Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus


sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah
hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan
ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai
sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung mengalami perubahan antara
lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat
mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap
paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus
berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan. Dan sebagai
sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sebuah kurikulum. Menurut
Sukmadinata (2008:5), “Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang
memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar”.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dalam sebuah kurikulum memuat suatu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
sistem pendidikan. Untuk itu tujuan dalam suatu kurikulum memegang peranan yang
sangat penting, karena tujuan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai
komponen-komponen kurikulum lainnya. Jadi, dalam makalah ini penulis ingin
menguraikan beberapa hal mengenai beberapa kurikulum yang pernah diterapkan di
Indonesia sebelumnya. Sehingga penulis dan pembaca dapat memahami dan
mengambil pelajaran dari rangkuman beberapa kurikulum yang pernah diterapkan di
Indonesia.

1
BAB II

PERKEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIKA DI INDONESIA

A. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 adalah suatu kurikulum yang menekankan pendidikan
lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD
Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh
konsep di bidang manajemen MBO (Management by Objective). "Metode, materi,
dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran”, yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan.1
Kurikulum 1975 dikenal juga dengan nama Kurikulum Berbasis Tujuan.
Adapun lahirnya Kurikulum 1975 sebagai tuntutan Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1973 tentang GBHN 1973, dengan tujuan pendidikan “Membentuk
manusia Indonesia untuk pembangunan nasional di berbagai bidang”.2

1. Latarbelakang Diberlakukannya Kurikulum 1975


Dalam Kata Pengantar Kurikulum 1975, Menteri Pendidikan Republik
Indonesia Sjarif Thajeb, menjelaskan tentang latar belakang ditetapkanya
Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran di sekolah.
Penjelasan tersebut sebagai berikut:
a. Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang
terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai
dampak baru terhadap program pendidikan nasional. Hal-hal yang

1
Http://Bone.Go.Id diakses pada 03 November 2016
2
Winarno Surakhmad. Pendidikan Nasional Strategi Dan Tragedi. (Jakarta: Kompas Media
Nusantara, 2009). Hlm. 69

2
mempengaruhi program maupun kebijaksanaan pemerintah yang
menyebabkan pembaharuan itu adalah:
1) Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul
gagasan baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
2) Adanya kebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan nasional yang
digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi: “Mengejar
ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mempercepat lajunya pembangunan.
3) Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah
untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional.
4) Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih
efisien dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
5) Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau
sistem yang kini sedang berlaku.
b. Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan
pemerintah yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional
tersebut belum diperhitungkan, sehingga diperlukan peninjauan terhadap
Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
sedang membangun.3

2. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 1975


Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut:
a. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-
tujuan yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki
tujuan pendidikan, yang meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan

3
Dedi Hendriana. Suplemen Bahan Ajar : Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. 2014: 84-85

3
institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
b. Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integratif.
c. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
d. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
e. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak
menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan
dalam ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal
ini sekolah dan guru.4

3. Komponen Kurikulum 1975


Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur5:
a. Tujuan institusional
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional adalah
tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program
pendidikannya.
b. Struktur Program Kurikulum
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan
diberikan pada tiap sekolah.

4
Soemantri, Hermana. Sejarah Kurikulum SMA Di Indonesia Dari Masa Ke Masa. (Jakarta :
Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010) Hlm.
122-127
5
Dedi Hendriana. Suplemen Bahan Ajar : Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. 2014: 86-89

4
c. Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Sesuai dengan namanya, Garis-Garis Besar Program Pengajaran, pada
bagian ini dimuat hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran,
yaitu:
1) Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti
program pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.
2) Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam
setiap satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.
3) Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan
pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
4) Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke
tahun pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke semester
berikutnya.
d. Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional).
Sistem PPSI ini berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai
suatu system yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. Sistem
pembelajaran dengan pendekatan sistem instruksional inilah yang
merupakan pembaharuan dalam system pengajaran di Indonesia. PPSI
adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas
urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar (Hamzah
B.Uno, 2007).
e. Sistem Penilaian
Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir
pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yan

5
membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan penilaian
pada akhir semester atau akhir tahun saja.
f. Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Di
samping itu mereka mereka memerlukan pengarahan yang akan
mengembagkan mereka menjadi manusia yang mampu meraih masadepan
yang lebih baik. Dalam kaitan ini maka perlu adanya bimbingan dan
penyuluhan bagi para siswa dalam meniti hidupnya meraih masa depan
yang diharapkan.

B. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang
memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari
sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya.6 Posisi siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Oleh sebab itu kurikulum 1984
menggunakan pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada
tujuan. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.

1. Ciri-ciri Umum dari Kurikulum 1984


a. Berorientasi pada tujuan instruksional.
b. Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
c. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)

6
http://nazeehrivqiya.blogspot.com/2012/12/makalah-kurikulum.html

6
d. Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat
kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta
didik.
e. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian,
baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa
memahami konsep yang dipelajarinya.7

2. Kebijakan Dalam Penyusunan Kurikulum 1984


a. Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kalau pada
Kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, pada Kurikulum 1984
terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk
kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila,
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan
Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika,
Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan
Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
b. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-
masing.
c. Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat
3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984
jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari:
1) A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
2) A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
3) A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
4) A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.

7
http://purpleeifvel.blogspot.com/2011/10/makalah-telaah-kurikulum.html

7
Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada
keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa langsung
berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat program B
memerlukan 93 sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk
sementara ditiadakan.
d. Pentahapan waktu pelaksanaan.
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut
tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.

3. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984


a. Kelebihan Kurikulum 1984
1) Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci.
2) Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan
melalui keberanian memberikan pendapat.
3) Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah
berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam
melaksanakan tugas.
4) Anak dapa tbelajar dari pengalaman langsung.
5) Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun
sosial.
6) Memasyarakatkan keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan
berpartisipasi secara aktif.

b. Kelemahan Kurikulum 1984


1) Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada
tempelan gambar, dan yang menyolok.

8
2) Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu
buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk
guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan
memiliki sumber belajar sangat terbatas.
3) Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak
pendapat peserta lain.
4) Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan
ketinggalan.
5) Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa
serta tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat
kurang.
6) Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi
pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
7) Guru kurang berperan aktif.

C. Kurikulum Berbasis Kompetensi


Secara umum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Sedangkan Kurkikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai
pebelajar, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas, 2002:3).8

8
Dedi Hendriana. Suplemen Bahan Ajar : Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. 2014: 102

9
1. Kompetensi Utama
Mengacu pada kompetensi yang dikembangkan Anderson dan
Krathwhol (2001:ii), maka Kompetensi Utama dapat dikelompok menjadi 4
(empat) gugus, yaitu: (1)factual knowledge, (2) conceptual knowledge,
(3)procedural knowledge, dan 4) metacognitive knowledge. (5)Factual
knowledge menyangkut pengetahuan tentang fitur-fitur dasar yang harus
diketahui oleh pebelajar dalam sebuah disiplin keilmuan dan dapat digunakan
dalam memecahkan masalah. Jenis kompetensi ini terdiri dari dua, yaitu:
pengetahuan tentang terminologi, dan pengetahuan tentang detil spesifik
(specific details) dan fiturfitur dasar (basic elements). Conceptual knowledge
meliputi kompetensi yang menunjukkan pemahaman tata hubungan antar fitur
dasar dalam suatu struktur yang lebih luas dan yang memungkinkan
berfungsinya fitur-fitur tersebut. Termasuk ke dalam kompetensi ini adalah:1)
pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, 2) pengetahuan tentang prinsi-
prinsip kerja dan generalisasinya, 3) pengetahuan tentang teori, model,
paradigma dan struktur dasar.
Procedural knowledge meliputi pengetahuan dan pemahaman
bagaimana melakukan sesuatu (technical know how), metode inkuiri, dan
kriteria dalam menggunakan keterampilan, algotima, teknik, dan metode.
Termasuk dalam kompetensi ini, yaitu: 1) pengetahuan tentang keterampilan
khusus (subject-specific skills) dan perhitunganperhitungan.
(algorithm), 2) pengetahuan tentang teknik dan metode khusus (subject-
specific techniques and methods), 3) pengetahuan tentang kriteria penggunaan
sebuah prosedur yang tepat. Dan, metacognitive knowledge merupakan
kompetensi yang menyangkut tentang pengetahuan terhadap kognisi secara
umum dan kesadaran serta memahami kognisi diri sendiri. Kompetensi ini
meliputi 3 hal, yaitu:1) pengetahuan strategis, 2) pengetahuan tentang tugas-

10
tugas kognitif, termasuk pengetahuan tentang kontekstualitas dan kondisi
khusus, dan 3) pengetahuan tentang diri sendiri.
Ke-empat gugus kompetensi utama tersebut perlu dijembatani dengan
lima unsur pokok yang diamanatkan dalam Kepmen 045/U/2002, yaitu:
Pengembangan kepribadian (MK), pengembangan keahlian dan keterampilan
(MKK), pengemabngan keahlian berkarya (MKB), pengembangan perilaku
berkarya (PPB), dan pengembangan berkehidupan bermasyarakat (PBB).9

2. Keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum sebelumnya adalah:
a. KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi
Paradigma pembelajaran versi UNESCO: learning to know,learning to do,
learning to live together, dan learning to be.
b. Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam
proses pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru.
c. Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah
mata pelajaran belum bisa dikurangi.
d. Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode
pembelajaran PAKEM dan CTL.
e. Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif,penilaian
memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, danafektif, dengan
penekanan penilaian berbasis kelas.
f. KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar(KHB),
penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar(KBM), dan
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS).

9
Dedi Hendriana. Suplemen Bahan Ajar : Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. 2014: 103-
105

11
g. guru tidak bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai
motivator yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan siswa
dapat belajar secara penuh dan optimal.10

D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah
kurikulum operasional yurg disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pcndidikan, kalender pendidikan,
dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pcmbelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu
dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakur penjabaran standar kompetensi
dan kompetensi dasar kedalam materi pokok pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.11

1. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP


Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas
nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153)
adalah sebagai berikut.
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa

10
Dedi Hendriana. Suplemen Bahan Ajar : Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. 2014: 105-
106
11
Asep Jihad, “Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis) Cetakan 1”,
Multi Pressindo (2008) : 103-104

12
peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang
bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga Negara yang demokratis
sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan lingkungan peserta didik.
b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan
agama, suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal, dan pengembangan diri secara terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.
d. Relevan dengan kebutuhan. Kurikulum dikembangkan atas dasar
kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni itu berkembang
secara dinamis. Oleh karena itu semangat dan kurikulum memberi
pengalaman peserta didik untuk mengikuti pengetahuan, teknologi dan
seni.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup
seluruh dimensi kompetensi, bidang keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang
pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.

13
g. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan
lokal untuk membangun kehidupan masyarakat.12

2. Tujuan Diadakannya KTSP


Terdapat beberapa tujuan mengapa pemerintah memberlakukan KTSP
pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai. Mulyasa (2006: 22-23)13

3. Komponen KTSP
Komponen KTSP sangat beragam, tetapi guru harus mengenal lebih
jauh lagi sebenarnya apakah yang dimaksud dengan KTSP ini. KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan masing-masing satuan

12
Asep Jihad, “Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis) Cetakan 1”,
Multi Pressindo (2008) : 103-104
13
Dedi Hendriana. Suplemen Bahan Ajar : Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. 2014: 108-
109

14
pendidikan. Apakah perbedaan antara Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) dengan KTSP?
KBK merupakan suatu desain kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan seperangkan kompetensi tertentu yang terdiri dari standar
kopetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan materi Pokok. KTSP
pada dasarnya adalah KBK yang dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), SK dan
KD yang terdapat dalam SI yang merupakan penyempurnaan dari SK dan KD
yang terdapat pada kurikulum berbasis Kompetensi.
Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai
berikut:
a. Visi dan misi satuan pendidikan
Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan
representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi
dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang.
b. Tujuan pendidikan satuan pendidikan
Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam
mengembangkan KTSP. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
untuk pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Kalender pendidikan
Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus
mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi
peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.

15
d. Struktur muatan KTSP
Struktur muatan KTSP terdiri atas:
1) Mata pelajaran
2) Muatan local
3) Kegiatan pengembangan diri
4) Pengaturan beban belajar
5) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
6) Pendidikan kecakapan hidup
7) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
e. Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan.
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai
satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan
dijabarkan dalam silabus. 14

4. Keunggulan KTSP
Keunggulan KTSP di antaranya adalah memberikan keleluasaan kepada
guru dan sekolah membuat kurikulum sendiri yang disesuaikan dengan
keadaan siswa, sekolah dan lingkungan. Sekolah bersama dengan Komite
sekolah dapat bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai kebutuhan,

14
Khoiru Ahmad, “Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP”, Surabaya:Prestasi Pustaka(2011) hal 63-
65

16
situasi dan kondisi lingkungan sekolah. Sekolah dapat bermitra dengan
stageholder pendidikan, misalnya dunia industry, kerajianan, pariwisata,
petani, nelayan , organisasi profesi dan sebagainya agar kurikulum yang
dibuat sekolah benar-benar sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Melalui KTSP, perbedaan guru dengan dosen mulai dikurangi sedikit
demi sedikit. Satu hal yang mulai ada kesamaan adalah tentang keleluasaan
dalam penyusun kurikulum. Guru dan dosen sama-sama memiliki otonomi.
Dengan adanya otonomi bagi guru, kreatifitas guru akan muncul karena guru
dapat menjadi konseptor-konseptor yang siap melahirkan berbagai pemikiran
yang berkaitan dengan kurikulum dan kemajuan siswanyasecara mandiri dan
leluasa.15

E. Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum 2013 bersifat sistemik, fleksibel, dan kontekstual.
Dalam arti bahwa: pertama, kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan
akan saling tergantung dan saling mempengaruhi terhadap komponen yang
lainnya; kedua, kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan dapat
berubah dan/atau dirubah secara mudah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan;
dan ketiga, kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan harus dapat
menjadi instrumen penghubung antara konsep dan kenyataan. Kurikulum sebagai
salah satu komponen pendidikan memiliki keterkaitan yang signifikan dengan
upaya peningkatan mutu pendidikan yang terdiri atas indikator input, proses,
dan outcomes. Rangkaian logis hubungan antara kurikulum dan pencapaian mutu
pendidikan adalah: (1) adanya input yang memiliki kesiapan mental untuk
mempelajari berbagai kompetensi yang terdapat dalam kurikulum; (2) adanya
proses pembelajaran yang didukung dengan kurikulum, guru, buku pelajaran, dan

15
Khoiru Ahmad, “Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP”, Surabaya:Prestasi Pustaka(2011) hal 77-
78

17
peran orang tua; dan (3) adanya outcomes yang berkualitas dan memenuhi standar
sebagai produk dari rangkaian proses sebelumnya.
Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai proses perubahan baik
kognitif, afektif, dan kognitif kearah kedewasaan sesuai dengan kebenaran logika.
Ada beberapa karakteristik matematika, antara lain:
1. Objek yang dipelajari abstrak.
Sebagian besar yang dipelajari dalam matematika adalah angka atau bilangan
yang secara nyata tidak ada atau merupakan hasil pemikiran otak manusia.
2. Kebenaranya berdasarkan logika.
Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran secara logika bukan empiris.
Artinya kebenarannya tidak dapat dibuktikan melalui eksperimen seperti
dalam ilmu fisika atau biologi. Contohnya nilai √-2 tidak dapat dibuktikan
dengan kalkulator, tetapi secara logika ada jawabannya sehingga bilangan
tersebut dinamakan bilangan imajiner (khayal).
3. Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinu.
Pemberian atau penyajian materi matematika disesuaikan dengan tingkatan
pendidikan dan dilakukan secara terus-menerus. Artinya dalam mempelajari
matematika harus secara berulang melalui latihan-latihan soal.
4. Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya.
Materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau menguasai materi
sebelumnya. Contohnya ketika akan mempelajari tentang volume atau isi
suatu bangun ruang maka harus menguasai tentang materi luas dan keliling
bidang datar.
5. Menggunakan bahasa simbol.
Dalam matematika penyampaian materi menggunakan simbol-simbol yang
telah disepakati dan dipahami secara umum. Misalnya penjumlahan
menggunakan simbol “+” sehingga tidak terjadi dualisme jawaban.

18
6. Diaplikasikan dibidang ilmu lain.
Materi matematika banyak digunakan atau diaplikasikan dalam bidang ilmu
lain. Misalnya materi fungsi digunakan dalam ilmu ekonomi untuk
mempelajari fungsi permintan dan fungsi penawaran.

Berdasarkan karakteristik tersebut maka matematika merupakan suatu ilmu


yang penting dalam kehidupan bahkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Hal ini yang harus ditekankan kepada siswa sebelum mempelajari matematika
dan dipahami oleh guru.

Perkembangan matematika, bermula dari kepekaan serta kesadaran


ataupunkepedulianmanusia untuk memahami fenomena-fenomena empiris yang
ditemui dalam kehidupan keseharian. Bermunculanlah konsep-konsep dasar yang
selanjutnya mengalamiperluasan (ekspansi), pembenaran (justification),
pembenahan serta generalisasi atau formalisasi.

Konsep matematika disajikan dengan bahasa yang jelas dan spesifik.Bahasa


matematika (yang digunakan dalam matematika) sangat efisien dan merupakan
alat yang ampuh menyatakan konsep-konsep matematika,merekonstruksi konsep
atau menata suatu penyelesaian secara sistematis setelah terlaksananya eksplorasi,
dan terutama untuk komunikasi. Bahasa matematika initidak ambigu
namunsingkat serta jelas. Hal ini sangat diperlukan terutama terlihat
dalammenyusun suatu definisi ataupun teorema.

Dengan belajar matematika diharapkan peserta didik dapat memperoleh manfaat


berikut:

1. cara berpikir matematika itu sistematis, melalui urutan-urutan yang teratur dan
tertentu. dengan belajar matematika, otak kita terbiasa untuk memecahkan

19
masalah secara sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata,
kita bisa menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah.
2. Cara berpikir matematika itu secara deduktif. Kesimpulan di tarik dari hal-hal
yang bersifat umum. bukan dari hal-hal yang bersifat khusus. sehingga kita
menjadi terhindar dengan cara berpikir menarik kesimpulan secara
“kebetulan”.
3. Belajar matematika melatih kita menjadi manusia yang lebih teliti, cermat,
dan tidak ceroboh dalam bertindak.
4. Belajar matematika mengajarkan kita menjadi orang yang sabar dalam
menghadapi semua hal dalam hidup ini. Saat kita mengerjakan soal dalam
matematika yang penyelesaiannya sangat panjang dan rumit, tentu kita harus
bersabar dan tidak cepat putus asa. jika ada lamgkah yang salah, coba untuk
diteliti lagi dari awal. jangan-jangan ada angka yang salah, jangan-jangan ada
perhitungan yang salah. namun, jika kemudian kita bisa mengerjakan soal
tersebut, ingatkah bagaimana rasanya? rasa puas dan bangga.( tentunya jika
dikerjakan sendiri).
5. Yang tidak kalah pentingnya, sebenarnya banyak penerapan matematika
dalam kehidupan nyata. Tentunya dalam dunia ini, menghitung uang, laba dan
rugi, masalah pemasaran barang, dalam teknik, bahkan hampir semua ilmu di
dunia ini pasti menyentuh yang namanya matematika.16

16
http://www.kompasiana.com/wennimtsm/kurikulum-dan-perkembangan-kurikulum-matematika-
sekolah-di-indonesia_556c455f4d7a61e6038b4569

20
BAB III
PENUTUP

Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami


perubahan, yaitu pada tahun 1975, 1984, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara Pengembangan
kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Ia sebagai instrument yang membantu praktisi pendidikan
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.

Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan


tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. kurikulum merupakan
salah satu alat untuk membina dan mengembangkan siswa menjadi manusia yang
bertakwa, kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, cerdas, berilmu, cakap, kreatif
dan mampu menjadi warga Negara yang bertanggung jawab.

Terdapat berbagai macam pertimbangan atau landasan untuk mengembangkan


kurikulum menjadi yang lebih baik. Diantaranya adalah landasan filosofis, landasan
sosiologis, landasan psikologis, dan organisatoris. Terdapat empat standar
kualitas pendidikan yaitu: 1. Guru, 2. Kurikulum, 3. Atmosfer akademik, dan 4.
Sumber keilmuan. Mutu atau kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas dan
komitmen seorang guru.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, K. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Surabaya: Prestasi


pustaka

Hendriana, Dedi. 2014. Suplemen Bahan Ajar : Sejarah Perkembangan Kurikulum di


Indonesia. Journal pdf from
https://dedihendriana.files.wordpress.com/2014/11/sejarah-
perkembangan_kurikulum_di-indonesia.pdf
http://www.kompasiana.com/wennimtsm/kurikulum-dan-perkembangan-kurikulum-
matematika-sekolah-di-indonesia_556c455f4d7a61e6038b4569 diakses pada
tanggal 17 September 2017 pukul 17.45.
http://purpleeifvel.blogspot.com/2011/10/makalah-telaah-kurikulum.html
http://nazeehrivqiya.blogspot.com/2012/12/makalah-kurikulum.html
Http://Bone.Go.Id diakses pada 03 November 2016
Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan
Historis) Cetakan 1. Jakarta: Multi Pressindo.

Soemantri, Hermana. Sejarah Kurikulum SMA Di Indonesia Dari Masa Ke Masa.


(Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010) Hlm. 122-127

Winarno Surakhmad. Pendidikan Nasional Strategi Dan Tragedi. (Jakarta: Kompas


Media Nusantara, 2009). Hlm. 69

22

Anda mungkin juga menyukai