Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan


kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan juga
memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang sangat berkualitas, oleh karena itu hendaknya pendidikan
dikelola dengan semestinya, baik dari segi kualitas maupun dari segi
kuantitasnya. Agar tercapainya pendidikan yang berkualitas, kita harus
melihat terlebih dahulu bagaimana proses belajar dan pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik pada peserta didiknya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor


58 tahun 2014 tentang Kurkulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah Bab IV tentang desain pembelajaran poin a pada Rancangan
Pembelajaran disebutkan bahwa pada implementasi Kurikulum 2013 sangat
disarankan agar guru menggunakan model-model pembelajaran inquiry based
learning, discovery learning, project based learning dan problem based
learning. Pada setiap model tersebut dapat dikembangkan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan (2014: 554).

Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama.
Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat
dibutuhkan oleh pendidik untuk disampaikan pada peserta didiknya. Strategi
belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan
mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode
pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian
tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode
yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran, dan
mempersiapkan peserta didik yang berkualitas.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian model pembelajaran ?

2. Apa pengertian discovery learning ?

3. Bagaimana langkah proses pembelajaran – langkah metode discovery


learning ?

1
4. Apakah kekurangan dan kelebihan dari metode pembelajaran discovery
learning ?

5. Bagaimanakah implementasinya dalam pembelajaran di sd?

C. TUJUAN

1. Unuk mengetahui pengertian model pembelajaran.

2. Untuk mengetahui pengertian discovery learning.

3. Untuk mengetahui langkah proses pembelajaran – langkah metode


discovery learning.

4. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari metode pembelajaran


discovery learning

5. Untuk mengetahui implementasi discovery learning dalam pembelajaran di


sd.

BAB II
2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN

Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran. Hal ini


berangkat dari pernyataan yang ada pada lampiran III Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 58 tahun 2014
tentang Kurkulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Bab IV tentang desain pembelajaran poin /a/ pada Rancangan Pembelajaran
disebutkan bahwa pada implementasi Kurikulum 2013 sangat disarankan
menggunakan model-model pembelajaran inquiry based learning, discovery
learning, project based learning dan problem based learning. Pada setiap
model tersebut dapat dikembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(2014: 554).

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang


digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51).

Secara umum model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang


melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan
melaksanakan proses belajar mengajar. Model pembelajaran juga merupakan
cara/teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar
tercapai tujuan pembelajaran yang masing-masing memiliki kelemahan dan
kelebihan.

 Faktor - faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran

Sebagai suatu cara untuk proses pembelajaran, metode tidaklah


dapat berdiri sendiri, tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk
situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya. Menurut Winarno
Surakhmad dalam Djamarah (2002:89) pemilihan dan penentuan metode
dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:

1. Anak didik

Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan.

2. Tujuan

3
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar.

3. Situasi

Situasi merupakan kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak


selamanya sama dari hari ke hari.

4. Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan


metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang
belajar anak didik di sekolah.Misalnya ketiadaan laboratorium untuk
praktek IPA kurang mendukung penggunaan metode eksperimen.

5. Guru

Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya


penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam
memilih dan menentukan metode.

B. PENGERTIAN DISCOVERY LEARNING

Metode penemuan (discovery) diartikan sebagai prosedur mengajar yang


mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi obyek dan percobaan,
sebelum sampai kepada generalisasi. Sehingga metode penemuan (discovery)
merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode
mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif (Suryosubroto 2009:178).
Menurut Hanafiah metode penemuan (discovery) merupakan suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara
maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis
sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku (2009: 77).

Model discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,


melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005: 43). Discovery terjadi apabila individu terlibat, terutama
dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa


discovery learning merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada
proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan eksplorasi
berbagai informasi agar dapat menentukan konsep mentalnya sendiri dengan

4
mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian
tujuan pembelajaran.

Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang


melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat
belajar sendiri. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:

1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,


menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.

2. Berpusat pada siswa.

3. kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang


sudah ada.

C. LANGKAH PROSES PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh


Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu:

1. Mengklarifikasi.

2. Menarik kesimpulan secara induksi.

3. Pembuktian kebenaran (verifikasi).

Langkah-langkah model discovery learning ada tiga tahap yang terdiri atas
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.

 Langkah Persiapan Model Discovery Learning

1) Menentukan tujuan pembelajaran.

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,


gaya belajar, dan sebagainya).

3) Memilih materi pelajaran.

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif


(dari contoh-contoh generalisasi).

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,


ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari


yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.

5
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

 Prosedur Aplikasi Model Discovery Learning

1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu


yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Di samping itu guru dapat memulai kegiatan poses belajar mengajar
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan kegiatan
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan.

2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru


memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004: 244).
Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang
mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun
siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

3) Data Collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan


kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis (Syah, 2004: 244). Tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk


mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar
secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja

6
siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah
dimiliki.

Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

4) Data Processing (Pengolahan Data)

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan


sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002: 22).

Data processing disebut juga dengan pengkodean atau kategorisasi


yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang
alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian
secara logis.

5) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk


membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada,


pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik


sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan
hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah
menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi
yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan

7
kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman
seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari
pengalaman-pengalaman itu.

D. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN DISCOVERY LEARNING

Menurut Kemendikbud (dalam buku pelatihan guru Implementasi Kuriulum


2013:31), mengatakan mengenai kelebihan dari discovery learning adalah
sebagai berikut.

 Kelebihan Discovery Learning

1. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan


keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan
merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki


dan berhasil.

4. Strategi ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai


dengan kecepatannya sendiri.

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan


melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6. Strategi ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena


memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan


gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

8. Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena


mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru.

11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

12. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

8
13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.

14. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

15. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya.

16. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

17. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber


belajar.

18. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

 Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan

1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk


belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.

2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar


berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara
belajar yang lama.

4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,


sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

5. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk


mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.

6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan


ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan


kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang
scientis, historis, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-
kesimpulan.

9
E. IMPLEMENTASI DISCOVERY LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN DI SD

Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang


menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam mengaplikasikan
metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin
merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student
oriented.

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan


kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang
scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-
kesimpulan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

10
Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada
pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri
melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru
mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen
dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-
konsep bagi diri mereka sendiri.

Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran


penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk
terus bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran
penemuan mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal,
mempertajam berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus
menganalisa dan memanipulasi informasi.

Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di


antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan
tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.

B. SARAN

Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk


materi materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan
agar mampu memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang
dapat diterapkan dalam proses belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak
hanya melibatkan beberapa siswa saja, karena model pembelajaran discovery
diperlukan keaktifan seluruh siswa.

Selain itu alat – alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah
diusahakan oleh guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini,
tujuannya untuk memberikan siswa pengalaman langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University

Press.

11
Djamarah, S. B. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/01/08/model-pembelajaran-

discovery-learning/ Diakses pada tanggal 29 September 2019.

http://rinatrioktaviani.blogspot.com/2015/03/makalah-metode-pembelajaran-

discovery.html Diakses pada tanggal 29 September 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai