Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH PRINSIP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Dalam Mata Kuliah : Pembelajaran Belajar dan Pembelajaran

Kelompok 6 :
1. ( 33 ) Arlina Faradita 06131281924034
2. ( 27 ) Dela Krismilita 06131281924028
3. ( 18 ) Esti Yuningtias 06131281924016
4. ( 07 ) Merista Ardika Utami 06131181924007
5. ( 31 ) Milona Mardhotillah 06131181924031
6. ( 40 ) Nabilah Rahmah 06131281924074
7. ( 38 ) Nurlita Dwi Sholeha 06131281924072
8. ( 39 ) Yezzi Ardiansyah 06131281924073

Dosen Pengampu :
Dra. Siti Hawa, M.Pd
Dra.Toybah, M. Pd.
Vina Amalia Suganda, M. Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini. Dalam
makalah ini kami akan membahas tentang Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran. Semoga
dengan disusunnya makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca tentang bagaimana
prinsip pelakaksanaan pembelajaran, yang semoga dapat beranfaat bagi kemajuan kehidupan
manusia agar dapat bersaing di masa yang akan datang.
Disini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen bidang studi yang telah
memberikan kesempatan untuk kami. Dengan harapan dapat menambah wawasan serta
pengetahuan, sehingga dapat bermanfaat bagi kita.
Adapun penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca guna perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Indralaya, 14 Februari 2021


                                                                            

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang...............................................................................................................
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran..............................................................


2. Prinsip Perhatian dan Impilikasi....................................................................................
3. Prinsip Penguatan dan Implikasi...................................................................................
4. Prinsip Keaktifan dan Implikasi....................................................................................
5. Prinsip Tantangan dan Implikasi...................................................................................
6. Prinsip Pengulangan dan Implikasi...............................................................................
7. Prinsip Perbedaan dan Implikasi...................................................................................
8. Prinsip Keterlibatan dan Implikasi................................................................................
9. Kaitan Antara Tujuan, Materi, Kegiatan, Penilaian dan Langkah Perencanaan
Pembelajaran.................................................................................................................
10. Penerapan Prinsip dan Langkah Perencanaan Pembelajaran........................................
11. Penerapan Rencana Pembelajaran Menurut Behaviorisme...........................................
12. Penerapan Rencana Pembelajaran Menurut Kognitivisme...........................................
13. Penerapan Rencana Pembelajaran Menurut Kontruktivisme........................................
14. Penerapan Rencana Pembelajaran Menurut Humanisme..............................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan................................................................................................................
2. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tugas utama seorang guru adalah menyajikan ilmu pengetahuan


kepada peserta didik, dan menyampaikan pengetahuan tersebut sesuai dengan metode 
yangtelah dirumuskan sebelumnya, dan metode tersebut harus sesuai dengan
karakteristik peserta didik dalam memahami pengetahuan. Tidak sampai disini saja,
guru pun harusmampu mengelola kelas dengan baik, merumuskan bahan ajar yang
akandisampaikan, hingga menyusun penilaian belajar peserta didik. Hal tersebut
dapatdilakukan oleh setiap guru dengan mempersiapkan rencana pembelajaran yang
sesuaidengan prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran, sehingga tujuan
pembelajarandapat terwujud.Rencana pembelajaran dapat disusun dan dikembangkan
berdasarkankurikulum yang berlaku, dimana telah dirumuskan pula prinsip-prinsip
perencanaan pembelajaran yang tepat, sehingga dapat digunakan sebagai rambu-
rambu dalammerumuskan perencanaan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu prinsip pembelajaran?
2. Apa saja prinsip pembelajaran dan impilikasinya?
3. Bagaimana keterkaitan tujuan, materi, kegiatan, penilaian dan langkah-langkah
dalam perencanaan pembelajaran?
4. Apa saja dan bagaimana penerapan dan langkah perencanaan pembelajaran?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran

Kata prinsip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, berpijak, bertindak, dan sebagainya.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa prinsip adalah kebenaran umum yang sudah
terbukti. Sedangkan pembelajaran berasal dari kata dasar ajar, yang memiliki arti sebuah
proses, cara, dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidupmemiliki
pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
prinsip pembelajaran adalah suatu landasan, konsep dasar, dan sumber yang menjadikan p
roses belajar yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik lebih dinamis danterarah
sesuai dengan tujuannya.

Pada dasarnya, prinsip pembelajaran adalah suatu konsep dasar yang dibutuhkan
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar proses belajar
mengajar terarah dan tercapainya tujuan pembelajaran

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 58 Tahun


2014disebutkan ada beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam
menyusunRencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu:

1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,
bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi,gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi,
minat,kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran,kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
7) Kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
8) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,
lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
9) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,
danefektif sesuai dengan situasi dan kondisi
B. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pembelajaran

1. Prinsip perhatian dan motivasi beserta implikasinya

Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan


yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi.
Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.

Perhatian mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam aktivitas belajar.


Menurut Gage dan Berliner analisis belajar pengerjaan informasi terbuka bahwa tidak
terdapat perhatian yang tidak akan mungkin berlangsungnya belajar. Perilaku
perhatian mengenai pelajaran akan berdampak apabila pelajaran yang diterima sesuai
dengan keperluan siswa-siswi. Karena siswa-siswi menganggap bahwa pelajaran itu
menjadi sesuatu yang diperlukan dan menganggap dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari maka siswa-siswi akan lebih bersemangat untuk mengeksplorasi lebih
lanjut.

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari


kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian
tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga
motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian
terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan
perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar
pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa
yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk
diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. Perhatian
dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan;
melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada
masalah yang harus diselesaikan.

Selanjutnya Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu


perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
(perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri
seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk
kegiatan.

Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang


akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk
mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang
untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik
dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah,
2006:148).

Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas


seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan
dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, siswa yang
menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar matematika dan
terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa
menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya tidaknya
motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya.
Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan :

 bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin


tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar;
 berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan
tersebut;
 Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.
Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta
didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkenaan
dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan
insentif dan juga motivasi berprestasi.

Penerapan prinsip motivasi dalam pembelajaran

Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat


berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan
dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai berikut :

a) Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial
dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai
sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat ini.
b) Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mendorong terjadinya peningkatan usaha.
c) Motivasi dipengaruhi oleh unsr-unsur kepribadian.
d) Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar.
e) Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f) Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat
motivasi dan perilaku.
g) Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan
bukan karena memang ingin belajar.
h) Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
i) Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam
suasana belajar yang memuaskan.
j) Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.

Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha :

 Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik.


 Mengkondisikan proses belajar aktif.
 Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan.
 Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar (misalnya
kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa tertekan, dsb)
 Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi.
 Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin pula
memberitahukan hasilnya kepada siswa.
 Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan
menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.

2. Prinsip Balikan dan Penguatan

Prinsip balikan dan penguatan merupakan implementasi dari teori belajar


belajar yang dikemukakan oleh Skinner melalui Teori Operant Conditioning dan
salah satu dari belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut hukum belajar
ini, siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak hanya muncul karena
pengutan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong oleh penguatan yang tidak
menyenangkan. Dengan kata lain penguatan positif dan negatif dapat memperkuat
belajar.
Memberikan balikan dan penguatan merupakan hal yang kedengarannya
sederhana dan mudah, akan tetapi seringkali tidak terlalu mudah untuk dilakukan oleh
setiap guru. Hambatannya bisa dalam bentuk yang berbeda. Beberapa guru mungkin
belum terbiasa melakukanya, sangat mungkin karena anggapan mereka belum
menempatkan ‘penguatan“ sebagai suat yang penting  dalam proses pembelajaran.
Karena itu perlu upaya-upaya latihan agar keadaan tersebut menjadi terbiasa untuk
dilakukan.
Sumantri dan Permana (dalam Aunurrahman, 128:2010) mengemukakan secara
khusus beberapa tujuan dari pemberian penguatan, yaitu:
1. Membangkitkan motivasi belajar siswa.
2. Merangsang sisa berpikir lebih baik.
3. Menimbulkan perhatian siswa.
4. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi
5. Mengendalikan dan mengubah sikap negative siswa dalam belajar ke arah
perilaku yang mendukung belajar.
Terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru (Aunurrahman,
129:2010):
a) Penguatan verbal yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat
yang diucapkan seperti: “bagus, baik, smart, tepat dan sebagainya”.
b) Penguatan gestural yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang
member arti/kesan baik kepada siswa. Pengutan gestural dapat berupa: tepuk
tangan,acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan sebagainya.

Implikasi Prinsip Balikan dan Penguatan

1) Implikasi bagi siswa: segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban,


dan menerima kenyataan terhadap nilai yang dicapai.
2) Implikasi bagi guru: memberikan kepada siswa jawaban yang benar, serta
mengoreksi sekaligus membahasa pekerjaan siswa

3. Prinsip Keaktifan beserta implikasinya


Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan
itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati
sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh
kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang
lain,menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

Implikasi Keaktifan
Peserta didik sebagai sentral dalam pembelajaran, maka sebagai
konsekuensinya aktivitas peserta didik merupakan syarat berlangsungnya proses
pembelajaran. Aktivitas peserta didik dalam hal ini baik secara fisik maupun
intelektual dan emosional harus aktif. Jadi, tidak ada gunanya guru melakukan
pembelajaran jika peserta didiknya pasif saja. Sebab para peserta didiklah yang
belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
Sebagai implikasi prinsip keaktifan bagi peserta didik terbentuk perilaku-
perilaku untuk mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil
percobaan, ingin mengetahui segala percobaan yang dilakukan di laboratorium,
membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan sebagainya. Proses selanjutnya
terjalin keterlibatan langsung peserta didik dalam pembelajaran.
1. Implikasi keaktifan bagi siswa dan guru
1) Implikasi bagi siswa: berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber
informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tau hasil dari
suatu percobaan, karya tulis, membuat kipling, dll. 
2) Implikasi bagi guru: memberikan kesempatan melakukan pengamatan,
penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen. Serta memberikan tugas individual
dan kelompok melalui kontrol guru.
4. Prinsip Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan: “if you give a man fish, he will
have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”.
Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa
tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi
sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa
tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak
berkesan materi yang diterimanya
Agar pada diri peserta didik timbul motif yangkuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga
peserta didik bergairah untuk mengatasinya. Apabila pendidik menginginkan
peserta didiknya berkembang dan selalu berusaha mencapai tujuan, maka pendidik
harus memberikan tantangan dalam kegiatan pembelajaran. Tantangan dalam kegiatan
pembelajaran dapat diwujudkan melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat
pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan tersebut. Kurt Lewin dengan teori Medan
(Field Theory), mengemukakan bahwa peserta didik dalam situasi belajar berada
dalam suatu medan atau lapangan psikologis.13 Dalam situasi belajar peserta didik
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu mendapat hambatan yaitu
mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan
mempelajari bahan ajar tersebut. Jika hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar
telah tercapai maka peserta didik masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian
seterusnya.
Apabila pendidik menginginkan peserta didiknya memunculkan motif yang
kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pembelajaran haruslah
menantang. Adanya tantangan yang dihadapi peserta didik dapat menjadikannya lebih
bergairah untuk mengatasinya. Bahan ajar yang memerlukan pemecahan masalah dan
analisis dapat membuat peserta didik tertantang untuk mempelajarinya

Implikasi prinsip tantangan

Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa


diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik
(Davies dalam Dimyati, 2009:53).

implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya


kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh,
memproses dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki
keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya.
Misalnya melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri
atau mencari tahu pemecahan suatumasalah
Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat dijumpai oleh peserta didik,
jika pendidik memberinya tanggung jawab dan merancangnya dalam bentuk kegiatan
pembelajaran yang dipilih seperti bahan ajar, alat pembelajaran yang dipilih. Perilaku
pendidik sebagai implikasi dari prinsip tantangan di antaranya merancang dan
mengolah kegiatan eksperimen, memberi tugas untuk memecahkan masalah yang
membutuhkan informasi dari orang lain. Prinsip tantangan dalam belajar sesuai
dengan pendapat Davies dalam Dimyati. Apabila peserta didik diberikan tanggung
jawab untuk mempelajari sendiri, maka lebih termotivasi untuk belajar. Ia akan
belajar dan mengingat secara baik. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik selalu
menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses dan mengolah setiap pesan
yang ada dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Adapun bentuk perilaku peserta didik
yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan di antaranya adalah melakukan
eksprimen, melaksanakan tugas mandiri atau berusaha memecahkan masalah dan lain-
lain

Prinsip tantangan ini bisa penggunaan metode eksperimen, inquiey, discovery


juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-
sungguh

Perilaku guru yang merupakana implikasi prinsip tantangan diantaranya:

1) Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pembelajaran sesuai yang


disajikan

2) Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi


sendiri

3) Merancang dan mengola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan


kepada siswa untuk melakukannya asecara individual atau kelompom kecil (3-4
orang)

Contoh prinsip tantangan pada penggunaan metode eksperimen

1) Guru akan membentuk beberapa kelompok kecil untuk melakukan percobaan

2) Setiap kelompok menyediakan bahan dan alat untuk percobaan sifat-sifat


cahaya

3) Lalu siswa melakukan percobaan disinilah titik tantangan bagi siswa


menentukan sifat-sifat cahaya

4) Lalu siswa akan menemukan fakta, konsep dari sifat sifat cahaya

5) Lalu siswa mengetahui apa saja sifat-sifat cahaya setelah melakukan


percobaan
1) Cahaya itu menembus benda bening

2) Cahaya itu dapat merambat lurus

3) Cahaya itu dapat di pantulkan

4) Cahaya itu dapat di biaskan

5. Prinsip Pengulangan

Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan


dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat,
menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya.
Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Seperti halnya pisau yang selalu di asah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang
dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai
dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah
digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latihan, pengulangan, dan pembiasaan.
Metode drill adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan
Berliner, 1984:259).

a) Implikasi Prinsip Pengulangan Bagi Siswa

Menurut Davies dalam Dimyati (2009:52), penguasaan yang penuh


dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk
bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam
permasalahan. Dengan kesadaran ini diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam
melakukan pengulangan. Misalnya menghafal unsur-unsur kimia, mengerjakan soal
latihan dan sebagainya.

b) Implikasi Prinsip Pengulangan Bagi Guru

Jika guru mampu memilihkan bahan yang membutuhkan pengulangan dan


yang tidak membutuhkan pengulangan maka guru telah melakukan implikasi dari
prinsip pengulangan. Karena tidak semua bahan pembelajaran itu membutuhkan
pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh bahan-bahan
pembelajaran yang harus dihafalkan tanpa ada kesalahan sedikit pun, termasuk
bahan yang membutuhkan latihan-latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi
prinsip pengulangan di antaranya adalah:
a) Merancang pelaksanaan pengulangan.
b) Mengembangkan / merumuskan soal-soal latihan.
c) Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang.
d) Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan.
e) Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi

6. Prinsip Perbedaan Individual Beserta Implikasinya.

Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan
belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal
yang dilakukan di sekolah kurang memperhatikan masalah perbedaan individual,
umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu
dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula
dengan pengetahuannya. Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan
individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya :

1) Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi 


2) Penggunaan metode instruksional                                                                    
3) Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan
memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang 
4) Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa.

Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa dan Guru adalah sebagai berikut :
 Bagi Siswa
1) Belajar menurut tempo kecepatan masing-masing siswa.
2) Menentukan tempat duduk di kelas.
3) Menyusun jadwal belajar.
4) Adanya prilaku fisik dan psikis yang berbeda.
5) Memahami minta dan bakat.

 Bagi Guru
1. Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa.
2. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kelemahan dan kekuatan dirinya
dan untuk mendapatkan perlakuan dan layanan kegiatan balajar yang mereka
butuhkan.
3. Para siswa harus terus didorong dalam memahami potensi dirinya dan untuk
selanjutnya mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran.
4. Variasi layanan, tugas, metode dan bahan yang selaras dengan minat tujuan, dan
latar belakang mereka.
5. Mengajak siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar.

7. Prinsip Keterlibatan Langsung dan Implikasinya


Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati
secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat
tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam perbuatan, bukan
sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe, apalagi sekadar mendengar orang
bercerita bagaimana cara pembuatan tempe.
Dalam diri peserta didik terdapat banyak kemungkinan dan potensi yang akan
berkembang. Potensi yang dimiliki peserta didik berkembang ke arah tujuan yang
baik dan optimal, jika diarahkan dan punya kesempatan untuk mengalaminya sendiri.
Edgar Dale dalam Oemar Hamalik mengemukakan bahwa belajar yang paling baik
adalah belajar melalui pengalaman langsung.7 Dale mengadakan klasifikasi
pengalaman menurut tingkat yang paling kongkrit ke yang paling abstrak yang
dikenal dengan kerucut pengalaman (cone of experience). Teori yang dikemukakan
oleh Edgar Dale tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan langsung/pengalaman
setiap peserta didik itu bertingkattingkat, mulai dari yang abstrak ke yang kongkrit.
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini
Dalam proses pembelajaran membutuhkan keterlibatan langsung peserta didik.
Namun demikian, keterlibatan langsung secara fisik tidak menjamin keaktifan belajar.
Untuk dapat melibatkan peserta didik secara fisik, mental, emosional dan intelektual,
maka pendidik hendaknya merancang pembelajarannya secara sistimatis,
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik
peserta didik dan karakteristik mata pelajaran.
 Sebagai peserta didik dalam mengikuti pembelajaran harus terlibat langsung.
Implikasi prinsip ini dituntut peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan di sekolah. Dengan keterlibatan mereka secara langsung dapat memperoleh
banyak pengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip
keterlibatan langsung peserta didik, misalnya mencari ayat-ayat makiyah dan
madaniyah, membuat laporan dari hasil survey dan sebagainya.

Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan
mengerjakan segala tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan
keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh
pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi
prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan
lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat
laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk
perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya
prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara
langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan
keaktifan siswa.
 Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi pendidik adalah merancang aktivitas
pembelajaran individual dan kelompok kecil, menggunakan media yang langsung
dapat dipakai oleh peserta didik, memberi tugas untuk mempraktekkan gerakan
psikomotorik yang dicontohkan, melibatkan peserta didik mencari informasi dari
sumbernya.

Guru disini bertugas untuk melibatkan siswa dalam mencari informasi,


merang-kum informasi dan menyim-pulkan informasi.

C. Perencanaan Pembelajaran
1. Setiap aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh manusia tentu ada tujuannya, ada
materinya, ada kegiatannya, dan ada penilaiannya.
2. Tujuan utama pembelajaran adalah mendidik peserta didik agar tumbuh kembang
menjadi individu yang bertanggung jawab dan dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya.
3. Pencapaian tujuan pendidikan hendaknya dilakukan secara sadar dan terencana.
4. Hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran yang mendidik berupa
perubahan tingkah laku yang disadari, kontinu, fungsional, positif, tetap, bertujuan,
dan komprehensif.
5. Pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan sebagai tujuan pembelajaran yang
mendidik.
6. Pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang menekankan proses
membelajarkan peserta didik bagaimana belajar (learning how to learn).
7. Pembelajaran yang mendidik akan berlangsung dengan baik apabila kondisi dan
suasana belajar memungkinkan peserta didik terlibat secara aktif dan proaktif.
8. Ciri pengalaman belajar dalam pembelajaran yang mendidik adalah dapat diukur atau
ditentukan skor pencapaian hasil belajar peserta didik.

Tujuan Pembelajaran
KI KD

Penilaian Indikator pencapaian kompetensi

KI/KD
Langkah Perencanaan Pembelajaran Yang Mendidik
a) Pengertian Pembelajaran Yang Mendidik
Paradigma pembelajaran yang mendidik yaitu pembelajaran yang
membuahkan bukan saja dasar-dasar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
melainkan juga sekaligus menumbuhkan karakter yang kuat serta penguasaan
kecakapan hidup (soft skills), sehingga tampil sebagai manusia yang penuh kasih
terhadap sesama (compassion) serta menjunjung tinggi etika di samping trengginas
dalam bekerja (Raka Joni, 2006).

Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui,


memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan
diri. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu:

1) Berpusat pada peserta didik.


2) Mengembangkan kreatifitas peserta didik.
3) Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang.
4) Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinstetika.
5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam (Puskur, 2004:13).

Dalam kerangka itu, pengembangan program dilakukan berdasarkan


pendekatan kompetensi. Penggunaan pendekatan ini memungkinkan desain program
dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan tepat. Hasil-hasil pembelajaran dinilai
dan dijadikan umpan balik untuk mengadakan perubahan terhadap tujuan
pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya. Langkah-
langkah pengembangan pembelajaran tersebut sebagaimana dikemukakan oleh
Stanley Elam (1971) dalam Oemar Hamalik (2002:92) sebagai berikut:
a) Langkah pertama :
Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasar.
Program pembelajaran harus didasarkan pada asumsi yang jelas. Dunia
pendidikan dewasa ini lebih cenderung kembali pada pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak ‘mengalami’ sendiri apa yang dipelajarinya. Pembelajaran
yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti dalam kompetensi
‘pengingat’jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali persoalan dalam
kehidupan jangka panjang.
b) Langkah kedua :
Mengidentifikasi kompetensi
Dalam penyusunan rencana pembelajaran perlu memperhatikan
kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan ke
dalaman cakupan kemempuan dasar, dapat digunakan jaringan topic/tema/konsep.
Kompetensi dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu dijabarkan
menjadi lebih dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak
terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran.
c) Langkah ketiga :
Menggambarkan Secara spesifik Kompetensi-kompetensi
Kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan lebih diperkhusus dan
dirumuskan menjadi eksplisit dan dapat diamati. Selain itu dipertimbangkan
masalah target populasinya dalam konteks pelaksanaanya, hambatan-hambatan
program, waktu pelaksanaan dan parameter sumber.
d) Langkah keempat :
Menentukan tingkat-tingkat criteria dan jenis assessment
Menentukan jenis-jenis penilaian yang akan digunakan dimaksudkan
untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Hal ini sangat penting dalam
pengembangan program pembelajaran. Jika tujuan sederhana dan jelas, maka
tidak begitu sulit untuk menentukan criteria keberhasilan dan kondisi yang
diperlukan untuk mempertunjukan bahwa kompetensi telah dikuasai. Akan tetapi
kebanyakan kompetensi itu bersifat kompleks dan mengandung variabel yang
cukup sulit untuk dinilai. Kompetensi-kompetensi itu diwarnai oleh karakteristik
guru dan bermacam-macam suasana sambutan murid, baik secara individual
maupun kelompok terhadap stimulasi yang sama. Oleh karena itu harus disusun
seperangkat indicator dan jangan hanya satu perangkat karena akan
mengakibatkan program menjadi kaku. Tersedianya berbagai alternative penilaian
yang disiapkan oleh guru menunjukan kesiapan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
e) Langkah kelima :
Pengelompokan dan penyusunan tujuan pembelajaran
Pada langkah kelima ini dilakukan penyusunan sesuai dengan urutan
maksud-maksud instruksional setelah langkah pertama sampai keempat
menguraikan deskripsi logis program yang di dalamnya memuat kompetensi-
kompetensi minimal, sub kompetensi dan bentuk assessment.
f) Langkah keenam :
Desain strategi pembelajaran
Program instruksional disusun bertalian dengan kompetensi yang telah
dirumuskan dan secara logis dikembangkan setelah kompetensi ditentukan. Model
instruksional adalah seperangkat pengalaman dengan maksud memberikan
fasilitas kepada para siswa untuk mengembangkan kompetensi. Pada umumnya
format modul terdiri dari 5 bagian utama, yaitu:
 Prospektus, memuat pernyataan yang jelas tentang rasional asumsi-asumsi
pokok yang menjadi landasan, hubungan antara modul datu dengan modul
lainya dan dengan keseluruhan program.
 Tujuan atau seperangkat tujuan yang harus dirumuskan dengan jelas dan
tidak membingungkan.
 Pre assessment yang meliputi assessment diagnostic terhadap sub
kompetensi atau tujuan-tujuan modul.
 Kegiatan-kegiatan yang merupakan alternative instruksional untuk
mencapai kompetensi, alternative yang dapat dipilih oleh siswa
berdasarkan asumsi bahwa para siswa bersikap accountableterhadap
kompetensi, bukan semata-mata ikut berpartisipasi.
 Post assessment, untuk mengetahui keberhasilan modul. Modul tidak
mengisolasi kurikulum, melainkan bersifat luwes dan menggunakan
startegi instruksional terpadu. Efektivitas modul tergantung pada
kreativitas, kepandaian, kecakapan para pengembangnya.
g) Langkah ketujuh :
Mengorganisasikan sistem pengelolaan
Program-program yang bersifat individual menuntut sistem pengelolaan
yang berguna melayani bermacam-macam kebutuhan siswa. Adanya bermacam-
macam tujuan berbagai alternatif kegiatan, menjadikan sistem instruksional dan
sistem bimbingan lebih unik.
h) Langkah kedelapan :
Melaksanakan percobaan program
Program yang telah disusun secara sistematis perlu diuji cobakan.
Percobaan program dilakukan terhadap bagian-bagian dari program itu atau
semacam prototype test dan hendaknya dilakukan terlebih dahulu dalam skala
kecil. Tujuan program ini adalah untuk mengetes efektifitas strategi instruksional;
seberapa besar diperlukan tuntutan-tuntutan program; ketepatan alat atau jenis
penilaian yang digunakan; dan efektivitas system pengelolaan. Tes ini harus
didesain sedemikian rupa agar dapat diketahui kelemahan apa yang terdapat dalam
unsur-unsur program tersebut untuk melakukan perbaikan.
i) Langkah kesembilan :
Menilai desain pembelajaran
Pada prinsipnya pelaksanaan penilaian harus dilakukan sejak awal dan
kontinyu karena merupakan bagian integral dalam pengembangan program.
Pelaksanaan terhadap sebuah desain intruksional, lazimnya mencakup empat aspek,
yaitu:
a. Validasi tujuan dalam hubungan dengan peranan pendidik yang
diproyeksikan.
b. Tingkat-tingkat kriteria dan bentuk-bentuk assessment.
c. Sistem instruksional dalam hubunganya dengan hasil belajar.
d. Pelaksanaan organisasi dan pengelolaan dalam hubungan dengan hasil tujuan.
j) Langkah kesepuluh :
Memperbaiki program
Setiap program sesungguhnya tidak pernah tersusun dengan kondisi
sampurna, termasuk desain instruksional berbasis kompetensi.Akan tetapi
senantiasa terbuka untuk perbaikan dan perubahan berdasarkan umpan balik dari
pengalaman-pengalaman.

D. Penerapan Prinsip dan Langkah Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah suatu keputusan yang ditetapkan untuk


dilakukan di dalam sebuah pembelajaran agar tujuan yang telah ditentukan dapat
tercapai. Dari pendapat diatas, maka setiap perencanaan minimal harus memiliki
empat unsur sebagai berikut:
1. Adanya tujuan yang harus dicapai
2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan
3. Sumber daya yang dapat mendukung
4. Implementasi setiap keputusan

Tujuan merupakan arah yang harus dicapai. Agar perencanaan dapat disusun
dan ditentukan dengan baik, maka tujuan itu perlu dirumuskan dalam bentuk sasaran
yang jelas dan terukut. Dengan adanya sasaran yang jelas maka ada target yang harus
dicapai. Target itulah yang selanjunya menjadi fokus dalam menentukan langkah-
langkah selanjutnya

Strategi berkaitan penetapan keputusan yang harus dilakukan seseorang


perencana. Misalnya keputusan tentang waktu pelaksanaan dan jumlah wakt yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas dan wewenang setiap orang
terlibat, langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang terlibat,
penetapan kriteria keberhasilan dan lain sebagainya.

Penetapan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, didalamya


meliputi penetapan sarana dan prasarana yang diperlukan, anggaran biaya dan sumber
daya lainnya, misalnya pemamfaatan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan.

Implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya.


implementasi merupakan unsur penting dalam proses perencanaan. Untuk menilai
efektivitas suatu perencanaan dapat dilihat dari implementasinya. Artinya sebuah
keputusan akan berarti apabila diterapkan atau dilakukan dalam kegiatan nyata.

Prinsip Perencanaan Pembelajaran

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan persiapan


pembelajaran, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi yang dirumuskan dalam persiapan pembelajaran harus jelas. Semakin


konkrit perumusan kompetensi yang akan decapai dalam proses pembelajaran, makin
mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk
membentuk kompetensi tersebut.
2. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensis siswa.
3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pembelajaran
harus sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4. Rencana pembelajaran yang disiapkan harus utuh dan menyeluruh (holistik), serta
jelas pencapaiannya.
5. Harus ada koordinasi antar kelompok pelaksana program disekolah, terutama bila
pembelajaran dilaksanakan secra tim (team teaching) atau moving class.
Selain itu dalam rencana pembelajaran, terdapat bebrapa hal penting yang perlu
diperhatiakn, yaitu:

1. Rencana pembelajaran dipandang sebagai suatu proses yang secra hati-hati di arahkan
pada tindakan mendatang, missal untuk pembentukan kompetensi dan mungkin akan
melibatkan orang lain , seperti pengawas dan komite sekolah.
2. Rencana pembelajaran diarahkan pada tindakan dimasa mendatang yang dihadapkan
pada berbagai masalah, tantangan dan hambatan yang tidak jelas dan tidak pasti.
3. Rencana pembelajaran sebagai bentuk kegiatan perencanaan erat hubungannya
dengan bagaimana sesuatu dapat dikerjakan dengan optimal. Oleh karenanya, rencana
pembelajaran merupakan instrument yang memuat perencanaan pembelajaran secara
holistic dan dapat dilaksanakan secara optimal dalam pembelajaran sehingga dapat
merangsang dan membantu pembentukan kompetensi siswa.

Untuk menciptakan proses pembelajaran yang optimal dan berkualitas, dengan


berpedoman pada pengembangan rencana pembelajaran tersebut, Gagne dean Briggs
mengajukan 4 asumsi sebagai berikut :

1. Rencana pembelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan


pendekatan sistem.
2. Rencana pembelajaran harus dikembangkan pengetahuan tentang siswa.
3. Rencana pembelajaran harus dikembangkan untuk memudahkan siswa belajar dan
emmbentuk kompetensi dirinya.
4. Rencana pembelajaran hendaknya tidak dibuat asal-asalan, apalagi hanya untuk
memenuhi kebutuhan administrative saja, tetapi rencana pembelajaran harus dibuat
secara ilmiah, komprehensif dan dapat digunakan sebagai panduan dalam mencapai
pembentukan kompetensi siswa dalam proses pembelajaran.

Jika prinsip-prinsip itu terpenuhi, secara teoretik perencanaan pembelajaran itu akan
memberi penegasan untuk mencapai tujuan sesuai scenario yang sudah disusun.
Sedangkan berdasarkan asumsi prinsip-prinsip yang harus dijadikan dasar dalam
merancang pembelajaran, baik untuk perencanaan pembelajaran yang masih bersifat
umum maupun perencanaan pembelajaran yang lebih spesifik adalah bahwa
perencanaan tersebut harus memenuhi unsur :
1. Ilmiah yaitu keseluruhan materi yang dikembangkan atau di rancang oleh guru
termasuk kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus dan rencana pelaksanaan
dan pembelajaran, harus benar dan dapat di pertanggung jawabkan secara
keilmuan.
2. Relevan yaitu bahwa setiap materi memiliki ruang lingkup atau cakupan dan
sistematikanya atau urutan penyajianya.
3. Sistematis yaitu unsur perencanaan baik untuk perencanaan jenis silabus maupun
perencanaan untuk rencana pelaksanaan pembelajaran, anatara unsur yang satu
dengan unsur yang lainnya harus saling terkait, mempengaruhi, menentukan dan
suatu dan suatu kesatuan yang utuh untuk mencapan tujuan atau kompetensi.
4. Konsisten yaitu adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar.
Indicator, materi pokok pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.
5. Memadai yaitu cakupan indikator materi pokok, pengalaman, sumber belajar dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan kontekstual yaitu cakupan indicator, materi pokok, pengalaman
belajaran sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan
ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan pristiwa yang
terjadi.
7. Fleksibel yaitu keseluruhan kompenen silabus maupun rencana pelaksanaan
pembelajaran harus dapat mengkomodasai keragaman peserta didik, pendidik,
serta dinamika perubahan yang terjadi yang di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh yaitu komponen silabus rencana pelaksanaan pembelajaran harus
mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

Langkah-Langkah Menyusun Rencana Pembelajaran

Pengembangan rencana pembelajaran sebelum melakukan proses pembelajaran


merupakan salah satu bagian yang sangat penting. Untuk dapat membuat rencana
pembelajaran yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang
efektif dan efisien, seorang guru perlu mengetahui unsur-unsur persiapan
pembelajaran, yang antara lain adalah analisis kebutuhan siswa, tujuan-tujuan yang
hendak dicapai, berbagai strategi yang relevan digunakan dan kriteria evaluasi
(Rosyada, 2003:123). Dari uraian tersebut setidaknya ada 4 langkah dalam melakukan
rencana pembelajaran, yakni sebagai berikut :

1)      Perencanaan untuk mengapresiasi keragaman.

2)      Merumuskan tujuan dan kompetensi.

3)      Menyusun rencana implementasi pembelajaran dalam kelas.

4)      Menentukan model penilaian (evaluasi).

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran di kelas, perlu dibuat rencana cara


pembelajaran. Rencana pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman
belajar peserta didik yang telah ditentukan pada tahapan penentuan pengalaman
belajar peserta didik. Komponen rencana cara pembelajaran meliputi :

1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan waktu atau
banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
2. Kompetensi dasar (yang hendak dicapai atau merupakan pencapaian kompetensi).
3. Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka
mencapai kompetensi dasar).
4. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakuykan
oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar
untuk menguasai kompetensi dasar).
5. Media (yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran).
6. Penialian assesmen dan tindak lanjut (instrument dan prosedur yang digunakan untuk
menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian. Misalnya
remedial, pengayaan, dan sebagainya).
7. Sumber bahan (yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai).

Lebih rinci Mulyasa mengindentifikasi beberapa komponen yang diperlukan dalam


melakukan persiapan pembelajaran, antara lain :

1.    Mengidentifikasi kompetensi inti.

2.    Menetapkan materi standar.

3.    Mengembangkan indikator hasil belajar.

4.    Melakukan pertahapan dalam proses pembelajaran.

5.    Mengidentifikasi model penilaian berbasis kompetensi.

1) Penerapan rencana pembelajaran menurut teori belajar behaviorisme

Teori behaviorisme adalah teori yang menekankan pada stimulus-stimulus yang


harus diberikan kepada organisme demi memperoleh respon. Psikologi dari manusia atau
mental tidak dihiraukan di aliran ini. Manusia sesungguhnya bisa diatur daring stimulus-
stimulus. Stimulus sejatinya adalah masukan yang diberikan oleh lingkungan atau guru
yang telah diatur sehingga mendapatkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
stimulus tadi. Hubungan antara stimulus dan respon tidak bisa diukur jadi tidak
dihiraukan (segi mental dan psikis organisme) stimulus dan respon ini harus diukur agar
dapat menhetahui seberapa tingat keberhasilan.Seakan-akan aliran ini menganggap
manusia adalah mahluk yang tidak memiliki jiwa dan hati. Teori ini tidak mengakui
bakat, kecerdasan, minat siswa. sesuatu yang tidak terlihat tidak diakui di aliran ini.

Pada teori Behavioristik seorang dianggap belajar jika terjadi perubahan tingkah
laku dari bisa menjadi tidak bisa. Faktor terpenting dari teori ini adalah penguatan.
semakin kuat dalam pemberian stimululus maka respon yang diberikan akan semakin
baik.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:

(1) Reinforcement and Punishment/ penguatan dan hukuman

(2) Primary and Secondary Reinforcement / Penguatan primer dan sekunder

(3) Schedules of Reinforcement/ rancangan penguatan

(4) Contingency Management / manajemen kontingensi

(5) Stimulus Control in Operant Learning/ pengawasan pemberian rangsangan belajar

(6) The Elimination of Responses/ pengurangan respon

(Gage, Berliner, 1984).

Teori ini memunculkan beberapa karya tokoh yang menganutnya antara lain

Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurutnya stimulus adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh alat indera dan
respon adalah segala tingkah laku baik perubahan tingkah fisik dan perilaku, dan
Thorndike  mengemukakan tiga hukum belajar yaitu hukum kesiapan (kesiapan
bersumber dari suatu unit-unit pengatar dan tidak lain adalah stimulus-stimulus dari
berbagai sumber), hukum latihan ( setiap orang belajar akan melakukan laithan sehingga
hubungan antara stimulus dan respon akan semakin dekat), hukum efek (artinya setiap
stimulus akan meimbulkan efek terhadap respon).

Teori Belajar Menurut Watson

belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon
yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati observabel) dan dapat
diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-
perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat
menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.

Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Guthrie menggabungkan stimulus-stimulus  sehinga mendapatkan aspek kontinyu. ini


dilakukan agar hubungan antara stimulus dan respon tetap bertahan. hukuman adalah cara
terbaik dan faktor terpenting untuk mengubah tingkah seorang manusia.
Teori Belajar Menurut Skinner

Skinner lebih mendalami hubungan antara stimulus tadi sehingga kita dapat mengetahui
hasil dari respon. perilaku adalah hasil dari konsekuensi yang ditimbulkan oleh respon.
Hubungan antar stimulus menjadi kunci bagai mana konsekuensi akan terjadi.

Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori menganggap belajar adalah perubahan tingkah laku dari stimulus yang
menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu, hal terpenting yang harus dinilai adalah
stimulus dan respon dan penguatan harus dilakukan agar menambah hubungan antara
stimulus dan respon.

oleh karena itu jika ingin siswa berhasil guru harus memperhatikan prinsip berikut guna
menilai suatu dari keberhasilan.

pertama guru harus tahu stimulus yang tepat untuk diberikan kepada siswa

kedua, guru harus tahu nanntinya respon apa yang timbul ketika sudah diberika stimulus

agar menunjukkan respon itu apakah sudah benar maka guru harus menetapkan bahwa
respon tersebut harus dapat dilihat, dinilai,  dan diukur sekaligus pemberian hadiah
terhadap siswa jika respon itu sesuai.

Agar tujuan dalam pembelajaran sampai secara maksimal menurut teori ini guru
harus melakukan dan menyiapkan kegiatan berikut.

1. Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa


Tentunya seorang guru harus mengetahui kemampuan siswa terlebih dahulu,
bukan tidka mungkin siswa tidak memiliki pengalaman dasar yang sudah
dimilikinya sehingga kita dapat mengamati perubahan-perubahan secara jelas baik
fisik maupun kerohanian.
2. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan
3. Materi yang akan diberikan dapat sesuai dengan siswa atau siswa yang
menyesuaikan dengan materi dapat dilakukan dengan perencanaan. perencanaan
ini dapat dilakukan dengan tes yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran,
Hasilnya adalah nanti pengajar akan tahu apakah mana siswa yang punya
pengetahuan da siswa yang belum punya pengetahuan, kemudian dikelompokkan
berdasarkan dari hasil tersebut.

Kegiatan yang dapat dilakukan juga dengan membentuk kelompok belajar


sesudah hasil tes tadi. menempatkan beberapa siswa yang berkompeten dicampur
dengan siswa yang belum tahu akan menambah proses mencapai tujuan pendidikan
tersampaikan.
2) Penerapan rencana pembelajaran menururt teori belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam
bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat
relatif dan berbekas.

Jenis-jenis teori belajar kognitivitasme

A. Teori Perkembangan Jean Piaget

Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,


artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistim
syaraf. Dengan semakin bertambahnya usia sesesorang maka semakin komplekslah
susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.

Menurut Piaget, proses belajar akan mengikuti tahap-tahap asimilasi,


akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan).

 Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru


ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu.
 Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke situasi baru.
 Proses ekuilibrasi adalah penyasuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.

            Sebagai contoh, seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika


mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip
pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah
yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka
situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau
memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru dan spesifik.

Tahap-tahap perkembangan kognitif


1) Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun) Ciri pokok perkembangannya berdasarkan
tindakan , dan dilakukan langkah demi langkah.    
2) Tahap Preoperasional (umur 2-7/8 tahun) .Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
adalah pada pengguanaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya
konsep-konsep intuitif.
3) Tahap Operasional Konkret (umur 7/8 – 11/12 tahun) .Ciri kelompok perkembangan
pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan
logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan
berfikit logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret. Operation   adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau
gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses
transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.
4) Tahap Operasional Formal (umur 11/12 – 18 tahun).Ciri pokok perkembangan pada
tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan
pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-de-
ductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik
kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.

Yang merupakan titik pusat teori Perkembangan Kognitif Piaget ialah bagaimana
individu mengalami kemajuan tingkat perkembangan mental atau pengetahuan ke tingkat
yang lebih tinggi. Hal yang pokok dalam teori ini adalah kepercayaan bahwa pengetahuan
dibentuk oleh individu dalam interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu
berubah.

Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget:


1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Memilih materi pelajaran.
3. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif.
4. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya
penelitian, memecahkan masalah, diskusi, stimulasi, dan sebagainya.
5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir
siswa.
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak; Anak-anak akan
belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang
harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan peluang agar
anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi
peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

TEORI BELAJAR MENURUT BRUNER

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh


kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free
discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan suatu konsep,
teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Jika Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa
perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu, enactive, icomic, dan symbolic.

1) Tahap inaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam memahami


lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motoric. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan,
dan sebagainya.
2) Tahap ikomik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-
gambar visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3) Tahap simboik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan
abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan
berlogika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui symbol-simbol
bahasa, logika, mataematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan
menggunakan banyak symbol. Semakin matang seseorang dalam proses berfikirnya.,
semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi
menggunakan enaktif dan ikomik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran
merupakan salah satu bukti masih diperlukannyasistem enaktif dan ikomik dalam
proses belajar.

Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran :


Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak
akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah
dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau
mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai
keseimbangan di dadalam benaknya

Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner :


1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristtik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-
contoh ke generalisasi).
5. Mengembangakan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas,
dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari sederhana ke kompleks, dari konkret ke abstrak,
atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
TEORI BELAJAR BERMAKNA AUSUBEL

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel.


Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya
dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/ meaning full learning). Proses
belajar terjadi melalui tahap-tahap:
1) Memperhatikan stimulus yang diberikan.
2) Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah
dipahami.

Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya


Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (Advanced Organizer),
dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced
organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang
akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu :
1. Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari.
2. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan
yang akan dipelajari.
3. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan
demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif
yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika berfikir yang
baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan
yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah
dipahami.

Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel :


1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar,
dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam
bentuk konsep-konsep inti.
4. Menentukan topik-topik  dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang
akan dipelajari siswa.
5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut , dan menerapkannya dalam bentuk
nyata/konkret.
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Aplikasi teori kognitivisme dalam pembelajaran


Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami
bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak
usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola
atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang
bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

Berdasarkan prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan beberapa petunjuk aplikasi


teori pemrosesan informasi, yaitu

1) guru hendaknya yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian terhadap apa yang
dipelajari. Karena itu untuk menarik perhatian siswa, guru dapat melakukan tindakan
dengan memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan atau menghentakkan papan
tulis, berkeliling ruangan atau berbicara dengan irama, memulai pelajaran dengan
mengajukan pertanyaan yang membangkitkan minat siswa terhadap topik yang
dibicarakan,
2) membantu siswa membedakan iinformasi yang penting dengan informasi yang tidak
penting untul memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan tujuan
pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi atau meminta
siswa mengulangi apa yang dijelaskan,
3) membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang diketahui
misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk mengingat kembali
dan menghubungkan dengan informasi baru, menggunakan diagram atau garis untuk
menunnjukkan hubungan informasi baru dengan informasi yang dimiliki,
4) sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi dengan memulai
pelajaran meninjau ulang pekerjaan rumah, mengadakan tes-tes pendek yang sering,
membuat permainan atau siswa saling berpasangan bertanya jawab
5) sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan pembelajaran,
membuat ikhtisar atau rangkuman.
6) utamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan  misalnya dengan mengajarkan
perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah
dimiliki.Strategi mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan dan
mengingatnya kembali bila dibutuhkan dapat dilakukan

a. untuk menghafal informasi yang tidak membutuhkan pemahaman, gunakan


meneumonic (pembantu ingatan, kiat, atau jembatan keledai). Misalnya untuk
menghafal kata-kata ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
keamanan, nasional dengan mneumonic IPOLEKSOSBUD HANKAMNAS,
b. rumusan kembali dengan kalimat sendiri apa yang telah dipelajari,
c. untuk mengatasi inhibisi retroaktif dapat dilakukan berbagai cara misalnya
mengajarkan konsep serupa tidak dalam waktu yang bersamaan atau mengajarkan
materi serupa dengan metode yang berbeda.

Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free recall learning, yaitu
belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam, atau
berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah. Sedangkan free recall
learning ialah mempelajari daftar yang tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi atau
rasul, nama tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya.
Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara

a. organisasi atau penyusunan misalnya dengan menyusun daftar informasi yang


akan dipelajari menjadi kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat,
b. metode loci, artinya tempat. Ialah metode alat bantu mengingat dimana seorang
membuat gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempat-tempat tertentu,

irama, metode mengingat dalam bentuk nyanyian. Misalnya untuk mengenalkan


urutan rukun Islam atau rukun iman dengan nyanyian.

3) Penerapan Rencana Pembelajaran Menurut Teori Belajar Kontruktivisme


IMPLIKASI PEDAGOGIK TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
 Menekankan peran keaktifan peserta didik memproses atau menguasai
informasi atau pengetahuan baru berdasarkan informasi atau pengetahuan
lama yang telah dipelajarinya.

Pembelajaran yang mendidik merupakan pembelajaran yang berpusat pada


kepentingan peserta didik. Teori belajar Konstruktivisme merupakan teori belajar yang
dikembangkan berdasarkan konsep belajar yang dikembangkan dalam teori belajar
Kognitivisme. Teori belajar Konstruktivisme menekankan peran keaktifan peserta didik yang
melakukan kegiatan belajar. Menurut pandangan ahli psikologi Konstruktivisme, setiap
individu yang belajar memproses atau menyerap informasi atau pengetahuan baru atas
insiatif, keaktifan, dan kreativitas peserta didik sendiri.

Kreativitas seseorang terkait erat dengan proses berpikir kreatif. Menurut penjelasan
James C. dan Countances L. Hammer (dalam Suwandi, dkk, 1997), berpikir kreatif adalah
berpikir yang menghasilkan cara-cara baru, konsep baru, pengertian baru, penemuan baru,
dan karya seni baru. Menurut Mednick dkk., kreativitas merupakan kemampuan membuat
kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada menjadi sesuatu yang
bermakna

Kreativitas erat kaitannya dengan pola pikir divergen, yaitu kemampuan


menghasilkan jawaban alternatif. Kemampuan inti dikembangkan dengan mencoba berbagai
kemungkinan jawaban. Yang tepat pada suatu pertanyaan, misalnya kemampuan berhitung.
Berpikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan. Kreativitas adalah suaru proses
perubahan yang tidak dapat terjadi dengan sederhana, tapi memerlukan kerja keras dan usaha
yang sungguh-sungguh. Lagu baru, lukisan yang indah, mesin baru, ide baru, adalah
produktivitas. Seorang pemusik perlu belajar musik klasik, sistem notasi, teknik instrumen,
sebelum ia dapat mencipta sebuah lagu. Demikian juga seorang yang akan membuat desain
baru pesawat harus belajar aerodinamik, ilmu alam, dan harus mengerti bagaimana seekor
burung dapat terbang tanpa jatuh dari awan. Jadi, kreativitas berangkat penguasaan
pengetahuan yang memadai. Jika kita ingin mempelajari sesuatu, kita juga harus memberi
perhatian pada informasi yang ingin kita gali, selalu diperlukan perhatian/atensi esktra untuk
melakukan proses kreatif.

Ada dua alasan mengapa kreativitas perlu dibangun dan dipelajari, yaitu
a) pengaruh dari kreativitas akan memperkaya masyarakat dan kebudayaan,
sehingga otomatis memperkaya kualitas kehidupan kita, dan
b) pengetahuan ini akan membuat hidup kita lebih menarik dan produktif. Di saat
individu memikirkan persoalan yang dihadapi, kreativitas akan membawanya
pada pemecahan yang lebih utuh dari masalah. Sebenarnya ada berbagai
masalah terjadi di sekeliling kita. Solusi untuk masalah kemiskinan,
overpopulasi, tidak hanya perlu profesionalitas tetapi juga proses kreatif yang
serius. Tidak cukup “hanya” ditemukan “apa masalahnya”, Belajar dan
Pembelajaran 4-145 tetapi perlu dipikirkan “bagaimana” tujuan yang baik
dapat dicapai dengan hasil optimal ataukah seadanya, dengan proses yang
menyenangkan ataukah dengan beban berat. Kreativitas membawa seseorang
pada hidup yang lebih bermutu dan enjoyable. Namun, adanya potensi kreatif
akan hasil jika tida dipupuk. Sementara itu betapa sedikit kesempatan diri kita
sendiri dan lingkungan sekitar kita untuk memberikan kesempatan pada rasa
ingin tahu (curiosity). Padahal jika kita terlalu sering ragu-ragu untuk
mengambil resiko dan ekplorasi, maka kita tidak lagi memiliki motivasi untuk
mengembangkan perilaku kreatif akan habis.

Seseorang yang kreativitas dipandang memilik ciri-ciri khas sebagai berikut.


1. Kelancaran berpikir (fluency), yaitu kemampuan mencetuskan gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah, memiliki banyak cara untuk melakukan
berbagai hal dan memiliki banyakk alternatif jabawan.
2. Keluwesan Berpikir (flexibility), karena individu yang kreatif cenderung
mudah mengalihkan cara berpikir lam dengan cara berpikir baru dan
fleksibel dalam menggunakan pola berpikir. Mereka luwes dan tidak hanya
memiliki satu pola pikir.
3. Keaslian Berpikir (originality), yaitu kemampuan memikirkan ide baru dan
unit, cara yang tidak lazim dalam mengungkapkan diri, mampu
mengkombinasikan bagian atau unsur yang tidak lazim atau tidak biasa.
4. Elaborasi Berpikir (Elaboration), karena individu yang kreatif mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan ide sampai ke hal kecil. Ia
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, mampu menambahkan,
merinci, detil suatu objek, gagasan atau situasi menjadi lebih menarik dan
bermakna.

Kreativitas dapat pula ditinjau dari empat faktor atau ciri yang dikemukakan Rhodes
(dalam Munandar, 1999) yang disebut Four P‟s of creativitas atau konsep kreativitas
pendekatan 4 P yaitu: Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, karena
pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan
(= press) dari lingkungan menghasilkan produk kreatif. Karakteristik pertama alam
pendekatan ini adalah person atau pribadi. Csikszentmihalyi (1996) menjelaskan 10 ciri
pribadi kreatif yang seringkali merupakan paradoks (pertentangan) namun sesungguhnya
dapat berjalan seiring, sebagai berikut.
a. Pribadi yang kreatif memiliki energi fisik yang memungkinkan mereka
berkonsentrasi penuh dalam jangka waktu panjang dan berjam-jam. Tetapi
merekapun bisa santai dan rileks pada situasi lain
b. Ia mampu berpikir konvergen dan divergen. Mereka cerdas dan cerdik, tetapi
kadang-kadang kenak-kanakan.
c. Ia seorang pekerja keras, ulet dan tekun menyusun gagasan dan karya baru
d. Memiliki fantasi dan imajinasi yang kuat tetapi sekalipun rasional.
e. Introvert sekaligus ekstrovet. Dapat bersikap tertutup pada orang lain, bekerja
sendiri dalam sepi, tetapi juga memiliki kebutuhan bergual dan bersosialisasi.
f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri sekaligus bangga terhadap karyanya pada
saat yang sama. Mereka menghargai hasil karya mereka namun tidak ingin
menonjolkan diri dan lebih berminat pada apa yang akan dilakukan kemudian.
g. Pribadi kreatif melepaskan diri dari pengaruh maskulin-feminim, dan tidak
membatasi pada apa yang lazim dilakukan pria dan wanita.
h. Pribadi kreatif dapat bersikap tradisional dan konservatif sekaligus bersedia
mengambil resiko jika memang diperlukan.
i. Semangat yang tinggi adalah ciri berikutnya, terutama dalam kaitan dengan karya
mereka. Tanpa semangat dan gairah, tidak mungkin terjadi minat yang begitu
besar dan daya tahan kerja yang sangat tinggi.
j. Keunggulan pribadi kreatif seringkali justru menimbulkan kritik dan pertentangan
dari lingkungan karena mereka tidak dapat dipahami

Menurut Amabile (1983) ada beberapa faktor penting yang berfungsi langsung
mempengaruhi kreativitas, yaitu:
a. Kemampuan kognitif, pendidikan formal dan informal. Hal penting yang harus
diperhatikan dalam faktor ini adalah peranan pengetahuan dan keterampilan yang
relevan dengan masalah yang dihadapi cukup besar pengarunya bagi berlangsungnya
proses kreatif dan bagi dihasilkannya produk kreatif.
b. Krakteristik kepribadian yaitu yang berhubungan dengan disiplin diri, ketangguhan
dalam menghadapi frustasi, serta kemandirian. Dorongan rasa ingin tahu yang tinggi
juga merupakan ciri khas pribadi kreatif.
c. Motivasi instrinsik Menurut Amabile, faktor inilah yang menjadi penentu utama bagi
munculnya perilaku kreatif, karena motivasi dari dalam diri yang tinggi akan
mendorong individu melakukan aktivitas dengan optimal, tekun dan ulet, tidak mudah
putus asa, dan bertahan dalam jangka waktu lama.
d. Lingkungan sosial, yaitu hadir tidaknya tekanan dari luar individu. Kreativitas akan
lebih mungkin muncul dalam kondisi bebas dari tekanan, misalnya tidak dalam
penilaian, pengawasan, dan pembatasan. Ahli lain menambahkan bahwa interaksi
dengang orang-orang yang kreatif memberi pengaruh pada munculnya kreativitas.

Beberapa prinsip praktis yang dapat dilakukan guru agar peserta didik dapat
mengembangkan kreativitasnya dalam belajar adalah sebagai berikut.
a. Kesediaan untuk mencoba hal baru.
b. Hal penting yang dapat anda lakukan adalah bawha anda terbuka dengan
perubahan. Mulailah dengan menyediakan waktu lebih banyak dan mengekspolari
lingkungan. Berilah perhatian lebih besar terhadap apa yang terjadi disekitar anda.
Buka mata dan telinga untuk melihat, mendengar, dan merasa. Selalu usahakan cari
inti masalah atau esensi dari apa yang sedang terjadi.
c. Ciptakan lingkungan yang kreatif.
d. Tak seorangpun imun atau bebasj dari kesan dan pengaruh di luar dirinya. Kita
perlu menyadari bahwa segala perilaku dan cara berpikir kita sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar kita.
e. Milikilah “curiosity and interest” (rasa ingin tahu dan minat).
f. Ingat, motivasi yang kuat dari dalam diri sendiri adalah moral yang besar untuk
memulai pemikiran kreatif.
g. Cobalah untuk tertarik dengan sesuatu setiap hari.
h. Bisa sesuatu yang anda dengar. Lihat, atau baca. Berhentilah sejenak untuk
memperhatikan dekorasi toko yang unik, cobalah menu baru di kafetaria,
perihatikan perilaku cara penjual di bis. Berpikirlah tajam dan biasakan mencari
“esensi” dari sesuatu. Jangan beranggapan bahwa kita telah tahu segala sesuatu,
bahkan untuk hal yang anda telah kuasai. Semakin dalam kita mendalami sesuatu,
semakin kaya kehidupan ini. Coba membongkar kebiasaan rutin, kunjungi museum
yang masih asing, ajak seseorang nonton pertunjukan, lakukan eksperimen dengan
penampilan.
i. Selalu cari solusi alternatif dari setiap masalah.
j. Bebaskan pikiran anda untuk memiliki ide yang “gila” dan tidak biasa. Sebaiknya
jangan berpuas diri dengan keputusan yang mandek dan mati.
k. Kembangkan minat terhadap pengetahuan di bidang yang anda inginkan
l. Allah bisa menciptakan dunia tanpa apapun. Tetapi kita harus belajar dan
menguasai pengetahuan untuk dapat memiliki ide kreatif.
m. Biasakan untuk melakukan akltivitas autotelic.
n. Lakukan segala sesuatu dengan gembira, dengan senang hati, lebih menekankan
pada proses dan tidak semata-mata pada hasil.
Dalam menerapkan rancangan pembelajaran yang mendidik, guru perlu memahami
bahwa pikiran manusia pada hakekatnya mencari dan berusaha untuk memperoleh kebenaran.
Karena itu pikiran tersebut juga merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut haruslah
diperhatikan kebenaran bentuk (formal) untuk dapat berpikir logis. Kebenaran ini hanyalah
menyatakan serta mengendalikan adanya jalan, cara, teknik, serta hukum-hukum yang perlu
diikuti. Semua hal ini diselidiki serta dirumuskan dalam logika, khususnya logika formal.
Namun demikian kebenaran tersebut perlu digandengkan dengan kebenaran isi (material)nya
(Lanus, 1992).
Dalam hubungannya dengan kepentingan peserta didik untuk belajar, maka kemampuan
menalar merupakan prasyarat mutlak agar dapat membantunya menyelesaikan berbagai tugas
secara baik dan teratur. Untuk maksud itu peserta didik perlu dibekali dengan berbagai
kemampuan berpikir dengan menggunakan kaidah-kaidah penalaran. Hal-hal yang perlu
diketahui peserta didik adalah perbedaan berpikir induktif, deduktif, menguraikan konsep
premis, asumsi, argumentasi, pengertian, keputusan dan melakukan konklusi terhadap
permasalahan yang dihadapi.
Penalaran atau logika berasal dari kata Yunani logos, yang berarti ucapan, kata,
pengertian, pikiran, ilmu. Merupakan carang dari filsafat yang menyelidiki “kesehatan” cara
berpikir” aturan-aturan mana yang harus dihormati supaya pertanyaan-pertanyaan kita sah
(Hamersma, 1980). Karena itu logika disebut sebagai the science and art of correct thinking
(ilmu dan kecakapan menalar atau berpikir dengan cepat). Dengan kata lain, logika adalah
ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (cepat). Dengan menerapkan hukum-
hukum pemikiran yang lurus, tepat dan sehat, kita dimasukkan ke dalam lapangan logika,
sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan bahwa logika bukanlah teori belaka, tetapi juga
merupakan suatu keterampilan untuk hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Itulah
sebabnya mengapa logika disebut filsafat yang praktis (Lanus, 1992).
Pada dasarnya pemikiran manusia sebenarnya terdiri atas tiga unsur, yaitu pengertian,
keputusan, dan penyimpulan (keputusan). Dari ketiga hal itu, penyimpulan (pembuktian) lah
yang sebenarnya merupakan pokok yang paling utama dan paling penting dalam logika
formal. Namun tanpa suatu pengetahuan tentang kedua unsur yang lain, sulitlah kita sampai
pada penyimpulan (pembuktian).
Atas dasar tiga unsur tersebut, maka ketiga unsur tersebut berkembang menjadi tiga
kegiatan pokok akal budi manusia (Lanur, 1992) yaitu:
a. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya; artinya, menangkap sesuatu tanpa
mengakui atau memungkirinya.
b. Memberikan keputusan; artinya, menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian lainnya atau memungkiri hubungan itu.
c. Merundingkannya; artinya, menghubungkan keputusan-keputusan sedemikian
rupa, sehingga dari satu keputusan atau lebih, orang sampai pada suatu kesimpulan.
Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Hal itu
terjadi dengan mengerti sesuatu itu. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu. Inti sesuatu
itu dapat dibentuk oleh akal budi. Yang dibentuk itu adalah suatu gambaran yang “ideal”,
atau suatu “konsep” tentang sesuatu. Karena itu pengertian adalah suatu gambar akal budi
yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu. Kendatipun demikian harus diingat
bahwa kegiatan berpikir terjadi dengan menggunakan kata-kata akal budi. Kita
menggunakan kata-kata kalau kita mau mengatakan apa yang kita pikirkan. Karena itu
kata adalah tanda lahiriah untuk menyatakan pengertian dan barangnya.

4) Penerapan Rencana Pembelajaran Menurut Teori Belajar Humanisme

IMPLIKASI PEDAGOGIK TEORI BELAJAR HUMANISME

Menekankan peran kepuasan peserta didik dalam belajar sesuai


dengan kebutuhan (needs) yang dirasakannya.

Teori belajar Humanisme didasari pemikiran bahwa di dalam diri setiap peserta didik
terdapat sejumlah kebutuhan. Implikasi pedagogik dari teori belajar Humanisme
berkaitan dengan tingkatan kebutuhan yang ingin dipuaskan peserta didik melalui
kegiatan belajarnya. Menurut pendapat Abraham Maslow (Bourne Jr. & Ekstrand,
1973:179), di dalam diri tiap individu terdapat sejumlah kebutuhan yang tersusun
secara berjenjang, mulai dari kebutuhan yang paling rendah tetapi mendasar
(physiological needs atau kebutuhan jasmaniah) sampai pada jenjang paling tinggi
(self actualization needs atau kebutuhan aktualisasi diri). Setiap individu mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasi diri, yang oleh Carl R. Rogers disebut dorongan
untuk menjadi dirinya sendiri (to becoming a person). Peserta didik pun memiliki
dorongan untuk menjadi dirinya sendiri, karena di dalam dirinya terdapat kemampuan
untuk mengerti dirinya sendiri, menentukan hidupnya sendiri, dan menangani sendiri
masalah yang dihadapinya. Itulah sebabnya, dalam proses pembelajaran yang
mendidik hendaknya diciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik secara aktif mengaktualisasi dirinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya, prinsip pembelajaran adalah suatu konsep dasar yang dibutuhkan
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar proses belajar
mengajar terarah dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Diantara prinsip-prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
perbedaan individu peserta didik; pastisipasi aktif peserta didik; memberi motivasi
belajar; mengembangkan budaya membaca; memberikan umpan balik ( feedback ) yang
berupa penguatan, pengayaan, dan remidi; penekanan keterpaduan pengalaman belajar
peserta didik;mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, lintas mata pelajaran, aspek
belajar, dan keragaman budaya; serta penerapan teknologi sesuai dengan situasi dan
kondisi.

B. Saran

Menyadari bahwa kelompok penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih teliti dan details dalam menjelaskan isi dari
makalah ini dengan sumber-sumber yang lebih bervariasi yang tentunya dapat
mempertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari pembahasan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai