Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN
Contextual teacing and learning ( CTL)
Dosen pembimbing : H. YUSUF ARIFIN,S.Pd,I.M.Pd

DI susun oleh :
ASNA FIATUL FIQNI
LAILATUL MASYATAL MASYUDA
KHOSIDATUL HANIK

UNIVERSITAS BAKTI INDONESIA


TA 2023-2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat allah SWT atas segala rahmat nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini hingga selesai tepat waktu .
tidak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak H.Yusuf Arifin,
S.Pd.I.M.Pd.i selaku dosen pengampu mata kuliah strategi pembelajaran , serta
pihak yang lain yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun makalah menyadari bahwa masih memiliki


banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari -
pembaca untuk bisa membuat makalah yang lebih baik lagi .

Lumajang, 20- 11-2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................I

DAFTAR ISI ...................................................................................................................II

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 latar belakang .............................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah .......................................................................................................1
1.3 Tujuan masalah ...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 pengertian pendekatan kontektual ...............................................................................1

2.2 penerapan dari pendekatan kontektual .........................................................................1

2.3 kelebihan dan kelemahan pembelajaran kontektual ....................................................2

2.4 komponen – komponen CTL.........................................................................................2

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan ....................................................................................................................4

3.2 saran ..............................................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................5


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang
membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta
didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar,
dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita
adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam
proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi
tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya
dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah,
mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2003).
Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab guru untuk
mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu bermutu dan
berkualitas. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan
kualitas proses pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendekatan Kontekstual?


2. Bagaimanakah penerapan dari pendekatan Kontekstual?
3. Apa sajakah kelemahan dan kelebihan pembelajaran Kontekstual?
4. Apa saja komponen-komponen yang terdapat didalam (CTL)?
1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian pendekatan Kontekstual


2. Mengetahui penerapan dari pendekatan Kontekstual
3. Mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan pembelajaran Kontekstual
4. Mengetahui komponen-komponen yang terdapat didalam (CTl)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil.

2.2 Penerapan dari Pendekatan Kontekstual


Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan dalam
penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :
1. Guru yang berwawasan
Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam penerapan dan pendekatan.
2. Materi dalam pembelajaran
Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi pembelajaran yang dijiwai oleh konteks
perlu disusun agar bermakna bagi siswa.
3. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar
Dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang
lebih konkret, yang menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb.
4. Media pendidikan
Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah, benda nyata, alat peraga, film nyata
yang mana perlu dipilih dan dirancang agar sesuai dan belajar lebih bermakna.
5. Fasilitas
Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan perlengkapan,
laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan pelatihan perlu disediakan.
6. Proses belajar dan mengajar
Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa yang bernuansa pembelajaran kontekstual
yang merupakan inti dari pembelajaran kontekstual.
7. Kancah pembelajaran
Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang diinginkan.
8. Penilaian
Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada pembelajaran ini menuntut
pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara-cara yang tepat dan variatif, tidak hanya
dengan pensil atau paper test.
9. Suasana
Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat berpengaruh karena dapat
mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan siswa.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual

 Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual


Model pembelajaran kontekstual memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu
dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
4. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
5. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
6. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
7. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

 Kelemahan Dari Model Pembelajaran Kontekstual


Dalam pembelajaran kontekstual terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan model
pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
1. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan
kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak
sama.
2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses belajara
mengajar.
3. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstualakan nampak jelas
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang,
yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
4. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kontekstual ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam
model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi
siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan
menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan
yang dimiliki dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual ini.
6. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual
tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan
sebab model pembelajaran kontekstual ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
7. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
8. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam model pembelajaran kontekstual
ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk
aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan

2.4Komponen-komponen CTL (Contextual Teaching and Learning)


Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) antara lain :
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut
pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan diperdalam oleh Jean Piaget
menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi juga
dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta
hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dalam
model inquiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis, yaitu :
a. Merumuskan masalah.
b. Mengajukan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan.
e. Membuat kesimpulan.
3. Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu. Sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.

Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :


a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
f. Menggali pemahaman siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan
yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang
lain, antarteman atau antarkelompok; yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu
atau yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah
hakekat dari masyarakat belajar yaitu masyarakat yang saling membagi.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa
yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam
pembelajaran CTL sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
teoristis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru di terima. Melalui proses refleksi,
pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya
akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak;
apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan
baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi
dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan
kepada hasil belajar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi nyata sehingga
mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka. CTL memandang
bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi tetapi
sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan peserta didik di lapangan. Ada beberapa
perbedaan antara strategi pembelajaran CTL dan konvensional yang membuktikan bahwa
CTL lebih efektif dan mampu menjadi alternatif pilihan strategi pembelajaran yang
diterapkan guru di sekolah. Diperlukan pola dan langkah pembelajaran CTL di kelas agar
strategi CTL dapat diterapkan secara efektif dan sesuai materi pelajaran yang telah ditetapkan
dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

3.2 Saran
Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan
semua guru mata pelajaran dapat menerapkan strategi ini dalam melaksanakan proses belajar
mengajar (PBM) di sekolah dan dapat lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas
penguasaan materi mata pelajaran siswa di sekolah dan pada akhirnya mampu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagaimana tujuan dan fungsi pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://gakuseishinsetsu.wordpress.com/2010/01/06/model-pembelajaran-
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2009913-strategi pembelajaran-konstekstual-
teaching-learning/#ixzz1YIDZtcsj
http://www.papantulisku.com/2010/01/pembelajaran-kontekstual contextual.html

Roie Megeron: Makalah Contextual Teaching and Learning (CTL)

Anda mungkin juga menyukai