Anda di halaman 1dari 16

KEMAMPUAN DASAR MENGAJAR

“ Makalah Pola-Pola Belajar”

Dosen Pengampu: Dr. Ade Hi Haerullah, S. Pd., M. Pd

Disusun Oleh :

Nama : Wahdania I. Abd Rahman

NPM : 03101711010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

MALUKU UTARA 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan

kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari

penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Makalah dengan judul “Pola-Pola

Belajar”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam

penyusunan makalah ini. Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan,

oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Identifikasi/ Faktor Masalah............................................................................................................2
C. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
D. Tujuan..............................................................................................................................................6
E. Manfaat Penelitian...........................................................................................................................6
F. Batasan Istilah..................................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN
A. TEORI BELAJAR...........................................................................................................................9
B. INDIKATOR-INDIKATOR PENILAIAN POLA BELAJAR.........................................................10
C. HASIL BELAJAR...........................................................................................................................11
D. MOTIVASI BELAJAR....................................................................................................................12
E. MOTIVASI INTRINSIK.................................................................................................................12
F. MOTIVASI EKSTRINSIK..............................................................................................................13
G. FUNGSI MOTIVASI BELAJAR.....................................................................................................13
H. INDIKATOR-INDIKATOR PENILAIAN MOTIVASI BELAJAR................................................13

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN.....................................................................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk

membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal, pembelajaran merupakan

tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang

dipersiapkan untuk itu. Pembelajaran di sekolah semakin berkembang dari pengajaran yang

bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan modern. Kegiatan pembelajaran bukan

lagi sekedar kegiatan mengajar yang mengabaikan kegiatan belajar yaitu sekedar

menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap

muka. Akan tetapi kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan

pola-pola pembelajaran yang bervariasi. (Siddiq, 2008:1.9)

Secara garis besar ada 4 pola pembelajaran menurut Mudhofir dalam

Siddiq(2009:1.9) yaitu :

1) Pola pembelajaran guru dengan siswa kurang menggunakan alat bantu/bahan

pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini sangat tergantung pada

kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan

tersebut secara lisan.

2) Pola guru, alat bantu dan siswa. Pada pola ini guru sudah dibantu dengan

berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan

dan memeragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.

3) Pola guru, media dan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan

keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar, guru dapat

memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat

menggantikan guru dalam pembelajaran. Jadi po1la no.3 ini, pola pembelajaran bergantian
antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa.

4) Pola media dan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media

atau bahan pembelajaran yang disiapkan.

Berdasarkan pola-pola pembelajaran tersebut diatas maka pembelajaranitu tidak

hanya sekedar mengajar (seperti pola 1), karena membelajarkan yang berhasil harus

memberikan banyak perlakuan kepada siswa. Peran guru dalam pembelajaran lebih dari

sekedar sebagai pengajar ( informatory ) belaka, akan tetapi guru harus memiliki peran

dalam pembelajaran dan agar pola pembelajaran yang diterapkan juga dapat bervariasi,

maka bahan pembelajarannya harus dipersiapkan secara bervariasi juga. Salah satu

pembelajaran yang harus didesain bervariasi sesuai dengan pola pembelajaran yaitu pada

pelajaran matematika.

Menurut Bruner dalam Aisyah (2008:1-5) Pembelajaran matematika merupakan

belajar tentang konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta

mencari hubungan tentang konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus

melalui proses yang bertahap dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pemahaman guru tentang

pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dapat digunakan untuk merancang pelaksanaan

pembelajaran di dalam kelas dengan baik. Tentunya guru harus menyesuaikan

pembelajaran dengan perkembangan kognitif anak, penggunaan media, metode, dan

pendekatan yang sesuai. Sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang

kondusif serta terselenggaranya kegiatanpembelajaran yang efektif..

Berdasarkan hasil observasi awal, nilai pada mata pelajaran matematika kelas I

SDN salah satu sekolah di Kota Ternate, khususnya KD : penjumlahan dan pengurangan

bilangan sampai 20 bahwa nilai KKM siswa yang telah ditetapkan oleh SDN adalah 65.

Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui presentase hasil belajar siswa sebagai berikut,
2
dari jumlah siswa kelas 1 yang berjumlah 36 siswa, hasil belajar siswa mengenai materi

penjumlahan dan pengurangan menunjukkan sebanyak 14 siswa sudah mencapai KKM

atau sekitar 40 % dan 22 siswa belum mencapai KKM yang telah ditetapkan atau 60% dari

jumlah keseluruhan.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di atas mengenai hasil belajar

siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan, diperoleh permasalahan pada hasil

belajar siswa sebagai berikut:

1) dalam menyampaikan materi pelajaran, guru masih menekankan pada konsep-

konsep yang terdapat di dalam buku dan belum memanfaatkan media pembelajaran secara

maksimal pada proses pembelajaran;

2) sebagian besar siswa belum mampu mencapai target KKM yang telah

ditetapkan sehingga hasil belajar yang dimiliki siswa masih rendah pada meteri

penjumlahan dan pengurangan;

3) pemahaman siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan masih rendah.

Hal ini disebabkan guru hanya memberikan penjelasan materi pelajaran melalui ceramah

kepada siswa;

4) keaktifan belajar dan kreatifitas belajar siswa masih rendah karena tidak

maksimalnya penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, pada materi

penjumlahan dan pengurangan.

Penggunaan media pembelajaran yang kurang maksimal, membuat pembelajaran

menjadi kurang efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang

disampaikan, dan siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal penjumlahan

karena sebagian besar siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru masih

menggunakan jari dalam perhitungannya. Sehingga mengakibatkan siswa sering lupa

ketika menjumlahkan kembalibilangan selanjutnya, sedangkan ketika siswa mengerjakan


3
soal pengurangan masih bingung dalam memahami makna dari pengurangan, sehingga

guru harus menjelaskan kembali secara lebih jelas dengan menggunakan berbagai kata

dengan makna yang sama, misalnya diambil, dihilangkan, atau dibuang sampai siswa

paham akan maksud dari soal pengurangan tersebut sehingga pemahaman siswa tentang

penjumlahan dan pengurangan serta hasil belajar yang dimilikisiswa masih rendah.

Hasil belajar yang dimiliki siswa masih rendah dikarenakan nilai hasil belajar yang

diperoleh hanya beberapa siswa saja yang bisa dikatakan tuntas, sedangkan yang lainnya

belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah.

Sehingga pembelajaran semacam ini menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan tingkat

pemahaman siswa kurang. Maka dari itu peneliti menyajikan media pembelajaran yang

akan digunakandalam pelajaran matematika untuk menerapkan konsep penjumlahan dan

pengurangan bilangan agar siswa dapat dengan mudah memahami materi yang akan

disampaikan oleh guru yaitu dengan memanfaatkan media pembelajaran yaitu“cristal

ball”.

Kelebihan dari media pembelajaran “cristal ball” ini jika digunakan dalam

pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20

adalah : dengan menggunakan media “cristal ball” ini dapat membantu siswa dalam

mengerjakan soal-soal penjumlahan dan pengurangan dengan mudah, siswa lebih aktif dan

kreatif dalam proses pembelajaran matematika, selain itu warnadari media “cristal ball”

sangat bervariasi dan bentuknya yang bulat dapat menarik perhatian siswa, karena tingkat

perkembangan kemampuan berfikir pada usia siswa kelas 1 SD masih dalam tahap

operasional konkrit dan pada tingkat perkembangan proses berfikir siswa SD adalah

tingkat perkembangan proses berfikir mekanistis, yang artinya siswa akan lebih mudah

belajar bila menggunakan bahan pembelajaran yang konkrit.

Oleh sebab itu, bahan pembelajaran di SD harus lebih bisa menyajikan bahan
4
pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa khususnya kelas I yaitu dengan benda

konkrit yang mudah dihafal sehingga media “cristal ball” ini sangat cocok untuk

diterapkan sebagai media pembelajaran dan perkembangan siswa SD pada usia bermain

dengan menggunakan media “cristal ball” ini siswa dapat belajar dalam suasana bermain

dengan demikian siswa diharapkan mudah memahami konsep dari penjumlahan dan

pengurangan sehingga hasil belajar yang dimiliki siswa nantinya dapat meningkat dengan

baik.

Namun terdapat pula kelemahan dari media “cristal ball” ini yaitu siswa harus

lebih teliti dalam meletakkan media “cristal ball” saat menghitung soal-soal penjumlahan

dan pengurangan. Penggunaan media “cristal ball” masih belum dikenal di seluruh SDN

Kota Ternate sehingga guru belum pernah memanfaatkan media ini, dengan

mempertimbangkan usaha-usaha agar siswa dapat belajar dengan menyenangkan, hasil

belajar siswa juga meningkat dan memperoleh manfaat besar sesuai dengan kebutuhan

kurikulum maka perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan media“cristal ball” untuk

meningkatkan hasil belajar siswa mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai

20 pada siswa kelas I SDN.

B. Identifikasi/Fokus Masalah

Dari latar belakang masalah diatas fokus masalah dalam penelitian ini yaitu:

rendahnya nilai yang diperoleh siswa dikarenakan, pada proses pembelajaran guru masih

mempertahankan dengan memberikan penjelasan dipapan tulis tentang materi yang

disampaikan tanpa adanya media pembelajaran yang digunakan sehingga hasil belajar

siswa rendah. Oleh sebab itu, peneliti memanfaatkan media pembelajaran “cristal ball”

yang akan digunakan dalam menerapkan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan

sampai 20 pada siswa kelas I SDN di Kota Ternate yang bertujuan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada proses pembelajaran.


5
C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemanfaatan media “cristal ball” untuk meningkatkan hasil

belajar siswa mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa

kelas I SDN Di Kota Ternate ?

2. Bagaimana hasil belajar siswa mengenai penjumlahan dan pengurangan

bilangan setelah memanfaatkan media “cristal ball” pada siswa kelas I SDN

Di Kota Ternate ?

D. Tujuan

1. Mendeskripsikan pemanfaatan media “cristal ball” untuk meningkatkan hasil

belajar siswa mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas I

SDN Kota Ternate

2. Menjelaskan hasil belajar pada penjumlahan dan pengurangan bilangan setelah

memanfaatkan media “cristal ball” pada siswa kelas I SDN Kota Ternate.

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pola Belajar

Pola Belajar adalah suatu rangkaian belajar seorang siswa yang dilakukan secara
berkelanjutan dan menjadi sebuah kecenderungan. Dalam proses belajar juga memiliki
sebuah gangguan-gangauan yang terdapat dalam faktur pendukung dan factor penghambat
yang akan selalu ada dalam proses belajar yang akan dijalani oleh siswa/i.
Salah satu pola belajar siswa dimana siswa merumuskan dan memecahkan masalah dengan
menggunakan berbagai kaidah logika formal yang telah dikuasainya disebut dengan
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik
belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang
menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan berbagai
kaidah yang telah dikuasainya.
 Menurut Sriyono (dalam Roestiyah, 2000:106) menyatakan:

Pola belajar ialah merupakan sejumlah rangkaian prosedur dalam belajar yang dapat
membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran. Pola belajar di antaranya pola belajar
mandiri, pola belajar terbimbing, pola belajar kelompok, pola belajar diskusi, dan lain-lain.
Dari masing-masing pola belajar tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dalam pelaksanaannya pola belajar mandiri telah biasa dilakukan oleh siswa dirumahnya
masing-masing.

 Menurut Alma (2008:78) menyatakan bahwa


Pola belajar terdiri dari pola belajar individu, pola belajar kelompok, pola belajar
terbimbing, pola belajar leaving (meninggalkan), pola belajar supervising (supervisi)”. Hal
itu dilihat dari sudut penyusunan strategi belajar mengajar, maka ada beberapa pola belajar
yang dapat dipertimbangkan oleh guru dan siswa agar kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan secara teratur menurut pola tertentu. Dalam pola belajar ini akan sekaligus
tercerminkan sikap guru dan kegiatan siswa serta interaksi antara keduanya.

9
B. Indikator-indikator Penilaian Pola Belajar

Instrumen yang digunakan dalam penilaian indikator-indikator pola belajar antara lain:

1. Persiapan Belajar

Seorang siswa dikatakan memiliki kesiapan belajar berarti siswa harus sudah

mengetahui apa saja yang nantinya akan dipelajari, materi apa yang akan disipakan oleh

guru dan alat-alat bantu apa saja yang dibutuhkan dalam kegiatanpembelajaran tersebut.

Persiapan belajar pada dasarnya terdiri dari beberapa penilaian, antara lain mengenai

persiapan mental dan persiapan sarana.

Menurut Imanuddin Ismail (2000: 43),”belajar merupakan kesiapan pada pihak

anak didik. Kesiapan maksutnya bahwa anak sudah matang dan sudah mengetahui apa

yang diperlukan untuk menerima tugas pelajaran, atau dengan kata lain bahwa anak

akan bertambah kecepatn belajarnya baik di rumah atau di sekolah jika ada padanya

kesiapan untuk belajar

2. Cara mengikuti pelajaran

Cara seorang siswa dalam mengikuti pelajaran saat di sekolah merupakanbagian

penting dari proses belajar, siswa dituntut untuk dapat menguasai bahan pelajaran yang

diberikan. Jika guru memberikan pekerjaan rumah, maka siswa harus mampu

melakukan semaksimal mungkin. Setiap siswa memiliki caratersendiri untuk mengikuti

pelajaran, apakah belajar sebelum proses pembelajaran dimulai, atau mencatat materi

pelajaran yang dapat membantu dalam proses belajar siswa. Keberhasilan siswa dalam

mengikuti pelajaran banyak bergantungpada cara mengikuti pelajarannya.

Menurut Slameto (2003:2), “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya send10iri dalam interaksi


danlingkungannya”.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki cara tersendiri untuk

memperoleh perubahan secara keseluruhan, orang satu dengan lainnya tidak dapat

dipukul rata guna mendapatkan perubahan secaraa keseluruhan.

3. Pembuatan jadwal dan catatan

Pembuatan jadwal dan catatan juga merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk menentukan pola belajar siswa. Setiap siswa memiliki pola-pola
tersendiri untuk memahami pembelajaran. Deskriptor yang digunakan untuk
menentukan indikator ini antara lain: mencatat jadwal pelajaran, membuat jadwa
belajar, disiplin melaksanakan jadwal tersebut, metode yang digunakn dalam membuat
catatan, dan membaca kembali materi yang sudah dipelajari.

4. Mengerjakan tugas

Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas

sebagai suatu metode atau cara mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh

guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian

tugas tersebut siswa belajar mengerjakan tugas.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar dapat diartikan dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil sendiri bisa

diartikan sebagai perolehan dari apa yang sudah kita lakukan dari sebuah aktifitas atau

proses yang kita lalui. Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai usaha kita untuk

memahami sesuatu dengan sebaik baiknya yang terkadang menimbulkan perubahan

pola kita dalam memahami sesuatu. Ketika kita merasakan adanya perubahan, itu

merupakan hasil dari apa yang kita pelajari.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Setiap kegiatan belajar dapat menghasilkan suatu perubahan yang khas sebagai

hasil belajar. Hasil belajar bisa dicapai oleh pe1s1erta didik melalui usaha-usaha

sebagai
perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara optimal. Setiap peserta didik

akan memperoleh hasil yang tidak serupa hal itu dikarenakan oleh faktor – faktor yang

mempengaruhi tingkat keberhasilannya.

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Pengertian motif sendiri dalam bahasa Inggris adalah motive berasal dari kata

"motion" yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Dari kata motif itu motivasi

dapat diartikan sebagai daya penggerak yang menjadi aktif. Pada saat – saat tertentu

motif dapat menjadi aktif apalgi jika kebutuhan yang ingin dicapai sangatlah tinggi.

Ngalim Purwanto (2006 : 70-71) mengemukakan, “bahwa setiap motif itu

bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharganya tujuan itu bagiyang

bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat berguna bagi

tindakan atau perbuatan seseorang. Guna atau fungsi dari motif-motif itu adalah:tujuan

itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu”.

E. Motivasi Intrinsik

Singgih (2008 : 50) berpendapat, motivasi intrinsik merupakan dorongan yang

kuat berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan menurut John W Santrock (2003 :

476) mengatakan motivasi intrinsik adalah keinginan dari dalam diri seseorang untuk

menjadi kompeten, dan melakukan sesuatu demi usaha itu sendiri. Selain itu

Thursan (2008 : 28) juga mengemukakan motif intrinsik adalahmotif yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa motivasi intrinsik lebihmempunyai

pengaruh yang kuat karena hal yang berasal dari dalam diri seseorang, keinginan orang

itu sendiri untuk mendapatkan sesuatu di banding dengan pengaruh orang lain.
12
F. Motivasi Ekstrinsik

Supandi (2011 : 61) mengatakan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

timbul manakala terdapat rangsangan dari luar individu. Sedangkan menurut Thomas

(2010 : 39) motivasi ekstrinsi adalah motivasi penggerak atau pendorongdari luar yang

diberikan dari ketidak mampuan individu sendiri. Lalu Jhon W Santrock (2003 : 476)

berpendapat, motivasi ekstrinsik adalah keinginan mencapai sesuatu dengan tujuan

untuk mendapatkan tujuan eksternal ataumendapat hukuman eksternal.

G. Fungsi motivasi belajar

Motivasi berhubungan erat dengan suatu tujuan. Dengan demikian motivasi

dapat mempengaruhi adanya kegiatan. Berkaitan dengan pembelajaran motivasi

merupakan daya penggerak untuk mendorong seseorang belajar lebih giat lagi.

Sardiman AM (2003 : 85), mengatakan motivasi mempunyai fungsisebagai berikut:

a. Memberikan dorongan untuk berbuat baik, dimana motivasi dikatakan


sebagai penggerak yang melepaskan energi motivasi.
b. Menentukan arah dari tujuan yang ingin dicapai
c. Menentukan apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan
untuk mencapai suatu tujuan.

H. Indikator-indikator Penilaian Motivasi Belajar

Setiap variabel yang digunakan dalam suatu penelitian tentu memiliki beberpa
indikator yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan variabel tersebut.
Indikator-indikator yang digunakan dalam motivasi belajar antara lain:

a) Ketentuan dalam belajar

Menurut KBBI, ketentuan merupakan sesuatu yang sudah tentu atau yang telah

ditentukan, ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, ketentuan tersebut antara lain

terdiri dari: kehadiran di sekolah, mengikuti pembelajaran di ruangan, dan belajar di

rumah. 13
b) Ulet dalam menghadapi kesulitan

Kesulitan sendiri merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan


dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga diperlukan usaha yang lebih
giat untuk mengatasi hambatan-hambatan.
c) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar

Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki seseorang
terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan. Minat tersebut akan menetap dan berkembang
pada dirinya untuk memperoleh dukungan dari lingkungannya yang berupa
pengalaman.

14
BAB III

PENUTUP

Dalam hal ini tentunya baik guru maupun siswa harus bisa benar – benar

memilih saat – saat penerapan pola belajar tersebut karena tidak dapat lagi

dipungkiri bahwa beberapa metode belajar secara langsung ataupun tidak langsung

dapat mempengaruhi pola belajar siswa itu sendiri.

Pola belajar juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa dan juga motivasi belajar

siswa,jika dengan adanya metode belajar ini dapat berpengaruh baik untuk pola belajar

siswa maka juga akan berefek baik bagi hasil dan motivasi belajarnya

15

Anda mungkin juga menyukai