Anda di halaman 1dari 18

Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,


sosial dan spiritual yang secara tidak langsung membentuk kompetensi standar profesi guru,
yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang
mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme guru.

Kompetensi guru mengacu kepada kemampuan guru yang diwujudkan dalam pikiran
maupun tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan setelah mengalami proses
pembelajaran tertentu. Secara tidak langsung, kompetensi guru adalah himpunan pengetahuan,
kemampuan dan keyakinan yang dimiliki seorang guru dan ditampilkan untuk situasi mengajar.
Apabila guru tidak mampu memenuhi kompetensi, maka akan gugur keguruannya.

Kompetensi guru juga dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seorang guru dalam menjalankan profesinya. Jelas bahwa seorang guru dituntut memiliki
kompetensi atau kemampuan dalam ilmu yang dimilikinya, kemampuan penguasaan mata
pelajaran, kemampuan berinteraksi sosial baik dengan sesama peserta didik maupun dengan
sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.

Guru juga dituntut selalu mengembangkan dan memperkaya diri dengan cara belajar dan
mencari informasi baru yang berkaitan dengan pembelajaran dan peningkatan kualitas
pendidikan pada umumnya, mereka harus terbiasa membaca, untuk memperoleh informasi
dan melakukan perubahan di sekolah sesuai dengan perubahan masyarakat dan perkembangan
zaman.

4 Kompetensi Guru dan Contoh Penerapannya


Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada bab IV pasal 10
(ayat 91) dinyatakan bahwa "kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi." Artinya setidaknya terdapat 4 kompetensi yang harus dimiliki guru dengan rincian
sebagai berikut.
1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahaman mengenai peserta


didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik.
Contoh penerapan kompetensi pedagogik meliputi beberapa poin di bawah
ini.

1. Menguasai karakteristik peserta didik secara spesifik dari sisi moral,


sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Dapat menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik
3. Memiliki penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip pembelajaran
yang mendidik.
4. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang yang
kampuh.
5. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggara kegiatan pengembangan yang mendidik.
6. Dapat memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

10 Kompetensi Pedagogik Guru

Sardiman (2016, hlm. 163) menyatakan terdapat sepuluh indikator yang menunjukkan
kompetensi pedagogik guru, 10 kompetensi pedagogik guru tersebut adalah sebagai berikut.

1. menguasai bahan (ajar);


2. mengolah program belajar mengajar;
3. mengelola kelas;
4. penggunaan media atau sumber;
5. menguasai landasan-landasan pendidikan;
6. mengelola interaksi belajar mengajar;
7. menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran;
8. mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah;
9. mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah;
10. memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian guru pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Mengenai kompetensi pedagogik guru dalam proses pembelajaran serta komponen-komponen
kompetensi pedagogik tersebut telah diatur pada PP RI Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Guru
Pasal 3 ayat 4 mengenai kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik
meliputi 8 komponen, yaitu:

1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;


2. Pemahaman terhadap peserta didik;
3. Pengembangan kurikulum atau silabus;
4. Perancangan pembelajaran;
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7. Evaluasi hasil belajar; dan
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah sifat-sifat unggul seseorang, seperti sifat ulet, tangguh, atau
tabah dalam menghadapi tantangan atau kesulitan, dan cepat bangkit apabila mengalami
kegagalan, memiliki etos belajar dan etos kerja yang tinggi, berpikir positif terhadap orang lain.
Contoh penerapan kompetensi kepribadian adalah sebagai berikut.

1. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil dewasa, arif, dan berwibawa.
3. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
4. Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat


untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
1. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.
2. Beradaptasi di tempat bertugas dan di seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
3. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, status sosial dan ekonomi.
4. Berkomunikasi secara efektif, simpatik dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi pembelajaran secara


luas dan mendalam. Selain itu, guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan
belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Singkatnya, guru dituntut
mampu menyampaikan materi atau bahan pelajaran, bukan hanya menguasainya
saja. Contoh penerapan dari kompetensi profesional adalah sebagai berikut.

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Cara Meningkatkan Kompetensi Guru


Tentunya, secara umum langkah untuk mengikuti dan meningkatkan kompetensi
guru adalah dengan mengikuti standar kompetensi guru atau kompetensi profesional
guru sehingga dapat menghasilkan peningkatan kompetensi guru. Cara
meningkatkan kompetensi guru amatlah berkaitan langsung dengan berbagai
keterampilan dan indikator kompetensi guru yang telah diuraikan di atas.
Kompetensi guru diharapkan untuk memangku jabatan tersebut harus benar-benar
dilakukan secara ikhlas. Dalam arti kata bahwa guru yang memiliki kompetensi
adalah guru yang profesional yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan
tugasnya dari keinginan dan rasa tanggungjawabnya sendiri, bukan sekedar dalam
rangka untuk memenuhinya saja.

Peningkatan kompetensi guru dapat dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam


bentuk pendidikan dan pelatihan. Jenis-jenis pendidikan dan latihan yang sering
dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi guru, antara lain sebagai berikut.

1. Pelatihan inhouse (IHT)


2. Program magang
3. Kemitraan sekolah
4. Belajar jarak jauh
5. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus
6. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya
7. Pembinaan internal oleh sekolah
8. Pendidikan lanjut (S2 – S3)

Di samping kegiatan-kegiatan pendidikan dan latihan formal sebagaimana


disebutkan di atas, kegiatan-kegiatan non-diklat yang dapat dilaksanakan untuk
mewujudkan peningkatan kompetensi guru, antara lain sebagai berikut.

1. Diskusi masalah pendidikan yang dapat diselenggarakan secara berkala


dengan topik sesuai dengan masalah yang di alami di sekolah.
2. Mengikuti seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model
pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam meningkatkan kompetensi guru.
3. Mengikuti workshop yang dilakukan untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun
pengembangan karirnya.
4. Melaksanakan penelitian yang dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian
tindakan kelas, penelitian eksperimen, maupun jenis penelitian lain dalam
rangka peningkatan mutu pembelajaran.
5. Menulis buku bahan ajar dalam bidang pendidikan.
6. Membuat media pembelajaran yang inovatif
7. Membuatan karya teknologi atau bahkan karya seni yang dapat bermanfaat
untuk pendidikan.
PERAN GURU DALAM PROSES
PEMBELAJARAN
Ketika ilmu pengetahuan masih terbatas, ketika penemuan hasil-hasil tekhnologi belum
berkembang hebat seperti sekarang ini, maka peran utama guru di sekolah adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap
berguna sehingga harus dilestarikan. Dalam kondisi demikian guru berperan sebagai sumber
belajar nagi siswa. Guru dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting.
Bagaimana pun hebatnya kemajuan tekhnologi, peran guru akan tetap di perlukan. Tekhnologi
yang konon dapat memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan
pengetahuan, tidak bisa mengganti peran guru.
Peranan guru dalam proses pembelajaran menurut para ahli Prey Katz, menggambarkan
peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat,motivataor
sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah
laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang di ajarkan.

1) Havighurst, menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai dalam


hubungan kedinasan, sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai kolega dalam
hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan
anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
2) James W.Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain,
menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan
mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
3) Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan
guru di sekolah,tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai
transformer dari nilai dan sikap.1

Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang di kemukakan
oleh Moon (1989),yaitu sebagai berikut:

1. Guru Sebagai Perancang Pembelajaran


1
Ibid., hlm. 143-144
Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran
yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Di sini
guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakn PBM tersebut dengan
memperhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi:

a. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan


ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif,sistematis, dan fungsionsl
efektif.
b. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
c. Menyediakan sumber belajar , dalam hal ini guru berperan sebaagai fasilitator
dalam pengajaran.
d. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memperhatikan
relevansi (seperti juga materi), efektiif dan efisien,kesesuaian dengan metode,
serta pertimbangan praktis.

Jadi, dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut, guru dapat merancang
dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif dan efisisen.2
2. Guru Sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sumber belajar, merupakan peran yang sangat penting. Peran
sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita
bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi
pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia sdapat menguasai materi pelajaran
dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagai sumber belajar bagi anak
didikya. Apa pun yang ditanyakan siswa sekaitan dengan materi pelajaran yang
sedang diajarkannya, ia akan dapat menjawab dengan penuh keyakinan.
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan
hal-hal sebagai berikut:

2
Hamzah B.Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 22-23.
 Sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan
siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik
tentang materi yang akan dikaji bersama siswa.
 Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat di pelajari oleh siswa yang
biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang lain.
 Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran. Misalnya dengan
menentukan mana materi inti , yang wajib dipelajari siswa, mana materi
tambahan mana materi yang harus diingat kembali karena pernah dibahas dan
lain sebagainya. Melalui pemrtaan semacam ini akan memudahkan bagi guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar.3

3. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran


Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas
bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khususnya
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Selain itu, guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari ke
arah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri manajemen
kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit
mengurangi ketergantungannya pada hingga mereka mampu membimbing
kegiatannya sendiri. Dan guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan
tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingg memungkinkan
untuk menciptaksan situasi belajar yang baik mengendalikan pelaksanaan
pengajaran dan pencapaian tujuan.4

Menurut Ivor K.Devais,salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah


melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan
3
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Jakarta : kencana, 2010), hlm. 281-282.
4
Hamzah B. Uno., Op. cit., hlm. 23.
mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan pembelajaran Alvin C.
Eurich menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru adalah
sebagai berikut:

 Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa,maka siswa harus mempelajarinya


sendiri.
 Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan
tahapan kegiatan diberikan reinforcement.
 Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruha lebih berarti.
 Apabila siswa diberi tanggungjawab,maka ia lebih termotivasi untuk belajar.5
4. Guru Sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Tujuan mengajar adalah
mempermudah siswa belajar. Inilah hakikat peran fasilitator dalam proses
pembelajaran.
Agar dapat melaksankan peran sebagai fasilitator dalam proses pembeljaran, ada
beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan
pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.
a. Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi
masing-masing media tersebut.
b. Guru perlu memiliki keterampilan dalam merancang suatu media.
c. Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat
memanfaatkan berbi sumber belajar.
d. Sebagai fasilitator guru dituntut agar memiliki kemampuan dalam berkomunikasi
dan berinteraksi dengan siswa.
5. Guru Sebagai Demonstrator

5
Wina Sanjaya., 0p. Cit., hlm. 283.
Guru sebagai demonstrator berperan untuk mempertunjukkan kepada siswa
segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap
pesan yang disampaikan.
a. Guru harus menunjukkan sifat-sifat terpuji. Sebagai demonstrator guru berperan
sebagai model dan teladan bagi setiap siswa.
b. Guru harus dapat mengatur strategi pembelajaran yang lebih efektif.
6. Guru Sebagai Pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap
perbedaan. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang
dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai
dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka.
Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada beberapa hal yang
harus dimiliki:
a. Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.
b. Guru harus terampil dalam merencanakan tentang tujuan dan kompetensi yang
hendak dicapai, maupun merencanakan proses pembelajaran.6
7. Guru Sebagai Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah
dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motiv-
motiv yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di
sekolah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan
anak didik. Peran guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif,
karna menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial,
menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.7

8. Guru Sebagai Konselor

6
Ibid., hlm. 282-287.
7
Syaiful Bahri Djamarah., Op.cit. hlm. 45.
Sebagai konselor guru diharapkan akan dapat memproses segala masalah tingkah
laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus
mempersiapkan agar:

 Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara


peserta didikdengan orang tuanya.
 Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat
mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam
manusia.
Guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi,
harapan, prasangka, ataupun keinginannya. Semua hal itu akan memberikan
pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain, terutama
siswa.

9. Guru Sebagai Evaluator


Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Ada dus fungsi dalam
memerankan perannya sebagai evaluator.
 Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
 Untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan
yang telah diprogramkan.
Guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses
(jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik
tentang pelaksanaan intraksi edukatif yang telah dilakukan.
10. Guru Sebagai Pelatih
Kegiatan ini dilakukan dengan asumsi bahwa dalam beberapa hal, para siswa
telah memiliki informasi dan keterampilan baru sebelum presentasi resmi dari guru.
Dengan demikian, kegiatan pembelajaran tersebut lebih bersifat pengembangan dan
penyempurnaan penguasaan kompetensi. Peran guru sebagai pelatih adalah sebagai
berikut:
 Presentasi tim
Bantulah untuk membuat bahan pendukung presentasi sehingga mereka mudah
menyampaikan gagasan dasar penting yang dimaksud.
 Pencaraian konsep
 Wawancara investigasi
 Uji coba kolaboratif.8
11. Guru Sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah separangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh
peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum
sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan.keberhasilan
dari suatu kurikulum yang ingin di caapai sangat bergntung pada faktor kemampuan
yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya, guru adalah orang yang bertanggung jawab
dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum
resmi. Bahkan pandangan Mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu
bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum pada akhirnya terletak di tangan
pribadi guru. Terdapat beberapa alasan sebagai berikut:
a. Guru adalah pelaksana langsung dari kurikulum di suatu kelas.
b. Gurulah yang bertugas mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran.
c. Gurulah yang langsung menghadapi berbagai permasalahan yang muncuk
sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum di kelas.
d. Tugas gurulah yang mencarikan upaya memecahkan segala permasalahan yang
dihadapi dan melaksanakan upaya itu.
Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum.
Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang
oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak
akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa

8
Suyanto,Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Erlangga,2013),hlm.85-86
kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. asanSencari gageorang guru haruslah
memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum, selain tugas utamanya
Pembina kurikulum.ini berarti bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan baru
demi penyempurnaan praktik pendidikan dan praktik pembelajaran pada khususnya.
Hal ini harus dilakukan agar hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan dari waktu ke
waktu. Seorang guru harus menganggap bahwa kurikulum sebagai program
pembelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik bukan sebagai barang mati,
sehingga apa yang terdapat dalam kurikulum dapat dijabarkan oleh guru menjadi
suatu materi yang menarik untuk disajikan pada peserta didik selama proses
pembelajaran nerlangsung. Dalam proses pengembangan kurikulum peran guru lebih
banyak dalam tataran kelas. Murray Printr (1993)mencatat peran guru dalam level ini
adalah sebagai:

 Implementers
 Adapters
 Developers
 Researchers
12. Guru Sebagai Supervisor
Sebagai supervisor,guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai
secara krirtis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisor harus guru kuasai
dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar
menjadi lebih baik. Kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau
kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya,
pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya., atau
karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang
disupervisinya. Dengan semua kelebihan yang dimiliki, ia dapat melihat, menilai atau
mengadakan pengawasan terhadap orang atau sesuatu yang disupervisi.
Faktor-faktor Mempengaruhi Pembelajaran
1.Faktor Guru

Guru adalah faktor utama dalam proses pembelajaran. Berhasil atau tidaknya sebuah
pembelajaran bergantung pada bagaimana cara seorang guru membelajarkan sebuah materi
terhadap siswa-siswanya. Ada dua jenis faktor, yakni :

a. Faktor Kondisi Fisik

Mengapa kondisi fisik?

Bayangkan saja, apabila ada seorang guru yang buta warna tetapi ia mengajarkan materi
mewarnai atau mengenal warna terhadap siswanya. Jelas tidak mungkin, bukan?

Jadi, sebaiknya seorang guru membelajarkan kepada siswanya mengenai materi yang tidakk
bertentangan dengan kondisi fisiknya. Jika ia buta warna, mungkin sebaiknya ia engajarkan
materi yang tidak berhubungan dengan warna misalnya mata pelajaran matematika, bahasa
Indonesia, IPS, dll.

b. Faktor Kondisi Psikis


seorang guru yang sedang stres sebaiknya tidak mengajar terlebih dahulu. Karena
dikhawatirkan ia akan melampiaskan emosinya kepada siswa-siswanya. Hal ini akan
berdampak sangat tidak baik kepada guru maupun siswa-siswanya.

Siswa mungkin trauma terhadap guru yang telah atau bahkan sering melampiaskan emosinya
kepada mereka. Bahkan yang lebih dikhawatirkan apabila ia tidak hanya trauma terhadap
guru tersebut saja, akan tetapi kepada guru-guru lain juga.

2.Faktor Siswa

a. kondisi fisik

siswa yang sakit tidak mungkin mengikuti pelajaran sebaik ia mngikuti pelajaran ketika ia
sedang dalam keadaan sehat. Dipaksakan seperti apapun, kefahaman akan sulit sekali masuk
dalam diri anak. Karenanya, guru yang megetahui ada siswanya yang sakit, sebaiknya
menyuruh siswanya untuk beristirahat.

b. kondisi psikis

Anak terlahir dengan anugrah kemampuan yang berbeda-beda. Maka dari itu, tugas guru
adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka. Siswa yang mempunyai
kemampuan menggambar sebaiknya diberi stimulus lebih dalam menggambar. Begitu pula
sebaliknya, siswa yang mempunyai kemampuan menggambar sebaiknya tidak diberi
pelajaran menyanyi lebih banyak.
Maka dari itu, sebaiknya sekolah memberikan ekstrakurikuler sebagai wadah pengembangan
bakat minat siswa.

3.faktor tujuan

Meliputi faktor:

a. Kejelasan

-apa visi-misi sekolah tersebut?

-apa saja tujuan pembelajaran di sekolah tersebut?

b. Urgensi

apa jadinya jika anak tidak suka pelajaran IPA (mis: biologi, fisika, dan kimia) tetap diajarkan
materi-materi IPA? Berhasilkah pembelajaran itu?

Mungkin tidak akan berhasil kecuali jika anak berusaha mati-matian. Tapi itu hanya sebagian
kecil. Maka dari itu, disinilah faktor pentingnya kelas peminatan atau penjurusan di SMA/MA.
c. Tingkat Kesulitan

Mengapa sekolah di Indonesia dibuat berjenjang? Ada jenjang SD, SMP, dan SMA? Karena
pmerintah memperhatikan faktor kesulitan materi yang dipelajari anak.

Bukan hanya kelas yang berjenjang. Pembelajaran materi pun harus diperhatikan dari yang
termudah ke yang tersulit, dari yang konkret menuju ke yang abstrak. Hal tersebut
dimaksudkan untuk membantu memudahkan siswa dalam belajar.

d. Kesesuaian Materi

Meliputi:

-Kejelasan materi

-Kemenarikan (media, strategi, dll)

-Sistematika pembelajaran materi

-Jenis materi (menjelaskan sesuai koteks)

-Faktor instrumen (kelengkapan, kuantitas, kualitas, kesesuaian)


4.Faktor Lingkungan

a. Lingkungan Fisik

Sekolah yang baik seharusnya dijauhkan dari kebisingan dan polusi.

b. Lingkungan sosial

Tata letak sekolah juga harus diperhatikan. Sebaiknya tidak didepan pasar, mall, tempat
karaoke, atau tempat hiburan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai