Anda di halaman 1dari 29

JUDUL : Peningkatan Hasil Belajar Siswa Konsep Memahami Sistem Dalam

Kehidupan Tumbuhan Melalui Model Kooperatif TGT dan


Media Peta Konsep Kreatif di Kelas VIII C SMP Negeri 1
Pagedongan Tahun pelajaran 2013/2014”

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan
pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu
guna mengembangkan bakat serta kepribadian. Pendidikan dapat mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi serta mampu
bertahan dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini. Hal ini
memerlukan suatu pendukung yaitu mutu pendidikan yang baik. Oleh karena
itu masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih
baik yang menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan mutu
pendidikan.
Mutu pendidikan yang rendah merupakan problem yang dihadapi dunia
pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan dapat disebabkan karna proses
pembelajaran yang belum efektif. Paradigma lama yang bersifat teacher
centre (guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang cenderung pasif)
hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar telah
membawa siswa benar-benar bergantung pada guru. Interaksi pembelajaran
terjadi searah, jawaban siswa seragam terbelenggu, merasa takut bila jawaban
tidak sama, ide atau gagasan baru tidak berkembang, takut untuk bertanya
khawatir pertanyaan tidak mengena, belum lagi merasa sulit untuk
merangkaikan kata-kata dalam menjawab dan bertanya dengan kalimat yang
bagus, sering kali siswa tidak menghargai ide, pendapat temannya. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan ketergantungan antara siswa dengan guru
terlalu tinggi, keaktifan dan kreatifitas siswa rendah, daya nalar dan daya
pikir pun rendah, sehingga bisa jadi kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik kurang.

1
IPA merupakan wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat)
secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja
ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Memperhatikan tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran IPA,
maka seharusnya proses pembelajaran IPA dikelas merupakan suatu kegiatan
yang berpusat atau berorientasi pada siswa, menarik, menyenangkan,
menantang, bermakna bagi siswa, mendorong siswa untuk aktif dalam
pembelajaran, menumbuhkan dan mampu menggali kreatifitas siswa sehingga
siswa dapat mengembangkan potensi dirinya dan diperoleh hasil yang
memuaskan. Guru harus pintar dalam memilih metode dan media yang sesuai
untuk setiap proses pembelajaran, Selain itu guru yang kompenten juga harus
mampu menciptakan lingkungan belajar, mampu mengelola proses
pembelajaran dengan efektif, dan guru dapat menumbuhkan semangat
kerjasama antara siswa di dalam proses pembelajaran, karena dengan
bekerjasama dalam tim dapat membantu mereka dalam belajar.
Kenyataan yang ada, pembelajaran IPA seringkali terasa membosankan
dan kurang menarik bagi siswa. Hal ini dapat dilihat pada saat proses
pembelajaran IPA masih sering dijumpai siswa yang memiliki pandangan
yang kosong (tidak tahu apa-apa), ramai sendiri, sering keluar untuk ijin ke
belakang atau bercanda dengan teman, kurang memperhatikan penjelasan
guru, tidak berpartisipasi aktif pada saat pembelajaran,bahkan mengantuk.
Juga dalam mengerjakan PR, mayoritas siswa masih mengandalkan pekerjaan

2
teman dan bukan buah pikiran sendiri. Keadaan tersebut sangat mungkin
terjadi di SMP N 1 Pagedongan. Pembelajaran yang membosankan akan
berdampak pada rendahnya keaktifan belajar dan kreatifitas siswa yang pada
akhirnya berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan
dengan masih banyaknya siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
Berdasarkan data hasil ulangan harian yang dilakukan sebelum PTK
dilaksanakan diketahui bahwa 10 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM dan
hanya 15 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM, meskipun rata-rata
perolehan nilainya sebesar 72,82 dengan KKM sebesar 73, dan ketuntasan
klasikal baru mencapai 63,64%. Sebagai guru, kita menginginkan bahwa
ketuntasan klasikal minimal 85%, dalam proses pembelajaran siswa dapat
fokus dan antusias, tidak berbicara sendiri atau melakukan aktifitas yang
sekiranya dapat menggangu proses pembelajaran dan dalam mengerjakan PR
dapat dilakukan sendiri tanpa melihat pekerjaan orang lain.
Rendahnya hasil belajar siswa, disamping disebabkan oleh faktor siswa
diatas disebabkan oleh guru, diantaranya dalam proses pembelajaran di kelas
masih mengandalkan penggunaan metode ekspositori yaitu menjelaskan,
memberi contoh, mengajukan pertanyaan dan memberi tugas. Dalam hal ini
peneliti masih menjadi pusat pembelajaran bagi siswa. Disamping itu, peneliti
belum menggunakan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan
sehingga kurang menumbuhkan keaktifan dan kreatifitas siswa yang
mendorong siswa untuk giat belajar atau fokus dalam proses pembelajaran
dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Sesuai dengan kaidah belajar PAIKEM, salah satu model pembelajaran
yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah model
pembelajaran kooperatif TGT (Team Game Tournament). Esensi dari model
pembelajaran kooperatif TGT adalah siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan kerjasama, tanggung jawab, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar. Pembelajaran kooperatif ini akan berjalan efektif dengan
adanya media pendukung, salah satu metode pendukung pembelajaran
kooperatif yang mampu menguatkan pengetahuan, pemahaman dan

3
menumbuhkan kreatifitas siswa terhadap bahan pembelajaran adalah media
peta konsep kreatif (Concept Mapping)

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dihadapi dalam
penelitian ini yaitu : Apakah melalui model pembelajaran kooperatif TGT
dengan menggunakan media peta konsep kreatif dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII C semester II SMP Negeri 1 Pagedongan tahun
pelajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII C dalam memahami
sistem dalam kehidupan tumbuhan pada semester II tahun pelajaran
2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif TGT dengan
menggunakan media peta konsep kreatif.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat secara teori
a. Mendapatkan pengalaman praktek menggunakan model pembelajaran
kooperatif TGT dengan menggunakan media peta konsep kreatif.
b. Sebagai dasar penelitian berikutnya.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi siswa
- Dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
b. Bagi guru
- Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengelola pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
- Menambah referensi tentang berbagai model dan metode
pembelajaran.
c. Bagi Lembaga Pendidikan, diharapkan dapat memberikan informasi
dalam peningkatan kualitas pendidikan.

4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Djamarah
(2002 : 13) mengemukan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotor.
Belajar merupakan pemrosesan informasi. Ketika siswa menerima
informasi, maka akan disesuaikan dengan persepsi yang telah dimiliki
siswa (Yulaelawati, 2007: 125). Menurut Wasty Soemanto (2003 : 113)
faktor- faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga
macam yaitu :
a. Faktor Stimulasi Belajar
Stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu yang merangsang
individu untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar, misalnya
panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya
bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.
b. Faktor Metode Belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat memepengaruhi
metode belajar yang dipakai siswa. Maka metode metode mengajar
yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi
proses belajar.
c. Faktor Individual
Faktor individual juga sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
seseorang, misalnya tentang kematangan individu, usia, perbedaan
jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, motivasi dan kondisi
kesehatan

5
Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
Menurut Wingkel dalam Darsono (2004: 4) belajar adalah suatu aktifitas
mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

2. Keaktifan Belajar
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman
belajar. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu
berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi
keberhasilan proses pembelajaran (Sardiman, 2007: 98). Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat,
berfikir kiritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari (Yamin 2007: 77).
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah
satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti :
siap mengikuti proses pembelajaran, mendengarkan, memperhatikan,
berdiskusi, sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mengerjakan
tugas sesuai dengan petunjuk, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi
tugas belajar, dan lain sebagainya.(Rosalia, 2005:4). Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana
masing–masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal
mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi (Zainalhakim, 2013)

6
3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif TGT
Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada
teori tabularasa John Lock dimana pikiran anak seperti kertas kosong dan
siap menunggu coretan-coretan dari gurunya sepertinya kurang tepat lagi
digunakan oleh para pendidik saat ini. Pendidik perlu menyusun dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif
membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan
konstruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada
lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa
melalui apa yang dilihat, didengar dan dilakukan siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran yang
dikembangkan oleh teori konstruktivisme karena mengembangkan struktur
kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional
(Rustaman dkk, 2003: 206). Pembelajaran kooperatif sangat efektif, ini
bisa dilihat ketika siswa berdiskusi untuk membicarakan suatu masalah
semua anggota kelompok aktif mengemukakan dan membahas ide-ide
(Effandi Zakaria & Zanaton Iksan, 2007;35 dalam Sarwanto dkk, 2011:
20).
Abdurahman & Bintoro dalam Nurhadi (2004: 112-113)
mengatakan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran
kooperatif, harus diterapkan lima elemen yang saling terkait dalam model
pembelajaran, yaitu :
a. Saling ketergantungan positif.
b. Tanggung jawab perseorangan.
c. Tatap muka.
d. Komunikasi antar anggota.
e. Evaluasi proses kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi.
Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournaments). Menurut Davidson dalam Anita lie (2002:
92-93) ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu :

7
1. Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini
siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada
saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan
ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi
bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat
game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang
menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit
setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke
dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya
dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan
seterusnya.

8
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-
masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super
Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata
mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
Menurut Saco dalam Suhadi (2010), dalam TGT siswa memainkan
permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam
bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang
berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Permainan
dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-
kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah
kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan
semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk
menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak
pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini
dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor
bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini
dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu
materi pembelajaran.

4. Media Peta Konsep


Peta konsep merupakan salah satu media pendukung
pengembangan pembelajaran kooperatif yang dapat menguatkan
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap bahan-bahan yang telah
dibacanya (Suprijono, 2009 : 106). Peta konsep merupakan cara kreatif
bagi setiap siswa untuk mencatat pelajaran dan memudahkan mereka
untuk mencatat pelajaran dan memudahkan mereka mengidentifikasikan
secara jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari. Menurut Martin

9
dalam Trianto (2010 : 158), peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret
yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke
konsep-konsep lain pada kategori yang sama.
Dari pendapat tersebut tersirat bahwa peta konsep merangkaikan
konsep dengan konsep lainnya sehingga akan terjadi keterkaitan antara
konsep-konsep tersebut.  .Dari pengertian tersebut di atas, terkandung
makna bahwa dalam peta konsep terdapat konsep utama beserta dua atau
lebih konsep-konsep yang dikaitkan oleh kata penghubung yang akan
menghasilkan hubungan yang bermakna. Sehingga siswa dapat
mengaitkan satu konsep ke konsep yang lain. Dengan begitu siswa diajak
lebih kreatif dalam belajar dan siswa tidak hanya diam dan mendengarkan
apa yang diberi oleh guru itu sendiri.
Peta konsep dapat digunakan untuk beberapa keperluan dalam
pembelajaran dengan tingkat efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang
tinggi. Peta konsep dapat mengongkritkan konsep-konsep abstrak dan
mengaktifkan siswa. Pembuatannya tidak membutuhkan waktu yang lama,
tidak membutuhkan biaya yang tinggi, sebagaimana menulis ringkasan
secara konvensional atau dengan pengetikan dengan komputer. Bahkan,
peta konsep dapat dibuat dimana saja dan kapan saja (Elyusra, 2011).
Melalui media peta konsep siswa diajak untuk belajar IPA menggunakan
proses berpikir untuk menemukan konsep-konsep IPA, kumpulan,
sehingga siswa bukan hanya menerima ataupun menguasai pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan (Parmin dan Sudarmin, 2013: 98).

5. Hasil Belajar
Hasil Belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono, 2009 : 5).
Menurut Iskandar (2001 : 12) hasil belajar IPA berupa fakta – fakta,
hukum-hukum, prinsip-prinsip klasifikasi dan struktur. Hasil IPA penting
bagi kemajuan hidup manusia. Cara kerja memperoleh itu disebut proses
IPA, dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir.

10
Menurut Darsono (2001: 24) faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang
penuh perhatian dan mampu menciptakan situasi kelas yang
menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini.
2. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek.
Perhatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
3. Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan
suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang
mencapai tujuan.
4. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam
proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif
berperan.
5. Mengalami sendiri
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang
lebih mendalam.
6. Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih
meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi.
7. Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru.
Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap
siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.

11
8. Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun perbedaan tingkat
kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar
perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan
kemampuan masing-masing siswa.

B. Kerangka Berpikir
Kemampuan memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan pada mata
pelajaran IPA Biologi siswa kelas VIII C SMP N 1 Pagedongan masih
rendah. Faktor rendahnya kemampuan siswa dalam memahami sistem dalam
tubuh Tumbuhan disebabkan oleh : (1) pembelajaran kurang bermakna (2)
pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif (3) pembelajaran kurang
menumbuhkan kreatifitas siswa (4) proses pembelajaran monoton.
Dalam mengatasi rendahnya hasil belajar tersebut, peneliti
melaksanakan tindakan kelas melalui model pembelajaran kooperatif TGT
dengan menggunakan media peta konsep kreatif sebagai pendukung
pembelajaran. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan II.
Pada kondisi akhir diharapkan, melalui model pembelajaran kooperatif TGT
dengan menggunakan media peta konsep kreatif sebagai pendukungnya dapat
meningkatkan hasil belajar Memahami Sistem Dalam Kehidupan Tumbuhan
siswa kelas VIII C Semester II SMPN 1 Pagedongan dengan alur kerangka
berfikir sebagai berikut :

12
Alur Kerangka Berpikir

Guru belum
Kondisi Awal menggunakan model Pemahaman
pembelajaran yang Sistem Dalam
sesuai Kehidupan
Tumbuhan rendah

Siklus I Gerak Pada


Guru
Tumbuhan
TelahMenggunakan
Tindakan
Model Kooperatif
Siklus II Hama
TGT dengan media
Penyakit Tumbuhan
peta konsep

Kondisi Akhir Hasil Belajar


Meningkat

Bagan 2.1. Kerangka berpikir

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut : Melalui model pembelajaran kooperatif TGT dengan media
peta konsep kreatif dapat meningkatkan hasil belajar Memahami Sistem
Dalam Kehidupan Tumbuhan siswa kelas VIII C semester 2 di SMP Negeri 1
Pagedongan tahun pelajaran 2013/2014.

13
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari Bulan
Desember 2013 sampai dengan bulan Maret 2014. Penelitian ini
dilaksanakan pada mata pelajaran IPA selama dua siklus, yaitu :
Siklus 1 :
a. Hari/ tanggal : Pertemuan 1 : Hari Selasa tanggal 28 Januari 2014
Pertemuan 2 : Hari Selasa tanggal 4 Pebruari 2014
b. Kompetensi dasar : Gerak Pada Tumbuhan
Siklus II :
a. Hari / tanggal : Pertemuan 1 : Hari Selasa tanggal 11 Pebruari 2014
Pertemuan 2 : Hari Selasa tanggal 18 Pebruari 2014
b. Kompetensi Dasar : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Tabel 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas


Bulan/Minggu ke……
No Kegiatan Desember Januari Pebruari Maret
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 Refleksi awal, x x x x
pengenalan lapangan
dan perumusan masalah
2 Penyusunan Proposal x x x
3 Pelaksanaan Siklus I x x
4 Pelaksanaan Siklus II xx
5 Penyusunan Laporan x x x x x x

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelas VIII C SMP Negeri 1
pagedongan kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah pada semester II
tahun pelajaran 2013/ 2014. Kegiatan penelitian dilaksanakan di sekolah

14
ini karena secara kebetulan peneliti merupakan guru tetap di SMP Negeri
1 Pagedongan dan mengajar kelas VIII C.

B. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIII C SMP
Negeri 1 Pagedongan tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 24 siswa yang
terdiri dari 12 orang siswa putra dan 12 orang siswi putri.

C. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh dari subjek penelitian, dalam hal ini
adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Pagedongan, sedangkan data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari teman sejawat atau guru kolaborator
penelitan.
a. Data Primer :
1. Hasil ulangan harian pra siklus.
2. Hasil ulangan harian siklus 1.
3. Hasil ulangan harian siklus 2.
4. Hasil angket tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang
menggunakan model TGT dengan media peta konsep kreatif.
b. Data Sekunder :
Bersumber pada kolabolator yaitu melalui pengamatan selama
pembelajaran.

D. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data


1. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data adalah suatu cara untuk mengumpulkan
data dan informasi yang diujikan (Aria Jalil, 2007: 3). Pengumpulan data
merupakan langkah yang cukup penting dslam prosedur penelitian, karena
pada umumnya data yang dikumpulkan kecuali untuk penelitian eksploratif,
juga untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan ke dalam variabel.
Kecermatan dalam memilih dan menyusun alat pengumpul data ini sangat
berpengaruh terhadap obyektifitas dan kualitas penelitian.

15
Pengumpulan data merupakan langkah yang cukup penting dslam
prosedur penelitian, karena pada umumnya data yang dikumpulkan kecuali
untuk penelitian eksploratif, juga untuk menguji hipotesis yang sudah
dirumuskan ke dalam variabel. Kecermatan dalam memilih dan menyusun
alat pengumpul data ini sangat berpengaruh terhadap obyektifitas dan
kualitas penelitian.
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi :
a. Tehnik Tes
Tehnik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data
prestasi belajar mata pelajaran IPA Biologi melalui model pembelajaran
kooperatif TGT. Instrumen butir tes essay sebanyak 5 soal. Soal
tersebut merupakan penjabaran kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran.
b. Tehnik Non Tes
Tehnik Non Tes berupa Observasi atau Pengamatan. Observasi atau
pengamatan digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau
proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati dalam situasi
pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi
yang berarti bahwa pengamat melibatkan diri atau ikut serta dalam
kegiatan pembelajaran. Tehnik observasi melalui 2 sasaran yaitu :
b.1. Siswa : untuk mengetahui keaktifan belajar siswa terhadap
pembelajaran IPA yang meliputi 5 aspek, diantaranya :
a. aktif bertanya
b. mengerjakan tugas sesuai petunjuk
c. aktif dalam diskusi
d. perhatian (serius).
e. senang menerima tugas
b.2. Guru, untuk mengetahui kesesuaian antara skenario pembelajaran
yang telah direncanakan dan pelaksanaan pembelajaran.

16
E. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu variabel. Data kuantitatif yang berbentuk
angka, divalidasi dengan menggunakan validitas teoretik dan empirik.
Validitas teoretik yaitu soal tes/ulangan harian perlu menggunakan kisi-kisi.
Validitas empirik dilakukan dengan membandingkan data hasil ulangan
harian dengan data ulangan harian sebelumnya.
Data kualitatif hasil observasi, wawancara dan angket divalidasi
dengan menggunakan trianggulasi sumber (data berasal dari beberapa
sumber) dan trianggulasi metode (data berasal dari beberapa metode).

F. Analisis Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data. Secara garis besar pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu
persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan perolehan penelitian.
(Arikunto, 2000 : 238). Tehnik analisa data dengan menggunakan metode
deskriptif komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus, atau
mencari nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, daya serap dan ketuntasan
belajar.
Data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini ada dua jenis yaitu
kuantitatif dan kualitatif. Cara menganalisis data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Data Kuantitatif
Data diperoleh dari hasil nilai ulangan harian yaitu hasil nilai ulangan
harian kondisi awal, siklus pertama dan siklus kedua. Peneliti membuat
instrument penilaian kognitif dengan menetapkan 5 butir indikator untuk
penilaian keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan rentang nilai 1 –
5 dan nilai yang diperoleh siswa adalah :
a. Nilai terendah seorang siswa = 1 x 20 = 20
b. Nilai tertinggi seorang siswa = 5 x 20 = 100
Hasil belajar siswa dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu
membandingkan nilai pra siklus maupun antar siklus dengan indikator

17
kinerja. Analisis deskriptif meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai
rata-rata, rentang data, ketuntasan belajar dan daya serap. Prestasi hasil
belajar dengan teknis analisis kecenderungan nilai tengah (central
tendency) yaitu mencari nilai rata-rata (mean).

Nilai rata-rata = Jumlah nilai seluruh siswa


Jumlah siswa

Penelitian tindakan ini berhasil jika nilai rata-rata dan ketuntasan belajar
hasil tes pada akhir siklus pembelajaran dari siklus I ke siklus II semakin
meningkat. Siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai yang memperoleh
hasil tes ≥ 73
b. Data Kualitatif
Data kualitatif hasil observasi, angket dan wawancara serta hasli refleksi
pada tiap-tiap siklus dianalisis secara diskriptif kualitatif.

G. Indikator Kinerja
Indikator atau ukuran keberhasilan pada kegiatan penelitian tindakan
kelas (PTK) ini yaitu :
a. Nilai rata-rata ulangan harian sekurang-kurangnya 73.
b. Ketuntasan belajar siswa sekurang-kurangnya 85%.
c. Siswa yang aktif sekurang-kurangnya 85%.

H. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi 3 tahapan yaitu :
1. Tahap Perencanaan, dengan langkah-langkah :
a. Menentukan kelas subyek penelitian, dalam hal ini kelas subyek
penelitian adalah kelas VIII C.
b. Menyiapkan rencana pembelajaran meliputi SK, KD, indikator,
alokasi waktu, pendekatan alat evaluasi dan model pembelajaran dan
LKS.
c. Menetapkan fokus yang akan diamati.
d. Menetapkan jenis data dan cara pengumpulannya.

18
e. Menentukan lembar observasi, alat bantu, pedoman dan cara
pelaksanaan observasi.
f. Menetapkan cara dan pelaku refleksi.
g. Menetapkan kriteria keberhasilan dan cara pemecahannya
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan dibagi dalam dua siklus yaitu, :
2.a. Siklus I, dengan langkah-langkah:
a. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
TGT dengan media peta konsep, tahapan secara rinci ada pada
RPP Siklus I
b. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh dua (2) observer.
c. Lembar pengamatan untuk mengamati keaktifan belajar siswa
dalam pembelajaran IPA.
d. Pelaksanaan refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran selesai
dan dijadikan bahan perencanaan tindakan pada siklus
berikutnya.
2.b. Siklus II, dengan langkah-langkah:
a. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif TGT dengan media peta konsep, tahapan secara rinci
ada pada RPP Siklus I
b. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh 2 observer.
c. Lembar pengamatan untuk mengamati keaktifan belajar siswa
dalam pembelajaran IPA.
d. Pelaksanaan refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran selesai
dan dijadikan bahan perencanaan tindakan pada pembelajaran
selanjutnya.
3. Tahap Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan
pembelajaran, dan dilakukan oleh observer. Data kualitatif dikumpulkan
melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan
data kuantitatif diambil melalui pelaksanaan evaluasi dengan

19
menggunakan alat evaluasi berupa soal dalam bentuk essay yang
dilakukan pada akhir pembelajaran tiap siklus.
4. Tahap Refleksi
Data yang diperoleh secara deskriptif dan hasilnya digunakan untuk
bahan refleksi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo .

Aria Djalil, I G.A.K. Wardani, Kuswaya Wihardit (1997). Pembelajaran


Multigradasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Darsono, M. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press

Djamarah, Syaiful Basri. Drs. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rieneka
Cipta.

Elyusra. 2011. Media Pembelajaran Peta Konsep: Suatu Wawasan Konseptual.


Diakses pada tanggal 20 Desember 2013 dari
http://adabundaguru.wordpress.com/2011/03/22/media-pembelajaran-peta-
konsep-suatu-wawasan-konseptual/

Iskandar, S.M.. 2001. Pendidikan IPA. Bandung: Maulana

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo

Parmin dan Soedarmin. 2013. IPA Terpadu. Semarang : CV. Swadaya


Manunggal.

Rosalia, Tara. (2005). Aktifitas Belajar. Diakses pada tanggal 2 januari 2014 dari
http://id. Shvoong.com/socialscience/1961162-aktifitas-belajar

Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, .,


Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M. (2003). Common Text Book Strategi
Belajar mengajar Biologi. (Edisi Revisi). Bandung: JICA-IMSTEP-UPI.

Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

Sarwanto, Suciati, Masykuri, M.. 2011. Model Media, dan Evaluasi


Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Panitia Swertifikasi Guru Rayon
113. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Soemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan. Malang: Rineka Cipta.

Suhadi. 2010. Model Pembelajaran Kreatif Tipe TGT (Teams Games


Tournaments). Diakses pada tanggal 20 desember 2013 dari
http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-
kooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournaments.

21
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media.

Yamin, M dan Arief, S.. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung
Persada Press

Yulaelawati, E. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran : Filosofi, Teori dan Aplikasi.


Jakarta : Pakar Raya.

Zainalhakim, 2013. Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran. Diakses pada


tanggal 2 Januari 2014 dari http://www.zainalhakim.web.id/keaktifan-siswa-
dalam-proses-pembelajaran.html

22
I. DESKRIPSI PER SIKLUS
I.a. PENELITIAN SIKLUS I
Penelitian pada siklus I meliputi empat tahap yaitu :
1. Tahap Perencanaan
Siklus I direncanakan dua kali pertemuan, materi yang akan
diberikan pada siklus I adalah Gerak Pada Tumbuhan. Pada pertemuan
sebelumnya siswa telah diarahkan agar mempelajari Gerak Pada
Tumbuhan.
Subyek Penelitian direncanakan kelas VIII C dengan siswa
sebanyak 24. Sedangkan fokus yang diamati dari sisi siswa mengenai
aktivitas siswa aktif bertanya, mengerjakan tugas sesuai petunjuk,
aktif dalam diskusi, perhatian (serius), senang menerima tugas dan
prestasi hasil belajar siswa. Sedangkan dari sisi guru mengenai
ketrampilan dalam menggunakan model pembelajara kooperatif TGT
dengan media peta konsep.
Demikian pula agar proses pembelajaran berlangsung dengan
baik, maka dibuatlah RPP Siklus (terlampir). Sedangkan daftar hadir
observer dan lembar observasi tentang aktivitas siswa dibuat untuk
pengumpulan data kualitatif. Untuk data kuantitatif berasal dari soal
formatif berupa tes essay sebanyak lima nomor tiap siklus untuk
mengetahui prestasi hasil belajar siswa.
Observer dalam penelitian ini adalah guru IPA SMP Negeri 1
Pagedongan sebanyak 2 orang. Guru tersebut sebagai pelaku dalam
tahap refleksi.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada pertemuan pertama guru masuk kelas secara bersama
didampingi observer. Sebelum memasuki materi pokok, guru melakukan
apersepsi dengan menanyakan kepada siswa apa perbedaan gerak pada
tumbuhan dan hewan. Kemudian dilanjutkan dengan menampilkan carta
akar. Guru menanyakan kepada siswa ada berapa macam gerak yang
terjadi pada akar.

23
Memasuki materi pokok, guru menyebut dan menuliskan SK, KD
dan indikator yang akan dilaksanakan dalam pertemuan kali ini.Guru juga
menjelaskan bahwa model yang akan digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif TGT dengan media peta konsep kreatif. Sesuai
dengan kaidah pembelajaran kooperatif TGT, guru membagi siswa kelas
VIII C menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 6 siswa yang
heterogen kemampuannya. Sedangkan dasar untuk menetapkan tingkat
kemampuan adalah rangking general tes yang diambil dari hasil ulangan
harian materi sebelumnya. Dari rangking tersebut dibuat 3 tingkatan yaitu
tingkat atas (2 siswa), tingkat tengah (2 siswa) dan tingkat bawah (2
siswa). Untuk kelompok yang jumlahnya 6 siswa, maka salah satu soal
game diberikan kepada 2 siswa.
Untuk mengawali kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif
TGT dengan media peta konsep kreatif, guru memberikan lembar kerja
siswa yang berisi peta konsep gerak pada tumbuhan. Kelompok siswa
dengan cara diskusi mengisi peta konsep tersebut dan menyalin hasil
diskusi pada selembar kerta karton untuk dibuat peta konsep kreatif..
Selama proses diskusi berlangsung, guru memantau keterlibatan seluruh
siswa dan meminta kepada siswa yang masuk kategori tingkat atas agar
membantu siswa lain yang belum paham dengan cara menjadi tentor
sebaya.
Kelompok yang terlihat tidak hidup diskusinya, selalu diingatkan
agar lebih serius dan didekati apabila ada kesulitan yang belum
terpecahkan. Sebelum pergantian jam kedua, guru meminta kepada
kelompok yang dapat menyelesaikan lebih dahulu tugas diskusi mengisi
peta konsep untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
kemudian kelompok yang lain menanggapinya dan guru memberikan
pembetulan dan penguatan dengan memberikan informasi yang
sebenarnya.
Jam kedua game dimulai untuk mengetahui daya serap siswa
terhadap pembelajaran. Diawali dengan menyusun 6 meja yang masing-

24
masing terdiri 4 kartu soal. Meja A berupa soal untuk siswa bernomor 1 di
tiap kelompok, meja B untuk siswa bernomor 2, meja C untuk siswa
bernomor 3, meja D untuk siswa bernomor 4, meja E untuk siswa
bernomor 5, dan meja F untuk siswa bernomor 6. Masing- masing meja
memiliki tingkat kesulitan soal yang telah disesuaikan dengan tingkatan
kemampuan siswa. Kemudian siswa dipersilahkan untuk mengambil soal
yang telah tersedia sesuai dengan nomor pada kelompoknya. Setelah
semua siswa mengambil kartu soal/kartu game, lalu menjawabnya. Hasil
jawaban dari masing-masing soal pada kartu soal dicocokkan dengan
kunci jawaban yang telah disiapkan. Untuk setiap soal yang benar
mendapat nilai 20. Skor yang didapat setiap anggota kelompok
dijumlahkan dan menjadi nilai kelompok. Kelompok dengan skor tertinggi
mendapatkan penghargaan berupa hadiah
Pertemuan kedua siswa melakukan pengamatan gerak pada daun
putri malu, pada akhir pertemuan kedua guru mengulas kembali materi
gerak pada tumbuhan dengan cara melakukan tanya jawab. Memasuki jam
kedua guru melakukan tes untuk mengukur prestasi hasil belajar dengan
memberikan 5 soal essay.
3. Pengamatan
Tahap ini dilaksanakan pada waktu tindakan sedang berjalan
4. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I, maka peneliti mmengatasi
masalah-masalah yang timbul sebagai berikut :
a. Peneliti menyelidiki mengapa diskusi kelompok masih belum
terlaksana dengan baik. Ternyata para siswa masih bekerja secara
individu. Peneliti mengingatkan agar tugas diskusi dikerjakan secara
bersama-sama, saling membantu dan bagi siswa yang pandai agar
dapat menjadi tentor sebaya bagi temannya yang kurang pandai.
b. Peneliti memberi motivasi kepada siswa bahwa mengemukakan
pendapat di depan kelas dan menanggapi pendapat siswa lain itu
penting untuk membangun percaya diri.

25
c. Peneliti menjelaskan gerak nasty kepada kelompok yang mengalami
kesulitan mengisi peta konsep.
d. Peneliti memberi motivasi kepada siswa yang masih belum benar
menjawab soal game agar belajar lebih giat lagi.

PENELITIAN SIKLUS II
Penelitian pada siklus II meliputi empat tahap yaitu :
1. Tahap Perencanaan
Siklus II direncanakan dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama
pada hari Senin 14 Februari 2011 dan pertemuan kedua pada hari Rabu 16
Februari 2011. Materi yang akan diberikan pada siklus II dalah Hama
Penyakit Tumbuhan. Pada pertemuan sebelumnya siswa telah diarahkan
agar mempelajari Hama Penyakit Tumbuhan.
Subyek Penelitian direncanakan kelas VIII B dengan siswa sebanyak
37. Sedangkan focus yang diamati dari sisi siswa mengenai motivasi siswa
(meliputi ekspresi senang/semangat, mengerjakan tugas tepat waktu, aktif
dalam diskusi, perhatian/serius) dan prestasi hasil belajar siswa terhadap
pembelajaran. Sedangkan dari sisi guru mengenai ketrampilan dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT.
Demikian pula agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik,
maka dibuatlah RPP Siklus (terlampir). Sedangkan daftar hadir observer
dan lembar observasi tentang motivasi siswa dibuat untuk pengumpulan
data kualitatif. Untuk data kuantitatif berasal dari soal formatif berupa tes
essay sebanyak lima nomor tiap siklus untuk mengetahui prestasi hasil
belajar siswa.
Observer dalam penelitian ini adalah guru IPA SMP Negeri 2
Mandiraja sebanyak 2 orang. Guru tersebut sebagai pelaku dalam tahap
refleksi.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada pertemuan pertama hari Senin 14 Februari 2011, guru masuk
pada pukul 11.30 WIB secara bersama didampingi observer. Sebelum

26
memasuki materi pokok, guru melakukan apersepsi dengan menanyakan
kepada siswa apa perbedaan hama dan penyakit tumbuhan. Kemudian
dilanjutkan dengan menampilkan carta daun. Guru menanyakan kepada
siswa mengapa produksi tanaman/tumbuhan bisa mengalami penurunan.
Memasuki materi pokok, guru menyebut dan menuliskan SK, KD
dan indikator yang akan dilaksanakan dalam pertemuan kali ini. Guru juga
menjelaskan bahwa model yang akan digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif TGT. Sesuai dengan kaidah pembelajaran
kooperatif TGT, guru membagi siswa kelas VIIIB menjadi 7 kelompok
dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang heterogen kemampuannya.
Sedangkan dasar untuk menetapkan tingkat kemampuan adalah rangking
general tes yang diambil dari hasil tes essay berstruktur siklus
sebelumnya. Dari rangking tersebut dibuat 3 tingkatan yaitu tingkat atas (1
siswa), tingkat tengah (2 siswa) dan tingkat bawah (2 siswa). Untuk
kelompok yang jumlahnya 6 siswa, maka salah satu soal game diberikan
kepada 2 siswa.
Untuk mengawali kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif
TGT, guru memberikan lembar kerja siswa yang berisi peta konsep hama
penyakit tumbuhan. Kelompok siswa dengan cara diskusi mengisi peta
konsep tersebut. Selama proses diskusi berlangsung, guru memantau
keterlibatan seluruh siswa dan meminta kepada siswa yang masuk kategori
tingkat atas agar membantu siswa lain yang belum paham dengan cara
menjadi tentor sebaya.
Kelompok yang terlihat tidak hidup diskusinya, selalu diingatkan
agar lebih serius dan didekati apabila ada kesulitan yang belum
terpecahkan. Sebelum pergantian jam kedua, guru meminta kepada
kelompok yang dapat menyelesaikan lebih dahulu tugas diskusi mengisi
peta konsep untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Kemudian kelompok yang lain menanggapinya. Dari tanggapan kelompok
lain yang belum sempurna, guru memberikan pembetulan dan penguatan
dengan memberikan informasi yang sebenarnya.

27
Memasuki jam kedua game dimulai untuk mengetahui daya serap
siswa terhadap pembelajaran hari ini. Diawali dengan menyusun 5 meja
yang masing-masing terdiri 7 kartu soal. Meja A berupa soal untuk siswa
bernomor 1 di tiap kelompok, meja B untuk siswa bernomor 2, meja C
untuk siswa bernomor 3, meja D untuk siswa bernomor 4 dan meja E
untuk siswa bernomor 5. Masing- masing meja memiliki tingkat kesulitan
soal yang telah disesuaikan dengan tingkatan kemampuan siswa.
Kemudian siswa dipersilahkan untuk mengambil soal yang telah tersedia
sesuai dengan nomor pada kelompoknya. Siswa terlihat lebih tertib
meskipun masih ada yang berebut untuk mengambil soal. Setelah semua
siswa mengambil kartu soal/kartu game, lalu menjawabnya. Hasil jawaban
dari masing-masing soal pada kartu soal dicocokkan dengan kunci
jawaban yang telah disiapkan. Untuk setiap soal yang benar mendapat nilai
20. Dari hasil game, ternyata kelompok yang mendapat nilai 100 adalah
kelompok 2. Penghargaan diberikan guru dengan memberi hadiah bagi
kelompok tersebut. Para siswa terlihat cukup senang dan termotivasi
dengan model pembelajaran TGT.
Pada pertemuan kedua, pada hari Rabu 16 Februari 2011, guru
mengulas kembali materi hama penyakit tumbuhan dengan cara
melakukan tanya jawab. Memasuki jam kedua guru melakukan tes untuk
mengukur prestasi hasil belajar dengan memberikan 5 soal essay.
3. Pengamatan
Tahap ini dilaksanakan pada waktu tindakan sedang berjalan dan
dari pengamatan observer diperoleh :
a. Diskusi kelompok sudah terlaksana dengan baik meskipun masih ada
siswa yang belum telibat dengan diskusi.
b. Siswa sudah berani untuk menanggapi hasil diskusi kelompok lain.
c. Beberapa siswa masih kesulitan untuk mengisi peta konsep terutama
penyakit infeksi pada tumbuhan.

28
d. Pada saat game berlangsung para siswa terlihat antusias dan dapat
menyelesaikan soal game dengan baik, meskipun masih ada siswa
yang h belum dapat menjawab soal dengan benar.
Secara umum kegiatan pembelajaran cukup menyenangkan, terlihat
dari aktifitas diskusi siswa secara umum cukup baik, antar siswa terjadi
interaksi saling bertanya dan menjawab dan tidak terjadi pembicaraan
antar siswa di luar konteks pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I, maka peneliti mengatasi
masalah-masalah yang timbul sebagai berikut :
e. Peneliti menyelidiki mengapa diskusi kelompok masih belum
terlaksana dengan baik. Ternyata para siswa masih bekerja secara
individu. Peneliti mengingatkan agar tugas diskusi dikerjakan secara
bersama-sama, saling membantu dan bagi siswa yang pandai agar
dapat menjadi tentor sebaya bagi temannya yang kurang pandai.
f.Peneliti memberi motivasi kepada siswa bahwa mengemukakan pendapat
di depan kelas dan menanggapi pendapat siswa lain itu penting untuk
membangun percaya diri.
g. Peneliti menjelaskan gerak nasty kepada kelompok yang mengalami
kesulitan mengisi peta konsep.
h. Peneliti memberi motivasi kepada siswa yang masih belum benar
menjawab soal game agar belajar lebih giat lagi.

29

Anda mungkin juga menyukai