I. Pendahuluan
Dari tahun ketahun pendidikan selalu mengalami perkembangan yang pesat layaknya
teknologi, hal tersebut disebabkan oleh upaya perbaikan kualitas dan peneyempurnaan
pendidikan. Dengan adanya hal tersebut maka sekolah harus siap menghadapi tantangan-
tantangan yang akan menghadang, sehingga harus melakukan perbaikan-perbaikan baik pada
fasilitasnya, metode, strategi, tenaga pendidik dan kependidikan, kurikulum dan lain-lain.
Pada pemabahasan makalah ini akan menjelaskan tentang teori kurikulum, karena yang
kami lihat dilapangan kurikulum lebih banyak datang dari pengalaman praktik sekolah,
dibandingkan penerapan dari teori-teori yang sudah mapan. Perubahan maupun penemabahan isi
kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis.Karena selalu
menekankan pada hal-hal praktis itu, masa berlaku suatu kurikulum tidakk bisa lama.
III. Pembahasan
A. Pengertian Teori Kurikulum
Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang disusun
secara sistematis sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap serangkain kejadian.
Perangkat pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi deskripsi atau fungsional, suatu
konstruktur fungsional, asumsi-asumsi, hipotesisi, generalisasi, hukum, atau teorem-teorem.Isi
rumusan-rumusan tersebut ditentukan oleh lingkungan dari rentetan kejadian yang dicakup,
jumlah pengetahuan empiris yang ada dan tingkat keluasan dan kedalaman teori dan penelitian
disekitar kejadian tersebut.1[1]Menurut Kelinger dalam Beauchamp mengemukakan beberapa
karakteristik dari suatu teori yaitu, adanya serangkaian pernyataan yang bersifat universal, dalam
pernyataanya tersebut terdapat konstruk (konsep), definisi dan preposisi yang saling
berhubungan, merupakan lawan dari praktik, menampilkan pandangan yang jelas dan sisitematik
tentang suatu fenomena, berdasarkan fakta-fakta empiris dan dapat diuji secara empiris, dengan
tujuan untuk mendiskripsikan, menjelaskan, memprediksi, dan memadukan fenomena.2[2]
Sedangkan pengertian teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang
memberikan makna terhadap kurikulum sekolah.3[3]Dengan demikian di dalam sekolah teori
kurikulum itu sangat penting, karena dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan,
pengembangan, pembinaan, pelaksanaan dan evaluasi kurukulum.Di samping itu teori
kurukulum juga memuat pertimbangan-pertimbangan Multi-dimensional yang merupakan
sekelompok keputusan tentang tujuan, struktur, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum maupun
sistem persekolahan.4[4]
B. Konsep kurikulum
Membicarakan masalah teori kurikulum pada hakikatnya sama dengan memusatkan
pembicaraan pada apa yang dimaksudkan oleh schwab dengan The unstable baut usable artis of
The practitioner. Pernyataan ini mengandung maksud, bahwa teori kurikulum pada dasarnya
bukanlah hal yang stabil kebaradaannya, namun selalu berkembang mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun demikian teori kurikulum akan dapat berguna dan
memberikan arti penting bagi para praktisi, yaitu mereka yang mengelola dan menjalankan
1[1]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1997), hal. 24-25.
2[2] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2011), hal. 18-19.
4[4] Sa’dun Akbar, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran IPS, (Yogjakarta: Cipta Media, 2010),
hal. 36.
sistem pendidikan.5[5]Di dalam konsep kurikulum sendiri hal yang terpenting dan akan menjadi
pembahasan ada 3 hal yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum sebagai suatu substansi, yaitu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana
kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin
dicapai.
2. Kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian
dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum
mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum,
melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum
adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
3. Kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang
kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan serta pengajaran. Tujuan kurikum sebagai bidang
studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulm dan sistem kurikulum. 6[6]
C. Fungsi Teori Kurikulum
Teori kurikulum memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitanya dengan
penyusunan, pengembangan, pembinaan dan evaluasi kurikulum pada khususnya dan pendidikan
pada umumnya. Dalam kaitan ini, fungsi teori kurikulum meliputi :
1. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan memberikan alternatif secara rinci dalam
perencanaan kurikulum.
2. Sebagai landasan sistematis dalam pengambilan keputusan, memilih, menyusun dan membuat
urutan isi kurikulum.
3. Sebagai pedoman atau dasar bagi evaluasi formatif bagi kurikulum yang sedang berjalan.
4. Membantu orang (yang berkepentingan dengan kurikulum) untuk mengidentifikasi kesenjangan
pengetahuanya sehingga merangsang untuk diadakanya penelitian lebih lanjut.7[7]
5. Sebagai alat dan kegiatan intelektual untuk memahami pengalaman belajar peserta didik dalam
proses pembelajaran yang dibantu oleh disiplin ilmu sosial lainnya.
12[12]Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1993), hal 6-9.
Teori ini didukung oleh para rekonseptualis yang membahas masalah
kemanusiaan.Analisis teori ini didasarkan atas analisis nilai yang bersifat kritis.Tujuan
pendidikan menurut teori ini adalah untuk memperlancar perkembangan individu secara otonom
dalam mewujudkan dirinya.Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha moral untuk merefleksikan
nilai-nilai yang ditanamkan.
3. Teori yang berorientasi pada bahan
Sesuai dengan orientasinya, teori ini berkaitan dengan pemilihan dan pengorganisasian
bahan-bahan kurikulum.Semua kegiatan pendidikan terpusat pada anak. Dalam perkembanganya
dikenal ada tiga jenis kurikulum yang terpusat pada pada anak, yaitu:
a. Pendidikan efektif, yaitu pendidikan yang mengutamankan perkembangan perasaan dan nilai
pada anak. Guru dalam pendidikan efektif berperan sebagai fasilitator dan pembangkit minat
belajar anak.
b. Pendidikan terbuka, yaitu pendidikan yang mengutamakan perkembangan sosial-kognitif anak
melalui eksplorasi, kegiatan dan pertemuan informal. Guru dalam pendidikan ini berfungsi
sebagai penasihat, motivator dan fasilitator.
c. Pendidikan perkembangan, yaitu pendidikan yang mengutamakan tingkat perkembangan anak
untuk menentukan status, bahan dan sekuens. Guru dalam pendidikan ini berperan sebagai
penyelaras kurikulum yang memperlancar perkembangan anak.
4. Teori yang berorientasi pada proses.
Teori ini menitikberatkan pada proses perkembangan kurikulum, mengadakan analisis
sistem dan mengadakan pengkajian strategi unsur pembentukan kurikulum.
F. Core Curriculum
Apakah corecurriculum itu?Banyak ahli kurikulum yang mengartikan core
curriculum.Saylor dan Alexander (1956), misalnya, mengatakan bahwa istilah corecurriculum
menunjuk pada satu rencana yang mengoganisasikan dan mengatur (scheduling) bagian utama
bagi program pendidikan umum di sekolah. Faunce dan Bossing (1951) mendefinisikan bahwa
istilah cor curriculum menunjuk pada pengalaman belajar yang fundamental bagi peserta didik,
sebab pengalaman belajar didapat dari (1) kebutuhan atau dorongan secara individual maupun
secara umum, dan (2) kebutuhan secara sosial maupun sebagai warga negara masyarakat
demokratis.13[13]
Alberty (1953) dalam menggunakan istilah corecurriculum dan general Education dalam
pendidikan digunakan secara simultan yang akhirnya dia berpendapat atas dua istilah tersebut
dengan sebutan core program. Dalam kaitanya cor program tersebut diatasAlberty mengajukan
enam tipe (jenis) cor program,yaitu:
1. Core program terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang masing-masing dapat diajarkan secara
bebas tanpa sistematika untuk memperuntukan hubungan asing-masing pelajaran itu.
2. Core program terdiri atas sejumlah pelajaran yang dihubungkan satu dengan yang lainya.
3. Core program terdiri atas masalah yang luas, unit kerja, atau tema yang disatukan, yang dipilih
untuk menghasilkan arti mengajar secara efektif tentang isi pelajaran tertentu, misalnya
matematika, ilmu pengetahuan Alam dan Ilmu pengetahuan sosial.
4. Core program merupaka mata pelajaran yang dilebur dan disatukan.
5. Core program merupakan masalah luas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial,
masalah minat anak (peserta didik).
6. Core program merupakan unit kerja yang direncanakn oleh siswa (peserta didik) dan guru untuk
memenuhi kebutuhan kelompok.14[14]
Suatu program pendidikan dikategorikan sebagai corecurriculum, apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Program kurikulum inti melengkapi pendidikan umum, dan tujuan program adalah seluas
dengan hasil dasar yang dicapai melalui program pendidikan umum.
2. Kelas dalam kurikulum inti (corecurriculum) disusun atau diatur untuk dua atau lebih periode
kelas pada umumnya.
3. Pengalaman belajar kelompok inti biasanya diorganisasikan berdasarkan pada unit kerja yang
luas dan tidak terikat pada subjectmatter (mata pelajaran) tradisional.
4. Guru kurukulum inti menggunakan metode pelajaran yang lebih fleksibel dan bebas, dan
menggunakan prosedur kelompok kerja sama dalam dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mengkaji corecurriculum (kurikulum inti).
Pendekatan tersebut meliputi :16[16]
1. Pendekatan yang berorientasi pada masalah.
IV. Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut, dapat disumpulkan bahwa teori kurikulum merupakan suatu
perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, dan mempunyai
pengaruh besar terhadap implementasi dan pengembangan kurikulum.Teori kurikulum bukan
hanya sebagai landasan dan acuan, tetapi juga dapat menjelaskan dan memprediksi bagaimana
praktik kurikulum.sehingga teori kurikulum memberikan fungsi pokok dalam kurikulum antara
lain: suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah dan