Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung secara
bertahap dan berkesinambungan sehingga membutuhkan waktu yang relatif
lama. Pendidikan di Sekolah Dasar adalah pendidikan transisional karena
merupakan peralihan dari rumah ke masyarakat, yang memiliki tujuan dan
fungsi sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah untuk
mengembangkan dasar pribadi manusia sebagai warga masyarakat dan
warga negara yang berbudi luhur, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang
Maha Esa, serta memiliki kemampuan dan keterampilan dasar sebagai bekal
untuk pendidikan selanjutnya dan bekal hidup dan masyarakat.
Untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar IPA di sekolah,
maka guru sebagai tenaga kependidikan, yang merupakan salah satu di antara
berbagai sumber dan media belajar, dituntut kemampuan serta
tanggungjawabnya dalam memilih dan menentukan pendekatan-pendekatan
pengajaran yang mampu membangkitkan serta memelihara Hasil Belajar
siswa-siswanya melalui bidang studi yang diajarkannya.
Menurut Rusyan (1993 : 106) metode demonstrasi adalah merupakan
pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada
penampilan tingkah laku yang dicontohkan.Sehingga penggunaan metode
demonstrasi sangat efektif dalam pembelajaran IPA.Karena peserta didik
harus memahami konsep belajar dengan cara membangun konsep itu sendiri
dengan melakukan demonstrasi peristiwa-peristiwa alam sehingga konsep
yang dibangun oleh peserta didik tidak mudah terlupakan.
Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan
adalah dengan cara menggunakan media pembelajaran. Penggunaan media
pembelajaran dapat membuat hal yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit
dan membuat suasana belajar yang tidak menarik menjadi lebih
menyenangkan. Banyak media pembelajaran yang ada, namun belum semua

1
digunakan dan tidak menciptakan media pembelajaran yang lebih
menyenangkan. Media pembelajaran yang sering digunakan yaitu media
gambar. Namun karena media gambar terlalu sering digunakan maka
diperlukan media lain untuk digunakan sebagai penunjang proses
pembelajaran. Oleh sebab itu guru ditantang untuk berinovasi dan
menerapkan suatu media pembelajaran yang baru untuk siswa seperti
menggunakan media Picture Cards. Dengan menggunakan media Picture
Cards diharapkan siswa menjadi lebih mudah menerima pelajaran IPA yang
akhirnya membuat hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Media picture card ini dapat memudahkan siswa memahami tentang
rantai makanan dan jaring makanan. Penggunaan media yang sederhana ini
juga membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Selain itu, proses
pembelajaran dapat melibatkan segala aspek baik aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.

B. Identifikasi masalah
1. kurangnya pemahaman siswa tentang materi rantai makanan.
2. siswa memahami kesulitan dalam mengikuti pelajaran IPA.
3. metode yang digunakan guru kurang tepat.

C. Rumusan dan Pemecahan Masalah


1. Rumusan Masalah
“Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode
demontrasi dengan media Picture Cards materi Memahami Rantai
Makanan pelajaran IPA kelas 6 SD Negeri Cibodas Kota Tangerang ?”.

2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, Tindakan yang dilakukan adalah
dengan menggunakan metode demontrasi dalam upayah meningkatkan
hasil beljar siswa dengan media Picture Cards materi Memahami Rantai
Makanan pelajaran IPA kelas 6 SD Negeri Cibodas Kota Tangerang.

2
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah :
1. Mendeskripsikan metode demonstrasi dalam pembelajaran rantai makanan
mata pelajaran IPA kelas 6 SD Negeri Cibodas Kota Tangerang.
2. Mendeskripsikan cara meningkatkan hasil belajar siswa melalui
demonstrasi pada materi rantai makanan mata pelajaran IPA kelas 6 SD
Negeri Cibodas Kota Tangerang
3. Menganalisis dampak metode demonstrasi dan meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi rantai makanan mata pelajaran IPA kelas 6 SD Negeri
Cibodas Kota Tangerang.

E. Manfaat Penelitian
1) Manfaat bagi peserta didik
a. Siswa lebih kritis, aktif, dan termotivasi dalam pembelajaran IPA
b. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran IPA melalui
metode demontrasi.
c. Meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
2) Manfaat bagi guru.
a. Guru lebih terampil dalam menyajikan pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Meningkatkan kemampuan guru dalam memperbaiki kinerjanya
sehingga dapat berkembang menjadi guru yang professional.
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru yang memungkinkan guru secara
aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
d. Guru dapat melihat kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang
dilaksanakan.
3) Manfaat bagi sekolah.
a. Menciptakan guru-guru yang professional.
b. Membentuk peserta didik yang bermutu dan handal.
c. Meningkatkan mutu pendidikan.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Hasil Belajar


Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada masa sekarang ini
Mengalami berbagai kendala. Belajar adalah mendidik dengan siswa berbagai
dan suatu yang belajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan suatu proses. Proses belajar
ditandai dengan adanya perubahan pada perilaku individu, tetapi tidak semua
perubahan pada perilaku individu terjadi karena belajar. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Skinner. Jadi belajar merupakan proses yang
berkesinambungan dan memerlukan suatu alat yang dinamakan dengan
metode pembelajaran.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 2003:2). Menurut Hamalik hasil belajar adalah sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur
bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah
dicapai oleh seseorang siswa setelah mengalami proses belajar mengajar
dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak
berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan,
keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif.
Pengertian hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar
siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan
pengertian di atas hasil belajar dapat menerangai tujuan utamanya adalah
untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah

4
mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut
kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol.
Hasil belajar ini pada akhlirnya difungsikan dan ditunjukan untuk
keperluan berikut ini:
a. Untuk seleksi, hasil dari belajar seringkali digunakan sebagai dasar untuk
menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau jenis
pendidikan tertentu.
b. Untuk kenaikan kelas, untuk menentukan apakah seseorang siswa dapat
dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi
yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru.
c. Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat
kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan
ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.
Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu:
1) Ranah Kognitif
Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala
upaya yang menyangkup aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif.
Menurut Bloom, ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir
yaitu : Knowledge (Pengetahuan/Hafalan/Ingatan), Compherehension
(Pemahaman), Application (Penerapan), Analysis (Analisis),
Syntetis(Sintetis), Evaluation (Penilaian).
2) Ranah afektif
Taksonomi untuk daerah afektif dikeluarkan mula-mula oleh
David R.Krathwohl dan kawan-kawan dalam buku yang diberi judul
taxsonomy of educational objective: affective domain. Ranah afektif
adalah ranah yang berkenaan dengan sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat
tinggi. Tipe hasil belajar afektif akan Nampak pada murid dalam
berbagai tingkahlaku seperti: perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
Hasil Belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasan belajar dan
hubungan sosial.

5
3) Ranah psikomotorik.
Hasil belajar psikomotor dikemukakan oleh simpson. Hasil
belajar ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan
bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: gerakan
reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan pada
gerakgerak sadar, kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya
membedakan visual, membedakan auditif, motorik dan lain-laian,
kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketetapan, gerakan-gerakan skill, mulai keterampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang komplek, kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi nondecursive, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

B. Metode Demontrasi
Dalam proses pembelajaran memerlukan metode sebagai alat untuk
menyampaikan proses pembelajaran, proses pembelajaran yang berlangsung
memerlukan metode yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran maupun
karakteristik siswa, sehingga sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara maksimal. Metode pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis dan teratur yang dilakukan oleh pendidik dalam penyampaian
materi kepada muridnya. Dengan adanya cara ini maka diharapkan proses
belajar mengajar bisa berjalan dengan baik.
1. Definisi
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk
menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan
verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasioan peralatan barang atau
benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih
dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mendemostrasikan (guru,
peserta didik, atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan
tentang sesuatu yang didemonstrasikan (Ramayulis, 244:2004).

6
2. Kelebihan
Kelebihan Metode Demonstrasi antara lain :
a) Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta
didik diikut sertakan;
b) Pengalaman peserta didik bertambah karena peserta didik turut
membantu pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima
pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya;
c) Pelajaran yang diberikan lebih tahan lama. Dalam suatu demonstrasi,
peserta didik bukan saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh
guru tetapi juga memperhatikannya bahkan turut serta dalam
pelaksanaan suatu demonstrasi;
d) Pengertian lebih cepat dicapai. Peserta didik dalam menanggapai
suatu proses adalah dengan mempergunakan alat pendengar,
penglihat, dan bahkan dengan perbuatannya sehingga memudahkan
pemahaman peserta didik dan menghilangkan sifat verbalisme dalam
belajar;
e) Perhatian peserta didik dapat dipusatkan dan titik yang yang
dianggap penting oleh guru dapat diamati oleh peserta didik
seperlunya. Sewaktu demonstrasi perhatian peserta didik hanya
tertuju kepada suatu yang didemonstrasikan sebab peserta didik lebih
banyak diajak mengamati proses yang sedang berlangsung dari pada
hanya semata-mata mendengar saja;
f) Mengurangi kesalahan-kesalahan. Penjelasan secara lisan banyak
menimbulkan salah paham atau salah tafsir dari peserta didik apalagi
kalau penjelasan tentang suatu proses. Tetapi dalam demonstrasi,
disamping penjelasan lisan juga dapat memberikan gambaran
konkrit;
g) Beberapa masalah yang menimbulkan petanyaan atau masalah dalam
diri peserta didik dapat terjawab pada waktu peserta didik mengamai
proses demonstrasi;

7
h) Menghindari ”coba-coba dan gagal” yang banyak memakan waktu
belajar, di samping praktis dan fungsional. Khususnya bagi peserta
didik yang ingin berusaha mengamati secara lengkap dan teliti atau
jalannya sesuatu.
3. Kekurangan
Kekurangan Metode Demonstrasi yaitu:
a) Metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidikan
untuk itu perlu persiapan yang matang;
b) Sulit dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu dan
peralatan.
4. Mempersiapkan Suatu Demonstrasi
Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan pesiapan yang teliti
dan cermat. Sejauh mana persiapan itu dilakukan amat banyak tergantung
kepada pengalaman yang telah dilalui dan kepada macam atau
demonstrasi apa yang ingin disajikan. Secara umum dapatlah dikatakan
bahwa untuk melakukan demonstrasi yang diperlukan:
a) Perumusan tujuan instruksional khusus yang jelas yang meliputi
berbagai aspek, sehingga dapat diharapkan peserta didik itu akan
dapat melaksanakan kegiatan yang didemonstrasikan itu setelah
pertemuan berakhir. Untuk itu hendaknya guru mempertimbangkan:
b) Apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan cara paling
efektif untuk mencapai tujuan intrusional khusus tersebut;
c) Apakah alat-alat yang diperlukan itu mudah diperoleh dan sudah
dibacakan terlebih dahulu atau apakah kegiatan-kegiatan fisik bisa
dilakukan dan telah dilatih kembali sebelum demonstrasi dilakukan;
d) Apakah jumlah peserta didik tidak telalu besar yang memerlukan
tempat dan tata ruang khsusus agar semua peserta didik dapat
berpartisIPAsi secara aktif;
e) Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi, guru sudah
mencobakannya lebih dahulu agar demonstrasi itu tidak gagal;

8
f) Apakah guru terbiasa atau memahami benar terhadap semua
langkah-langkah atau tahap-tahap dari demonstrasi yang akan
dilakukan;
g) Apakah guru mepunyai pengalaman yang cukup untuk menjelaskan
setiap langkah demonstrasi itu;
h) Apakah tidak membutuhkan latihan lanjutan untuk menguasai
demonstrasi itu;
i) Mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan. Hendaknya guru sudah
merncanakan seluruh waktu yang dIPAkai maupun batas waktu
untuk langkah demonstrasi yang akan dilakukan sehingga
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini terjawab; Apakah kendalanya
juga sudah termasuk waktu untuk memberi kesempatan kepada
peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar
selama dan sesudah demonstrasi?Berapa lama waktu yang dIPAkai
untuk memberi rangsangan atau motivasi agar peserta didik
berpartisIPAsi dan melakukan observasi ulang, baik sebagian
maupun keseluruhan? Apakah ke dalamnya juga termasuk waktu
untuk mengadakan demonstrasi ulang, baik sebagian maupun
keseluruhan? Selama demonstrasi berlangsung saat menggunakan
aplikasi zoom meeting guru dapat mempertanyakan kepada diri
sendiri apakah: (1)Keterangan-keterangan itu dapat didengar jelas
oleh peserta didik; (2)Kedudukan alat atau kedudukan guru sendiri
sudah cukup baik sehingga semua peserta didik dapat melihatnya
dengan jelas; (3)Terdapat cukup waktu dan kesempatan untuk
membuat catatan seperlunya bagi peserta didik.
Mempertimbangkan pengguanan alat bantu pengajaran lainnya,
sesuai dengan luasan makna dan isi dari demonstrasi. Untuk itu dapat
dipertanyakan hal-hal berikut: (1)Adakah guru menyimpulkan kegiatan dari
setiap langkah-langkah pokok demonstrasi itu; (2)Bagaimana dan kapan
dilakukan semua hal-hal itu, sebelum, sesudah atau selama demonstrasi itu
berlangsung. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan murid.

9
Seringkali perlu telebih dahulu dilakukan diskusi-diskusi dan peserta didik
mencobakan kembali atau mengadakan demonstrasi ulang untuk
memperoleh kecakapan yang lebih baik.
C. Pengertian Picture Card
Picture Card adalah salah satu media yang menunujang pembelajaran
yang dapat diterapkan agar menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat
fokus terhadap pembelajaran. Media kartu gambar (Picture Card) termasuk
dalam media grafis dan media visual. Sebagaimana halnya media yang lain,
media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima
pesan. Salurannya yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang
akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual
(Sadiman, 2005: 28). Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya
agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi
umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin
akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Menurut Harjanto (2005:237) media grafis sering juga disebut media
dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Selain
sederhana dan mudah membuatnya media grafis termasuk media yang relatif
murah ditinjau dari segi biayanya. Banyak jenis media grafis, salah satu di
antaranya yaitu media kartu.
Menurut Gondo (2007:3) media kartu dapat meliputi: (1) kartu huruf
atau abjad, (2) kartu kata, (3) kartu kalimat, dan (4) kartu gambar. Dalam
penelitian ini digunakan jenis media kartu gambar, kartu ini diciptakan
dengan tujuan untuk menarik perhatian dan minat siswa untuk belajar
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Di antara media pendidikan, gambar adalah media yang paling umum
dipakai. Gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan
dinikmati dimana – mana. Media kartu gambar merupakan media yang dibuat
dari karton tebal yang dipola berbentuk kartu dan ditempeli gambar yang
berhubungan dengan materi pembelajaran (Sadiman, 2005:29). Menurut

10
Waskito (2007:1) kartu gambar akan lebih memfokuskan siswa didik dalam
belajar, dan akan memudahkan guru dalam mengajar karena fokus siswa akan
terletak pada gambar yang sedang digunakan guru sebagai media
pembelajaran.
Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media
kartu gambar (Picture Card) merupakan bagian dari media grafis yaitu media
yang mempunyai ukuran panjang dan lebar yang dapat dibuat dari karton
yang sudah dipola dengan ukuran panjang dan lebar berbentuk kartu dan
ditempeli gambar yang berhubungan dengan materi pelajaran tentang Rantai
Makanan dengan harapan peserta didik akan lebih fokus terhadap apa yang
sedang dipelajarinya.

D. Pengertian Pembelajaran IPA


IPA merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam” yang
merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural berarti
alamiah atau berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan.
Jadi menurut asal katanya, IPA berarti ilmu tentang alam atau ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa di alam (Srini M. Iskandar, 1996: 2).
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam
semesta dengan segala isinya (Hendro Darmodjo, 1992 : 3). Menurut Nash
1963 (dalam Hendro Darmodjo, 1992 : 3) IPA adalah cara atau metode untuk
mengamati alam yang sifatnya analisis, lengkap, cermat serta
menghubungkan antara fenomena alam yang satu dengan fenomena alam
yang lainnya. Sedangkan menurut Powler (dalam Winaputra, 1992:122) IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan
yang sistematis yang tersusun secara teratur dan berlaku umum berupa
kumpulan hasil observasi dan eksperimen. IPA sering disebut juga dengan
sains. Sains merupakan terjemahan dari kata science yang berarti masalah
kealaman (nature). Sains adalah pengetahuan yang mempelajari tentang
gejala-gejala alam (Usman Samatowa, 2010:19). Sains adalah pengetahuan
yang kebenarannya sudah diujicobakan secara empiris melalui metode ilmiah

11
(Uus Toharrudin, Sri Hendrawati 2011:26). Sains merupakan cara
penyelidikan untuk mendapatkan data dan informasi tentang alam semesta
menggunakan metode pengamatan dan hipotesis yang telah teruji (Uus
Toharrudin, Sri Hendrawati 2011:27).
Berdasarkan pengertian-pengertian IPA/sains di atas dapat
disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA terdiri atas 3 unsur utama. Ketiga
unsur tersebut yaitu produk, proses ilmiah, dan pemupukan sikap. IPA bukan
hanya pengetahuan tentang alam yang disajikan dalam bentuk fakta, konsep,
prinsip atau hukum (IPA sebagai produk), tetapi sekaligus cara atau metode
untuk mengetahui dan memahami gejala-gejala alam(IPA sebagai proses
ilmiah) serta upaya pemupukan sikap ilmiah (IPA sebagai sikap).
Rantai makanan adalah interaksi makan dan dimakan dengan urutan
dan tingkatan tertentu, dan dalam proses tersebut ada perpindahan energi
antar jenjang organisme. Tiap tingkatan dari rantai makanan dalam ekosistem
disebut sebagai tingkat trofik. Urutan tingkat trofik dalam rantai makanan
bisa dijabarkan sebagai berikut: tingkat pertama adalah organisme yang bisa
menghasilkan makanan sendiri seperti tumbuhan hijau seperti pohon, rumput,
dan tumbuhan lainnya.
Rantai makanan rerumputan atau grazing food chain adalah rantai
makanan yang diawali dari tumbuhan sebagai trofik awalnya. Contoh dari
grazing food chain adalah rantai makanan yang kita ketahui biasanya seperti
rumput - belalang - tikus - ular, dan sebagainya.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rencana Penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 6 SD Negeri Cibodas
Kelurahan Cimone Kecamatan Karawaci Kota Tangerang, dengan jumlah
siswa sebanyak 28 orang.

2. Tempat penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SD Negeri Cibodas
Kelurahan Cimone Kecamatan Karawaci Kota Tangerang. Penulis
mengambil tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah
tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang
luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

3. Waktu penelitian dan Lama tindakan


Tabel 3.1
Mata Jam Alokasi
Hari/ Tangal Kelas Ket
Pelajaran Ke Waktu
Kamis,
IPA 6 2-3 2 X 35 Menit Siklus I
07 April 2019
Kamis,
IPA 6 2-3 2 X 35 Menit Siklus II
14 April 2019
Kamis,
IPA 6 2-3 2 X 35 Menit Siklus II
21 April 2019

4. Prosedur penelitian
Meliputi penyampaian materi pelajaran, latihan soal, pembahasan
latihan soal, tugas pekerjaan rumah, pembahasan.

13
B. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Rencana Pelaksanaan
Kegiatan
07 April 2019 14 April 2019 21 April 2019
● Pelaksanaan √
● Tes awal √
Pelaksanaan Siklus I
● Observasi dasar
● Rencana tindakan

● Pelaksanaan tindakan
● Observasi
● Refleksi
Pelaksanaan Siklus II
● Observasi dasar
● Rencana tindakan

● Pelaksanaan tindakan
● Observasi
● Refleksi
Pelaksanaan Siklus III
● Observasi dasar
● Rencana tindakan

● Pelaksanaan tindakan
● Observasi
Refleksi
Penyusunan laporan

penelitian
Seminar & Publikasi
hasil penelitian

14
C. Deskripsi Data Persiklus
Penulis dalam melakukan penelitian perbaikan dilaksanakan
pembelajaran dengan waktu berbeda dilakukan 3 tahapan, berikut rincian
tahapannya antara lain :
a. Pra Siklus.
Pra Siklus adalah tahap awal melihat hasil belajar siswa sebelum
diteliti dan kemudian menjadi tolak ukur guru sebagai pengajar unuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang kurang dalam memenuhi
KKM dalam pelajaran Matematika. Pra Siklus ini dilaksanakan pada
hari Kamis, 04 April 2019
b. Siklus I.
Siklus I merupakan tahap ke-2 dalam penelitian tindakan kelas. Siklus
I adalah hasil belajar siswa yang telah dilakukan penelitian untuk
melihat bagaimana hasil belajar siswa setelah melewati Pra Siklus. Jika
masih belum memenuhi KKM maka tidak menutup kemungkinan
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan Siklus 2. Siklus 1 ini
dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Februari 2019 dan Siklus 2 akan
dilaksanakan pada 11 April 2019
c. Siklus II
Siklus I merupakan tahap ke-2 dalam penelitian tindakan kelas. Siklus
I adalah hasil belajar siswa yang telah dilakukan penelitian untuk
melihat bagaimana hasil belajar siswa setelah melewati siklus I. Pada
siklus 2 ini diharapkan semua siswa atau 80% siswa dapat memenuhi
KKM atau hasil yang diharapkan oleh peneliti. Siklus 2 akan di
laksanakan pada hari Kamis, 18 April 2019.

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berikut ini adalah data persiklus Hasil Belajar dan hasil belajar siswa
dalam perbaikan pembelajaran IPA mulai dari kegiatan Prasiklus, Siklus I
dan Siklus II.
1. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Prasiklus
Pada Siklus I pembelajaran IPA hasil belajar siswa sangat rendah
sehingga berdampak rendah di bawah nilai KKM yaitu 65. Dapat dilihat
perolehan Hasil belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I yaitu :

Tabel 4.1
Hasil Belajar Siswa Prasiklus
KETEERANGAN NILAI
NO NAMA SISWA
HASIL BELAJAR SIKLUS I
1 ADIB ANWAR OKIDELINA Sedang 60

2 AMANDA SHALSABILLA. H Rendah 20

3 ANISA NURHASANAH Sedang 60

4 ARKA MIRZA NURHAKIM Rendah 40

5 BARAKA RAHADIAN Rendah 20

6 BUNGA DWI LESTARI Rendah 50

7 CARISSA PRICILIA HALIM Rendah 40

8 CHESIA ADELIA RIZKI Sedang 70

9 DWI SETIANINGSIH Tinggi 80

10 DZAKA QORY NURARBIYANTO Sedang 10


ELVIZA YUSDIANDRA
11 Rendah 50
RIFKISYAH

16
12 GALIH ISNAN APRIAN Rendah 30

13 IZZA YANI HARISMA Tinggi 90

14 MOHAMMAD NATHAN L. B Sedang 60

15 MUHAMAD FIKA WAFA Tinggi 90

16 MUHAMMAD AZZARQOWI Rendah 50

17 MUHAMMAD FATIR Sedang 70

18 MUHAMMAD RIZIQ ABDILAH Rendah 40

19 MUHIMAT HIDAYATULLOH Rendah 40

20 NADIA VALENZA Rendah 40

21 PRANAJA RAFA BUDIYARTO Sedang 60

22 RAHMANIA ALFIATUN. N Rendah 50

23 RAIAN LIADY SAPUTRA Rendah 50

24 RANGGA ARDIANZAH W. S Rendah 40

25 RENATA AURELLIA PUTRI. V Rendah 20

26 SUCI AMELIA Rendah 90

27 WILDAN ALI Sedang 70

28 ZALFALIA AUFA. R Sedang 60

Jumlah 1450

Rata - rata 51.79

Tabel 4.2
Angket Hasil Belajar

Indikator Keterangan Hasil Belajar Rentang Nilai

Pasif Rendah 10 - 50

Aktif Sedang 60 - 70

Antusias Tinggi 80 - 100

17
Dari data diatas diperoleh hasil belajar IPA tentang Rantai
makanan siswa sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yakni 65, dengan rincian sebagai berikut :
1. Siswa yang belum memenuhi KKM dan Hasil Belajarnya rendah
ada 16 siswa dari jumlah seluruhnya 28 siswa (57,14 %)
2. Siswa yang sudah memasuki KKM dan Hasil Belajarnya tinggi ada
3 siswa dari jumlah seluruhnya 28 siswa (10,71 %)
Dari data diatas diperoleh hasil belajar siklus I pembelajaran IPA
tentang materi Rantai Makanan yakni :
1. Siswa yang memperoleh nilai 10 dan Hasil Belajar rendah ada 1
siswa (3,57%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
2. Siswa yang memperoleh nilai 20 dan Hasil Belajar rendah ada 3
siswa (10,71%) dari jumlah sel uruhnya 28 siswa.
3. Siswa yang memperoleh nilai 30 dan Hasil Belajar rendah ada 1
siswa (3,57%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
4. Siswa yang memperoleh nilai 40 dan Hasil Belajar rendah ada 6
siswa (21,42%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
5. Siswa yang memperoleh nilai 50 dan Hasil Belajar rendah ada 5
siswa (17,85%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
6. Siswa yang memperoleh nilai 60 dan Hasil Belajar sedang ada 5
siswa (17,85%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
7. Siswa yang memperoleh nilai 70 dan Hasil Belajar sedang ada 3
siswa (10,71%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
8. Siswa yang memperoleh nilai 80 dan Hasil Belajar tinggi ada 1
siswa (3,57%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
9. Siswa yang memperoleh nilai 90 dan Hasil Belajar tinggi ada 3
siswa (10,71%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.

18
Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Prasiklus

NO SKOR FREKUENSI PERSENTASI SxF

1 100 0 0 0
2 90 3 11 270
3 80 1 4 80
4 70 3 11 210
5 60 5 18 300
6 50 5 18 250
7 40 6 21 240
8 30 1 4 30
9 20 3 11 60
10 10 1 4 10
JUMLAH 28 100 1450

Grafik 4.1
Prasiklus
120

100

80

60 SKOR
FREKUENSI
40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

19
Pada kegiatan Prasiklus hasil belajar siswa masih rendah sehingga hasil
belajar yang diperoleh adalah 20 siswa (74,97%) berada pada nilai 10 - 60 dan
7 siswa (24,99 % ) berada pada nilai 70-90. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh
51.79 dan nilai tersebut tidak mencapai KKM yaitu 65. Oleh sebab itu untuk
meningkatakan hasil belajar siswa perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran
dengan melakukan siklus I.

2. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Siklus I


Pada Siklus II pembelajaran IPA direncanakan nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) siswa 65. Hasil belajar siswa yang masih belum maksimal
atau sedang pada siklus ini berdampak pada perolehan hasil belajar siswa
walaupun mengalami peningkatan namun ada beberapa hasil belajar siswa
yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dapat dilihat
perolehan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
yaitu :
Tabel 4.4
Hasil Belajar Siswa Siklus I
KETEERANGAN NILAI
NO NAMA SISWA
HASIL BELAJAR SIKLUS I
1 ADIB ANWAR OKIDELINA Tinggi 80

2 AMANDA SHALSABILLA. H Sedang 70

3 ANISA NURHASANAH Tinggi 80

4 ARKA MIRZA NURHAKIM Sedang 70

5 BARAKA RAHADIAN Tinggi 100

6 BUNGA DWI LESTARI Rendah 60

7 CARISSA PRICILIA HALIM Sedang 70

8 CHESIA ADELIA RIZKI Sedang 70

9 DWI SETIANINGSIH Tinggi 80

10 DZAKA QORY NURARBIYANTO Sedang 70

20
ELVIZA YUSDIANDRA
11 Sedang 70
RIFKISYAH
12 GALIH ISNAN APRIAN Sedang 70

13 IZZA YANI HARISMA Sedang 70

14 MOHAMMAD NATHAN L. B Tinggi 80

15 MUHAMAD FIKA WAFA Tinggi 90

16 MUHAMMAD AZZARQOWI Tinggi 100

17 MUHAMMAD FATIR Tinggi 100

18 MUHAMMAD RIZIQ ABDILAH Rendah 60

19 MUHIMAT HIDAYATULLOH Sedang 70

20 NADIA VALENZA Rendah 60

21 PRANAJA RAFA BUDIYARTO Rendah 50

22 RAHMANIA ALFIATUN. N Rendah 50

23 RAIAN LIADY SAPUTRA Tinggi 100

24 RANGGA ARDIANZAH W. S Tinggi 80

25 RENATA AURELLIA PUTRI. V Rendah 60

26 SUCI AMELIA Rendah 60

27 WILDAN ALI Sedang 70

28 ZALFALIA AUFA. R Sedang 70

Jumlah 2060

Rata - rata 73.57

21
Tabel 4.5
Angket Hasil Belajar
Indikator Keterangan Hasil Belajar Rentang Nilai
Pasif Rendah 10 - 60
Aktif Sedang 60 - 70
Antusias Tinggi 80 - 100

Dari data diatas diperoleh hasil belajar dan hasil evaluasi belajar IPA
tentang Rantai makanan siswa sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yakni 65, dengan rincian sebagai berikut :
1) Siswa yang belum memenuhi KKM dan Hasil Belajarnya rendah ada 7
siswa dari jumlah seluruhnya 28 siswa (25 %)
2) Siswa yang sudah memasuki KKM dan Hasil Belajarnya yang sedang dan
tinggi ada 21 siswa dari jumlah seluruhnya 28 siswa (75 %)
Dari data diatas diperoleh hasil belajar siklus II pembelajaran IPA
tentang materi Rantai Makanan yakni :
1) Siswa yang memperoleh nilai 50 dan Hasil Belajar rendah ada 2 siswa
(7,14%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
2) Siswa yang memperoleh nilai 60 dan Hasil Belajar rendah ada 5 siswa
(17,85%) dari jumlah sel uruhnya 28 siswa.
3) Siswa yang memperoleh nilai 70 dan Hasil Belajar rendah ada 11 siswa
(39,28%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
4) Siswa yang memperoleh nilai 80 dan Hasil Belajar rendah ada 5 siswa
(17,85%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
5) Siswa yang memperoleh nilai 90 dan Hasil Belajar rendah ada 1 siswa
(3,57%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
6) Siswa yang memperoleh nilai 100 dan Hasil Belajar sedang ada 4 siswa
(14,29%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.

22
Tabel 4.6
Rekapitulasi Nilai Siklus I
NO SKOR FREKUENSI PERSENTASI SxF
1 100 4 14 400
2 90 1 4 90
3 80 5 18 400
4 70 11 39 770
5 60 5 18 300
6 50 2 7 100
7 40 0 0 0
8 30 0 0 0
9 20 0 0 0
10 10 0 0 0
JUMLAH 28 100 2060

Grafik 4.2
Siklus I
120

100

80

60 SKOR
FREKUENSI
40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II hasil belajar siswa


meningkat begitu pula dengan kemampuan siswa meningkat mulai dari rata-
rata siklus I (51,79) menjadi (73.57) pada siklus ke II. Namun nilai tersebut

23
masih kurang memuaskan bagi guru karena tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh sebab itu guru perlu melakukan perbaikan pembelajaran
pada siklus ke II.

3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Siklus II


Pada Siklus II perbaikan pembelajaran IPA direncanakan nilai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) siswa 65. Hasil belajar siswa sudah tinggi pada
siklus ini sehingga berdampak pada perolehan hasil belajar siswa yang
mengalami peningkatan dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM) secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar
siswa setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yaitu :
Tabel 4.7
Hasil Belajar Siswa Siklus II

KETEERANGAN NILAI
NO NAMA SISWA
HASIL BELAJAR SIKLUS III

1 ADIB ANWAR OKIDELINA Tinggi 90

2 AMANDA SHALSABILLA. H Tinggi 90

3 ANISA NURHASANAH Tinggi 80

4 ARKA MIRZA NURHAKIM Tinggi 80

5 BARAKA RAHADIAN Tinggi 100

6 BUNGA DWI LESTARI Tinggi 90

7 CARISSA PRICILIA HALIM Tinggi 80

8 CHESIA ADELIA RIZKI Tinggi 80

9 DWI SETIANINGSIH Tinggi 80

10 DZAKA QORY NURARBIYANTO Tinggi 80


ELVIZA YUSDIANDRA
11 Tinggi 90
RIFKISYAH
12 GALIH ISNAN APRIAN Sedang 70

13 IZZA YANI HARISMA Tinggi 80

24
14 MOHAMMAD NATHAN L. B Tinggi 80

15 MUHAMAD FIKA WAFA Tinggi 90

16 MUHAMMAD AZZARQOWI Tinggi 100

17 MUHAMMAD FATIR Tinggi 100

18 MUHAMMAD RIZIQ ABDILAH Tinggi 90

19 MUHIMAT HIDAYATULLOH Tinggi 80

20 NADIA VALENZA Tinggi 90

21 PRANAJA RAFA BUDIYARTO Tinggi 80

22 RAHMANIA ALFIATUN. N Tinggi 80

23 RAIAN LIADY SAPUTRA Tinggi 100

24 RANGGA ARDIANZAH W. S Tinggi 90

25 RENATA AURELLIA PUTRI. V Tinggi 100

26 SUCI AMELIA Tinggi 100

27 WILDAN ALI Tinggi 100

28 ZALFALIA AUFA. R Tinggi 90

Jumlah 2460

Rata - rata 87.86

25
Tabel 4.8
Angket Hasil Belajar
Indikator Keterangan Hasil Belajar Rentang Nilai
Pasif Rendah 10 - 60
Aktif Sedang 60 - 70
Antusias Tinggi 80 - 100

Dari data di atas diperoleh hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
tentang rangkai makanan hasil belajar siswa sesuai dengan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yakni 65, dengan rincian sebagai berikut :
Seluruh siswa sudah memiliki motivasi yang tinggi sehingga hasil
belajarnya meningkat dan memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
dari jumlah seluruhnya 28 siswa (100%).
Dari data di atas diperoleh hasil belajar siswa dalam perbaikan
pembelajaran IPA materi rangkai makanan siklus III yang bervariasi yakni :
1. Siswa yang memperoleh nilai 70 dan Hasil Belajar sedang ada 1 siswa
(3,57%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
2. Siswa yang memperoleh nilai 80 dan Hasil Belajar tinggi ada 11 siswa
(39,28%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
3. Siswa yang memperoleh nilai 90 dan Hasil Belajar tinggi ada 9 siswa
(32,14%) dari jumlah seluruhnya 28 siswa.
4. Siswa vang memperoleh nilai 100 dan Hasil Belajar ada 7 siswa (25%)
dari jumlah seluruhnya 28 siswa.

26
Tabel 4.9
Siklus II
NO SKOR FREKUENSI PERSENTASI SxF
1 100 7 25 700
2 90 9 32 810
3 80 11 39 880
4 70 1 4 70
5 60 0 0 0
6 50 0 0 0
7 40 0 0 0
8 30 0 0 0
9 20 0 0 0
10 10 0 0 0
JUMLAH 28 100 2460

Grafik 4.3
Siklus II
100
90
80
70
60
50 SKOR
FREKUENSI
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus II Hasil Belajar siswa


sudah tinggi dan hasil belajar siswa sudah mencapai KKM sehingga siklus
perbaikan pembelajaran berakhir pada siklus ini.

27
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran IPA dengan materi rantai makanan
maka dapat disimpulkan :
1. Metode demontrasi dalam pembelajam IPA dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Dengan meningkatnya hasil belajari siswa akan mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran.
3. Penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi siswa dan berdampak pada hasil helajar siswa.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Berdasarkan kesimpulan hasil temuan dan pembahasan yang telah
diuraikan untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran disarankan
kepada guru sebagai berikut :
1. Memperhatikan aspek-aspek internal seperti motivasi siswa dalam
pernbelajaran. sebelum menentukan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
2. Menggunakan rnetode yang tepat dalam pembelajaran agar siswa
termotivasi dan tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
3. Dalam memberikan latihan soal pada siswa, komposisi soal hendaknya
terdiri dari mudah, sedang. dan sukar.
4. Selalu menganalisis dan mengevaluasi hasil pembelajaran secara
berkesinambungan agar hasil pembelajaran lebih baik.
5. Selalu memperbaiki pembelajaran sesuai dengan masalah yang dihadapi.
karena upaya perbaikan pembelajaran merupakan langkah nyata dalam
meningkatkan kualitas dan profesional guru.

28

Anda mungkin juga menyukai