Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam
kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn,
karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan
hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan
rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah. Kemampuan siswa dalam menguasai
materi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar atau ketuntasan belajar yang
telah ditentukan kriteria ketuntasan minimalnya ( KKM ). Keaktifan siswa rendah justru
disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru. Sebab guru hanya
menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi
guru, sehingga mengakibatkan keaktifan siswa rendah. Di samping itu, nilai rata rata
ulangan harian rendah yang dicapai siswa kelas VII A SMP PGRI PABUARAN yaitu rata-
rata 70,50 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 66 % padahal KKM di sekolah
adalah 75. Hal ini belum mencapai KKM yang telah ditetapkan dan belum tuntas secara
klasikal minimal 85 %. Dari ketiga nilai, baik aspek kognitif, nilai afektif, dan nilai
psikomotorik yang ada, pada penelitian ini peneliti hanya mengambil nilai kognitif saja.
Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kretivitas dan
keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang
meningkat, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai. Model pembelajaran tersebut
adalah model example non example, Pembelajaran Example Non Example adalah suatu
proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa diberikan contoh-contoh gambar
yang menarik dan berhubungan dengan materi pembelajaran. Kemudian siswa diminta
untuk mendiskusikan secara kelompok, tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis
dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru juga mengarahkan siswa untuk
berani menyampaikan pendapat, bertanya dan menjawab serta menyimpulkan
permasalahan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Apakah dengan menggunakan model Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil
belajar PKn kelas VII A di SMP PGRI PABUARAN ?
C. PEMECAHAN MASALAH
Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka pemecahan masalah yang muncul adalah:
Nilai Pendidikan Kewarganegaraan (khususnya nilai kognitif) rendah. Model pembelajaran
selama ini yang dipakai adalah masih bersifat konvensional, maka pada penelitian ini
perlu menggunakan model pembelajaran yang lain yaitu model Examples non Examples.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik, anak
akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai.

D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar dengan model Examples non
examples.
2. Menemukan dan mengatasi masalah yang muncul selam proses belajar mengajar
berlangsung.
3. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru.

E. MANFAAT HASIL PENELITIAN


Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) terhadap perbaikan pembelajaran memberi manfaat
yang cukup signifikan , baik bagi siswa, guru, maupun institusi ( sekolah ).
1. Manfaat bagi siswa:
a) Membantu siswa meningkatkan pemahaman materi pembelajaran.
b) Meningkatkan rasa percaya diri siswa.
c) Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga memperoleh hasil maksimal.
2. Manfaat bagi guru:
a) Membantu guru memperpaiki pembelajaran.
b) Membantu guru berkembang secara professional.
c) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilannya.
3. Manfaat bagi Sekolah:
a) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa secara bertahap dan terus-menerus.
b) Membuka wawasan para guru dan Kepala sekolah, bahwa permasalahan
pembelajaran dapat diatasi melalui PTK.
c) Sebagai acuan dan perbandingan peneliti untuk mengambil tindakan dalam
mengatasi masalah yang serupa/ sama dalam pembelajaran.

F. HIPOTESIS
Dengan demikian dapat diduga bahwa: Pembelajaran dengan metode Examples Non
Examples dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas VII A SMP
PGRI PABUARAN KAB. CIREBON.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hakekat Pembelajaran PKn
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui
penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan
persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour
as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli
pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif,
mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive
domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric
domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan[4]
b. Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu:
 Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa
menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya
memperoleh pengetahuan.
 Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk
melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar
dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada
kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi konflik.
 Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama
dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertian dan
tanpa prasangka.
 Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini
diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar
tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan
menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama,
bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan
memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi
manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri,
memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya
dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan
kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and
character building”:
1) Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai
disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi
dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-
kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi
warganegara.
2) Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik.
Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara
yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada
pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan
pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
3) Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran
yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan
pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn
yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam
berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan
belajar yang digali dari lingkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of
experience).
4) Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap
dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar
demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara
langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian
bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kendali mutu tetapi juga sebagai alat
untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa
depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi
diri yang lebih berbasis kelas.

B. Pengertian Examples Non Examples


1. Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-
example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran.
Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam
penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir
kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis
gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada
didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih
menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas
tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikoligis
dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti;
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP,
Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan
haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang
dapat juga melihat dengan jelas.

2. Prinsip / ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa
untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya
dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui
pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Non
Example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara
cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu
definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai
dengan konsep yang ada.
- Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi
yang sedang dibahas, sedangkan
- non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah
suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat
fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example
diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam
mengenai materi yang ada.
3. Kelebihan dan Kekurangan
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka
untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non
Example.
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu
konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih
terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah
dipaparkan pada bagian example.

Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

4. Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran example non example


1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan
/ menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode
dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research)
yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision
maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan. Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan
guru, catatan siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen
yang terkait dengan siswa. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan,
melakukan tindakan, observasi, dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan
berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya. Aspek yang diamati dalam setiap
siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran PKn dengan metode
Examples Non Examples untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui
tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat
pengumpul data yang sudah disebutkan diatas. Data yang diambil adalah data kuantitatif
dari hasil tes, nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa,
antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian
siswa dalam melaporkan hasil. Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi,
catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan
yang sudah dirumuskan.

2. Lokasi, Subjek Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI Pabuaran pada kelas VIIA dengan jumlah siswa 37
orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Penelitian
dilaksanakan pada saat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung
dengan pokok bahasan “ Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan
penegakkan HAM”. Penelitian direncanakan selama 6 (enam) minggu dilaksanakan
pada pertengahan bulan Oktober 2012.

3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa:
 Soal
 Lembar Observasi Guru
 Lembar Observasi Siswa
4. Prosedur Penelitian
Siklus I
A. Perencanaan
Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Memilih bahan pelajaran yang
sesuai Menentukan skenario pembelajaran dengan model Examples non Examples.
Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. Menyusun lembar
kerja siswa. Mengembangkan format evaluasi. Mengembangkan format observasi
pembelajaran.

B. Tindakan
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru
menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui LCD. Guru memberi
petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan / menganalisa
gambar. Melalui diskusi kelompok 2 – 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

C. Pengamatan
Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu
dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah disediakan.

D. Refleksi
Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan
waktu dari setiap macam tindakan. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil
evalusi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa. Memperbaiki
pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

Siklus II
A. Perencanaan
Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan
alternatif pemecahan masalah. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
Pengembangan program tindakan II.
B. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang
muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah
ditentukan, antara lain melalui:
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui LCD.
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan /
menganalisa gambar. Melalui diskusi kelompok 2 – 3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Tiap kelompok diberi kesempatan
membacakan hasil diskusinya. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

C. Pengamatan (Observasi)
Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat
semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

D. Refleksi
Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan
pada siklus III.
Evaluasi tindakan II.
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan
minimal 10% dari siklus I.
Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan
berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis masalah ”
dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani
mengeluarkan pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang masalah Hak Asasi
Manusia.
Belajar PKn serasa lebih menyenangkan, meningkatkan motivasi / minat siswa,
kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui melalui
hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui
wawancara tentang sikap siswa terhadap PKn. Bila 70% siswa telah berhasil ,
permasalahan HAM, melalui metode Examples Non Examples, maka tindakan tersebut
diasumsikan sudah berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad, Rohani. 1993. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.


2. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Asbi
Mahastya.
3. Asikin, Moh. 2009. Cara Cepat & Cerdas Menguasai Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
Bagi Guru. Semarang : Manunggal Karso.
4. Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM.
5. Nana, Sudjana. 1991. Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
6. Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali Pers
7. Selverius, Suke. 1993. Evaluasi hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Gramedia..
8. Uzer, Usman. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai