Kelompok 6 :
1. ( 33 ) Arlina Faradita 06131281924034
2. ( 27 ) Dela Krismilita 06131281924028
3. ( 18 ) Esti Yuningtias 06131281924016
4. ( 07 ) Merista Ardika Utami 06131181924007
5. ( 31 ) Milona Mardhotillah 06131181924031
6. ( 40 ) Nabilah Rahmah 06131281924074
7. ( 38 ) Nurlita Dwi Sholeha 06131281924072
8. ( 39 ) Yezzi Ardiansyah 06131281924073
Dosen Pengampu :
Dra. Siti Hawa, M.Pd
Dra.Toybah, M. Pd.
Vina Amalia Suganda, M. Pd.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini. Dalam
makalah ini kami akan membahas tentang Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran. Semoga
dengan disusunnya makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca tentang bagaimana
prinsip pelakaksanaan pembelajaran, yang semoga dapat beranfaat bagi kemajuan kehidupan
manusia agar dapat bersaing di masa yang akan datang.
Disini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen bidang studi yang telah
memberikan kesempatan untuk kami. Dengan harapan dapat menambah wawasan serta
pengetahuan, sehingga dapat bermanfaat bagi kita.
Adapun penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca guna perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...............................................................................................................
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan................................................................................................................
2. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu prinsip pembelajaran?
2. Apa saja prinsip pembelajaran dan impilikasinya?
3. Bagaimana keterkaitan tujuan, materi, kegiatan, penilaian dan langkah-langkah
dalam perencanaan pembelajaran?
4. Apa saja dan bagaimana penerapan dan langkah perencanaan pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
Kata prinsip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, berpijak, bertindak, dan sebagainya.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa prinsip adalah kebenaran umum yang sudah
terbukti. Sedangkan pembelajaran berasal dari kata dasar ajar, yang memiliki arti sebuah
proses, cara, dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidupmemiliki
pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
prinsip pembelajaran adalah suatu landasan, konsep dasar, dan sumber yang menjadikan p
roses belajar yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik lebih dinamis danterarah
sesuai dengan tujuannya.
Pada dasarnya, prinsip pembelajaran adalah suatu konsep dasar yang dibutuhkan
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar proses belajar
mengajar terarah dan tercapainya tujuan pembelajaran
1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,
bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi,gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi,
minat,kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran,kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
7) Kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
8) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,
lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
9) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,
danefektif sesuai dengan situasi dan kondisi
B. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pembelajaran
a) Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial
dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai
sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat ini.
b) Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mendorong terjadinya peningkatan usaha.
c) Motivasi dipengaruhi oleh unsr-unsur kepribadian.
d) Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar.
e) Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f) Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat
motivasi dan perilaku.
g) Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan
bukan karena memang ingin belajar.
h) Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
i) Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam
suasana belajar yang memuaskan.
j) Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha :
Implikasi Keaktifan
Peserta didik sebagai sentral dalam pembelajaran, maka sebagai
konsekuensinya aktivitas peserta didik merupakan syarat berlangsungnya proses
pembelajaran. Aktivitas peserta didik dalam hal ini baik secara fisik maupun
intelektual dan emosional harus aktif. Jadi, tidak ada gunanya guru melakukan
pembelajaran jika peserta didiknya pasif saja. Sebab para peserta didiklah yang
belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
Sebagai implikasi prinsip keaktifan bagi peserta didik terbentuk perilaku-
perilaku untuk mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil
percobaan, ingin mengetahui segala percobaan yang dilakukan di laboratorium,
membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan sebagainya. Proses selanjutnya
terjalin keterlibatan langsung peserta didik dalam pembelajaran.
1. Implikasi keaktifan bagi siswa dan guru
1) Implikasi bagi siswa: berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber
informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tau hasil dari
suatu percobaan, karya tulis, membuat kipling, dll.
2) Implikasi bagi guru: memberikan kesempatan melakukan pengamatan,
penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen. Serta memberikan tugas individual
dan kelompok melalui kontrol guru.
4. Prinsip Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan: “if you give a man fish, he will
have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”.
Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa
tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi
sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa
tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak
berkesan materi yang diterimanya
Agar pada diri peserta didik timbul motif yangkuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga
peserta didik bergairah untuk mengatasinya. Apabila pendidik menginginkan
peserta didiknya berkembang dan selalu berusaha mencapai tujuan, maka pendidik
harus memberikan tantangan dalam kegiatan pembelajaran. Tantangan dalam kegiatan
pembelajaran dapat diwujudkan melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat
pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan tersebut. Kurt Lewin dengan teori Medan
(Field Theory), mengemukakan bahwa peserta didik dalam situasi belajar berada
dalam suatu medan atau lapangan psikologis.13 Dalam situasi belajar peserta didik
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu mendapat hambatan yaitu
mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan
mempelajari bahan ajar tersebut. Jika hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar
telah tercapai maka peserta didik masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian
seterusnya.
Apabila pendidik menginginkan peserta didiknya memunculkan motif yang
kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pembelajaran haruslah
menantang. Adanya tantangan yang dihadapi peserta didik dapat menjadikannya lebih
bergairah untuk mengatasinya. Bahan ajar yang memerlukan pemecahan masalah dan
analisis dapat membuat peserta didik tertantang untuk mempelajarinya
4) Lalu siswa akan menemukan fakta, konsep dari sifat sifat cahaya
5. Prinsip Pengulangan
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan
belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal
yang dilakukan di sekolah kurang memperhatikan masalah perbedaan individual,
umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu
dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula
dengan pengetahuannya. Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan
individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya :
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa dan Guru adalah sebagai berikut :
Bagi Siswa
1) Belajar menurut tempo kecepatan masing-masing siswa.
2) Menentukan tempat duduk di kelas.
3) Menyusun jadwal belajar.
4) Adanya prilaku fisik dan psikis yang berbeda.
5) Memahami minta dan bakat.
Bagi Guru
1. Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa.
2. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kelemahan dan kekuatan dirinya
dan untuk mendapatkan perlakuan dan layanan kegiatan balajar yang mereka
butuhkan.
3. Para siswa harus terus didorong dalam memahami potensi dirinya dan untuk
selanjutnya mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran.
4. Variasi layanan, tugas, metode dan bahan yang selaras dengan minat tujuan, dan
latar belakang mereka.
5. Mengajak siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar.
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan
mengerjakan segala tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan
keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh
pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi
prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan
lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat
laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk
perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya
prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara
langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan
keaktifan siswa.
Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi pendidik adalah merancang aktivitas
pembelajaran individual dan kelompok kecil, menggunakan media yang langsung
dapat dipakai oleh peserta didik, memberi tugas untuk mempraktekkan gerakan
psikomotorik yang dicontohkan, melibatkan peserta didik mencari informasi dari
sumbernya.
C. Perencanaan Pembelajaran
1. Setiap aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh manusia tentu ada tujuannya, ada
materinya, ada kegiatannya, dan ada penilaiannya.
2. Tujuan utama pembelajaran adalah mendidik peserta didik agar tumbuh kembang
menjadi individu yang bertanggung jawab dan dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya.
3. Pencapaian tujuan pendidikan hendaknya dilakukan secara sadar dan terencana.
4. Hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran yang mendidik berupa
perubahan tingkah laku yang disadari, kontinu, fungsional, positif, tetap, bertujuan,
dan komprehensif.
5. Pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan sebagai tujuan pembelajaran yang
mendidik.
6. Pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang menekankan proses
membelajarkan peserta didik bagaimana belajar (learning how to learn).
7. Pembelajaran yang mendidik akan berlangsung dengan baik apabila kondisi dan
suasana belajar memungkinkan peserta didik terlibat secara aktif dan proaktif.
8. Ciri pengalaman belajar dalam pembelajaran yang mendidik adalah dapat diukur atau
ditentukan skor pencapaian hasil belajar peserta didik.
Tujuan Pembelajaran
KI KD
KI/KD
Langkah Perencanaan Pembelajaran Yang Mendidik
a) Pengertian Pembelajaran Yang Mendidik
Paradigma pembelajaran yang mendidik yaitu pembelajaran yang
membuahkan bukan saja dasar-dasar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
melainkan juga sekaligus menumbuhkan karakter yang kuat serta penguasaan
kecakapan hidup (soft skills), sehingga tampil sebagai manusia yang penuh kasih
terhadap sesama (compassion) serta menjunjung tinggi etika di samping trengginas
dalam bekerja (Raka Joni, 2006).
Tujuan merupakan arah yang harus dicapai. Agar perencanaan dapat disusun
dan ditentukan dengan baik, maka tujuan itu perlu dirumuskan dalam bentuk sasaran
yang jelas dan terukut. Dengan adanya sasaran yang jelas maka ada target yang harus
dicapai. Target itulah yang selanjunya menjadi fokus dalam menentukan langkah-
langkah selanjutnya
1. Rencana pembelajaran dipandang sebagai suatu proses yang secra hati-hati di arahkan
pada tindakan mendatang, missal untuk pembentukan kompetensi dan mungkin akan
melibatkan orang lain , seperti pengawas dan komite sekolah.
2. Rencana pembelajaran diarahkan pada tindakan dimasa mendatang yang dihadapkan
pada berbagai masalah, tantangan dan hambatan yang tidak jelas dan tidak pasti.
3. Rencana pembelajaran sebagai bentuk kegiatan perencanaan erat hubungannya
dengan bagaimana sesuatu dapat dikerjakan dengan optimal. Oleh karenanya, rencana
pembelajaran merupakan instrument yang memuat perencanaan pembelajaran secara
holistic dan dapat dilaksanakan secara optimal dalam pembelajaran sehingga dapat
merangsang dan membantu pembentukan kompetensi siswa.
Jika prinsip-prinsip itu terpenuhi, secara teoretik perencanaan pembelajaran itu akan
memberi penegasan untuk mencapai tujuan sesuai scenario yang sudah disusun.
Sedangkan berdasarkan asumsi prinsip-prinsip yang harus dijadikan dasar dalam
merancang pembelajaran, baik untuk perencanaan pembelajaran yang masih bersifat
umum maupun perencanaan pembelajaran yang lebih spesifik adalah bahwa
perencanaan tersebut harus memenuhi unsur :
1. Ilmiah yaitu keseluruhan materi yang dikembangkan atau di rancang oleh guru
termasuk kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus dan rencana pelaksanaan
dan pembelajaran, harus benar dan dapat di pertanggung jawabkan secara
keilmuan.
2. Relevan yaitu bahwa setiap materi memiliki ruang lingkup atau cakupan dan
sistematikanya atau urutan penyajianya.
3. Sistematis yaitu unsur perencanaan baik untuk perencanaan jenis silabus maupun
perencanaan untuk rencana pelaksanaan pembelajaran, anatara unsur yang satu
dengan unsur yang lainnya harus saling terkait, mempengaruhi, menentukan dan
suatu dan suatu kesatuan yang utuh untuk mencapan tujuan atau kompetensi.
4. Konsisten yaitu adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar.
Indicator, materi pokok pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.
5. Memadai yaitu cakupan indikator materi pokok, pengalaman, sumber belajar dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan kontekstual yaitu cakupan indicator, materi pokok, pengalaman
belajaran sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan
ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan pristiwa yang
terjadi.
7. Fleksibel yaitu keseluruhan kompenen silabus maupun rencana pelaksanaan
pembelajaran harus dapat mengkomodasai keragaman peserta didik, pendidik,
serta dinamika perubahan yang terjadi yang di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh yaitu komponen silabus rencana pelaksanaan pembelajaran harus
mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan waktu atau
banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
2. Kompetensi dasar (yang hendak dicapai atau merupakan pencapaian kompetensi).
3. Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka
mencapai kompetensi dasar).
4. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakuykan
oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar
untuk menguasai kompetensi dasar).
5. Media (yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran).
6. Penialian assesmen dan tindak lanjut (instrument dan prosedur yang digunakan untuk
menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian. Misalnya
remedial, pengayaan, dan sebagainya).
7. Sumber bahan (yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai).
Pada teori Behavioristik seorang dianggap belajar jika terjadi perubahan tingkah
laku dari bisa menjadi tidak bisa. Faktor terpenting dari teori ini adalah penguatan.
semakin kuat dalam pemberian stimululus maka respon yang diberikan akan semakin
baik.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
(Gage, Berliner, 1984).
Teori ini memunculkan beberapa karya tokoh yang menganutnya antara lain
Menurutnya stimulus adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh alat indera dan
respon adalah segala tingkah laku baik perubahan tingkah fisik dan perilaku, dan
Thorndike mengemukakan tiga hukum belajar yaitu hukum kesiapan (kesiapan
bersumber dari suatu unit-unit pengatar dan tidak lain adalah stimulus-stimulus dari
berbagai sumber), hukum latihan ( setiap orang belajar akan melakukan laithan sehingga
hubungan antara stimulus dan respon akan semakin dekat), hukum efek (artinya setiap
stimulus akan meimbulkan efek terhadap respon).
belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon
yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati observabel) dan dapat
diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-
perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat
menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
Skinner lebih mendalami hubungan antara stimulus tadi sehingga kita dapat mengetahui
hasil dari respon. perilaku adalah hasil dari konsekuensi yang ditimbulkan oleh respon.
Hubungan antar stimulus menjadi kunci bagai mana konsekuensi akan terjadi.
Teori menganggap belajar adalah perubahan tingkah laku dari stimulus yang
menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu, hal terpenting yang harus dinilai adalah
stimulus dan respon dan penguatan harus dilakukan agar menambah hubungan antara
stimulus dan respon.
oleh karena itu jika ingin siswa berhasil guru harus memperhatikan prinsip berikut guna
menilai suatu dari keberhasilan.
pertama guru harus tahu stimulus yang tepat untuk diberikan kepada siswa
kedua, guru harus tahu nanntinya respon apa yang timbul ketika sudah diberika stimulus
agar menunjukkan respon itu apakah sudah benar maka guru harus menetapkan bahwa
respon tersebut harus dapat dilihat, dinilai, dan diukur sekaligus pemberian hadiah
terhadap siswa jika respon itu sesuai.
Agar tujuan dalam pembelajaran sampai secara maksimal menurut teori ini guru
harus melakukan dan menyiapkan kegiatan berikut.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam
bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat
relatif dan berbekas.
Yang merupakan titik pusat teori Perkembangan Kognitif Piaget ialah bagaimana
individu mengalami kemajuan tingkat perkembangan mental atau pengetahuan ke tingkat
yang lebih tinggi. Hal yang pokok dalam teori ini adalah kepercayaan bahwa pengetahuan
dibentuk oleh individu dalam interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu
berubah.
Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan
demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif
yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika berfikir yang
baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan
yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah
dipahami.
1) guru hendaknya yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian terhadap apa yang
dipelajari. Karena itu untuk menarik perhatian siswa, guru dapat melakukan tindakan
dengan memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan atau menghentakkan papan
tulis, berkeliling ruangan atau berbicara dengan irama, memulai pelajaran dengan
mengajukan pertanyaan yang membangkitkan minat siswa terhadap topik yang
dibicarakan,
2) membantu siswa membedakan iinformasi yang penting dengan informasi yang tidak
penting untul memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan tujuan
pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi atau meminta
siswa mengulangi apa yang dijelaskan,
3) membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang diketahui
misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk mengingat kembali
dan menghubungkan dengan informasi baru, menggunakan diagram atau garis untuk
menunnjukkan hubungan informasi baru dengan informasi yang dimiliki,
4) sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi dengan memulai
pelajaran meninjau ulang pekerjaan rumah, mengadakan tes-tes pendek yang sering,
membuat permainan atau siswa saling berpasangan bertanya jawab
5) sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan pembelajaran,
membuat ikhtisar atau rangkuman.
6) utamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan misalnya dengan mengajarkan
perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah
dimiliki.Strategi mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan dan
mengingatnya kembali bila dibutuhkan dapat dilakukan
Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free recall learning, yaitu
belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam, atau
berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah. Sedangkan free recall
learning ialah mempelajari daftar yang tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi atau
rasul, nama tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya.
Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara
Kreativitas seseorang terkait erat dengan proses berpikir kreatif. Menurut penjelasan
James C. dan Countances L. Hammer (dalam Suwandi, dkk, 1997), berpikir kreatif adalah
berpikir yang menghasilkan cara-cara baru, konsep baru, pengertian baru, penemuan baru,
dan karya seni baru. Menurut Mednick dkk., kreativitas merupakan kemampuan membuat
kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada menjadi sesuatu yang
bermakna
Ada dua alasan mengapa kreativitas perlu dibangun dan dipelajari, yaitu
a) pengaruh dari kreativitas akan memperkaya masyarakat dan kebudayaan,
sehingga otomatis memperkaya kualitas kehidupan kita, dan
b) pengetahuan ini akan membuat hidup kita lebih menarik dan produktif. Di saat
individu memikirkan persoalan yang dihadapi, kreativitas akan membawanya
pada pemecahan yang lebih utuh dari masalah. Sebenarnya ada berbagai
masalah terjadi di sekeliling kita. Solusi untuk masalah kemiskinan,
overpopulasi, tidak hanya perlu profesionalitas tetapi juga proses kreatif yang
serius. Tidak cukup “hanya” ditemukan “apa masalahnya”, Belajar dan
Pembelajaran 4-145 tetapi perlu dipikirkan “bagaimana” tujuan yang baik
dapat dicapai dengan hasil optimal ataukah seadanya, dengan proses yang
menyenangkan ataukah dengan beban berat. Kreativitas membawa seseorang
pada hidup yang lebih bermutu dan enjoyable. Namun, adanya potensi kreatif
akan hasil jika tida dipupuk. Sementara itu betapa sedikit kesempatan diri kita
sendiri dan lingkungan sekitar kita untuk memberikan kesempatan pada rasa
ingin tahu (curiosity). Padahal jika kita terlalu sering ragu-ragu untuk
mengambil resiko dan ekplorasi, maka kita tidak lagi memiliki motivasi untuk
mengembangkan perilaku kreatif akan habis.
Kreativitas dapat pula ditinjau dari empat faktor atau ciri yang dikemukakan Rhodes
(dalam Munandar, 1999) yang disebut Four P‟s of creativitas atau konsep kreativitas
pendekatan 4 P yaitu: Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, karena
pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan
(= press) dari lingkungan menghasilkan produk kreatif. Karakteristik pertama alam
pendekatan ini adalah person atau pribadi. Csikszentmihalyi (1996) menjelaskan 10 ciri
pribadi kreatif yang seringkali merupakan paradoks (pertentangan) namun sesungguhnya
dapat berjalan seiring, sebagai berikut.
a. Pribadi yang kreatif memiliki energi fisik yang memungkinkan mereka
berkonsentrasi penuh dalam jangka waktu panjang dan berjam-jam. Tetapi
merekapun bisa santai dan rileks pada situasi lain
b. Ia mampu berpikir konvergen dan divergen. Mereka cerdas dan cerdik, tetapi
kadang-kadang kenak-kanakan.
c. Ia seorang pekerja keras, ulet dan tekun menyusun gagasan dan karya baru
d. Memiliki fantasi dan imajinasi yang kuat tetapi sekalipun rasional.
e. Introvert sekaligus ekstrovet. Dapat bersikap tertutup pada orang lain, bekerja
sendiri dalam sepi, tetapi juga memiliki kebutuhan bergual dan bersosialisasi.
f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri sekaligus bangga terhadap karyanya pada
saat yang sama. Mereka menghargai hasil karya mereka namun tidak ingin
menonjolkan diri dan lebih berminat pada apa yang akan dilakukan kemudian.
g. Pribadi kreatif melepaskan diri dari pengaruh maskulin-feminim, dan tidak
membatasi pada apa yang lazim dilakukan pria dan wanita.
h. Pribadi kreatif dapat bersikap tradisional dan konservatif sekaligus bersedia
mengambil resiko jika memang diperlukan.
i. Semangat yang tinggi adalah ciri berikutnya, terutama dalam kaitan dengan karya
mereka. Tanpa semangat dan gairah, tidak mungkin terjadi minat yang begitu
besar dan daya tahan kerja yang sangat tinggi.
j. Keunggulan pribadi kreatif seringkali justru menimbulkan kritik dan pertentangan
dari lingkungan karena mereka tidak dapat dipahami
Menurut Amabile (1983) ada beberapa faktor penting yang berfungsi langsung
mempengaruhi kreativitas, yaitu:
a. Kemampuan kognitif, pendidikan formal dan informal. Hal penting yang harus
diperhatikan dalam faktor ini adalah peranan pengetahuan dan keterampilan yang
relevan dengan masalah yang dihadapi cukup besar pengarunya bagi berlangsungnya
proses kreatif dan bagi dihasilkannya produk kreatif.
b. Krakteristik kepribadian yaitu yang berhubungan dengan disiplin diri, ketangguhan
dalam menghadapi frustasi, serta kemandirian. Dorongan rasa ingin tahu yang tinggi
juga merupakan ciri khas pribadi kreatif.
c. Motivasi instrinsik Menurut Amabile, faktor inilah yang menjadi penentu utama bagi
munculnya perilaku kreatif, karena motivasi dari dalam diri yang tinggi akan
mendorong individu melakukan aktivitas dengan optimal, tekun dan ulet, tidak mudah
putus asa, dan bertahan dalam jangka waktu lama.
d. Lingkungan sosial, yaitu hadir tidaknya tekanan dari luar individu. Kreativitas akan
lebih mungkin muncul dalam kondisi bebas dari tekanan, misalnya tidak dalam
penilaian, pengawasan, dan pembatasan. Ahli lain menambahkan bahwa interaksi
dengang orang-orang yang kreatif memberi pengaruh pada munculnya kreativitas.
Beberapa prinsip praktis yang dapat dilakukan guru agar peserta didik dapat
mengembangkan kreativitasnya dalam belajar adalah sebagai berikut.
a. Kesediaan untuk mencoba hal baru.
b. Hal penting yang dapat anda lakukan adalah bawha anda terbuka dengan
perubahan. Mulailah dengan menyediakan waktu lebih banyak dan mengekspolari
lingkungan. Berilah perhatian lebih besar terhadap apa yang terjadi disekitar anda.
Buka mata dan telinga untuk melihat, mendengar, dan merasa. Selalu usahakan cari
inti masalah atau esensi dari apa yang sedang terjadi.
c. Ciptakan lingkungan yang kreatif.
d. Tak seorangpun imun atau bebasj dari kesan dan pengaruh di luar dirinya. Kita
perlu menyadari bahwa segala perilaku dan cara berpikir kita sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar kita.
e. Milikilah “curiosity and interest” (rasa ingin tahu dan minat).
f. Ingat, motivasi yang kuat dari dalam diri sendiri adalah moral yang besar untuk
memulai pemikiran kreatif.
g. Cobalah untuk tertarik dengan sesuatu setiap hari.
h. Bisa sesuatu yang anda dengar. Lihat, atau baca. Berhentilah sejenak untuk
memperhatikan dekorasi toko yang unik, cobalah menu baru di kafetaria,
perihatikan perilaku cara penjual di bis. Berpikirlah tajam dan biasakan mencari
“esensi” dari sesuatu. Jangan beranggapan bahwa kita telah tahu segala sesuatu,
bahkan untuk hal yang anda telah kuasai. Semakin dalam kita mendalami sesuatu,
semakin kaya kehidupan ini. Coba membongkar kebiasaan rutin, kunjungi museum
yang masih asing, ajak seseorang nonton pertunjukan, lakukan eksperimen dengan
penampilan.
i. Selalu cari solusi alternatif dari setiap masalah.
j. Bebaskan pikiran anda untuk memiliki ide yang “gila” dan tidak biasa. Sebaiknya
jangan berpuas diri dengan keputusan yang mandek dan mati.
k. Kembangkan minat terhadap pengetahuan di bidang yang anda inginkan
l. Allah bisa menciptakan dunia tanpa apapun. Tetapi kita harus belajar dan
menguasai pengetahuan untuk dapat memiliki ide kreatif.
m. Biasakan untuk melakukan akltivitas autotelic.
n. Lakukan segala sesuatu dengan gembira, dengan senang hati, lebih menekankan
pada proses dan tidak semata-mata pada hasil.
Dalam menerapkan rancangan pembelajaran yang mendidik, guru perlu memahami
bahwa pikiran manusia pada hakekatnya mencari dan berusaha untuk memperoleh kebenaran.
Karena itu pikiran tersebut juga merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut haruslah
diperhatikan kebenaran bentuk (formal) untuk dapat berpikir logis. Kebenaran ini hanyalah
menyatakan serta mengendalikan adanya jalan, cara, teknik, serta hukum-hukum yang perlu
diikuti. Semua hal ini diselidiki serta dirumuskan dalam logika, khususnya logika formal.
Namun demikian kebenaran tersebut perlu digandengkan dengan kebenaran isi (material)nya
(Lanus, 1992).
Dalam hubungannya dengan kepentingan peserta didik untuk belajar, maka kemampuan
menalar merupakan prasyarat mutlak agar dapat membantunya menyelesaikan berbagai tugas
secara baik dan teratur. Untuk maksud itu peserta didik perlu dibekali dengan berbagai
kemampuan berpikir dengan menggunakan kaidah-kaidah penalaran. Hal-hal yang perlu
diketahui peserta didik adalah perbedaan berpikir induktif, deduktif, menguraikan konsep
premis, asumsi, argumentasi, pengertian, keputusan dan melakukan konklusi terhadap
permasalahan yang dihadapi.
Penalaran atau logika berasal dari kata Yunani logos, yang berarti ucapan, kata,
pengertian, pikiran, ilmu. Merupakan carang dari filsafat yang menyelidiki “kesehatan” cara
berpikir” aturan-aturan mana yang harus dihormati supaya pertanyaan-pertanyaan kita sah
(Hamersma, 1980). Karena itu logika disebut sebagai the science and art of correct thinking
(ilmu dan kecakapan menalar atau berpikir dengan cepat). Dengan kata lain, logika adalah
ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (cepat). Dengan menerapkan hukum-
hukum pemikiran yang lurus, tepat dan sehat, kita dimasukkan ke dalam lapangan logika,
sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan bahwa logika bukanlah teori belaka, tetapi juga
merupakan suatu keterampilan untuk hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Itulah
sebabnya mengapa logika disebut filsafat yang praktis (Lanus, 1992).
Pada dasarnya pemikiran manusia sebenarnya terdiri atas tiga unsur, yaitu pengertian,
keputusan, dan penyimpulan (keputusan). Dari ketiga hal itu, penyimpulan (pembuktian) lah
yang sebenarnya merupakan pokok yang paling utama dan paling penting dalam logika
formal. Namun tanpa suatu pengetahuan tentang kedua unsur yang lain, sulitlah kita sampai
pada penyimpulan (pembuktian).
Atas dasar tiga unsur tersebut, maka ketiga unsur tersebut berkembang menjadi tiga
kegiatan pokok akal budi manusia (Lanur, 1992) yaitu:
a. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya; artinya, menangkap sesuatu tanpa
mengakui atau memungkirinya.
b. Memberikan keputusan; artinya, menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian lainnya atau memungkiri hubungan itu.
c. Merundingkannya; artinya, menghubungkan keputusan-keputusan sedemikian
rupa, sehingga dari satu keputusan atau lebih, orang sampai pada suatu kesimpulan.
Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Hal itu
terjadi dengan mengerti sesuatu itu. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu. Inti sesuatu
itu dapat dibentuk oleh akal budi. Yang dibentuk itu adalah suatu gambaran yang “ideal”,
atau suatu “konsep” tentang sesuatu. Karena itu pengertian adalah suatu gambar akal budi
yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu. Kendatipun demikian harus diingat
bahwa kegiatan berpikir terjadi dengan menggunakan kata-kata akal budi. Kita
menggunakan kata-kata kalau kita mau mengatakan apa yang kita pikirkan. Karena itu
kata adalah tanda lahiriah untuk menyatakan pengertian dan barangnya.
Teori belajar Humanisme didasari pemikiran bahwa di dalam diri setiap peserta didik
terdapat sejumlah kebutuhan. Implikasi pedagogik dari teori belajar Humanisme
berkaitan dengan tingkatan kebutuhan yang ingin dipuaskan peserta didik melalui
kegiatan belajarnya. Menurut pendapat Abraham Maslow (Bourne Jr. & Ekstrand,
1973:179), di dalam diri tiap individu terdapat sejumlah kebutuhan yang tersusun
secara berjenjang, mulai dari kebutuhan yang paling rendah tetapi mendasar
(physiological needs atau kebutuhan jasmaniah) sampai pada jenjang paling tinggi
(self actualization needs atau kebutuhan aktualisasi diri). Setiap individu mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasi diri, yang oleh Carl R. Rogers disebut dorongan
untuk menjadi dirinya sendiri (to becoming a person). Peserta didik pun memiliki
dorongan untuk menjadi dirinya sendiri, karena di dalam dirinya terdapat kemampuan
untuk mengerti dirinya sendiri, menentukan hidupnya sendiri, dan menangani sendiri
masalah yang dihadapinya. Itulah sebabnya, dalam proses pembelajaran yang
mendidik hendaknya diciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik secara aktif mengaktualisasi dirinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya, prinsip pembelajaran adalah suatu konsep dasar yang dibutuhkan
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar proses belajar
mengajar terarah dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Diantara prinsip-prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
perbedaan individu peserta didik; pastisipasi aktif peserta didik; memberi motivasi
belajar; mengembangkan budaya membaca; memberikan umpan balik ( feedback ) yang
berupa penguatan, pengayaan, dan remidi; penekanan keterpaduan pengalaman belajar
peserta didik;mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, lintas mata pelajaran, aspek
belajar, dan keragaman budaya; serta penerapan teknologi sesuai dengan situasi dan
kondisi.
B. Saran
Menyadari bahwa kelompok penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih teliti dan details dalam menjelaskan isi dari
makalah ini dengan sumber-sumber yang lebih bervariasi yang tentunya dapat
mempertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari pembahasan makalah ini.