Pulau Sumatera”.
23
Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran, (Bandung: Pustaka
Setia, 2017), hlm. 338.
c. Tahap 3 (Berfikir Bersama) Siswa menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam
kelompoknya untuk mengetahui jawaban kelompok.
d. Tahap 4 (Mengkomunikasikan) Guru memanggil satu nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya disebutkan mengacungkan
tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan didepan kelas.24
C. Kerangka Berpikir
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian merupakan siswa kelas III SD Negeri 013 Loa Kulu
pada mata pelajaran matematika dengan pkok bahasan pecahan pada
semester genap yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 15 siswa perempuan
dan 9 siswa laki-laki.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 013 Loa Kulu Kecamatan Loa
Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur yang
berlokasi di Lempatan Baru RT. 08 Desa Jembayan Tengah.
3. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semseter genap tahun ajaran
2019/2020 yang terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus memiliki 2
pertemuan. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 7 April
2020 dan pertemuan kedua tanggal 21 April 2020. Siklus II pertemuan
pertama pada tanggal 5 Mei 2020 dan pertemuan kedua pada tanggal 19
Mei 2020.
B. Prosedur Siklus Penelitian
Pada penelitian ini, prosedur penelitian dilaksanakan dengan
menggunakan siklus-siklus tindakan diawali dengan perencanaan (Planning),
tindakan (Action), mengobservasi (Observation), dan melakukan refleksi
(Reflection), dan seterusnya sampai adanya peningkatan yang diharapkan
tercapai. Prosedur pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat pada bagian di
bawah ini:
Perencanaan
Observa
Perencanaan
Observa
dst
Nama Kelompok : 1
SIKLUS II
Pada pelaksanaan siklus II ini adalah perbaikan dari hasil refleksi yang telah
dilakukan pada siklus I. Kegiatan pada siklus kedua ini terdiri dari 2
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 21 April 2020 dan
pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2020. Kemudian rencana
kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunalan model pembelajaran
Numbered Head Together, guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan oleh
peneliti bersama guru adalah menyiapkan pernagkat pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan dengan mengemangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), instrumen tes,
dan non tes. Pada siklus II RPP yang dibuat sebanyak dua pertemuan,
yaitu pertemuan pertama membahas tentang bilangan pecahan secara
individu. Pertemuan kedua yaitu membahas tentang bilangan pecahan dan
menyelesaikan LKPD secara berkelompok. Instrumen tes berupa soal
tentang bilangan pecahan sebanyak lima soal isian. Instrumen non tes
berupa lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam
menyelesaikan masalah dan interaksinya serta kerja guru dalam proses
pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah
ditetapkan. Dalam siklus II ini, kegiatan awal yang dilakukan guru adalah
menyiapakan fisik dan psikis siswa sebelum mengikuti siswa sebelum
mengikuti proses pembelajaran. Adapun langkah - langkah kegiatan
sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan Apresepsi dengan mengajukan pertanyaan
kepada siswa, jika cuaca cerah dan udara terasa panas, buah apa
yang enak dikonsumsi ya.
2) Guru memberikan Motivasi mengenai gambaran tentang manfaat
mempelajari materi pecahan , seperti kita dapat mengenal bentuk
pecahan.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu : mempelajari
materi pecahan.
b. Kegiatan Inti
1) Pertemuan pertama siswa diberi penjelasan contoh mengenai
cara menulis bentuk pecahan. pertemuan kedua siswa diminta
untuk membuat lingkaran di kardus dan membaginya menjadi 6
atau 8 bagian dan mengerjakan soal serta berdiskusi kelompok
sesuai dengan LKPD yang telah guru berikan.
2) Pertemuan pertama siswa secara individu dan pertemuan kedua
siswa secara berkelompok.
3) Pertemuan pertama siswa secara individu untuk menyelesaikan
tugas dari guru dan pertemuan kedua siswa secara berkelompok
untuk menyelsaikan masalah yang telah di berikan guru dari
membuat lingkaran sampai membaginya menjadi beberapa
bagian.
4) Masing-masing perwakilan kelompok memperesentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dengan cara guru menyebutkan nomor
yang ada di atas kepala siswa.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru menanyakan kepada siswa poin-poin penting yang
dipelajari hari ini seperti, bagaimana bentuk tulisan bilangan
pecahan, bagaimana membagi lingkaran kardus tersebut kepada
teman-teman satu kelompoknya, mengapa demikian?.
2) Guru meminta siswa menuliskan perasaannya setelah melalui
proses pembelajaran hari ini.
3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa.
3. Observasi dan evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh Eni Kasmiyati dari IAIN
Samarinda dan Bapak Abdul Razak, M.Pd dari IAIN Samarinda sebagai
mitra kolabolator yang berfungsi sebagai pengamat kegiatan dilakukan
oleh guru dan siswa selama pembelajaran, yaitu mulai dari kegiatan awal
hingga kegiatan akhir. Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan
pada saat implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran.
Pada siklus akhir yaitu siklus kedua di akhiri dengan melakukan tes.
4. Refleksi
Selama penelitian dilakukan, hasil yang dianalisis dan dikaji keberhasilan
dan kegagalannya. Data yang diperoleh pada proses belajar mengajar
dengan hasil dan analisis pada siklus I terdapat tiga hal yang perlu direvisi
dan kekurangan maka analisis direfleksikan untuk menentukan tindakan
pada siklus II dalam rangkaian mencapai tujuan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai
berikut:
1. Teknik Observasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data awal dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung dengan datang kesekolah SDN
013 Loa Kulu dengan memperhatiakan proses belajar mengajar di kelas.
Cara mendapatkan datanya yaitu menulis secara langsung pengamatan di
dalam kelas dan hal ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh
informasi mengenai kondisi belajar siswa kelas III pada saat mata
pelajaran matematika.
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara yang dilakukan oleh peneliti merupakan teknik
wawancara terstruktur, yang digunakan sebagai alat pengumpul data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpul data menyiapkan instrumen peneliti berupa
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pu telah disiapkan. 25
Metode ini digunakan penelti untuk mendapatkan data yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian, untuk mendapatkan data awal tentang
penggunaan metode peneliti mewawancarai Guru dan siswa kelas III SD
Negeri 013 Loa Kulu.
3. Teknik Tes
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hasil
belajar siswa dengan cara memberikan serangkaian soal kepada siswa
kelas III SD Negeri 013 Loa Kulu.
4. Teknik Dokumentasi
Teknik ini dilakukan untuk mengambil gambar-gambar yang
dilakukan oleh peneliti di SD Negeri 013 Loa Kulu sebagai penguat dan
bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian serta gambaran umum
tentang SD Negeri 013 Loa Kulu, kemudian data tentang prestasi belajar
siswa serta data hasil pengamatan observasi.
D. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan
kuantitatif
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis proses
pembelajaran meliputi diskusi kelompok dan interaksi antar siswa dalam
berdiskusi, sedangkan untuk guru menganalisis proses pembelajaran
dalam penanaman konsep pecahan.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh dari hasil belajar setiap siklus. Adapun rumus yang digunakan
adalah
25
Sugiyono
a. Rata-rata Rata-rata digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa dengan menggunakan rata-rata skor hasil belajar
masing-masing siklus.
n
∑ ¿ 1 xi
i
x́=
n
Keterangan:
n :banyaknya siswa
fi
Persentase= ×100 %
F
Keterangan:
fi : banyak siswa
F : jumlah siswa
E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah 65% siswa mendapat
nilai minimal 70 atau dapat ditulis sebagai berikut presentase siswa yang
mendapat nilai 70 ≥ 65%.