Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang Masalah
Prestasi merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar
mengajar. Prestasi dapat ditunjukan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari
jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik, seperti rapor siswa yang
dibagikan pada setiap akhir semester. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu
mengharapkan terjadinya pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pencapaiannya,
prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utamanya adalah
keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat
berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan.
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang pertama adalah meningkatkan
kualitas seorang guru. Oleh karena itu profesionalisme seorang guru disini sangat dibutuhkan.
Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang
dikehendaki untuk mendatangkan perstasi-prestasi belajar. Guru profesional juga harus
mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan
prestasi belajar siswa yang baik.
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, profesi guru
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1)      Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
2)  Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia
3)      Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang sesuai dengan bidang tugas
4)      Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5)      Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
6)      Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7)      Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat
8)      Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan keprofesionalan, dan
9)  Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Sebagaimana filosofi dari Ki Hajar Dewantara “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun
karso, tut wuri handayani”. Tidak cukup dengan hanya menguasai materi pelajaran, namun
guru juga harus mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid, serta selalu
mendorong muridnya untuk maju dan menjadi lebih baik.
Dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan, penulis berasumsi bahwa ada
kaitannya antara profesionalisme guru dengan keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh sebab
itu, untuk memahami lebih jauh hubungan dan pengaruh profesionalisme guru terhadap hasil
belajar siswa penulis menulis makalah dengan judul “Profesionalisme Guru Terhadap Hasil
Belajar Siswa”.

1
1.2   Tujuan
Tujuan penyusunan laporan adalah sebagai:

1)      Mengetahui proses pembelajaran dikelas rendah.


2)      Mengetahui apakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru sudah
sesuai dengan pengajaran yang dilakukannya.
3)      Mengetahui kendala-kendala yang menghampiri saat pembelajaran berlangsung
4)      Mengetahui metode atau solusi yang ditawarkan guna mengatasi kendala-kendala
tersebut.
5)      Mengetahui mekanisme guru dalam mengajar bahasa Indonesia dikelas rendah

1.3  Manfaat
Adapun manfaat dari observasi ini yaitu :

1)      Sebagai acuan dan motivasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan.


2)      Sebagai informasi kepada masyarakat luas dan lembaga terkait lainnya.
3)      Sebagai bahan evaluasi dalam dunia pendidikan.
4)      lebih meningkatkan profesionalisme guru sebagai sumber belajar terutama yang
berkaitan dengan pendidikan, sehingga pendidikan akan lebih maksimal.

2
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Uraian Permasalahan


Secara Epistemologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu Profession atau
bahasa Latin, Profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau
ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara Terminologi, profesi berarti suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk
melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus
memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
Adapun ruang lingkup profesionalisme guru terbagi menjadi 2 yaitu umum dan
khusus. Secara umum, profesionalisme guru adalah sebagai berikut:
a)      Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologi, sosiologi dan
sebagainya.
b)      Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf perkembangan peserta
didik.
c)      Mampu menangani dan mengambangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.
d)     Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
e)      Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajara yang
relevan.
f)       Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
g)      Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar yang relevan.
h)      Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
Secara khusus kompetensi profesionalisme guru meliputi: memahami standar nasional
pendidikan, mengembangkan KTSP, menguasai materi, mengelola program pembelajaran,
mengelola kelas, menggunakan media, menguasai landasan kependidikan, melaksanakan
perkembangan peserta didik, menampilkan keteladanan serta mengembangkan teori dan
konsep pembelajaran individu.

Menurut Martinis Yamin, guru profesional harus memliki persyaratan yang meliputi:
a.     Memiliki bakat sebagai guru
b.    Memiliki keahlian sebagai guru
c.     Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi
d.    Memiliki mental yang sehat
e.     Berbadan sehat
f.     Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
g.     Guru adalah manusia berjiwa pancasila
f.     Guru adalah seorang warga negara yang baik.
 Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau
usaha yang dapat memberikan keputusan emosionali, dan dapat diukur dengan alat atau tes
tertentu.Hasil belajar yang didapatkan oleh seorang siwa bersifat sementara, kadangkala

3
dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam belahar, sering pula
dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan
sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (Purwanto:1990) antara lain:
a)      Alat-alat pengajaran
b)      Motivasi sosial
c)      Lingkungan dan kesempatan
Dr. Rudolf Pintner mengemukakan metode-metode dalam belajar (Purwanto:1990)
diantaranya yaitu:
a. Metode Keseluruhan Kepada Bagian
Metode belajar ini berasal dari pendapat Gestalt. Metode belajar ini memperhatikan isi buku
terlebih dahulu, urutan bab-babnya dan sub bab masing-masing. Dari gambaran keseluruhan
isi buku tersebut mengarahkan kita kepada bagian-bagian atau bab-bab tertentu yang
dianggap penting atau yang merupakan inti pokok buku tersebut.
b.  Metode Keseluruhan Lawan Bagian
Untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode
keseluruhan seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek, mempelejari unit-unit
pelajaran tertentu, dsb. Untuk bahan-bahan yang bersifat nonverbal, seperti keterampilan,
mengetik, menulis, dsb lebih tepat menggunakan metode sebagian.
c.  Metode Campuran antara Keseluruhan dan Bagian
Metode ini baik dipergunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya sangat luas, atau
yang sukar-sukar, seperti misalnya tata buku, akunting, dan bahn kuliah lain pada umumnya.
Dalam konteks ini, yang menjadi alasan adanya hubungan profesionalisme guru
dengan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut;
a)      Karena keberadaan guru dalam kelas adalah sebagai manajer bidang studi, yaitu sebagai
seseorang yang merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar di sekolah
b)      Karena guru di sekolah bertugas menentukan keberhasilan siswa. Oleh karena itu,
apabila siswa belum berhasil, maka guru perlu mengandalkan remedi.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar, seorang guru profesional harus terlebih dahulu mampu
merencanakan program pengajaran. Kemudian melaksanakan program pengajaran dengan
baik dan mengevaluasi hasil pembelajaran sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, seorang guru profesional akan menghasilkan anak didik yang mampu menguasai
pengetahuan baik dalam aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.
Sebagai contoh, kemerosotan pendidikan di Indonesia yang dirasakan selama ini
untuk kesekian kalinya kurikulum yang dituding sebagai penyebabnya. Walaupun kurikulum
diganti dari tahun ke tahun tetap saja hasil belajar tergantung dari profesionalitas guru dan
semangat belajar siswa. Jika guru mengajar dengan profesional dan juga siswa-siswa tidak
enggan untuk belajar, maka hasil maksimal juga dapat tercapai.
Guru profesional akan dapat ataupun mampu meyelenggarakan proses pembelajaran
dan penilaian yang menyenangkan bagi siswa dan guru, sehingga dapat mendorong
tumbuhnya kreatifitas belajar pada diri siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan
sangat menentukan minat atau ketertarikan dan juga partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Melalui model pembelajaran yang tepat diharapkan siswa tidak hanya mendapat
pengetahuan, namun juga memiliki pesan kesan yang mendalam tentang materi pelajaran

4
yang telah disampaikan guru, sehingga dapat mendorong siswa untuk mengimplementasikan
konsep nilai yang terkandung dalam mata pelajaran pada kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, seorang guru dikatakan profesional apabila mampu menciptakan
proses belajar mengajar yang berkualitas dan mendatangkan prestasi belajar yang baik.
Demikian pula dengan siswa, mereka baru dikatakan memiliki prestasi belajar yang maksimal
apabila telah menguasai materi pelajaran dengan baik dan mampu mengaktualisasikannya.
Prestasi itu akan terlihat berupa pengetahuan, sikap dan perbuatan. Untuk mendapatkan
prestasi yang baik, maka seorang guru dituntut mengajar secara profesional, sistematis, dan
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien.

2.2 Subjek Penelitian


Adapun siswa yang diobservasi adalah siswa-siswi kelas V Semester Genap
2016/2017 yang berjumlah 38 siswa. Sedangkan guru yang diamati adalah Ibu Tutwuri
Handayati  S.Pd selaku guru yang mengajar mata pelajaran Matematika pada kelas tersebut.

2.3 Assement Data


Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan observasi ini adalah:

1) Metode observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati segala hal yang terjadi di kelas
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan guru dengan menggunakan
instrumen lembar observasi.

5
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pelaksanaan


Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas 3 yaitu, metode ceramah,
metode Tanya jawab, metode penugasan dan metode demonstrasi. Metode ceramah, karena
guru menyajikan fakta-fakta dan prinsip-prinsip dalam pengajaran secara lisan.Metode Tanya
jawab, karena adanya interaksi guru dengan siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan
oleh guru untuk mendapatkan responlisan dari siswa.Metode penugasan, "karena guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan
sebagai hasil dari tugas yang dikerjakannya.Metode demonstrasi, karena guru
mempertontonkan media yang digunakan dalam pembelajaran.

3.2 Langkah Penelitian


Langkah-langkah pembelajaran pada tahap eksplorasi pada dasarnya mencantumkan
kegiatan siswa mencari informasi tentang topik atau materi yang akan dipelajari dengan
memanfaatkan buku sumber yang ada. Pada tahap elaborasi siswa berusaha memecahkan
suatu masalah yang diberikan oleh guru dengan berbagai kegiatan (diskusi, tanya jawab,
sharing, dll). Setelah menemukan solusi dalam pemecahan masalah tersebut, kemudian
dilakukan kegiatan presentasi untuk diberikan suatu tanggapan oleh siswa maupun guru. Pada
tahap konfirmasi guru memberikan tanggapan mengenai pernyataan atau jawaban dari siswa
yang dianggap masih kurang tepat agar kesalahan pemahaman konsep dapat diminimalisir.

C. Teknik Pengumpulan Data


            Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan tiga teknik
yaitu :
1.   Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti. Observasi menjadi teknik salah satu pengumpulan data apabila 
a)      Sesuai dengan tujuan penelitian
b)      Direncanakan dan dicatat secara sistematis
c)      Dapat dikontrol keadaannya dan kesahihannya.
Observasi dilakukan pada SDN 067240, Jl.benteng Hulu No 40 B Medan, TEMBUNG.
Adapun yang menjadi subjek observasi ini adalah guru dan siswa SDN 067240, Jl.benteng
Hulu No 40 B Medan, TEMBUNG. Observasi penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
secara detail pengaruh profesionalisme guru terhadap hasil belajar siswa di SDN 067240,
Jl.benteng Hulu No 40 B Medan, TEMBUNG
Dari observasi dapat diambil teknik observasi yang dilakukan menggunakan observasi
partisipasi. Partipasi ialah observasi yang terlihat langsung secara aktif dalam objek yang
diteliti. Keadaan yang sebaliknya disebut non observasi partisipasi, sedangkan kehadiran
observasi yang pura-pura disebut observasi partisipasi.

6
2.  Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab secara langsung, wawancara ini dilakukan di
SDN 067240, Jl.benteng Hulu No 40 B Medan, TEMBUNG. Adapun yang menjadi subjek
wawancara adalah siswa SDN 067240, Jl.benteng Hulu No 40 B Medan, TEMBUNG.
Wawancara ini bertujuan untuk mendapat sejumlah data yang sistematis, konkrit, dan fakta.
Adapun dari wawancara diatas, maka wawancara ini dilakukan secara terpimpin, wawancara
terpimpin adalah tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan data yang relevan saja.
3.  Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu data tertulis yang diperoleh dari dokumen-dokumen seperti
data struktur sekolah, data guru, data murid, dan sarana prasarana.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Pembahasan/Penyelesaian masalah

A.Pengertian Guru Profesional

Profesional adalah istilah bagi seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai
dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai
upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang
didirikan sesuai dengan hukum disebuah wilayah atau negara. Meskipun begitu, seringkali
seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga disebut “profesional” dalam
bidangnya meskipun bukan merupakan anggota sebuah entitas yang didirikan dengan sah.
Secara sederhana, profesionalisme diartikan sebagai perilaku, cara, dan kualitas yang
menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki
ciri standar teknis atau etika suatu profesi (Oerip dan Uetomo, 2000:246-265).
Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing. Profesionalisme
menyangkut kecocokan antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan
tugas. Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan
syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan kemampuan aparat
merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi (Kurniawan,
2005:74).
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakt adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan
formal. Pada hakikatnya, pekerjaan guru dianggap sebagai pekerjaan yag mulia, yang sangat
berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Sejalan dengan pemikiran tersebut,
maka perlu ditekankan bahwa yanglayak menjadi guru adalah orang-orang pilihan yang
mampu menjadipanutan bagi anak didiknya.
Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu
keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi
(pengetahuan, sikap dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan

7
akademis yang intensif. Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan
khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi
mata pencaharian. Seorang guru yang profesional bukan seorang teknisi atau tukang yang
hanya menunggu perintah dari mandornya. Guru profesional harus mampu mengambil
keputusan serta membuat rencana yang disesuaikan dengan kondisi siswa, situasi,
wawasannya sendiri, nilai, serta komitmennya (Zumwalt, 1989).
Guru yang profesional akan terlihat dari pelaksanaan dan juga pengabdian tugas-tugas
yang ditandai dengan baiknya materi ataupun metodenya. Selain itu, juga ditunjukkan
melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang
profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Menyadari bahwa dirinya adalah
pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik atau siswa dalam belajar.

B.Tugas Guru Profesional


Aktifitas proses pembelajaran merupakan inti dari pendidikan. Proses pembelajaran dapat
dikatakan berhasil apabila guru dapat menghayati profesinya dan juga guru memiliki
wawasan yang luas dan keterampilan sehingga proses pembelajaran menjadi aktif. Guru
dalam melaksanakan tugas profesinya dihadapkan pada berbagai pilihan, seperti cara
bertindak bagaimana yang paling tepat, bahan belajar apa yang paling sesuai, metode
penyajian apa yang paling efektif,  langkah apa saja yang paling efisien, sumber belajar mana
yang lengkap, dan sebagainya. Oleh karena itu guru yang profesional diharuskan memahami
betul tugas pokok dan fungsi guru, selanjutnya dengan peningkatan pemahaman tersebut akan
meningkatkan pula kinerja guru dalam melaksanakan profesionalnya.
Tugas Pokok Guru Profesional
1)   Tugas guru dalam bidang profesi
a)   Guru sebagai pendidik
Guru adalah seorang pendidik yang menjadi tokoh atau panutan bagi peserta didik dan
lingkungannya. Maka seorang guru harus mempunyai standar kualitas pribadi yang baik,
bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah, dan juga
berani mengambil keputusan berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi.
b)   Guru sebagai pelajar
Seorang guru membantu peserta didik dalam meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Maka seorang guru harus megikuti perkembangan teknologi agar
apa yang dibawakan seorang guru pengajarannya tidak ketinggalan jaman.
c)   Guru sebagai pembimbing
Sebagai pembimbing seorang guru dan siswa diharapkan ada kerjasama yang baik dalam
merumuskan tujuan secara jelas dalam proses pembelajaran
d)  Guru sebagai pengarah
Seorang guru diharapkan dapat mengarahkan peserta didiknya dalam memecahkan persoalan
yang telah dihadapi dan bisa mengarahkan kepada jalan yang benar apabila persoalan terjadi
e)   Guru sebagai pelatih
Tugas guru untuk melatih dan mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa dalam
membentuk kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing siswa.
f)    Guru sebagai penilai

8
Penilaian merupakan proses penetapan kualitas hasil belajar atau proses untuk menentukan
tingkt pencapaian tujuan pembelajaran siswa.

2)  Tugas guru dalam bidang kemanusiaan


Ø  Seorang guru dapat menjadi orang tua bagi siswa-siswa di sekolah
Ø  Seorang guru dapat menarik simpati para siswanya
Ø  Seorang guru dapat menjadi motivator dalam kegiatan belajar mengajar.

3)  Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan


Ø  Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Indonesia yang bermoral
Pancasila
Ø  Mencerdaskan bangsa Indonesia
C.Hasil Belajar Siswa
          Secara terminologis, hasil belajar atau prestasi adalah hasil yang telah dicapai,
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya (W.S. Winkel, 1995: 67). Sedangkan belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan. Jadi, Belajar pada dasarnya merupakan suatu bentuk pertumbuhan
atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang berkat
pengalaman dan latihan (M. Surya, 1982: 7).
          Hasil belajar adalah prestasi belajar yag dicapai atau pencapaian siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajardengan membawa suatu pubahan dan pembentukan tingkah laku
seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses pembelajaran berhasil apabila tujuan
pembelajaran khususnya sudah dapat dicapai.
          Untuk mengetahui tujuan pembelajaran tercapai atau tidak, guru harus mengadakan
evaluasi pada setiap menyajikan suatu materi kepada siswa. Evaluasi ini ditujukan untuk
mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai materi yang telah disampaikan. Fungsinya
untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar
mengajar dan melaksanakan program pengulangan atau remedi bagi siswa yang belum
mencapai tujuan belajar.
Dalam konteks ini, yang menjadi alasan adanya hubungan profesionalisme guru
dengan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut;
a)      Karena keberadaan guru dalam kelas adalah sebagai manajer bidang studi, yaitu sebagai
seseorang yang merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar di sekolah
b)      Karena guru di sekolah bertugas menentukan keberhasilan siswa. Oleh karena itu,
apabila siswa belum berhasil, maka guru perlu mengandalkan remedi.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar, seorang guru profesional harus terlebih dahulu mampu
merencanakan program pengajaran. Kemudian melaksanakan program pengajaran dengan
baik dan mengevaluasi hasil pembelajaran sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, seorang guru profesional akan menghasilkan anak didik yang mampu menguasai
pengetahuan baik dalam aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.
Sebagai contoh, kemerosotan pendidikan di Indonesia yang dirasakan selama ini
untuk kesekian kalinya kurikulum yang dituding sebagai penyebabnya. Walaupun kurikulum
diganti dari tahun ke tahun tetap saja hasil belajar tergantung dari profesionalitas guru dan

9
semangat belajar siswa. Jika guru mengajar dengan profesional dan juga siswa-siswa tidak
enggan untuk belajar, maka hasil maksimal juga dapat tercapai.
Profesionalisme guru terhadap hasil belajar siswa sangat  lebih mudah diterapkan,
lebih mudah mengorganisasi kelas, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang diajarkan,
guru dapat mengontrol keadaan kelas, dan dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah
besar.Strategi ceramah dalam penerapannya divariasikan dengan beberapa metode yang
mendukung, Membangun minat siswa dengan menyajikan materi yang menarik,Memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya,Guru harus kreatif menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan.strategi pembelajaran yang dipilih adalah siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru, siswa cenderung terlihat bosan, proses pembelajaran tidak inovatif,
pembelajaran hanya dilakukan satu arah, siswa terlihat pasif, dan kurang memanfaatkan
media pembelajaran yang ada.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Pada hakikatnya,
pekerjaan guru dianggap sebagai pekerjaan yag mulia, yang sangat berperan dalam
pengembangan sumber daya manusia. Guru yang profesional akan terlihat dari pelaksanaan
dan juga pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan baiknya materi ataupun metodenya.
Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya.
Tugas pokok guru profesional adalah sebagai berikut : 
1. Tugas guru dalam bidang profesi
a)      Guru sebagai pendidik
b)      Guru sebagai pelajar
c)      Guru sebagai pembimbing
d)     Guru sebagai pengarah
2.  Tugas guru dalam bidang kemanusiaan
a)      Seorang guru dapat menjadi orang tua bagi siswa-siswa di sekolah
b)      Seorang guru dapat menarik simpati para siswanya
c)      Seorang guru dapat menjadi motivator dalam kegiatan belajar mengajar.
3.  Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan
a)      Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Indonesia yang bermoral
Pancasila
b)      Mencerdaskan bangsa Indonesia
Untuk mengetahui tujuan pembelajaran tercapai atau tidak, guru harus mengadakan
evaluasi pada setiap menyajikan suatu materi kepada siswa. Evaluasi ini ditujukan untuk

10
mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai materi yang telah disampaikan. seorang guru
dikatakan profesional apabila mampu menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas
dan mendatangkan prestasi belajar yang baik. Demikian pula dengan siswa, mereka baru
dikatakan memiliki prestasi belajar yang maksimal apabila telah menguasai materi pelajaran
dengan baik dan mampu mengaktualisasikannya.

5.2 Saran
Semua materi di tingkat sekolah dasar memang mudah, namun penyampaian dan
penerapannya yang sedikit sulit, karena itu observasi yang cukup singkat memotivasi diri
untuk lebih semangat dan serius dalam mencari ilmu agar menjadi seorang guru yang
profesional/sesungguhnya yang mampu mengerti karakteristik peserta didik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Winarno, M.Sc. 2000. Usaha Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta: PPTK


Matematika.

Suyono, hariyanto. 2011. Belajar Dan Pembelajaran teori dan konsep dasar.


Surabaya: Unesa. Rosda.

12

Anda mungkin juga menyukai