Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan

kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan

membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi

siswa dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas,

penggunaan metode mengajar, model pembelajaran dan strategi belajar mengajar,

maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru

berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, dan bertindak sebagai fasilitator

yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga tercapainya

tujuan pendidkan. Untuk memenuhi hal tersebut, guru dituntut mampu mengelola

proses belajar mengajar dan dapat memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga

mereka mau belajar dengan tekun.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan

peserta didik dengan sumber belajar, melalui proses pembelajaran yang efektif

diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun dalam

proses pembelajaran di dalam kelas, banyak sekali masalah dan kendala yang di hadapi

salah satunya adalah siswa tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru, hal ini

terbukti masih banyak nilai pelajaran bahasa inggris masih rendah dan belum mencapai

standar yang telah ditetapkan terutama ditingkat Sekolah Menengah Kejuruan(SMK).

1
Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 1 Dewantara Aceh Utara, yang terletak di

Desa Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara yang memiliki 5 (lima)

Bidang Keahlian yaitu Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), Teknik Pendingin dan

Tata Udara (TPTU), Bisnis Daring dan Pemasaran (BDP), Akuntansi (AK), dan

Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran (OTKP) dengan jumlah siswa sebanyak 315

orang. Masing –masing bidang keahlian pada tingkat XI mereka melaksanakan

kegiatan praktek kerja industri (prakerin) di berbagai dunia usaha/industri yang telah

menjalin kerjasama (MOU) pada instansi pemerintah dan swasta. Penulis salah seorang

guru di sekolah tersebut yang mengajar di kelas XI-BDP, XI-TKJ, XI-TPTU, dan XI-

OTKP. Menurut pengamatan penulis dari semua kelas hanya kelas XI-BDP yang

hasil belajar siswa masih rendah dari 22 orang siswa hanya 8 orang siswa yang tuntas

atau hasil belajarnya baik, sedangkan selebihnya masih rendah, terutama pada pelajaran

bahasa inggris khususnya materi Quoted Speech. Salah satu penyebab rendahnya nilai

siswa adalah kemampuan guru yang kurang maksimal dalam mengelola kelas atau guru

tidak menggunakan metode, model dan alat peraga yang relevan dengan materi ajar,

sehingga membuat siswa pasif dalam belajar dan hasil belajar menjadi rendah dan tidak

mencapai KKM yang telah ditetapkan 75.

Dengan demikian penulis perlu menggunakan model dan media pembelajaran

yang relevan agar hasil belajar siswa meningkat. Karena melalui penggunaan alat

media dan model yang relevan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

ajar quoted speech pada pelajaran bahasa inggris. Atas dasar itulah penulis ingin

mengkaji lebih mendalam terhadap permasalahan ini melalui suatu Penelitian Tindakan

2
Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI-BDP Materi

Quoted Speech Pelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Model Quantum

Teaching Learning Pada SMK Negeri 1 Dewantara Aceh Utara”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini Apakah melalui penggunaan model pembelajaran Quantum

Teaching Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI-BDP materi Quoted

Speech pelajaran Bahasa Inggris pada SMK Negeri 1 Dewantara Aceh Utara.

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Hasil Belajar siswa kelas XI-BDP materi Quoted Speech dengan

menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching Learning pada SMK Negeri 1

Dewantara Aceh Utara.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini hendaknya bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka

meningkat mutu pendidikan terutama bagi:

1. Siswa

a) Agar lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat

mengkomunikasikan mengekspresikan ide dan gagasan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan berbahasa inggris dengan menggunakan quoted

speech.

b) Agar lebih termotivasi dalam meningkatkan hasil belaja (tuntas).

3
2. Guru

a) Dapat memperoleh suatu variasi model dan strategi pembelajaran yang lebih

efektif dalam pelajaran bahasa inggris

b) Dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam memahami dan

menerapkan metode, media dan alat peraga yang relevan dengan materi yang

diajarkan

3. Sekolah

a) Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b) Sebagai sarana dalam menyusun kebijakan dan strategi pengembangan

pendidikan

c) Meningkatkan mutu dan citra yang sangat baik untuk sekolah dari masyarakat,

dunia usaha/indutri dan pemerintah.

4
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Beberapa Pengertian

Sebelum penulis membahas tentang kajian teori dan hipotesis terlebih dahulu akan

diuraikan beberapa pengertian tentang teori dan pendapat ahli yang tujuanya adalah

sebagai landasan sumber ilmu dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini, adapun

landasan teori tersebut sebagai berikut :

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan tersebut merupakan hasil dari proses belajar dan ditunjukkan dalam berbagai

bentuk seperti terjadinya perubahan pengetahuan, pemahaman, perubahan tingkah laku,

keterampilan, kebiasaan serta perubahan sudut pandang pada diri individu yang sedang

belajar, sehingga untuk menangkap isi dan pesan belajar tersebut setiap individu harus

mampu menggunakan potensinya pada ranah: (1) kognitif yaitu kemampuan yang

berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran yang terdiri dari kategori

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi; (2) afektif yaitu

kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda

dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisifasi, penilaian sikap dan

pembentukan pola hidup; (3) psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan

keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan biasa,

gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.

5
Adapun beberapa pandangan tentang pengertian belajar banyak dikemukakan oleh

beberapa ahli sebagai berikut:

a. Menurut Henry E. Garret

“Belajar adalah proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan

maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara

mereaksi terhadap suatu rangsangan tertentu.”

b. Menurut Morgan (1978)

“ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.’

c. Menurut B.F. Skinner (1958)

“Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

berlangsung secara progresif.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka secara sederhana disimpulkan

bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada diri individu

sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Perubahan yang dimaksud berupa

perubahan pengetahuan, tingkah laku, pemahaman, keterampilan dan kebiasaan serta

aspek-aspek lainnya yang terjadi pada diri individu yang sedang belajar.

b. Hasil Belajar

Setiap kegiatan yang berlangsung pada akhirnya kita ingin mengetahui hasilnya.

Demikian pula dalam pembelajaran. Untuk mengetahui hasil kegiatan pembelajaran

harus dilakukan pengukuran dan penilaian.

6
Menurut Mujiono (Halijah, 2008:10) “hasil dan bukti belajar ialah adanya

perubahan tingkah laku orang yang belajar”. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan

oleh haling (Halijah, 2008:10) yang mengemukakan bahwa “hasil dan bukti belajar

ialah adanya perubahan tingkah laku orang yang belajar yang terjadi karena proses

kematangan dan hasil belajar bersifat relatif menetap misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.”

Jadi hasil atau bukti seseorang telah melalui proses belajar dapat dilihat dari

adanya perubahan seperti perubahan tingkah laku. Hal ini terjadi karena adanya proses

kematangan berfikir.

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat

keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha tertentu.

Menurut soedijarto (Nurdaliah, 2008:8) mengemukakan hasil belajar adalah tingkat

penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai

dengan tujuan pendidikan yang diterapkan. Hasil belajar dalam hal ini meliputi kognitif,

efektif, dan kecakapan belajar seorang pelajar.

Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang dapat dijadikan sebagai indikator

tentang kemampuan, kesanggupan, penguasaan, seseorang tentang pengetahuan,

keterampilan dan sikap atau nilai yang dimiliki oleh orang itu dalam suatu kegiatan

belajar.

Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang

disebut tes hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan siswa

7
dalam memahami materi setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada

nilai yang diperoleh dari hasil tes.

c. Model pembelajaran
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebgai barang

atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, seperti globe sebagai model bumi tempat

kita hidup.Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematik untuk membantu

seseorang melakukan kegiatan belajar agar mampu mengubah, mengembangkan, atau

mengendalikan sikap dan perilakunya yang bermanfaat bagi dirinya maupun

lingkungannya. Joyce dkk (1992:4) mengatakan : Suatu model pembelajaran adalah

suatu perencaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam tutorial dan

untuk menentukan suatu perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku,

film, komputer, kurikulum dan lain-lain.

Selanjutnya dikatakan setiap model mengarahkan kita dalam mendesain

pembelajaran untuk membantu peseta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Istilah model pembelajaran atau Model of Teaching menurut Joyce dan Weil (dalam

Winataputra, 1992:151) digunakan untuk menunjukkan sosok utuh konseptual dari

aktivitas belajar mengajar yang secara keilmuan dapat diterima dan secara operasional

dapat dilakukan. Karena itu dalam model selalu terdapat tujuan dan asumsi, sintakmatik,

sistem sosial, sistem pendukung, serta dampak instruksional dan dampak

pengiring.Sedangkan istilah strategi digunakan untuk menunjukkan siasat keseluruhan

aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang

8
kondusif bagi tercapainya tujuan pendidikan.Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran itu merupakan inti atau jantungnya strategi mengajar.

Joyce dan Weil, mengatakan bahwa setiap model belajar mengajar memiliki

unsur-unsur sebagai berikut :

1) sintakmatik yaitu, tahap-tahap kegiatan dari model itu, 2) sistem sosial


yaitu, situasi atau suasana norma yang berlaku dalam model itu dan 3)
prinsip Reaksi, yaitu pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana
seharusnya guru melihat dan memperlakukan para siswa, termasuk
bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon terhadap mereka, 4)
sistem pendukung, yaitu segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk
melaksanakan model tersebut, 5) dampak instruksional, yaitu hasil belajar
yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para pelajar pada tujuan
yang diharapkan, dan 6)dampak pengiring, yaitu hasil belajar lainnya yang
dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar, sebagai akibat terciptanya
suasana belajar mengajar yang dialami langsung oleh para siswa tanpa
pengarahan langsung dari guru.

Menurut Arends (1997:7) model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus


yang tidak dimiliki oleh strategi sebagai berikut : 1) rasional teoritik yang
disusun oleh para pencipta atau pengembangnya 2) landasan pemikiran
tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai), 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil, 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Model pembelajaran yang dimaksud disini adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan pengajar dalam melaksanakan aktivitas belajar

mengajar.Dengan demikian aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan

bertujuan yang bertata secara sistematis.

Hasil kajian yang scara khusus telah dikembangkan oleh pakar pendidikan
terhadap berbagai model pembelajaran, dikelompokkan oleh Yasna,
(2001:19) menjadi empat kategori, yakni: 1) kelompok model pengolahan

9
informasi (the informasi processing family), 2) kelompok model personal (the
personal family), 3) kelompok model sosial (the sosial family) dan
4)kelompok model sistem perilaku (behavioral system family).

d. Materi

1. Quoted Speech

1. Konsep dasar model pembelajaran quantum teaching learning

Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara

menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi

yang terjadi di dalam kelas, sedangkan Quantum Learning adalah kiat,petunjuk,strategi

dan seluruh proses belajar sebagai suatu yang menyenangkan dan bermanfaat (Bobbi

DePorter & Mike Hernacki,2011 :16).

Quantum Teaching adalah ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan

dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas Supercamp yang diciptakan berdasarkan teori-

teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Luzanov), Multiple Intelligence

(Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Ginder dan Bandler), Experiental Learning

(Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson and Johnson), dan Elemen of

Effective Intruction (Hunter).

Selain itu, Quantum Teaching juga dapat diartikan sebagai pendekatan

pengajaran untuk membimbing siswa agar mau belajar. Menjadikan sebagai kegiatan

yang dibutuhkan siswa. Di samping itu untuk memotivasi, menginspirasi dan

membimbing siswa agar lebih efektif dan sukses dalam mengelola pembelajaran

10
sehingga lebih menarik dan menyenangkan. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi

hasil belajar siswa maksimal setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi

sebuah paket multi sensori, multi kecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang pada

akhirnya akan membantu kemampuan guru untuk mengilhami dan mendorong siswa

untuk meningkatkan hasil belajar Sebagai sebuah pendekatan belajar yang segar,

mengalir, praktis dan mudah diterapkan, Quantum Teaching menawarkan suatu solusi

dari hal-hal yang dicari, atau cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha

pengajaran yang dilakukan guru melalui perkembangan hubungan, Quantum Teaching

yang dibangun berdasarkan teori-teori tersebut mencakup petunjuk spesifik untuk

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi,

dan memudahkan proses belajar. Quantum Teaching bersandar pada konsep Bawalah

Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Inilah asas

utama, alasan dasar yang berada di balik segala strategi, model, dan keyakinan Quantum

Teaching.

Melalui Quantum Teaching ini, seorang guru yang akan mempengaruhi

kehidupan siswa. Guru memahami sekali, bahwa setiap siswa memiliki karakter

masing-masing. Bagaimana setiap karakter dapat memiliki peran dan membawa sukses

dalam belajar, merupakan inti ajaran Quantum Teaching.

Menurut Bobby DePorter Quantum learning merupakan bagian dari cara belajar,

namun mencakup aspek-aspek penting dari Neuro Linguistic Programming (NLP).

Neuro adalah saraf otak, linguistic adalah cara berbahasa, baik verbal maupun non

11
verbal yang dapat mempengaruhi sistem pikiran, perasaan, dan perilaku. Program NLP

sangatlah unik, yaitu melakukan mental building untuk membuang kebiasaan dan

keyakinan lama yang menghasilkan kegagalan, pesimisme, kurang percaya diri,

menggantikannya dengan program baru yang dapat mengoptimalkan semua fungsi otak,

mengidentifikasikan hal-hal yang memicu pola berpikir positif.

Quantum learning merupakan interaksi yang terjadi dalam proses belajar yang

mampu mengubah berbagai potensi yang ada dalam diri manusia menjadi pancaran atau

ledakan-ledakan gairah (dalam memperoleh hal-hal baru) yang dapat ditularkan

(ditunjukkan) kepada orang lain. mengajar, membaca dan menulis merupakan salah satu

bentuk interaksi dalam proses belajar.

2. Manfaat Penggunaan Model Quantum Teaching Learning

Sebelum penulis membahas tentang manfaat penggunaan model quantum

teaching learning terlebih dahulu dijelaskan tentang prinsip-prinsip quantum teaching

learnnig berdasarkan konsep dan pengertian quantum teaching learning memiliki

beberapa prinsip yaitu :

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kuantum (quantum learning ) adalah sebagai

berikut:

1. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka

(Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar)

ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar).

2. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran

merupakan permainan orchestra simfony.

12
Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :

a. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara

Dalam pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran

sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas

yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya

mengirim pesan tentang pembelajaran.

b. Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energy menjadi cahaya mempunyai

tujuan.

c. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan

Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajaran telah mengalami

informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari.

d. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran

Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.

e. Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan

Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.

Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran lurus

berdampak bagi terbentuknya keunggulan (Bobbi DePorter, et al., 2004:6-7). Dengan

kata lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena

itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran

kuantum.

13
Selain membahas mengenai prinsip model pembelajaran kuantum (quantum

learning), Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:76) juga berpendapat mengenai 7

(tujuh) kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran kuantum yaitu sebagai

berikut.

1. Teraplah Hidup dalam Integritas

Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir

ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.

2. Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan

Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau

kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar

lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil.

3. Berbicaralah dengan Niat Baik

Dalam pembelajan, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif

dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung.

4. Tegaskanlah Komitmen

Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi

tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan.

5. Jadilah Pemilik

Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak

mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.

14
6. Tetaplah Lentur

Dalam pembelajaran, pertahanan kemampuan untuk mengubah yang sedang

dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-lebih , harus

pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai

mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan.

7. Pertahankanlah Keseimbangan

Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu

kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

Berdasarkan pemaparan keunggulan pembelajaran kuantum, pembelajaran


kauntum sangat memperhatikan keaktifan serta kreatifitas yang dapat dicapai
oleh siswa. Pembelajaran kuantum mengarahkan seorang guru menjadi guru
yang “baik”. baik dalam arti bahwa guru memiliki ide-ide kreatif dalam
memberikan proses pembelajaran, mengetahui dengan baik tingkat
kemampuan siswa.

Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu

kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran kuantum (quantum learning)

menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:13) diantaranya:

2. Sikap positif

3. Motivasi

4. Keterampilan belajar seumur hidup

5. Kepercayaan diri

6. Sukses

15
3. Sintaks Model Pembelajaran Kuantum (Quuantum Learning)

Sintaks atau langkah model pembelajaran kuantum (quantum learning) yang

dikenal dengan sebutan TANDUR Bobbi DePorter,et al.,(2004:10) adalah sebagai

berikut :

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu” (AMBAK),

dan manfaatkan kehidupan belajar.

2) Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.

3) Namai

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”.

4) Demonstrasikan

Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.

5) Ulangi

Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa

aku memang tahu ini”.

6) Rayakan

Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu

pengetahuan.

16
4. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Menurut Moedjiono (dalam Aryati, 2003:9) adapun faktor yang mempengaruhi

terhadap hasil belajar itu adalah:

1) Faktor internal adalah kondisi yang timbul dari dalam diri anak, yang terdiri dari

faktor fisik dan faktor psikis.

2) Faktor eksternal adalah kondisi yang berasal dari luar diri anak, biasanya berkaitan

dengan lingkungan seperti: tempat, alat belajar, waktu, pergaulan, dan bahan yang

dipelajari.

Sedangkan menurut Mukhtar dan Rusmini (dalam Aryati, 2003: 9) adapun faktor-

faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan belajar diakibatkan oleh:

1) Adanya kondisi internal atau kurang mendukung proses aktivitas belajar tersebut,

seperti: kondisi fisik kurang sehat, cacat, intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan

kesehatan mental.

2) Faktor-faktor eksternal seperti factor orang tua, suasana rumah atau keluarga,

keadaan ekonomi keluarga, factor sekolah, media massa, dan lingkungan social

dimana siswa tersebut berada.

Berdasarkan kedua pendapat diatas bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor

dari siswa (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Sebagai seorang guru tidak boleh

mengabaikan satupun dari semua faktor agar hasil bisa tercapai dengan baik.

17
5. Model Quantum Teaching Learning dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

A. Prinsip Dasar

Penggunaan model pembelajaran quantum teaching learning dalam proses

pembelajaran khususnya materi quoted speech untuk pelajaran bahasa inggris dapat

memudahkan siswa dalam mengingat dan memahami pengetahuan dan konsep dimana

model pembelajaran ini dikondisikan dengan langkah “TANDUR” yang memotivasi

siswa untuk bersemangat, aktif dan menyenangkan saat proses pembelajaran di kelas

sehingga dalam setiap sintax “ulangi” pada beberapa pertemuan tatap muka dikelas

guru memberi tes dan merayakan keberhasilan siswa dalam menjawab soal dengan

penuh antusias dengan sintax ‘rayakan” bersama guru secara serentak dengan suasana

kelas yang menyenangkan.

B. Kerangka Berfikir

Penerapan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching & Learning) dalam

pelajaran bahasa inggris lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses

belajar. Model Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman

belajar yang lebih bermakna sehingga mereka dapat memperoleh informasi dan

menyimpannya dalam memori (pikiran) jangka panjang mereka. Hal ini secara tidak

langsung berdampak pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Di samping itu,

penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Learning dalam pelajaran bahasa

inggris dapat lebih menarik perhatian siswa selama proses belajar, karena pembelajaran

quantum teaching learning memungkinkan siswa untuk belajar yang meriah dengan

segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang

18
memaksimalkan momen belajar, serta berfokus pada hubungan yang dinamis dalam

lingkungan kelas, sehingga mampu membangkitkan interaksi-interaksi yang maksimal

dalam proses pembelajaran sehingga dengan penggunaan model pembelajaran quantum

dalam pelajaran bahasa inggris akan memperjelas materi yang disajikan guru serta

mempermudah dan membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang

dipelajarinya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan model

pembelajaran quantum teaching learning dalam pengelolaan proses pembelajaran

bahasa inggris diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

mencapai KKM.

C. Hipotesis Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Melalui siklus tersebut

dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa, dengan demikian hipotesis tindakan dari

penelitian ini adalah “Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching

Learning Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pelajaran Bahasa Inggris Materi Quoted

Speech Kelas XI- BDP SMKN 1 Dewantara Aceh Utara.”

19
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

a. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Januari sampai

dengan bulan Maret 2023. Adapun pembagian waktu penelitian dapat

diperinci seperti pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Pembagian Waktu Penelitian


Waktu
N
Kegiatan Januari 2023 Pebruari 2023 Maret 2023
o
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5
Penyusunan
1 proposal
Penyusunan
2 rancangan siklus I
Pelaksanaan siklus
3 I
Analisis hasil
4 siklus I
Pelaksanaan siklus
5 II
Analisis hasil
6 siklus II
Penulisan hasil
7 penelitian
Seminar Karya
8 Ilmiah

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam

pelajaran.

20
2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Dewantara Aceh Utara, selain itu

salah satu tujuan yang dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses

Pembelajaran pelajaran bahasa inggris khususnya pada materi quoted speech.

B. Subyek Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas XI-BDP Materi Quoted Speech Pelajaran Bahasa Inggris Dengan Menggunakan

Model Quantum Teaching Learning Pada SMK Negeri 1 Dewantara Aceh Utara Tahun

pelajaran 2022/2023, maka subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI-BDP SMK

Negeri 1 Dewantara Aceh Utara tahun pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 22 orang

siswa yang terdiri dari 6 laki-laki dan 16 orang siswa perempuan.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa sebagai subyek penelitian.Data

yang dikumpulkan meliputi data hasil tes tertulis dan non tes. Tes tertulis dilaksanakan

pada setiap akhir siklus yang terdiri atas materi materi quoted apeech selain siswa

sebagai sumber data, penulis juga menggunakan teman sejawat sesama guru sebagai

sumber data.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes

tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas soal materi quoted

speech. Sedangkan Teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi.

21
Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas untuk melihat

keaktifan dan kreatifitas siswa dalam memahami materi quoted speech pada siklus I

dan siklus II. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

khususnya nilai mata pelajaran bahasa inggris.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data meliputi:

a. Tes tertulis, terdiri atas 20 butir soal.

b. Non tes, meliputi lembar observasi dan dokumen.

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

dekskriptif, yang meliputi:

1. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil

belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan

indikator pada siklus I dan siklus II.

2. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil

observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan adanya

siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

22
1. Siklus I

a. Perencanaan, terdiri atas kegiatan:

1) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);

2) penyiapan skenario pembelajaran.

3) Penyiapan materi ajar

b. Pelaksanaan kegiatan terdiri atas :

1) pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal

2) membuat kelompok.belajar

3) berdoa dan absensi

4) menjelaskan materi quoted speech

5) melaksanakan langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan

model quantum teaching learning.

6) siswa melakukan kompetisi dengan presentasi dan tanya jawab

7) mengadakan observasi dan dokumentasi tentang proses pembelajaran

8) memberi tugas berupa lembar kerja siswa

9) mengadakan tes tertulis,

10) penilaian hasil tes tertulis.

c. Pengamatan, yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai soal tes

sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk

merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.

d. Refleksi, yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I.

23
2. Siklus II

a. Perencanaan terdiri atas kegiatan:

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);

1) penyusunan rencana pembelajaran (RPP)

2) penyiapan skenario pembelajaran

3) penyiapan media belajar

b. Pelaksanaan, terdiri atas kegiatan;

1) pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal

2) membagi kelompok dan menayangkan slide

3) mengkondisikan siswa secara phisik dan phisikis

4) berdoa dan absensi

5) memberi motivasi dan penghargaan kepada siswa

6) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi

7) guru menjelaskan materi

8) menjelaskan pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching

learning

9) melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching

learning.

10) Siswa melakukan kompetisi dengan presentasi dan tanya jawab

11) Melakukan observasi dan dokumentasi

12) Memberi tugas

13) mengadakan tes tertulis

24
14) Penilaian hasil tes tertulis

c. Pengamatan, yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes

sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk melihat

hasil belajar siswa pada materi quoted speech.

e. Refleksi, yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus II.

25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal

Proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas guru mengajar secara

konvensional. Selama ini guru sering menjelaskan materi dengan metode ceramah dan

tidak menggunakan model,media dan alat peraga yang relevan dengan materi juga guru

cenderung mengabaikan faktor internal siswa seperti memberi motivasi dan

penghargaan yang dapat membangkitkan semagat dan minat belajar sehingga siswa

menjadi kreatif, dan suasana kelas menjadi riuh.

Melihat proses pembelajaran yang pasif dan kaku, yang berdampak pada nilai

siswa kelas XI-BDP yang rendah pada materi quoted speech sebelum siklus I (pra

siklus) seperti pada tabel 4.1. Banyak siswa belum mencapai ketuntasan belajar

minimal dalam mempelajari materi tersebut. Hal ini dibuktikan pada capaian nilai hasil

belajar di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75

Tabel 4.1 Nilai Tes Pra Siklus

Hasil Hasil(Huruf) Arti Lambang Jumlah Persen


NO (Angka) Siswa
1 85-100 A Sangat baik - 0%
2 75-84 B Baik 5 22,73 %
3 65-74 C Cukup 3 13,64 %
4 55-64 D Kurang 14 63,63 %
Jumlah 22 100%
Sumber : Hasil tabulasi data Januari, 2023

26
Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas diketahui bahwa jumlah siswa yang

mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 0 % atau tidak ada , yang mendapat nilai B

(baik) sebanyak 22.73% atau sebanyak 5 siswa dan yang mendapat nilai C (cukup)

sebanyak 13,64 % atau 3 siswa , dan yang mendapat nilai kurang 63,63 % atau

sebanyak 14 siswa.

2. Deskripsi Hasil Siklus I

1) Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelasaksanaan pembelajaran

Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah quoted speech. Berdasarkan

materi tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). dalam siklus I tentang quoted speech. Masing-masing RPP diberikan

alokasi waktu sebanyak 3 x 45 menit, artinya setiap RPP disampaikan dalam 1

kali tatap muka. Dengan demikian, selama siklus I terjadi 2 kali tatap muka.

b. Pembentukan kelompok-kelompok belajar

Pada siklus I, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok kecil dengan

memperhatikan heterogenitas baik kemampuan, minat belajar dan gender.

27
2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Tatap Muka

Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi quoted speech. Model

pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran Quantum Teaching Learning

Dengan langkah-langkahnya sebagai berikut;

1) Guru mendekor ruang kelas dengan gambar yang sesuai materi.

2) Guru menayangkan gambar pada infocus.

3) Guru mengkodisikan siswa secara phisik dan phisikis.

4) Berdo’adan apersepsi

5) Menyampaikan tujuan pembelajaran

6) Siswa melaksanakan proses pembelajaran quantum dengan tahap

’TANDUR”.

7) Siswa melakukan tanya jawab dan membuat kesimpulan

8) Guru memberi umpan balik.

9) Guru memberi tes

10) Guru menilai hasil evaluasi.

11) Guru memberikan tugas (PR)

Berdasarkan proses pembelajaran pada siklus I, guru telah melakukan proses

pembelajaran yang aktif dan menyenangkan siswa secara aktif bekerja sama

mengkomunikasikan materi secara berulang-ulang, bartanya jawab berkompetisi

antar kelompok dengan penuh semangat untuk memperebutkan penghargaan

28
berupa hadiah dan nilai yang diberikan guru. Pada tahap model quantum

teaching learning Dalam kegiatan ini secara individu dan kelompok siswa saling

berkompetisi dan bertanggung jawab menjawab soal untuk merayakan

keberhasilan bersama kelompok Siswa sangat antusias dan bersemangat dalam

mengikuti pelajaran

b. Observasi

Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini

observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu teman sejawat pada SMK

Negeri 1 Dewantara Aceh Utara. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui

secara jelas keaktifan, kreatifitas, kecepatan dan ketepatan siswa dalam

memahami materi quoted speech. Hasil observasi digunakan sebagai bahan

refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka dalam proses

pembelajaran, kegiatan ini dilakukan oleh guru bidang studi dan dibantu rekan

guru pada SMK Negeri 1 Dewantara Aceh Utara. Dokumentasi dibutuhkan

untuk mengumpulkan semua data secara detail tentang hasil belajar,data

observasasi dan bukti lainya yang membantu dan mendukung kelancaran

selama proses pembelajaran.

29
3. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada siklus I dapat dideskripsikan seperti pada tabel 4.2 berikut

ini. Untuk memperjelas data hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I

Hasil(Angka) Hasil Arti Lambang Jumlah Persen


No ( Huruf) Siswa

1 85-100 A Sangat baik 3 13,63%


2 75-84 B Baik 5 22,72%
3 65-74 C Cukup 4 18,18 %
4 55-64 D Kurang 10 45,45 %
Jumlah 22 100,00 %
Sumber: Hasil Tabulasi Data Januari 2022

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat

baik) adalah 3 siswa (13,63%), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 5 siswa

atau (22,72%), sedangkan yang masih nilai C (cukup) sebanyak 4 siswa (18,18%) , dan

yang mendapat nilai D (kurang) ada 10 siswa (45,45%) .

3) Refleksi

Berdasarkan hasil tes hasil belajar awal dengan hasil tes belajar siklus I dapat

dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 17 siswa dan

pada akhir siklus I berkurang menjadi 14 siswa atau yang medapat nilai diatas kriteria

ketuntasan minimal sebanyak 8 siswa. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 58,82

menjadi 71,36. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan

jika dibandingkan dengan siklus I seperti disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini:

30
Tabel 4.3. Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan Siklus I

No Hasil tes Jumlah siswa yang berhasil


(dalam huruf ) Pra siklus Siklus I
1 A (85 -100) - 3
2 B (75-84) 5 5
3 C (65-74) 3 4
4 D (55-64) 14 10
Jumlah 20 20
Sumber : Hasil Tabulasi data Pebruari 2022

Tabel 4.4 Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dengan Siklus I

Jumlah Siswa
No Ketuntasan
Pra Siklus Siklus I
Jumlah Persen Jumlah Persen
1. Tuntas 5 22,73% 8 36,36%

2. Belum Tuntas 17 77,27% 14 63,63%

Jumlah 22 100% 22 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

quantum teaching learning mampu meningkatkan hasil belajar khususnya pada materi

Quoted Speech. Oleh karena itu, rata-rata kelas pun mengalami kenaikan menjadi 71,36.

Walaupun sudah terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil belajar masih

belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan

pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan

kegiatan pembelajaran, karena sebagian siswa masih kurang percaya diri dan pesimis

untuk meraih penghargaan dalam kompetisi antar kelompok. Oleh karena itu

diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.

31
3. Deskripsi Hasil Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pelaksanaan tindakan pada siklus

II dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelaksasanaan pembelajaran

Dalam siklus II, pada hakikatnya merupakan perbaikan atas kondisi siklus I.

Materi pelajaran dalam siklus II adalah prinsip Quoted Speech. Materi

pelajaran tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk

kegiatan tersebut adalah 4 x 45 menit dengan 2 kali tatap muka.

b. Persiapan materi dan model pembelajaran

Pada siklus II, model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran

quantum teaching learning dalam bentuk presentasi dan pratik penggunaan

reported speech dalam percakapan sehari-hari. Percakapan tersebut dilakukan

berulang – ulang secara indivudu dan kelompok, kemudian siswa berkompetisi

antar kelompok dengan pemberian tebak soal dan gambar, siswa secara

berkelompok memperebutkan nilai dan penghargaan yang diumumkan dan

diserahkan di akhir pembelajaran. Siswa dengan penuh antusias dan

bersemangat merayakan kemenangan atas keberhasilan yang mereka raih.

32
2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Tatap Muka

Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi prinsip Quoted Speech. model

pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dengan quantum teaching

learning. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut

1) Guru mempersiapkan materi dan media yang dibutuhkan.

2) Guru memberikan motivasi dalam bentuk pujian dan semangat.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi

4) Siswa melalui instruksi guru melaksanakan proses belajar dengan model

quantum teaching learnig

5) Siswa di beri hadiah oleh guru yang berhasil meraih nilai bagus

6) Siswa membuat kesimpulan dan menyampaikan gagasan

7) guru memberi tugas (PR)

8) guru memberi soal

9) Guru menilai hasil evaluasi

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II siswa bersama kelompok membahas

materi, melakukan presentasi dan melakukan tanya jawab dengan mengulang-

mengulang secara berturut-turut berupa teori dan konsep yang telah dipelajari antar

kelompok dengan aktif penuh semangat serta merayakan keberhasilan berupa hadiah

dan nilai dari guru dengan penuh bangga dan ceria.

33
b. Observasi

Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini

observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu guru pelajaran bahasa inggris

SMK Negeri 1 Dewantara. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas

siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Hasil observasi digunakan

sebagai bahan refleksi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka dalam proses

pembelajaran, kegiatan ini dilakukan oleh guru bidang studi dan dibantu rekan

guru pada SMK Negeri 1 Dewantara Aceh Utara. Dokumentasi dibutuhkan

untuk mengumpulkan semua data secara detail tentang hasil belajar,data

observasasi dan bukti lainya yang membantu dan mendukung kelancaran

pelaksanaan peneltian selama proses pembelajaran.

b. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel 4.5

berikut ini.

. Tabel 4.5 Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II

No Hasil Hasil Arti Lambang Jumlah Persen


(Angka) (Huruf) Siswa
1 85-100 A Sangat Baik 9 40,90 %
2 75-84 B Baik 10 45,45 %
3 65-74 C Cukup 2 9,09 %
4 55-64 D Kurang 1 4,54 %
Jumlah 22 100,00 %
Sumber : Tabulasi Data Maret 2022

34
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A)

adalah 40,90 % atau 9 siswa, sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik

(B) adalah 45,45 % atau 10 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 9,09 %

atau sebanyak 2 siswa.Sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) sebanyak 1 siswa

adalah 4,54%. Sedangkan nilai rata-rata kelas 81,93

Ketuntasan belajar pada siklus II dapat ditabulasikan seperti pada tabel 4.6 di

bawah ini

Tabel 4.6.Ketuntasan Belajar Siklus II

Ketuntasan Jumlah Siswa


No
Belajar Jumlah Persen
1. Tuntas 19 86,36 %

2. Belum Tuntas 3 13,63 %

Jumlah 28 100 %

Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai

ketuntasan sebanyak 19 siswa (86,36%) yang berarti sudah ada peningkatan.

Refleksi

Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa

pembelajaran quantum teaching learning dapat meningkatkan hasil belajar pelajaran

marketing, khususnya materi prinsip dasar bisnis. Untuk lebih jelasnya pada tabel

4.7 berikut dipaparkan hasil refleksi pada siklus II.

35
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II

No Hasil Tes Jumlah Siswa yang Berhasil


Siklus I Siklus II
1 A (85 -100) 3 9
2 B (75-84) 5 10
3 C (65-74) 4 2
4 D (55-64) 10 1
Jumlah 22 22
Sumber : Hasil Tabulasi Data Maret 2022

Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal , siklus I dan siklus II dapat dilihat

bahwa saat kondisi awal rata- rata nilai kelas sebesar 58,82 sedangkan nilai rata- rata

kelas siklus I sudah ada peningkatan menjadi 71,36. Adapun kenaikan rata – rata pada

siklus II menjadi 81,93. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan diagram

dibawah ini :

Tabel 4. 8 Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II

NO HasilLambang Hasil Arti Pra Model Model


Angka Evaluasi Lambang tindakan Siklus Siklus
I II
1 85-100 A Sangat Baik - 3 9
2 75-84 B Baik 5 5 10
3 65-74 C Cukup 3 4 2
4 55-64 D Kurang 14 10 1
Jumlah 22 22 22

Tabel 4.9 Perbandingan ketuntasan nilai rata-rata Pra siklus,siklus I dan siklus II

Jumlah siswa
Nilai Rata-
No Uraian
Rata
Tuntas Belum Tuntas
1 Kondisi Awal 5 siswa 17 siswa 58,82
2 Siklus I 8 siswa 14 siswa 71,64
3 Siklus II 19 siswa 3 siswa 81,93

36
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran quantum

teaching learning dapat meningkatkan hasil belajar pelajaran pemasaran khususnya

materi prinsip dasar bisnis siswa kelas XI-BDP semester II tahun pelajaran 2021/2022.

Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut.

1. Pembahasan Pra Siklus

1) Hasil Belajar

Pada awalnya siswa kelas XI-BDP, nilai rata- rata pelajaran bahasa inggris rendah

khususnya pada materi Quoted Speech. Salah satu penyebabnya adalah materi tersebut

sulit dipahami karena teori dan konsepnya sangat luas dan umum dalam buku modul

sehingga siswa tidak mampu mengingat dan memahami hubungan materi ke dalam

kehidupan nyata. Banyak siswa mengangap materi tersebut tidak penting dan sulit

diingat karena susah menghafal. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus

dari sejumlah 22 siswa terdapat 5 atau 22,73 % yang baru mencapai ketuntasan belajar

dengan skor standar Kriteria Ketuntasan Minimal. Sedangkan 17 siswa atau 77,27%

belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan yaitu sebesar 75.

2) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa tampak pasif,

cenderung bosan suasana kelas menjadi ribut serta banyak siswa tidak betah dikelas saat

guru menjelaskan pelajaran, banyak siswa tidak termotivasi dan memahami tujuan serta

manfaat materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa harus diberi

dukungan berupa motivasi dan penghargaan dalam proses pembelajaran, serta model

37
pembelajaran yang sesuai dan dapat mendorong keaktifan serta mampu membangkitkan

kecerdasan siswa yang masih terselubung salah satu solusi yang dilakukan guru adalah

menyediakan media,alat peraga dan model yang relevan denga materi dalam kegiatan

pembelajaran dikelas.

2. Pembahasan Siklus I

Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non

tes .Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan

siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut :

1) Hasil Belajar

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat

baik) adalah 3 siswa (13,63%), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 5 siswa

atau (22,75%), sedangkan yang mendapat mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 4

siswa (18,18%), dan yang mendapat nilai D (kurang) ada 10 siswa (45,45%).

Berdasarkan ketuntasan belajar dari sejumlah 22 siswa terdapat 8 atau 36,36 %

yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 14 siswa atau 63,63% belum

mencapai ketuntasan. Adapun hasil dari nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa

perolehan nilai tertinggi adalah 91, nilai terendah 53, dengan nilai rata-rata kelas sebesar

71,36.

38
2) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan,

meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran . Hal ini

dikarenakan belum semua termotivasi dan memahami materi dalam proses

pembelajaran, sebahagian siswa masih pesimis untuk berkompetisi mendapatkan nilai

dan tidak percaya diri untuk mengulang dan mempresentasikan materi yang telah

dibahas bersama kelompok. Dari hasil pengamatan siklus I telah terlihat kreatifitas dan

keaktifan siswa secara pengetahuan, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan

dengan langkah ”TANDUR” yang menyenangkan serta membawa siswa ke alam

kehidupan guru dimana siswa bisa beradaptasi dan memahami pentingnaya materi

quoted Speech sebagai wawasan dan pengetahuan dalam aktivitas nyata sehari hari

dalam berkomunikasi dalam bahasa inggris yang disajikan dengan permainan gambar

nyata disudut ruang kelas serta tayangan gambar. Ada interaksi antar siswa secara

individu maupun kelompok , serta antar kelompok. Setiap siswa ada peningkatan latihan

melakukan presentasi didepan kelas bertanya jawab antar kelompok , sehingga siswa

terbiasa mengungkapkan gagasan dan secara mental percaya diri serta berani kritis

dalam membuktikan kebenaran sebuah konsep.

Hasil belajar antara kondisi awal dengan siklus I terlihar sudah adanya

perubahan walau belum bisa optimal, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa

yang mencapai ketuntasan belajar . Dari hasil tes akhir siklus I ternyata lebih baik

dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum

dilakukan tindakan. Perbandingan tersebut dapat disajikan pada tabel berikut :

39
Tabel 4.10 Perbandingan kegiatan dan hasil pada pra siklus dan siklus I
No Pra Siklus Siklus I
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran konvensional , Penerapan Pembelajaran quantum
tanpa menggunakan alat peraga teaching learning dengan alat peraga dan
dan model media
2 Hasil Belajar Hasil Belajar
 Ketuntasan  Ketuntasan
~ Tuntas : 5 ( 22,73%) ~ Tuntas : 8 ( 636,36%)
~ Belum tuntas : 17( 77,27%) ~ Belum tuntas : 14 ( 63,63%)

 Nilai Tertinggi :80  Nilai Tertinggi : 91


 Nilai terendah :60  Nilai terendah :53
 Nilai rata- rata : 58,82  Nilai rata- rata : 71,36
 Refleksi
Nilai rata- rata meningkat 12,54
= 12,54/58,82 x100% =21,31%
2 Proses belajar Proses belajar
 Proses pembelajaran pasif  Proses pembelajaran ada perubahan
, siswa mulai aktif
 Siswa kurang terlibat dalam  Siswa terlibat langsung dalam
proses pembelajaran proses pembelajaran
 Siswa hanya  Siswa memahami mengingat
mendengarkan, kadang materi, mengkomunikasikan,
mencatat menyimpulkan materi dan
menjawab soal secara individu
antar kelompok
 Belum memanfaatkan  Sudah memanfaatkan media dan
media & model model pembelajaran sesuai materi
pembelajaran yang tepat
 Belum tumbuh kreatifitas  Kreatifitas, keaktifan dan tanggung
dan keaktifan di kelas jawab mulai tampak

Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan

model pembelajaran quantum teaching learning siswa mengalami peningkatan hasil

belajar yaitu dari 22 siswa yang belum tuntas pada pra siklus sebanyak 14 siswa, telah

tejadi peningkatan hasil belajar sebanyak 3 siswa. Hal ini terlihat dengan kenaikan nilai

rata-rata kelas dari kondisi awal 58,82 menjadi 71,36 pada siklus I dengan kenaikan

40
rata – rata nilai dari pra siklus ke siklus I sebesar 21,31%. Pada siklus I ini belum semua

siswa mencapai ketuntasan karena ada sebagian siswa belum termotivasi dan

memahami pentingnya materi yang diajarkan.

3. Pembahasan Siklus II

Hasil tindakan pembelajaran pada siklus II berupa hasil tes dan non tes,

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap pelaksanaan

siklus II diperoleh keterangan sebagai berikut.

1) Hasil Belajar

Dari pelaksanan tindakan siklus II dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai

sangat baik (A) adalah 40,90 % atau 8 siswa, sedangkan yang terbanyak yaitu yang

mendapat nilai baik (B) adalah 45,45 % atau 10 siswa. Dan yang mendapat nilai C

(cukup) adalah 9,09 % atau sebanyak 2 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai (D

sebanyak 1 siswa adalah 4,54%..

2) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan hampir semua siswa

terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan hampir semua siswa

sudah mulai termotivasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dimana

siswa dengan penuh semangat melalui langkah “TANDUR” yang menyenangkan sudah

terlihat adanya sikap percaya diri dan optimis dalam memperebutkan nilai dan hadiah

dari guru serta merayakan keberhasilan bersama kelompoknya walaupun kegiatan

bersifat kelompok namun ada tugas individual yang harus dipertanggung jawabkan,

karena ada hasil evaluasi secara individu. Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas

41
dan keaktifan siswa secara pengetahuan dan ketrampilan, karena kegiatan pembelajaran

diawali guru telah memahami dan mempengaruhi dunia siswa dengan memberi motivasi

melalui dengan media gambar nyata, kompetisi dan penghargaan sehingga siswa

mampu memahami dunia belajar dan pentingnya materi untuk kehidupan siswa dalam

menjalankan kegiatan komunikasi dalam bahasa inggris. Ada interaksi antar siswa

secara individu maupun kelompok di mana setiap siswa berani tampil percaya diri untuk

melakukan presentasi, tanya jawab,mengungkapkan ide/gagasan serta kritis dalam

membuktikan kebenaran sebuah teori.

Hasil antara siklus I dengan siklus II ada perubahan secara signifikan, hal ini

ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari hasil

tes akhir siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar

siswa pada siklus I.

Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.9

dibawah ini :

Tabel 4.11 Perbandingan kegiatan dan hasil pada siklus I dan siklus II
NO Siklus I Siklus II
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran quantum teaching Penggunaan Pembelajaran quantum
learning, didesain dengan alat teaching learning dipandu dengan alat
peraga dan media peraga,media,kompetisi dan penghargaan
2 Hasil Belajar Hasil Belajar
 Ketuntasan  Ketuntasan
~ Tuntas : 8 (36,36%) ~ Tuntas : 19 ( 86,36%)
~ Belum tuntas : 14 ( 63,63%) ~ Belum tuntas : 3 ( 13,63%)

42
 Nilai Tertinggi :91  Nilai Tertinggi :94
 Nilai terendah : 53  Nilai terendah :60
 Nilai rata- rata : 71,36  Nilai rata- rata : 81,93
 Refleksi
Nilai rata- rata meningkat 7,57
= 7,57/71,36 x100% =10,61%
2 Proses belajar Proses belajar
 Proses pembelajaran ada  Proses pembelajaran siswa aktif
perubahan, siswa mulai dan kreatif serta cekatan
aktif
 Siswa terlibat langsung  Siswa terlibat langsung dalam
dalam proses pembelajaran proses pembelajaran, dan masing-
masing siswa punya tugas mandiri
 Siswa sudah memahami,  Siswa mencari dan menemukan
mengingat, materi, mencatat dan
mengkomunikasikan mengkomunikasikan dan
menyimpulkan materi dan menjawab hasil penyelesaian
menjawab soal secara secara kompetitif antar teman dan
individu dan kelompok. pasangan.
 Sudah memanfaatkan  Sudah memanfaatkan media
media dan model pembelajaran sesuai materi yaitu
pembelajaran sesuai materi dari gambar yang diamati
 Kreatifitas, keaktifan,  Kreatifitas, keaktifan, percaya diri,
tanggung jawab mulai ada ide dan kritis, serta tanggung
tampak. jawab sudah muncul
 Sebagian besar alat indera  Semua alat alat indera aktif, baik
aktif mental maupun fisik

Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II ada peningkatan

yang cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai

rata- rata kelas. Dari jumlah 22 siswa masih ada 3 siswa yang belum mencapai

ketuntasan, hal ini karena siswa yang tidak tuntas tersebut harus mendapatkan

pelayanan khusus terutama remedial dan pengulangan materi, namun walaupun

43
demikian siswa tersebut tetap bersemangat dalam belajar. Ada peningkatan ketuntasan

hasil belajar pada siklus II sebesar 86,36% dibandingkan pada siklus I.

Sedangkan nilai tertinggi pada siklus II ada peningkatan dengan hasil belajar

siswa yang mendapat nilai 94 sebanyak 2 siswa, hal ini karena siswa tersebut memiliki

kecerdasan dan minat belajar yang tinggi,juga didukung kondisi dan suasana belajar

yang menyenangkan sehingga mereka memperoleh nilai yang optimal. Dari nilai rata-

rata kelas yang dicapai pada siklus II ada peningkatan sebesar 10,57% dibandingkan

nilai rata- rata kelas pada siklus I. Secara umum dari hasil pengamatan tes sebelum pra

siklus, hingga siklus II, dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model

pembelajaran quantum teaching learning dapat meningkatkan hasil belajar materi

prinsip bisnis pelajaran pemasaran.

Dari hasil penelitian, telah terlihat peningkatan hasil belajar materi quoted

speech pada siswa kelas XI--BDP SMK Negeri 1 Dewantara Aceh Utara semester ganjil

tahun pelajaran 2021/ 2022 dengan menggunaan model pembelajaran quantum teaching

learning telah terjadi peningkatan nilai rata- rata yaitu dari kondisi awal 58,82 menjadi

71,36 pada siklus I dan meningkat menjadi 81,93 pada siklus II. Nilai rata-rata siklus I

meningkat 12,54% dari kondisi awal, dan nilai rata-rata siklus II meningkat 10,57 %

dari siklus I. Peningkatan nilai rata-rata kelas secara keseluruhan sebesar 23,11% .

Pada akhir pembelajaran terdapat perubahan positif pada siswa mengenai hasil

belajar yaitu dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching learning

ternyata hasil belajar siswa meningkat pada materi quoted speech pada pelajaran bahasa

inggris.

44
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Dengan menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching Learning dapat

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa inggris khususnya materi quoted

speech siswa kelas XI-BDP Semester ganjil SMK Negeri 1 Dewantara Aceh Utara

Tahun Pelajaran 2021/2022. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan hasil

belajar sebanyak 36,36% (8 siswa), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 63,63% (14

siswa), sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 86,36% (19 siswa) mencapai

ketuntasan hasil belajar dan sebanyak 13,63% (3 siswa) belum mencapai ketuntasan

hasil belajar. Dengan nilai rata- rata kelas siklus I 71,36 dan rata- rata kelas siklus II

81,93 adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa

lebih aktif, kreatif, dan percaya diri selama proses pembelajaran berlangsung. Secara

keseluruhan rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar 23,11% jika dibandingkan

dengan kondisi awal.

B. Saran
Berdasarkan hasil simpulan penelitian di atas, maka kepada para guru

disarankan agar hendaknya menggunakan model pembelajaran quantum teaching

learning Untuk meningkatkan hasil belajar maeri quoted speech. Selain itu guru

hendaknya pro aktif dalam menyesuaikan dan menggunakan metode, model, alat

peraga dan media yang relevan dengan materi pembelajaran.

45
DAFTAR PUSTAKA

Ameliasari T.Kesuma, 2013. Menyusun PTK Itu Gampang. Jakarta : Esensi Erlangga
Group

A’la Miftahul,2010.Quantum Teaching.Jogjakarta : Diva Press

Arikunto, Suharsini, 1991. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta

Budimansyah Dasim. 2002 Model Pembelajaran dan Penilaian. Siliwangi. :HDB

Dahar, RW. 1998. Teori – teori Belajar. Jakarta. Depdikbud

De Porter,B.dan Mike Hernachi,1992.Quantum Teaching Learning Membiasakan


Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : PT Kaifa Mizan

Dimyati dan Mudjiono, 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Depdikbud.

Hadari Nawawi, 2001. Metodologi Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta : Gajah Mada
University Press

Hermawan Widyastantyo,2007. Penerapan Model Quantum Teaching Learning Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar. Semarang.FKIP Universitas Semarang 2007

Jamaluddin Idris,2005.Kompilasi Pemikiran Pendidikan.Yogyakarta : Suluh Press

Lou Anne Johnson,2008.Pengajaran yang Kreatif dan Menarik Jakarta : PT.Indeks

Oemar Hamalik,1993. Metode Mengajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung:


Tarsito.

Sukidin 2008.Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insan Cendikia

Sudjana N,1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.Sinar Baru


Algensindo

46

Anda mungkin juga menyukai