Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING


DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI KELAS V SEKOLAH
DASAR NEGERI 4 MENTENG KOTA PALANGKARAYA

Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Prof. Dr. Holten Sion, M.Pd

Oleh :

AGUSTIN FRISKA

NIM : 203030212136

ROMBEL D
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN IKORDIKDAS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Mulia
telah memberikan anugerah serta karunianya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini dengan waktu yang telah
ditetapkan.

Penyusunan proposal ini dibuat untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir


Semester yang berjudul “ Penggunaan model pembelajaran quantum teaching
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan
alam di kelas v sekolah dasar negeri 4 menteng kota palangkaraya ”. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Prof. Dr. Holten Sion,
M.Pd yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun
proposal penelitian tindakan kelas. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih
banyak kekurangan yang terdapat didalamnya. Penulis hanyalah manusia biasa
yang jauh dari kata kesempurnaan karena sesungguhnya kesempurnaan hanya
milik Tuhan.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan kiranya


proposal ini dapat memberikan gambaran atau pemahaman kepada para pembaca
pembaca dan dapat menjadi sumber referensi yang berguna.

Palangkaraya, April 2023

Agustin Friska

NIM : 203030212136
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakekatnya manusia hidup di dunia ini membutuhkan pendidikan.
Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat
mencetak manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran
pembangunan nasional. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Undang-undang Satuan Pendidikan No. 20 tahun 2003 bahwa, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan
oleh peserta didik atau murid. Berkaitan dengan itu, sekolah merupakan
salah satu lembaga formal yang memiliki peran penting dalam
menyelenggarakan proses pendidikan. Di dalam proses belajar mengajar
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Maka dari itu,
salah satu faktor yang menentukan mutu pendidikan adalah guru guna
meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, guru harus senantiasa
berupaya mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif dan
inovati bagi peserta didik untuk.
Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran
yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai berbagai tujuan,
fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang
pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Model - model
pembelajaran juga biasanya di susun berdasarkan berbagai prinsip atau
teori pengetahuan, para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan
prinsip-rinsip pembelajaran, teori-teori psikologi, sosiologi, analisis
sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.
Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman (2018) model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau lingkungan belajar lain. Model pembelajaran dijadikan pola
pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai
dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan, diperlukan proses pembelajaran yang menguntungkan
dan menarik bagi peserta didik. Selain itu model pembelajaran yang
menarik dapat merangsang semangat belajar peserta didik sehingga peserta
didik terbantu untuk memperoleh ide-ide, pengalaman-pengalaman, fakta-
fakta, dan kecakapan, yang pada akhirnya dapat menimbulkan tanggung
jawab pada diri siswa itu sendiri untuk aktif mendidik dirinya. Guru
hendaknya dapat memilih dan menentukan model yang dipandang dapat
memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan hasil
belajar dapat lebih ditingkatkan.
Penulis menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching
pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Alasan peneliti memilih
untuk menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching, karena model
pembelajaran belum banyak diterapkan dalam proses pendidikan di
Indonesia, disamping model itu tergolong baru dan belum banyak dikenal.
Kebanyakan guru lebih suka mengajar dengan konvensional, yaitu model
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred instruction).
Berdasarkan hal diatas, Pengalaman penulis selama ini secara
khusus dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA), ada
kecendurungan dominasi pembelajaran berada di tangan guru yang
pengetahuan berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
fakta, konsep, prinsip tetapi juga merupakan proses penemuan. IPA
diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk membekali diri
sendiri dan alam sekitar, serta proses perkembangan lebih lanjut dalam
menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
pembelajaran diharapkan menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan potensi agar memahami alam sekitar
secara ilmiah.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan
adalah dengan menerapkan model pembelajaran IPA Quantum Teaching,
model ini dikembangkan oleh Bobbi DePorter. Quantum Teaching adalah
penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya, dan Quantum
Teaching juga menyertakan segala kaitan,interaksi, dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada
hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan
landasan dan kerangka. Model Quantum Teaching dirancang dengan
menggunakan prinsip-prinsip komunikasi yang ampuh, diperkuat dengan
pendekatan multisensori, multikecerdasan dan berdasarkan kerangka
rancangan belajar Quantum Teaching yang dikenal dengan TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi dan Rayakan)
Berdasarkan uraian diatas , maka rencana Tindakan ini diberi judul
“Penggunaan model pembelajaran quantum teaching dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas v
sekolah dasar negeri 4 menteng kota palangkaraya”
B. Identifikasi Masalah
Pada bagian latar belakang diatas maka masalah yang terjadi di kelas V
SDN 4 Menteng kota Palangkaraya kurangnya kreatifitan guru dalam
memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan
kegiatan belajar mengajar. Setelah melakukan kajian yang mendalam,
dapat diidentifikasikan hal-hal berikut :
1. Guru menggunakan model pembelajaran namun cara penyampaiannya
tidak kreatif dan bervariasi sehingga pemahaman dan penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran masih rendah
2. Dalam menggunakan model pembelajaran, Guru hendaknya
meningkatkan hasil belajar siswa yang masih rendah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, Adapun batasan masalah yang
menjadi pusat perhatian adalah :
1. Masalah pengunaan model pembelajaran yang masih bersifat
konvensional hanya terbatas pada mata pelajaran IPA
2. Masalah model pembelajaran quantum teaching terbatas pada hasil
belajar siswa
3. Upaya peningkatan hasil belajar siswa hanya terbatas pada
penggunaan model pembelajaran quantum teaching
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diteliti, sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan model pembelajaran quantum teaching dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam di kelas V SDN 4 menteng palangkaraya?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran quantum
teaching dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V SDN 4 menteng palangkaraya

2. Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa pada mata


pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V SDN 4 menteng
palangkaraya
3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran quantum teaching pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam di kelas V SDN 4 menteng palangkaraya
F. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai informasi bagi guru untuk memperkaya pengetahuan guru
dalam meningkatkan keterampilan dan memilih model pembelajaran
yang bervariasi untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA
2. Sebagai sumber belajar yang dapat mengarahkan siswa agar dalam
pelaksanaan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar.
3. Sebagai tindakan alternatif bagi guru dalam rangka memperbaiki hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SD
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Teori-Teori Yang Relevan


1. Model Pembelajaran Quantum Teaching
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau
petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai mutu
pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Model pembelajaran sangat erat kaitannya
dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar
guru (teaching style), yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style
of Learning and Teaching) (Nanang,2012). Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Kegiatan pembelajaran guru dapat memilih model pembelajaran yang
sesuai, dan menarik bagi peserta didik. Dengan pemilihan model
pembelajaran yang sesuai maka kegiatan pembelajaran yang dilakukan
akan berjalan efektif, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA.
Pengembangan konsep model pembelajaran, maka guru harus
dapat memastikan bahwa model pengajaran atau pembelajaran itu
harus mengandung suatu rasional yang tercakup pada teori, berisi
rangkaian strategi yang dilakukan guru maupun peserta didik,
didukung dengan sistem penunjang atau fasilitas pembelajaran, dan
model pembelajaran untuk evaluasi kemajuan peserta didik. Model
pembelajaran dapat diartikan sebagai satuan acara yang berisi
prosedur, langkah teknis yang harus dilakukan dalam mendekati
sasaran proses dan hasil belajar sehingga mencapai keefektifan
menurut kesesuaian dengan pengaturan waktu, tempat dan subyek
ajarnya.
b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam
usaha mengoptimalkan hasil belajar peserta didik, model pembelajaran
tersebut antara lain :
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-
kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan
bersama. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara
peserta didik dalam kelompok. Cooperative Learning berasal dari
dua kata yaitu Cooperative dan Learning. Cooperative berarti
kerjasama dan Learning berarti belajar. Jadi, Cooperative Learning
merupakan belajar melalui kegiatan bersama. Selama proses
kerjasama berlangsung, tentunya ada diskusi, saling bertukar ide,
yang pandai mengajari yang lemah, dari individu atau kelompok
yang belum tahu menjadi tahu. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif adalah suatu proses yang membutuhkan partisipasi dan
kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan belajar peserta didik menuju belajar lebih baik,
sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku social.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
Model pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada
masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya
sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi
dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan
diri sendiri (Arends dalam abbas, 2000 : 13). Model ini bercirikan
penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus
dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan
berfikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan
pengetahuan konsep – konsep penting, di mana tugas guru harus
memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan
mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah, penggunaannya
di dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi
berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.
3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning).
Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema
yang menan tang, yang melibatkan siswa dalam mendesain,
memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau kegiatan
investigasi; memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
dalam periode waktu yang telah dijadwalkan dalam menghasilkan
produk (Thomas, Mergendoller, and Michaelson, 1999).
Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang
menggunakan Proyek sebagai media dalam proses pembelajaran
untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa
untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan
meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan
mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman
nyata.
4. Model Pembelajaran Quantum Teaching
Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan proses
pembelajaran dengan menyediakan latar belakang untuk
meningkatkan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan.
Pembelajaran Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, dan memudahkan proses belajar. Dengan demikian,
model pembelajaran Quantum Teaching merupakan suatu proses
pembelajaran dengan menyediakan latar belakang untuk
meningkatkan proses belajar mengajar menjadi lebih
menyenangkan.
Cara ini memberikan sebuah gaya mengajar yang
memberdayakan peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar
lebih dari dianggap mungkin. Dan juga membantu guru
memperluas keterampilan peserta didik, sehingga guru akan
memperoleh kepuasan yang lebih besar dari pekerjaanya.
5. Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran Discovery Learning adalah proses
pembelajaran yang terjadi bila peserta didik tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi
sendiri. Model pembelajaran Discovery Learning lebih
menekankan
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui,
dalam penyampaian materi guru sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar aktif.
Model Discovery Learning peserta didik mampu memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan pengetahuan, dan mengoptimalkan
daya ingat peserta didik dalam memahami materi yang telah
disampaikan.
6. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching)
Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And
Learning / CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru
dalam proses pembelajaran dengan mengaitkan konten mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi siswa yang
membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga
negara dan tenaga kerja. Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat
2008), CTL juga merupakan sebuah sistem yang merangsang otak
untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna dengan
menghubungakan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan
sehari-hari siswa.
Dari uraiakan diatas, maka model pembelajaran Quantum
Teaching adalah model pembelajaran yang akan digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
a. Pengertian Model Pembelajaran Quantum (Quantum Teaching)
Model-model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli
dalam upaya mengoptimalkan prestasi belajar siswa salah satunya adalah
model pembelajaran Quantum (Quantum Teaching). Kata Quantum pada
awalnya digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan ilmu kimia
dan fisika. Namun kata Quantum dalam pengajaran dikenal dengan
Quantum Teaching atau model pembelajaran Quantum yang digunakan
untuk meningkatkan mutu pembelajaran. (Leasa dan Ernawati 2013)
menyatakan pembelajaran Quantum merupakan suatu cara pandang baru
yang memudahkan proses belajar siswa dengan pengubahan belajar yang
meriah dengan segala nuansa yang ada di dalam dan di sekitar situasi
lingkungan belajar melalui interaksi yang ada di sekitar kelas.
Pembelajaran Quantum dapat membuat belajar sebagai proses yang
menyenangkan dan bermanfaat. Dalam melaksanakan pembelajaran
Quantum, guru harus mampu menjadikan proses belajar sebagai kegiatan
yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, mengoptimalkan segala
interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran demi
mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Guru bisa memilih berbagai
metode belajar yang diinginkan, menggunakan media belajar yang
menarik dan sesuai dengan materi yang diajarkan demi tercapainya
kesuksesan peserta didik dalam belajar.
Pembelajaran Quantum juga memberdayakan seluruh potensi dan
lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar merupakan suatu
yang
menyenangkan dan bukan merupakan suatu yang memberatkan. Dalam
pembelajaran Quantum, faktor lingkungan dan kemampuan peserta didik
memiliki posisi yang sama-sama penting. Pendapat serupa juga
dikemukakan oleh (Hamdayana, 2014) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran yang berupaya
memadukan (mengintegrasikan, menyinergikan, mengelaborasikan) faktor
potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan
mental) sebagai konteks pembelajaran. Penataan situasi lingkungan belajar
yang optimal baik secara fisik maupun mental sangat dibutuhkan demi
menunjang keberhasilam pembelajaran. Dengan demikian peserta didik
mendapatkan langkah awal yang efektif untuk mengatur pengalaman
belajarnya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan pembelajaran
Quantum Teaching adalah upaya guru untuk menggabungkan berbagai
interaksi dalam proses pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan hasil
belajar dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara
dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami.

b. Prinsip – Prinsip Model Pembelajaran Quantum


Prinsip-prinsip model pembelajaran Quantum, menurut (Wena,2009)
pembelajaran Quantum bersandar pada suatu konsep, yaitu “bawalah dunia
siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa”. Artinya
langkah pertama seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan
memahami atau memasuki dunia siswa. Tindakan ini akan memberi
peluang bagi guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan
siswa dalam kegatan pembelajaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
cara mengaitkan apa yang akan diajarkan guru dengan sebuah peristiwa,
pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial,
ataupun akademis siswa. setelah kaitan itu terbentuk, siswa dapat dibawa
ke dunia guru, dan kemudian memberi siswa pemahaman tentang isi
pembelajaran.
Model pembelajaran Quantum memiliki 5 prinsip, yaitu :
1. Segalanya berbicara segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa
tubuh guru, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan
pembelajaran, semuanya mengirimkan pesan tentang belajar.
2. Segalanya bertujuan semuanya yang terjadi dalam kegiatan PBM
mempunyai tujuan
3. Pengalaman sebelum pemberian nama: proses belajar paling baik
terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka
memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
4. Akui setiap usaha, menghargai usaha peserta didik sekecil apapun.
Belajar mengandung resiko, belajar berarti melangkah keluar dari
kenyamanan. Pada saat peserta didik mengambil langkah ini,
peserta didik patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka.
5. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan perayaan dapat
memberi umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi
positif dengan belajar.
Lebih jauh dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya,
sebab quantum teaching akan membantu peserta didik dalam
menumbuhkan semangat belajar peserta didik untuk terus belajar.
Quantum Teaching menekankan pula pentingnya bahasa tubuh, seperti
tersenyum, mengadakan kontak mata dengan peserta didik, membuat
kegiatan pembelajaran tidak membosankan.
c. Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching
Pembelajaran Quantum merupakan salah satu model pembelajaran yang
inovatif yang berorientasi pada peserta didik. Model pembelajaran ini
sangat
efektif karena memungkinkan peserta didik dapat belajar secara optimal,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Menurut DePorter, rancangan pelaksanaan pembelajaran Quantum dikenal
dengan singkatan “TANDUR” yang merupakan kepanjangan dari
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (Wena,
2009).
1. Tumbuhkan, yaitu pada awal kegiatan pembelajaran guru harus
berusaha
menumbuhkan/mengembangkan minat siswa untuk belajar.
Memberikan
apersepsi yang cukup dapat dilakukan sehingga sejak awal kegiatan
siswa telah termotivasi untuk belajar.
2. Alami merupakan tahap ketika guru menciptakan atau mendatangkan
pengalaman yang dapat dimengerti semua peserta didik. Tahap ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan awal yang telah dimiliki. Selain itu tahap alami bisa
dilakukan dengan mengadakan pengamatan.
3. Namai, yaitu saatnya untuk mengajarkan kata kunci, konsep, model,
rumus, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Penamaan dibangun
diatas pengetahuan dan keingintahuan peserta didik saat itu.
4. Demonstrasikan, yaitu berikan peluang/kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan dan menerapkan pengetahuan mereka, mengaitkan
pengalaman mereka dengan data yang baru, sehingga mereka
menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
5. Ulangi pengulangan akan memperkuat koneksi saraf sehingga
menguatkan struktur kognitif peserta didik, semakin sering dilakukan
pengulangan pengetahuan akan semakin mendalam.

Penerapan metode TANDUR dalam model pembelajaran


quantum teaching, dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat
memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan
oleh guru. Maka dari itu, penerapan metode TANDUR akan
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik, dan peserta
didik lebih aktif mengikuti pembelajaran yang akan berdampak pada
peningkatan hasil belajar peserta didik.
d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quantum Teaching
Pembelajaran quantum teaching memiliki langkah-langkah yang harus
dimiliki dan diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar dikelas
agar hasil dari model tersebut dapat dilihat hasilnya.
Langkah-langkah model quantum teaching antara lain :
1. Guru wajib memberikan keteladanan sehingga layak menjadi panutan
bagi siswa kelas V, berbicarahlah yang jujur, jadi pendengar yang
baik,
dan selalu gembira (tersenyum).
2. Guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan atau
menggembirakan. Ini karena “learning is most effective when it’s
fun”,
serta terciptanya makna pemahaman penguasaan materi yang
diajarkan
dan nilai yang membahagiakan pada diri siswa kelas V di SDN 4
Menteng Palangkaraya.
3. Lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bisa membawa
kegembiraan di SDN 4 Menteng Palangkaraya
4. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan
terlibat dan berpengaruh kuat pada proses belajar.
5. Semua siswa kelas V diusahakan memiliki buku sumber belajar
lainnya, tidak diperkenankan guru mencatat atau menyuruh peserta
didik untuk mencatat pelajaran di papan tulis.

Kegiatan belajar menggunakan model pembelajaran quantum teaching guru


menjadi panutan bagi siswa kelas V di SDN 4 Menteng Palangkaraya.Guru
yang menyampaikan materi dengan membuat suasana belajar lebih nyaman,
aman, dan menyenagkan akan berpengaruh terhadap pemahaman materi
oleh peserta didik. Maka dari itu, hasil belajar siswa kelas V yang
meningkat akan berpengaruh terhadap keberhasilan guru dalam menerapkan
model pembelajaran quantum teaching sesuai dengan langkah-langkah
model pembelajaran quantum teaching.

e. Kelebihan Quantum Teaching


Kelebihan model pembelajaran Quantum Teaching, setiap model
pembelajaran pasti memiliki kelebihan dalam prosesnya begitu juga
dengan model pembelajaran quantum teaching. Adapun kelebihannya
antara lain :
1. Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam
satu saluran pikiran yang sama di SDN 4 Menteng Palangkaraya
2. Karena Quantum Teaching lebih melibatkan peserta didik, maka saat
proses pembelajaran perhatian peserta didik dapat dipusatkan kepada
hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu
dapat diamati secara teliti oleh siswa di SDN 4 Menteng Palangkaraya
3. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
4. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan pada
siswa kelas V di SDN 4 Menteng Palangkaraya
5. Pelajaran yang diberikan oleh guru sehingga mudah diterima atau
dimengerti oleh siswa di SDN 4 Menteng Palangkaraya.

2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. asil belajar
digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Hasil belajar pada siswa kelas V di SDN 4
Menteng Palangkaraya merupakan puncak dari proses pembelajaran,
seorang siswa dikatakan berhasil menguasai materi pembelajaran jika
ia mendapat nilai yang bagus, artinya harus mencapai nilai KKM.
Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu :
1. Ranah Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Segala upaya yang menyangkup aktivitas otak adalah
termasuk ranah kognitif. Menurut Bloom, ranah kognitif itu terdapat
enam jenjang proses berfikir yaitu
knowledge(pengetahuan/hafalan/ingatan), compherehension
(pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis),
syntetis(sintetis), evaluation (penilaian)
2. Ranah afektif adalah Taksonomi untuk daerah afektif dikeluarkan
mula-mula oleh David R.Krathwohl dan kawan-kawan dalam buku
yang diberi judul taxsonomy of educational objective affective
domain. Ranah afektif adalah ranah yang berkenaan dengan sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
3. Ranah psikomotorik adalah Hasil belajar psikomotor dikemukakan
oleh simpson. Hasil belajar ini tampak dalam bentuk keterampilan
(skill), dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yakni : gerakan reflek (keterampilan pada gerakan
yang tidak sadar), keterampilan pada gerak-gerak sadar,
kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motorik dan lain-laian, kemampuan di bidang
fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketetapan, gerakan-
gerakan skill, mulai keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang komplek, kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi nondecursive, seperti gerakan ekspresif dan
interpretative.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar


adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa di SDN 4 Menteng
Palangkaraya setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-
kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Kriteria atau Indikator Hasil Belajar
Prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam mennguasai ilmu
pengetahuan pada suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui prestasinya.
Peserta didik akan dikatakan berhasil apabila prestasinya baik dan sebaliknya,
ia tidak berhasil jika prestasinya rendah. Pada tingkat yang sangat umum
sekali, hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1. Keefektifan (effectiveness)
2. Efesiensi (efficiency)
3. Daya Tarik (appeal).
Sebagai indikator hasil belajar, perubahan pada tiga ranah tersebut di
rumuskan dalam tujuan pengajaran. Dengan demikian hasil belajar dibuktikan
dengan nilai baik dalam bentuk pengetahuan, sikap, maupun keterampilan
yang menjadi ketentuan suatu proses pembelajaran pada siswa di SDN 4
Menteng Palangkaraya akan dianggap berhasil apabila daya serap tinggi baik
secara perorangan maupun kelompok dalam pembelajaran telah mencapai
tujuan. Jadi, ada dua indikator keberhasilan belajar yaitu :
a. Daya serap tinggi baik perorangan maupun secara kelompok
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau indikator telah
tercapai secara perorangan atau kelompok
c. Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar tidak saja ditentukan oleh peningkatan kemampuan
para pendidiknya saja, akan tetapi ditentukan oleh faktor-faktor yang lain yang
saling mempengaruhi satu dengan yang lain, sebagaimana Oemar Hamalik
mengemukakan beberapa faktor kesulitan belajar siswa antara lain :
1. Faktor-faktor yang berfungsi dari diri sendiri
2. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan
3. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
4. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat.
Demikian dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang merupakan kesulitan
belajar yang dialami peserta didik perlu adanya bantuan dan bimbingan guna
meningkatkan prestasi belajar siswa dan terhindar dari kesulitan belajar yang
dialami siswa dan akhirnya dapat dicapai prestasi belajar yang optimal di SDN
4 Menteng Palangkaraya.

3.Pembelajaran IPA

a. Pengertian Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau
Sains yang semula berasal dari bahasa inggris “scientia” yang berarti saya tahu.
“Science” terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science
(ilmu pengetahuan alam). Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang
membuat siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah
kekuatan siswa untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya. Proses pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap, yaitu
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan
penilaian hasil pembelajaran. Mata pelajaran IPA di SDN 4 Menteng
Palangkaraya merupakan salah satu program pembelajaran yang bertujuan
untuk mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, membuat keputusan yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA di di SDN 4
Menteng Palangkaraya memberikan peranan penting dalam pembelajaran IPA
di jenjang-jenjang beikutnya sebab pengetahuan awal siswa sangat
berpengaruh pada minat dan kecenderungan siswa untuk belajar IPA (Wayan,
2016). Pembelajaran IPA di SDN 4 Menteng Palangkaraya dilakukan dengan
melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen sederhana. Kegiatan-
kegiatan tersebut pembelajaran IPA dapat memberikan pengalaman langsung
melalui kegiatan pengamatan dan diskusi pada siswa kelas V.

b. Tujuan Pembelajaran IPA


Menurut (Susanto,2013) pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal
dengan pebelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di SDN 4
Menteng Palangkaraya merupakan sebuah konsep yang karena masih belum
terpisah sendiri-sendiri seperti mata pelajaran fisika, kimia, dan biologi.
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan nasional
Standar Pendidikan (BSNP, 2006), dimaksudkan untuk :
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaanya, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Ruang lingkup pembelajaran IPA di SDN 4 Menteng Palangkaraya pada
Kurikulum 2013 disesuaikan dengan tingkat kebutuhan siswa dan
peningkatan terhadap hasil belajar yang mengacu kepada aspek spiritual,
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Adapun ruang lingkup mata pelajaran
IPA di Tingkat SD berdasarkan keputusan dari (Mendikbud, 2014) adalah
sebagai berikut :
Ruang lingkup materi mata pelajaran IPA SD 4 Menteng
Palangkaraya mencakup Tubuh dan panca indra, Tumbuhan dan hewan, Sifat
dan wujud benda- benda sekitar, Alam semesta dan kenampakannya, Bentuk
luar tubuh hewan dan tumbuhan, Daur hidup makhluk hidup,
Perkembangbiakan tanaman, Wujud benda, Gaya dan gerak, Bentuk dan
sumber energi dan energi alternatif, Rupa bumi dan perubahannya,
Lingkungan, alam semesta, dan sumber daya alam, Iklim dan cuaca, Rangka
dan organ tubuh manusia dan hewan, Makanan, rantai makanan, dan
keseimbangan ekosistem, Perkembangbiakan makhluk hidup, Penyesuaian
diri makhluk hidup pada lingkungan, Kesehatan dan sistem pernafasan
manusia, Perubahan dan sifat benda, Hantaran panas, listrik dan magnet, Tata
surya, Campuran dan larutan.
Berdasarkan pemaparan dari ruang lingkup pembelajaran IPA di SDN 4
Menteng Palangkaraya, tersebut, maka dapat di identifikasi secara garis besar
bahwa dalam ruang lingkup pembelajaran IPA di SDN 4 Menteng terdiri dari
konsep alam semesta, kejadian-kejadian yang terjadi di alam semesta, konsep
biologi, konsep fisika, dan konsep kimia yang dikembangkan secara
konseptual dan sederhana.
d. Langkah-Langkah pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching

1.2 Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian dengan mengambil judul penggunaan model pembelajaran
quantum teaching pada mata pelajaran IPA di kelas V untuk meningkatkan
hasil belajar siswa SDN 4 Menteng Palangkaraya, memiliki relevansi dengan
model pembelajaran lain yang sama dan telah terbukti tingkat
keberhasilannya. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan bagi peneliti
pemula dan untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan yang
lainnya. Mengemukakan penelitian lain yang relevan menghindari duplikasi
juga digunakan sebagai pijakan untuk lebih meyakinkan bahwa tindakan yang
akan dilakukan memang tepat untuk menangani masalah dalam penelitian ini
yaitu penelitian dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
pada setiap siklusnya terdiri dari Planning (Perencanaan), Observasing
(Tindakan dan Pengamatan), Reflecting (Refleksi) dan Aksi. Berdasarkan
hasil penelitian tindakan yang menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar
siswa baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik antara lain pada
nilai presentase tiap aspek yang dinilai, rata-rata setiap aspek hasil belajar
siswa, nilai rata-rata kelas, ketuntasan klasikal, dan gain score yang diperoleh
siswa. Berdasarkan data observasi yang diperoleh dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Ardina Saragih yang meneliti
tentang “ Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran ipa materi perubahan sifat benda melalui model
pembelajaran quantum teaching dikelas v mis islamiyah ypi desa
bintang meriah kec. Batang kuis kab. deli serdang tahun pelajaran
2018/2019” yang hasil penelitiannya adalah melalui model
pembelajatan
quantum teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi perubahan sifat benda.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Bagus Sunardiana, diperoleh hasil
penelitian jurusan PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas UNDIKSHA Singaraja Bali, 2010 yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA para Siswa Kelas V
Semester II SD Negeri 1 Batu Agung Kecamatan Jembrana
Kabupaten Jembrana Provinsi Bali Tahun Ajaran 2010/2011”.
Sedangkan dalam penelitian ini penulis mencoba melakukan
penelitian dalam ruang lingkup yang lebih kecil yakni penerapan
model pembelajaran quantum teaching untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas Vc MIN 6 Bandar Lampung.
1.3 HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau
hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat
tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbedaan yang diinginkan,
untuk sampai pada pemilihan tindakan yang tepat. Dalam
penelitian ini penulis mengajukan hipotesis tindakan yaitu, adanya hubungan
bahwa penggunaan model pembelajaran aquantum teaching dapat
meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN-4
Menteng Palangkaraya.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Berdasarkan Rancangan penelitian yang dilakukan adalah enelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Reserach). Penelitian ini difokuskan kepada
perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan belajar. Sesuai dengan
jenis penelitian ini, maka penelitian memilki tahap-tahap penelitian berupa
siklus pembelajaran atau untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Setiap
siklus terdiri satu kali pertemuan pembelajaran dan siklus dinyatakan selesai
apabila jumlah siswa yang lulus belajar >85%.
Penelitian ini dilakasanakan peneliti bersama guru mata pelajaran IPA,
kegiatan ini adalah diskusi untuk memberikan makna penerapan model
pembelajaran quantum teaching di kelas, menerangkan, dan menyimpulan
hasil tindakan yang dilakukan. Dengan melakukan penelitian menggunakan
PTK diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan baik, untuk
mengetahui hasil penerapan model pembelajaran quantum teaching untuk
meningkatan hasil belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran IPA.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
menggunakan siklus. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Beberapa siklus tersebut
dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki suatu pembelajaran, baik
efektif, perhatian, maupun hasil belajar peserta didik.

Gambaran siklus yang akan dilakukan dikemukakan dalam diagram siklus


berikut :

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 2 Pelaksanaan

Pengamatan

1. Perencanaan
Pada tahapan perencanaan, rencana tindakan dan rencana penelitian yang
hendak diselenggarakan dalam proses pembelajaran IPA, kegiatan
perencanaan tersebut meliputi :
a. Mengidentifikasi Masalah
b. Menentukan Materi
c. Menentukan model pembelajaran quantum teaching yang akan
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran IPA
d. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dalam metode
TANDUR
e. Menyusun lembar observasi
f. Mempersiapkan lembar kerja siswa yang digunakan untuk evaluasi
g. Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenalkan model pembelajaran quantum teaching.
3. Pengamatan
Pengamatan terhadap pelaksanaan PTK dengan menggunakan lembar
pengamatan aktivitas dan respon peserta didik serta guru. Pada prinsipnya
observasi dilakukan selama penelitian berlangsung, yaitu meliputi
kehadiran peserta didik, keaktifan peserta didik dalam kelompok, kesiapan
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis dan interprestasi atas
informasi atau hal yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan, artinya
peneliti
bersama guru mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil tindakan
baik terhadap proses maupun hasil belajar peserta didik berdasarkan
kriteria
keberhasilan yang diterapkan. Tahap ini dilakukan terhadap proses
pembelajaran pada siklus I, dan menjadi pertimbangan untuk memasuki
siklus II.
3.2 Setting Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 4 Menteng
terletak di Jalan Muhammad Husni Thamrin No. 19 Kecamatan Jekan Raya,
Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian, yaitu kelas V SDN-4 Menteng berjumlah 35 siswa yang
terdiri dari 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Sedangkan objek
penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas belajar dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Teknik observasi dan
Teknik tes ( menjawab soal pilihan ganda).
1. Observasi, digunakan untuk pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran. Observasi dilakukan terhadap hasil
belajar peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran quantum
teaching, dan dilakukan pengamatan disaat guru melakukan kegiatan
belajar mengajar.
2. Teknik tes, digunakan untuk pengambilan data yang berupa informasi
mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan
tes atau pengukur bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur
penilaian. Penelitian ini tes yang dilakukan adalah tes awal dan tes akhir,
tes awal dilakukan untuk mengetahui penguasaan materi awal peserta
didik dan untuk menentukan skor awal. Tes akhir dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik setelah dilakukan penerapan model
pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran IPA.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah Angket
(kuesioner). (Riduwan,2010) mengatakan : “Angket (Questionnaire)
adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia
memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan judul
penelitian “Penggunaan model pembelajaran quantum teaching dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
di kelas v sekolah dasar negeri 4 menteng kota palangkaraya” adalah analisis
statistik deskriftif yang meliputi mean, median dan modus.
Analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan
pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan
keberhasilan model pembelajaran quantum teaching dalam pembelajaran IPA
di kelas V SDN-4 Menteng Palangkaraya.

Sehubung dengan maksud itu, maka penelitian ini adalah Teknik deskriptif
yang menggunakan rumus sebagai berikut :

F
P= X 100 %
N

Dimana :
P = Persentase (%)
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
100 % = Angka pengali tetap

1. Rumus mencari mean

ΣX
Mean =
N

Dimana :

M = Mean
ΣX = Jumlah Akhir
N = Banyaknya angka/Nilai x

2. Rumus mencari modus


b1
Mo = BbMo + p ( b1 +b2 )
Dimana :
BbMo = Batas bawah kelas interval
b 1 = Selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi
sebelumnya
b 2 = Selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi
sesudahnya
P = Interval
3. Rumus mencari Median :

n/2−FMe
Me = BbMe + p ( )
fMe

Dimana :

BbMe = Batas bawah kelas interval


FMe = Frekuensi kumulatif sebelum kelas interval
fMe = Frekuensi kelas interval yang mengandung Me
P = Interval

4. Rumus mencari Simpangan Baku

S = √ Σ f ¿¿¿

DAFTAR ISI
Elisa, E. (2022, 09 14). Jenis-Jenis Model Pembelajaran. kategori strategi belajar
mengajar, p. 2.
prof. Dr. Holten Sion Bahat, M. d. (2015). PENELITIAN TINDAKAN KELAS.
Malang: Universitas Negeri Malang.

Putri, M. D. (2015). penerapan model pembelajaran quantum teaching .


Repository.Radenintan, 116.

Saragih, S. A. (2018). upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata ipa
melalui model pembelajaran quantum teaching. Uinsu, 115.

Shindymarg. (2017). Kajian Teori Pembelajaran IPA. Eprints.umm.com, 21.

Yeanne, P(n.d.) mean, median, modus, simpangan baku. https://dokumen.tips, 23.

Safitri, SH (2019). METODE PENERAPAN EKSPERIMEN UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ILMIAH SISWA DI SEKOLAH
DASAR KELAS TINGGI (Disertasi Doktor, Universitas Muhammadiyah
Sukabumi).

Anda mungkin juga menyukai