Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang integral dalam

pembangunan karena itu proses pendidikan tidak dapat dipisahkan

dari proses pembangunan nasional. Proses pembangunan yang sedang

dilaksanakan bangsa Indonesia sangat membutuhkan penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai upaya mempercepat dan

meningkatkan hasil pembangunan baik kualitas rnaupun kuantitasnya.

Untuk memenuhi tuntutan pembangunan dan teknologi

tersebut, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Dr. H. Susilo

Bambang Yudoyono dan Drs. HM. Yusuf Kalla sebagai wakil Presiden

Republik Indonesia, sedang melaksankan pembaharuan dan

pengembangan dalam bidang pendidikan, sehingga perkembangan

dunia pendidikan sangat pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,

terutama setelah diundangkannya Undang-undang Guru dan Dosen,

diantaranya peningkatan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan

mencakup keseluruhan proses belajar mengajar di sekolah. Sekolah

sebagai lembaga pendidikan formal bertugas dan bertanggungjawab

untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas.

Keberhasilan belajar siswa di sekolah merupakan harapan bagi

1
setiap orang tua, guru, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat pada

umumnya. Keberhasilan belajar siswa sangat diharapkan, mengingat

mereka merupakan generasi penerus pembangunan bangsa.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari suatu proses belajar

mengajar. Proses tersebut melibatkan sejumlah unsur atau faktor yang

masing-masing ikut berperan dan memberikan sumbangsihnya.

Berkenan dengan hal tersebut di atas, Sudjana (1989; 40) menyebutkan

"ada empat unsur utama dalam proses belajar mengajar, yaitu tujuan

pembelajaran, bahan pengajaran, metode atau alat bantu atau peraga

pengajaran, dan penilaian untuk mengukur tercapainya atau tidaknya

tujuan pembelajaran. Semua unsur itu saring berkaitan satu sama

lainnya.

Dalam pendidikan setiap siswa memiliki kemampuan yang

berbeda, hal ini dipenganuhi oleh beberapa faktor antara lain faktor

dalam diri siswa sendiri, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

lingkungan masyarakat. Siswa yang berprestasi tinggi tidak terlepas

dari bimbingan dan bantuan dari orang tua, guru dan masyarakat

sekitar. Disinilah guru dituntut memberikan bimbingan, bantuan, dan

memberikan fasilitas seoptimal mungkin, agar siswa dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Lebih lanjut. Sudjana (1989; 41), mengatakan "salah satu unsur

2
utama keberhasilan pendidikan adalah teknik atau metode

pembelajaran yang dimiliki oleh seorang guru di kelas". Sementara

menurut Ruseffendi (1991;40) mengatakan salah satu kemampuan yang

harus dimiliki oleh seorang guru selain teknik atau metode

pembelajaran, juga tingkat akademik keguruannya". Guru dalam

proses pembelajaran harus dapat memilih model pembelajaran yang

tepat pada suatu bidang studi atau suatu pokok bahasan, sehingga

perlu adanya beberapa tema atau model pembelajaran. Model

pembelajaran memiliki peranan sebagai alat untuk menciptakan proses

dan hasil belajar yang efektif dan efesien.

Menyadari pentingnya peranan penggunaan model atau teknik

pembelajaran yang harus diterapkan oleh seorang guru, agar tercipta

hasil belajar yang maksimal, maka peneliti tergerak hatinya untuk

membuat karya ilmiah ini.

Penyusunan karya ilmiah yang berupa makalah ini dengan

maksud agar guru dan siswa aktif, kreatif, sehingga mendapatkan hasil

belajar yang maksimal. Untuk mencapai efektifitas dan efesiensi

pembelajaran sehingga menghasilkan aktifitas dan hasil belajar yang

maksimal tersebut, maka penyusun melakukan penelitian pada

penggunaan metode diskusi kelompak model tutor sebaya, terhadap

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok menemukan

3
pokok-pokok berita yang didengar atau dilihat di televisi atau radio

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Dua Pitue Kabupaten Sidrap

semester I tahun pelajaran 2013-2014.

Dari latar belakang uraian di atas, akhirnya peneliti mengambil

judul karya ilmiahnya, yaitu "Penerapan Penggunaan Metode Diskusi

Kelompok Model Tutor Sebaya (Penelitian Tindakan Kelas Dapat

Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 3 Dua Pitue Kabupaten Sidrap).

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Dikarenakan masalah ini cukup luas permasalahannya,

maka peneliti melakukan perumusan masalah, hal ini dimaksudkan

supaya jelas dan mudah dipahami baik oleh peneliti maupun

pembaca karya tulis ini. Adapun rumusan masalah dioperasionalkan

sebagai berikut:

a. Apakah penggunaan metode diskusi kelompok model tutor

sebaya dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa?

b. Apakah dengan menggunakan metode diskusi kelompok model

tutor hasil belajar siswa meningkat?

c. Apakah tanggapan guru dan siswa terhadap model pembelajaran

tutor sebaya dengan menggunakan metode diskusi kelompok

4
positif?

2. Pembatasan Masalah

Sebagaimana disebutkan pada rumusan di atas, maka

supaya jelas dan terfokus pada permasalahan yang akan di teliti,

maka peneliti membatasi permasalalan ini pada hal-hal sebagai

berikut:

a. Penggunaan model pembelajaran tutor sebaya pada metode

diskusi kelompok sebagai variabel bebas.

b. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa merupakan variabel

terikat.

c. Penelitian ini merupakan Penetitian Tindakan Kelas

d. Penelitian ini hanya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

dengan materi pokok mencari pokok -pokok berita yang didengar

atau dilihat di televisi atau radio.

e. Sebagai subyek penelitiannya ini adalah siswa-siswa kelas VIII

SMP Negeri 3 Dua Pitue Kabupaten Sidrap tahun pelajaran 2013-

2014 semester I atau ganjil.

3. Alasan Pemilihan Masalah

Hal yang mendorong peneliti melakukan penelitian

terhadap permasalahan di atas, didasarkan atas beberapa hal sebagai

berikut, yaitu:

5
a. masalah ini penting untuk diteliri dalam bentuk penelitian

tidakan kelas, karena dapat menjadi umpan balik (feed back) bagi

guru kelas VIII, sehingga dapat menentukan langkah-langkah

selanjutnya,

b. metode diskusi kelompok model tutor sebaya ini disesuaikan

dengan situasi dan kondisi kelas, kemampuan peneliti dalam

melakukan penelitian ini, dan sarana yang dimiliki sekolah,

c. penelitian ini memakai model penelitian tindakan kelas, bukan

dengan penelitian eksperimen.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian model penelitian tindakan kelas pada

penggunaan metode diskusi kelompok model tutor sebaya pada

pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu:

a. untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga pada

akhirnya tujuan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

menengah pertama tercapai,

b. sebagai umpan balik (feed back) bagi guru bahasa Indonesia atau

guru kelas di tingkat sekolah menengah pertama,

c. sebagai salah satu syarat pengembangan diri bagi peneliti dalam

meningkatkan jabatan/golongan.

D. Manfaat Penelitian

6
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan atau

manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. meningkatkan keterampilan menggunakan metode diskusi

kelompok model tutor sebaya,

b. mengetahui aktivitas dan hasil belajar dari penggunaan metode

diskusi kelompak model tutor sebaya tersebut,

c. Menindak lanjuti hasil penelitian ini, sehingga kesalahan yang di

buat tidak terulang lagi pada tindakan kelas selanjutnya.

2. Bagi siswa

a. Hasil belajar diharapakan meningkat,

b. dengan hasil belajar meningkat, siswa semakin aktif belajar,

c. kemampuan berbicara dan mengeluarkan pendapat meningkat,

d. rasa kebersamaan dan gotong royong antar teman sekelas tumbuh

baik.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

7
A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran mempunyai makna yang sama dengan Proses

Belajar Mengajar (PBM). Proses belajar mengajar terdiri dari dua

penggalan kalimat yaitu proses belajar dan proses mengajar. Proses

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku siswa atau peserta

didik yang menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan yang

diperoleh di lembaga sekolah.

Sementara proses mengajar adalah suatu kegiatan yang

diberikan oleh guru atau pendidik kepada peserta didik, dalam

memberikan pengajaran, sikap dan keterampilan. Mengajar lebih dititik

beratkan pada kegiatan guru di kelas. Guru memberikan materi kepada

peserta didiknya di kelas secara terencana, berkesinambungan, dan

terarah. Tugas guru di dalam mengajar mempunyai tujuan yang sudah

di rencanakan sesuai mata pelajarannya. Dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) termaktub rencana pembelajaran itu dalam

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran.

Jadi pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang

dilaksanakan oleh guru dalam upaya merubah tingkah laku siswa

kearah yang lebih baik melalui serangkaian kegiatan yang terprogram

dan terjalin antara guru dengan siswa. Komunikasi yang terjalin

8
dengan baik antara guru dan siswa dengan didukung oleh berbagai

faktor pendukung proses pembelajaran, akan tercapai tujuan yang

diharapkan.

B. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran sering dikatakan sebagai Strategi Belajar

Mengajar (SBM). Strategi guru mengatur, menyampaikan materi dalam

mengajar dan strategi siswa dalam belajar. Strategi belajar mengajar

dapat dibedakan dari model mengajar dan metode pembelajaran yang

dipakai oleh guru dalam menyampaikan materi di kelas.

Menurut Suherman (1391; 25) strategi belajar mengajar adalah

seperangkat kebijaksanaan terpilih mengenai kurikulum, yang bila

bersama- sama dengan tujuan, bahan pelajaran, metode mengajar,

model pembelajaran dan media pembelajaran disajikan dan

dikembangkan dalam bentuk satuan pelajaran (satpel) atau Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) akan tercapai tujuan dari

pembelajaran itu.

Banyak orang mengatakan bahwa metode, model dan strategi

pembelajaran sama. Memang benar kalau dilihat dari artinya ketiga

istilah di atas mempunyai kesatuan, tetapi bila dilihat dari maksudnya

berbeda. Dilihat dari metode, model dan strategi adalah cara

menyampaikan pelajaran. Dilihat dari maksudnya berbeda. Metode

9
adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran, model adalah jenis

metode yang dipakai guru dalam menyampaikan pelajaran, dan

strategi adalah gabungan metode dan model guru dalam meyampaikan

materi pelajaran. Ketiganya saling berkaitan, sehingga susah sebagian

besar orang membedakannya.

Pemilihan bentuk strategi pembelajaran yang dilaksanakan

oleh guru dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada

peserta didik. Pemililihan bertuk metode, model atau strategi

pembelajaran sebaiknya dilaksanakan setiap pertemuan kegiatan

proses belajar mengajar. Karena tidak semua strategi pembelajaran

tertentu cocok untuk mata pelajaran lainnya. Disinilah peran guru

dalam menguasai strategi pembelajaran.

BAB III
METODE PENELITIAN

10
A. Metode Diskusi Kelompok

Menurut Syamsudin (2000,24), metode diskusi kelompok

merupakan cara lain dalam kegiaatan proses belajar mengajar, dimana

guru dan siswa terlibat dalam suatu proses interaksi secara aktif dan

timbal balik dari dua arah. Lain halmya dengan pendapat Sudjana

(1989; '39) diskusi kelompok adalah tukar menukar informasi pendapat

dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk

mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang

suatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan

bersama.

Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi

pokok menemukan pokok-pokok berita yang didengar atau dilihat di

televisi atau radio jelas memerlukan metode diskusi kelompok kecil

yang efektif. Dimana setiap kelompok pokok-pokok berita yang sama,

disuruh mencari pokok-pokok berita yang didengar atau dilihat

tersebut. Disinilah terjalin suatu interaksi antara siswa dengan siswa

dalam kelompaknya, interaksi antar kelompok dan interaksi tiap

kelompok dengan guru. Peran guru sebagai fasilitator, dinamisator dan

inspirator.

Untuk melaksanakan metode diskusi kelompok perlu

pengaturan ruangan yang baik, agar tiap kelompok dalam

melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugas guru dalam mengatur

11
kelompok, jangan sampai timbul sesuatu yang negatif, tetapi harus

bersikap adil. Misalnya yang pintar dengan yang bodoh, laki-laki

dengan perempuan (dicampur) atau sesuaikan dengan jenis kelamin.

Sehingga dalam satu kelompok ada yang pintar, sedang dan bodoh.

Menurut Nasution (dalam Suherman, 1985; 16) pengaturan

tempat duduk siswa sebagai berikut :

2 3

4 5 6

7 9
8

Keterangan : 1. Papan Tulis 4. Kelompok I 7. Kelompok IV


2. Meja guru 5. Kelompok II 8. Kelompok V
3. Lemari guru 6. Kelompok III 9. Kelompok VI

Pengaturan tempat duduk yang dilaksanakan oleh peneliti di

kelas VIII SMP Negeri 3 Dua Pitue Kabupaten Sidrap, disesuiakan

dengan jumlah siswa dan kondisi ruangan kelas VIII SMP Negeri 3 Dua

Pitue Kabupaten Sidrap.

Jumlah siswa kelas VIII untuk tahun ajaran 2013-2014 sebanyak

25 siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan jumlah tiap kelompoknya

12
5 orang. Sedangkan kondisi dan peralatan ruangan yang kurang

memadai. Adapun pengaturan tempat duduknya sebagai berikut:

1
2

3 4 5

6 7

Keterangan : 1. Papan Tulis 4. Kelompok II 7. Kelompok V


2. Meja guru 5. Kelompok III
3. Kelompok I 6. Kelompok IV

Metode diskusi kelompok ini dapat memberikan manfaat,

antara lain:

1) memungkinkan penguasaan perilaku kognitif (proses berpikir)

tingkat tinggi,

2) menumbuhkan sikap percaya diri pada setiap siswa,

3) menguatkan daya ingat

4) memupuk semangat kerjasama, gotong royong

5) meningkatkan keterampilan berbicara untuk mengeluarkan

pendapat.

Metode ini juga memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain:

1) memerlukan banyak waktu,

2) memerlukan kesiapan yang prima dari guru,

13
3) memerlukan ruangan kelas yang memadai,

4) memerlukan penguasaan materi dari guru.

B. Model Tutor Sebaya

Sekolah memiliki banyak potensi yang apabila mampu digali

dan dikembangkan untuk menunjang keberhasilan proses belajar

mengajar. Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya tergantung

pada guru sebagai sumber belajar. Banyak sumber belajar lain yang

mendukungnya, diantaranya orang lain yang menjadi teman sekelas

atau keluarga di rumah.

Menurut Harsunarko (dalam Suherman, 1989;13),

menyebutkan bahwa "sumber belajar yang bukan guru dan berasal dari

orang lain di sebut tutor". Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan

tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sekelas sendiri yang lebih

pandai atau memiliki kelebihan dibandingkan teman lainnya.

Sedangkan tutor kakak berasal dari teman yang lebih tinggi atau kakak

kelas.

Mohamad Surya (1985;112), menerangkan bahwa "tutor sebaya

adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan

ditugaskan untuk membantu siswa-rnurid tertentu yang mengalami

kesulitan belajar". Bantuan belajar yang diberikan oleh teman sebaya

dapat menghilangkan kecanggungan, bahasa teman lebih mudah

dipahami, tak ada rasa malu dan bebas minta bantuan.

14
Siswa yang ditugaskan sebagai tutor melaksanakan tugas apa

yang diberikan oleh gurunya, memiliki kemampuan lebih

dibandingkan teman sebayanya atau sekelasnya, dan pandai bergaul

atau supel. Dalam pelaksanaan tutorial, teman-temannya dapat

membantu secara individual atau berkelompok. Dalam hal tertentu

tutor bisa menggantikan posisi guru.

Beberapa keuntungan model tutor sebaya, antara lain :

1) adanya suasana hubungan yang harmonis dan lebih akrab,

2) bagi tutor dapat meningkatkan pengalaman dan pengetahuannya,

3) bagi teman sebayanya merasa gembira, tidak malu dan akan

terjadi persaingan yang sehat,

4) meningkatkan rasa kebersamaan,

5) meringankan tugas guru.

Sedangkan kelemahan menggunakan model tutor sebaya,

antara lain :

1) siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena hanya

berhadapan dengan kawannya.

2) ada sebagian anak yang malu dan tidak mau oleh temannya,

karena takut rahasia pribadinya diketahui,

3) tidak semua tutor dapat memberikan pelajarannya kepada

temannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode diskusi kelompok tutor

15
sebaya adalah penggabungan dua metode dalam satu keterkaitan,

dimana setelah selesai diskusi, salah satu teman untuk menerangkan

atau memberikan pelajaran kepada teman sekelampoknya atau teman

sekelasnya, yang disebut tutor itu.

C. Instrumen Penelitian

Sebagaimana disebutkan pada bab I Pendahuluan, bahwa

penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

cenderung bersifat deskriptif kualitatif dengan penekanan pada proses

pembelajaran, dan sebagai subyek penelitiannya adalah siswa kelas

VIII SMP Negeri 3 Dua Pitue Kabupaten Sidrap tahun ajaran 2013-2014

semester I (ganjil) yang berjumlah 25 orang.

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam

penelitian guna mengumpulkan data-data dari hasil penelitian tersebut.

Adapun instrumen yang dipakai dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Observasi.

3) Tes Hasil Belajar.

D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Suherman (2001 ;

45) adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

16
 Mempersiapkan materi dan alat pembelajaran

 Membuat kegiatan aktivitas yang akan di observasi

 Mempersiapkan perangkat tes

2. Kerjasama

 Melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi kelompok

model tutor sebaya sebanyak dua kali siklus pembelajaran

 Mengatur diskusi kelompok dan memberikan bimbingan

 Menunjuk tutor sebaya dan memberikan arahan kepada tutor

 Menunjuk seorang teman guru untuk melakukan observasi guru

 Melakukan observasi terhadap aktivitas siswa

3. Evaluasi dan Monitoring

 Melaksanakan observasi kegiatan siswa dan guru pada pertemuan

pertama

 Melaksanakan tes formatif pada pertemuan ke dua

4. Analisis Refleksi

 Mengidentifikasi permasalahan pada pertemuan pertama

 Menganalisis hasil refleksi pertama untuk selanjutnya

melaksanakan siklus pembelajaran ke dua

 Apabila ditemukan kesalahan atau kekurangan harus diperbaiki

pada pertemuan kedua

 Menentukan tindakan untuk pertemuan kedua

17
 melakukan pendataan dan menganalisis hasil pendataan dengan

baik

Itulah pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti,

hal ini sesuai dengan skema penelitian kelas yang dikemukakan oleh

Suherman (2001 ; 47), sebagimana terlihat pada gambar di bawah ini:

Identifikasi Penemuan Masalah

Perencanaan/Persiapan Tindakan

Skema Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pelaksanaan Tindakan

Evaluasi dan Monitoring

Analisis dan Refleksi

Penulisan Laporan

Gambar 2.1. Skema Prosedur Penelitian Kelas

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kegiatan Awal

Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu membuat

18
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menentukan waktu

tindakan, membuat jenis kegiatan aktivitas siswa dan guru,

mempersiapkan alat peraga, membuat tes, dan melakukan persiapan

lainnya yang diperlukan.

B. Melaksanakan Tindakan

Sebagaimana dikemukakan di awal, bahwa pelaksanaan

tindakan ini terdiri atas dua siklus pembelajaran, dengan dua kegiatan

yaitu proses pembelajaran dan melakukan observasi aktivitas siswa

dan guru. Tugas melaksanakan observer guru diserahkan kepada guru

yang dianggap senior di sekolah tersebut. Langkah-langkah

pelaksanaan tindakan proses pembelajaran tercantum dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

a. Analisis tindakan ke satu

Tindakan pertama dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 4

November 2013. Pada tindakan ini peneliti tak perlu

memperkenalkan diri kepada para siswa, karena sehari-hari bekerja

di sana.

Tindakan ini berpedoman pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Mata

pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok menemukan

pokok-pokok berita yang didengar atau dilihat di televisi atau radio.

19
Pokok-pokok berita telah dipersiapkan.

1) Aktifitas Guru

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman senior

saya di sekolah yang berperan sebagai observer, pada awal

pembelajaran guru membuka pelajaran, sebagai tahap apersepsi.

Selanjutnya pada tahap penyajian guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok. Kelompok tersebut di bagi menjadi 5

kelompok yang masing-masing berjumlah 5 orang, karena jumlah

siswa seluruhnya 25 orang.

Guru membagikan lembaran kerja ke setiap kelompok.

Selama diskusi berlangsung guru mengamati kerja setiap

kelompok dan memberikan bantuan ke setiap kelompok guna

memberikan arahan. Pada tahap akhir pembelajaran, guru

mengumpulkan hasil kerja masing-masing kelompok. Observer

melakukan tugasnya dibelakang siswa. Sebelum mengakhiri

pertemuan terlebih dahulu guru memberikan tugas kepada setiap

kelompok agar menunjuk teman kelompoknya untuk

membacakan hasil kerjanya di depan kelas atau memberikan

bimbingan kepada teman lainnya, yang berperan sebagai tutor.

Kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada langkahlangkah

pembelajaran yang ada di skenario pembelajaran.

20
Adapun gambaran aktivitas guru selama pembelajaran,

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Aktifitas guru selama pembelajaran pertemuan I


No Jenis Aktivitas Ada Tidak Ada
1 Menyampaikan tujuan pembelajaran 
2 Melakukan apersepsi 
3 Membagikan kelompok belajar 
4 Memberikan bimbingan 
5 Ada interaksi antara guru dengan siswa 
6 Melakukan diskusi kelompok 
7 Mengumpulkan hasil diskusi kelompok 
8 Menilai hasil diskusi 
9 Memberikan tugas 
10 Menutup pertemuan 

Melihat basil observer guru pada pertemuan pertarna ini,

terlihat bahwa peneliti tidak melakukan aktivitasnya 4 kegiatan

dari 10 kegiatan yang ada. Artinya 60% guru melakukan

kegiatannya. Sehingga pada pertemuan kedua nanti harus lebih

baik lagi.

2) Aktifitas Siswa

Siswa pada pertemuan pertama setiap kelompoknya

dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini

Tabel 2.2. Aktifitas siswa selama pembelajaran pertemuan I


No Jenis Aktivitas Ada Tidak Ada
1 Memperhatikan penjelasan guru 
2 Membaca tugas ketompoknya 

21
3 Mengerjakan tugas 
4 Ngobrol dengan teman kelompoknya 
5 Berdisknsi memecahkan tugas 
6 Menyelesaikan tepat waktu 
7 Pelaksanaan tanya jawab berjalan baik 
8 Siswa aktif melakukan diskusi 
9 Mengerjakan tugas tepat waktu 
10 Siswa gembira begitu lonceng 
berbunyi,tanda pelajaran berakhir

Bila melihat aktivitas siswa selama pembelajaran pertama

terlihat sebagian siswa kurang senang berdiskusi, malu untuk

bertanya, tidak tepat waktu mengerjakan tugas, dan kelihatan

kurang senang pelajaran bahasa Indonesia atau kurang senang

pada gurunya. Perlu penyelidikan lebih lanjut. Bila

diprosentasekan bahwa aktivitas siswa kurang (pasif), sehingga

hasil belajarnyapun kurang baik.

3) Refleksi

Melihat data aktivitas siswa dan guru pada pembelajaran

pertama, perlu diadakan refleksi terhadap masalah-masalah atau

kendala yang terjadi di lapangan untuk tindakan selanjutnya.

Untuk memecahkan kendala tersebut peneliti melakukan diskusi

dengan teman-teman guru lainnya.

Dari hasil diskusi tersebut diperoleh solusi atau jalan

22
keluarnya yang harus dilakukan oleh peneliti pada pertemuan

kedua nanti, yaitu:

 sebelum menyampaikan materi guru harus menyebutkan

dahulu tujuan dari pembelajaran,

 lakukan komunikasi yang baik dengan siswa, supaya tidak

terjadi diskomunikasi,

 lakukan penilaian terhadap hasil kelompak siswa,

 laksanakan membuka dan menutup pelajaran,

 agar siswa konsentrasi dan mengerjakan diskusi dengan baik

perlu adanya komunikasi dan interaksi yang baik,

 supaya aktifitas belajar siswa meningkat, berikan spirit,

dengan cara menilai hasil kerja siswa.

b. Analisis Tindakan Kedua

Seperti pada tindakan pertama, tindakan kedua ini

tercantum pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada

pertemuan kedua. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis,

tanggal 7 November 2013.

1) Aktifitas Guru

Pada pertemuan kedua ini jenis kegiatan guru sama

dengan pada pertemuan pertama. Berdasarkan hasil observasi

guru, semua kegiatan pada pertemuan pertama dilaksanakan

dengan baik.

23
Pembelajaran dibuka dengan melakukan apersepsi,

kemudian menyebutkan tujuan pembelajaran. Langkah

berikutnya menunjuk seorang tutor dari temannya yang rnemiliki

kepandaian lebih Tutor tersebut diberi pengarahan terlebih

dahulu. Ketika tutor sedang memberikan bantuan kepada

temannya, guru membantu dan mengarahkan tutor agar mampu

memberikan keterangan atau pelajaran kepada temannya dengan

baik.

Setelah tutor tersebut selesai, digantikan dengan tutor

kedua yang tugasnya sama dengan tutor pertama. Di akhir

pertemuan diadakan tanya jawab. Selesai tanya jawab, bersama

siswa menyimpulkan materi. Kemudian melakukan tes tertulis

dan selesai melaksanakan tes melaksanakan penilaian. Hasil

penilaian diumukan kepada semua siswa.

Selesai mengumumkan hasil nilai kepada setiap siswa,

kemudian memberikan tugas untuk di kerjakan di rumah, sebagai

langkah dari pemberian tugas. Lihat tabel 2.3 di bawah ini:

Tabel 2.3. Aktifitas guru selama pembelajaran pertemuan II


No Jenis Aktivitas Ada Tidak Ada
1 Menyampaikan tujuan pembelajaran 
2 Melakukan apersepsi 
3 Membagikan kelompok belajar 
4 Memberikan bimbingan 

24
5 Ada interaksi antara guru dengan siswa 
6 Melakukan diskusi kelompok 
7 Mengumpulkan hasil diskusi kelompok 
8 Menilai hasil diskusi 
9 Memberikan tugas 
10 Menutup pertemuan 

Dari hasil observasi guru, dapat dilihat bahwa aktivitas

guru pada pembelajaran kedua meningkat

2) Aktifitas Siswa

Aktivitas siswa pada pertemuan ini, semua kegiatan pada

pertemuan pertama dilaksanakan dengan baik. Bahkan ada

beberapa kegiatan yang sangat menggembirakan. Dengan

demikian ada peningkatan kegiatan yaitu dengan adanya tutor

sebaya, yang ternyata mampu memberikan peranan yang baik

kepada teman sekelasnya. Hal ini terbukti dari aktivitas siswa

selama pembelajaran dengan model tutor sebaya. Aktivitas siswa

pada pertemuan kedua, dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini:

Tabel 2.4. Aktifitas siswa selama pembelajaran pertemuan II


No Jenis Aktivitas Ada Tidak Ada
1 Memperhatikan penjelasan guru 
2 Membaca tugas ketompoknya 
3 Mengerjakan tugas 
4 Ngobrol dengan teman kelompoknya 
5 Berdisknsi memecahkan tugas 
6 Menyelesaikan tepat waktu 

25
7 Pelaksanaan tanya jawab berjalan baik 
8 Siswa aktif melakukan diskusi 
9 Mengerjakan tugas tepat waktu 
10 Siswa gembira begitu lonceng 
berbunyi,tanda pelajaran berakhir

3) Refleksi

Pada pelaksanakan tindakan kedua berjalan dengan baik.

Aktivitas siswa meningkat dengan baik, sehingga hasil akhir tes

baik. Ini menandakan bahwa penggunaan metode diskusi

kelompok model tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas siswa

dan meningkatkan hasil belajar dengan baik.

Dari hasil diskusi dengan teman-teman guru, diperoleh

beberapa hal sebagai berikut:

 terus laksanakan kegiatan tersebut selama pembelajaran,

 pertahankan terus aktivitas belajar siswa,

 berikan contoh pada guru atau teman lainnya.

26
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari proses pembelajaran pertama sampai kedua sebagai

langkah dari pelaksanaan tindakan diperoleh kesimpulan, sebagai

berikut:

1. Penggunaan metode diskusi kelompok model tutor sebaya dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

27
2. Penggunaan model diskusi kelompok model tutor sebaya dapat

meningkathan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa baik secara

tertulis maupun hasil observasi sungguh sangat menggembirakan.

3. Tanggapan guru-guru lainnya dan siswa terhadap penggunaan

metode diskusi kelompok model tutor sebaya sangat positif sekali.

B. Saran

Saran-saran yang bisa peneliti kemukakan pada kesempatan

kali ini, sebagai berikut :

1. Penggunaan metode apapun, asal kemampuan guru kompetitif

sudah pasti aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat, yang

akhirnya output dari sekolah tersebut bermutu. Lihat saja di sekolah-

sekolah kota yang guru, sarana penunjang proses pembelajarannya

baik, lulusannyapun baik.

2. Profesional dari guru perlu ditingkatkan dengan melalui aktivitas

MGMP, Temu Ilmiah, Pertemuan rutin, dan bentuk aktivitas lainnya.

3. Untuk mendukung aktivitas dan profesional guru, perlu ditunjang

berbagai faktor penunjangnya, diantaranya sarana dan prasarana

belajar, bahan belajar, alat pembelajaran, biaya, dukungan komite

dan orang tua siswa, serta masyarakat sekitar sekolah. Juga ada yang

lain yang tak kalah pentingnya yaitu kesejahteraan guru. Namun

alhamduililah Pemerintah sekarang mulai tahun 2009 sangat

28
memperhatikan sekali pada dunia pendidikan, terbukti dari APBN

2013-2014 telah menganggarkan lebih dari 20% untuk bidang

pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari komtmen Pemerintah, usaha

PGRI dan doa seluruh pendidik.

Itulah kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini. Sekali lagi

penelitian dengan model Penelitian Tindakan Kelas sangat baik sekali

dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, namun

memerlukan kerja ekstra dari seorang guru, sarana pendukung, alat

peraga, waktu yang lama, dan lain-lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suwanto, 2004, Bahasa dan Sastra lndonesia untuk SMP/MTs,

Surabaya: PT.Citra Aji Parama.

Aini Setyani, 2004, Mari Bersatu dengan Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs,

Bandung: PT. Prima Inti Aksara.

Darisman, 2006, Mari Belajar Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs, Jakarta:

Yudhistira.

Ruseffendi, dkk, (i446), Dasar-dasar metode diskusi, Bandung, Penerbit

CV.JICA

29
Sudjana, 1996, Metoda Statistika, Bandung, Penerbit. Tarsita.

Suherman, 1989, Analisis Pembelajaran, Bandung: UPI

Suherman, 2001, Proses Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: UPI

Surya, 1985, Model Pembelajaran Diskusi kelompok, Bandung: Putaka Bani

Quraisy

Surya, (2007), Mendidik Guru Berkualitas untuk Pendidikan Berkualitas;

Bandung.

Sukardi, (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, PT. Bumi Aksara.

Sutarrno, dkk, 2006, LKS " Sinar", Klaten, CV. Matahari.

________, 2006, Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:

BP.Dharma Bhakti.

________, 2007, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Jakarta: CV.Amala.

30
31

Anda mungkin juga menyukai