Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nur Fitriana

NIM : 858818762
TUGAS 3

1. Mengapa pendekatan kontekstual sangat penting diterapkan pada pembelajaran IPS?


Uraikan kelebihannya dibanding pendekatan yang lain!
Jawab :
Karena Pembelajaran IPS dengan pendekatan kontekstual di sekolah dasar menjadikan
keterlibatan belajar siswa meningkat jauh lebih baik dan guru menjadi lebih siap dalam
proses pembelajaran di kelas.

Kelebihan dari model pembelajaran kontekstual


1. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi
yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu
isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
4. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
5. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
6. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
7. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

2. Uraikan hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam penerapan pendekatan kontekstual
dan berikan contoh kegiatannya!
Jawab :
Jika seorang guru ingin menerapkan pendekatan kontekstual di dalam kelas dan
pembelajarannya maka ia harus memperhatikan pemikiran-pemikiran berikut :
1. Belajar tidak hanya sekedar menghafal
Ujian merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari dunia persekolahan
kita. Sedemikian dianggap pentingnya ujian yang notabene lebih banyak menuntut
siswa menguasai hafalan, maka tak jarang siswa dibawa guru untuk belajar secara
menghafal. Ini tentu sesuatu yang salah dan harusnya dihindari. Memang ada dilema
dalam dunia persekolahan kita, di mana siswa dirtuntut untuk lulus ujian, dan ujian
menjadi suatu momok bagi sebagian siswa dan guru. Rendahnya nilai ujian juga akan
menjadi taruhan bagi sekolah bahkan institusi setingkat dinas pendidikan.
Seharusnya, mengajar siswa dengan cara menghafal harus dihindari karena bukan itu
esensi dari sebuah pengetahuan. Siswa sudah seharusnya mengkontruksi pengetahuan
di benak mereka secara bermakna sehingga mereka dapat menerapkannya untuk
kepentingan kehidupan mereka seperti untuk pemecahan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Siswa belajar dari mengalami
Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah pelajaran yang sangat
berharga. Itu memang benar. Melalui pengalaman nyata yang dibawa guru ke
hadapan siswa, mereka akan mempunyai pengalaman nyata dan otentik. Pengalaman
yang benar-benar nyata ini akan membantu anak untuk merekam sendiri pola-pola
atau konsep-konsep yang terbentuk secara alamiah dan faktual. Anak mencatat
sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh
guru. Harus diingat bahwa guru bukanlah sumber informasi satu-satunya. Justru anak
harus memperoleh pengetahuan dari beragam sumber. Guru yang baik adalah guru
yang dapat menyajikan bahan-bahan untuk dipelajari secara mandiri oleh siswa
sehingga dengan demikian mereka membangun pengetahuan yang kokoh.
3. Pengetahuan itu harus diorganisasi sendiri oleh siswa
Guru memang dapat membantu mempermudah siswa memiliki atau memperoleh
sebuah pengetahuan baru. Akan tetapi tak ada seorang gurupun yang mampu
membangun pengetahuan dalam pikiran siswa secara kokoh jika siswa itu tidak
melakukannya sendiri. Inilah yang mendasari prinsip konstruktivisme dalam belajar.
Pemahaman yang baik terhadap suatu pengetahuan adalah pencerminan dari
kokohnya penguasaan dan organisasi pengetahuan itu di dalam benak siswa. Dengan
modal inilah, siswa akan dapat menerapkan pengetahuan itu dalam beragam
persoalan-persoalan baru, dalam situasi-situasi baru yang berbeda, dalam konteks
yang lain.
4. Penguasaan akan suatu keterampilan tidak terpisah dari pengetahuan
Penguasaan siswa terhadap suatu keterampilan sangat erat hubungannya dengan
pengetahuan yang dimiliki mereka. Pengetahuan faktual (pengetahuan deklaratif) dan
penguasaan akan konsep-konsep dan prinsip, hingga suatu prosedur akan
memantapkan keterampilan yang dimiliki siswa.
5. Pembiasaan dalam memecahkan masalah
Sebagai bagian penting dari penguasaan akan suatu pengetahuan, maka sudah
selayaknya siswa akan dengan baik menyelesaikan suatu persoalan atau
permasalahan. Guru dapat membantu siswa dengan memberikan latihan-latihan untuk
ini. Guru dapat menyediakan masalah-masalah untuk dipecahkan siswa. Tentu saja
masalah yang diberikan idealnya adalah masalah yang berkaitan dengan dunia nyata
dan dalam konteks kehidupan dan budaya mereka sehari-hari.
6. Struktur pengetahuan dalam benak siswa harus terus dikembangkan
Memiliki beberapa pengetahuan dalam pikiran siswa dapat menjadi modal untuk
terus mengembangkan pengetahuan mereka. Guru dapat memfasilitasi siswa untuk
membangun pengetahuan yang semakin besar dengan hubungan-hubungan yang kuat
satu sama lain dalam pikiran atau otak mereka. Hal ini dapat dilakukan tentunya jika
guru mengetahui sejauh mana pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Guru harus
mengetahui bekal awal yang telah siswa miliki untuk membantu mereka berkembang
sesuai dengan tingkat mereka masing-masing.

3. Penggunaan pendekatan interdisipliner dalam pembelajaran IPS (yang terwujudkan oleh


correlated dan intergrated) ideal dilakukan karena adanya keterkaitan antara ilmu sosial
yang satu dengan yang lainnya. Namun demikian, bukan berarti hal itu tidak
mendapatkan hambatan dalam pelaksanaannya. Pada umumnya hambatan tersebut terkait
dengan: 1) Kurikulum; 2) Paradigma/pandangan Umum; dan 3) Input (guru). Terkait
dengan hal tersebut, sebutkan dan tafsirkan hambatan pengunaan pendekatan
interdisipliner dalam pembelajaran IPS di tempat saudara bekerja dan bagaimana saudara
mengatasi hambatan tersebut!
Jawab :
a. Hambatan pada fasilitas
Faktor fasilitas merupakan salah satu penghambat dalam pembelajaran. Faktor
tersebut meliputi:
a. Jumlah Peserta Didik dalam Kelas
Kelas yang jumlah peserta didiknya banyak sulit untuk dikelola. Jumlah peserta didik
dalam suatu kelas mencapai rata-rata 50 orang peserta didik, hal tersebut dapat
menyebabkan hambatan dalam pembelajaran.
b. Besar Ruangan Kelas
Ruang kelas yang kecil dibanding dengan jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta
didik untuk bergerak dalam kelas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
munculnya hambatan dalam pembelajaran.
c. Ketersediaan Alat
Jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik
yang membutuhkannya akan menimbulkan masalah dalam pembelajaran (Rohani,
2010: 183-184).
b. Hambatan pada kurikulum
Pendekatan interdisipliner ini memandang bahwa kurikulum tidak bisa hanya dibatasi
pada adanya mata pelajaran yang keberadaannya berdiri secara terpisah satu dengan
yang lainnya. Berbagai gejala sosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan
sehari-hari, ternyata tidak mungkin ditinjau dan didekati dari satu segi saja. Setiapa
gejala sosial akan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu, kurikulum tidak bisa disusun berdasarkan mata pelajaran terpisah,
melainkan merupakan perpaduan sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri
yang sama. Pendekatan interdisipliner dikatagorikan pada tiga jenis pendekatan:
1) Pendekatan struktural
2) Pendekatan fungsional
3) Pendekatan daerah
c. Hambatan pada peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu
masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai
bagian dari suatu kesatuan masyarakat di samping juga harus tahu akan kewajibannya
dan keharusan menghormati hak-hak orang lain.
Peserta didik harus sadar bahwa menggangu teman yang sedang belajar berarti tidak
melaksanakan kewajiban sebagai anggota suatu masyarakat kelas dan tidak
menghormati hak peserta didik lain untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-
besarnya dari kegiatan pembelajaran.
Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai
anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat merupakan faktor utama
penyebab hambatan dalam pembelajaran (Rohani, 2015: 182-183).
d. Hambatan guru
Guru yang mengalami kesulitan dalam memperlajari berbagai bidang studi, khusunya
pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran IPS, guru dituntut menggunakan media yang
tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Namun pada kenyataannya, guru
kurang memanfaatkan media yang ada di lingkungan sekolah dan guru juga
mengalami permasalahan dengan waktu yang telah ditentukan dalam proses
pembelajaran IPS.
Rohani (2010: 181) mengatakan bahwa guru merupakan faktor penghambat dalam
melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses pembelajaran.
Faktor penghambat yang datang dari guru juga berupa hal-hal seperti berikut:
a. Tipe kepemimpinan guru.
b. Format belajar mengajar yang monoton.
c. Kepribadian guru.
d. Pengetahuan guru.
e. Pemahaman guru tentang peserta didik.

4. Teknologi ramah lingkungan adalah teknologi yang diciptakan untuk memudahkan


kehidupan manusia tanpa perlu merusak atau memberikan dampak negatif pada
lingkungan di sekitarnya. Untuk bisa mendapatkan teknologi ini pada umumnya
dibutuhkan biaya yang cukup mahal bila dibandingkan dengan membeli peralatan dengan
teknologi konvensional. Uraikan pendapat Anda terkait hal tersebut serta berikanlah
saran pengembangan teknologi ramah lingkungan yang efektif dan efisien!
Jawab :
Berikut adalah beberapa saran pengembangan teknologi ramah lingkungan yang efektif
dan efisien:
1. Riset dan Inovasi: Dukungan yang lebih besar untuk riset dan inovasi dalam teknologi
ramah lingkungan dapat membantu mengembangkan solusi yang lebih efisien dan
terjangkau. Ini termasuk pendanaan untuk penelitian, pengembangan prototipe, dan skala
produksi.
2. Insentif dan Subsidi: Pemerintah dan lembaga lainnya dapat memberikan insentif dan
subsidi bagi penggunaan teknologi ramah lingkungan. Misalnya, memberikan insentif
pajak atau subsidi untuk instalasi panel surya, mobil listrik, atau penggunaan energi
terbarukan.
3. Kolaborasi dan Kemitraan: Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga
penelitian dapat membantu mengurangi biaya pengembangan dan produksi teknologi
ramah lingkungan. Kemitraan dengan perusahaan teknologi terkemuka atau lembaga riset
dapat membantu mentransfer pengetahuan dan teknologi yang diperlukan.
4. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang
pentingnya teknologi ramah lingkungan dapat membantu mengubah persepsi dan
meningkatkan permintaan. Dengan meningkatnya permintaan, skala produksi akan
meningkat, dan biaya produksi dapat lebih terjangkau.
5. Skala Ekonomi: Dengan adopsi yang lebih luas dan skala ekonomi, biaya produksi
teknologi ramah lingkungan dapat ditekan. Dengan perkembangan teknologi dan
peningkatan permintaan, biaya produksi dapat turun seiring waktu.

Pengembangan teknologi ramah lingkungan yang efektif dan efisien membutuhkan


komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Dengan upaya bersama, kita dapat mencapai perkembangan teknologi yang lebih
terjangkau dan berkelanjutan untuk menjaga lingkungan dan meningkatkan kualitas
hidup kita.

5. Pembelajaran yang interaktif adalah proses belajar mengajar yang tidak didominasi guru,
melainkan dicirikan dengan ikut terlibatnya siswa secara aktif di dalamnya. Berikanlah
rekomendasi model pembelajaran interaktif yang pernah Anda lakukan di kelas dan
uraikan kelebihan serta kekurangan model pembelajaran tersebut!
Jawab :
Rekomendasi model pembelajaran interaktif yang pernah saya lakukan di kelas adalah
model pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari model ini adalah meningkatkan
keterlibatan siswa, meningkatkan keterampilan sosial, dan meningkatkan pemahaman
konsep. Namun, model ini juga memiliki kekurangan seperti membutuhkan waktu yang
lebih lama, tidak semua siswa aktif, dan membutuhkan pengelolaan yang baik dari guru.

Salah satu model pembelajaran interaktif yang pernah saya lakukan di kelas adalah model
pembelajaran kooperatif. Model ini melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar dengan bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif adalah:
1. Meningkatkan keterlibatan siswa: Dalam model ini, siswa memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Mereka dapat berdiskusi, berbagi ide, dan saling
membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Meningkatkan keterampilan sosial: Dalam kelompok kecil, siswa belajar untuk bekerja
sama, mendengarkan pendapat orang lain, dan menghargai perbedaan. Hal ini membantu
mereka mengembangkan keterampilan sosial yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
3. Meningkatkan pemahaman konsep: Dalam diskusi kelompok, siswa dapat saling
menjelaskan konsep dan membantu satu sama lain memahaminya. Hal ini dapat
memperdalam pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Namun, model pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama: Proses diskusi dan kerja kelompok dalam
model ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran
individual. Hal ini dapat menjadi kendala jika waktu pembelajaran terbatas.
2. Tidak semua siswa aktif: Meskipun model ini dirancang untuk melibatkan semua
siswa, tidak semua siswa mungkin aktif dalam diskusi kelompok. Beberapa siswa
mungkin lebih pasif dan kurang berpartisipasi dalam pembelajaran.
3. Membutuhkan pengelolaan yang baik: Model pembelajaran kooperatif membutuhkan
pengelolaan yang baik dari guru untuk memastikan setiap kelompok bekerja dengan
efektif dan adil. Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa terlibat dan mendapatkan
kesempatan yang sama dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai