Anda di halaman 1dari 15

PENDEKATAN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Oleh:

Ardiman Fadhil

{402019121005}

Fakultas Tarbiyah

Pendidikan Bahasa Arab/Semester 5

Universitas Darussalam Gontor

1442 H / 2021 M

1
A. Pendahuluan
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Karena sifatnya
yang dinamis dan mengikuti keadaan suatu negara, maka kurikulum pun senantiasa
dilakukan penyesuaian. Salah satunya adalah dengan mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum nantinya dapat memunculkan berbagai model kurikulum.
Briggs (1978: 23) menjelaskan model adalah seperangkat prosedur yang
berurutan untuk mewujudkan suatu proses seperti penilaian kebutuhan, pemilihan
media, dan evaluasi. Model sebagai konsep dasar mengenai usaha pelaksaaan dan
penilaian pembelajaran dalam ruang lingkup pendidikan menjadi bahan acuan
dalam pemilihan sekaligus penetapan kurikulum yang digunakan. Model
pengembangan kurikulum disini memuat ide atau gagasan, tata cara pelaksanaan
dan evaluasi hasil akhir.
Indonesia telah mengalami berbagai perubahan model kurikulum. Seringnya
pergantian model kurikulum yang digunakan bukanlah tanpa alasan. Mengikuti
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), pergantian jabatan
dalam ruang lingkup pemerintah, kedua hal tersebut bisa dikatakan sebagai sekian
dari penyebab sering bergantinya kurikulum di Indonesia.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai meodel
pengembangan kurikulum dan pendekatannya. Serta macam-macam model
pengembangan kurikulum hasil pemikiran para ahli.

B. Pembahasan
1. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Agar kurikulum dapat sesuai dengan tujuan pendidikan, maka diperlukan
suatu pengembangan kurikulum melalui pendekatan-pendekatan tertentu.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut
sukmadinata (2000 : 1), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusun
kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement).

2
Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum
berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar
kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program
pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum).
Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun
oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih
khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana
tahunan, semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum). Yang
dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya,
tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu
sendiri.
Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan tersebut adalah cara kerja
dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-
langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih
baik. Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap
suatu proses tertentu. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum.
Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat enam pendekatan
yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: bahan pelajaran,
tujuan, organisasi bahan, collerated curriculum, integrated curriculum, dan
pendekatan kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).
1. Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran
Pendekatan ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975.
bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi
bahan adalah bahwa bahan pengajaran lebih fleksibel dan bebas dalam
menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya adalah karena tujuan
pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan
metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan
penilaian.

3
2. Pendekatan berorientasi pada tujuan
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan
atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan
adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi
pada tujuan adalah:
 Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum
 Tujuan yang jelas pula didalam menetapkan materi pelajaran, metode,
jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan
 Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam
mengadakan penilaian terhadap hasil yang di capai.
Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam
mengadakan perbaikan-perbaikan yang di perlukan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang
berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri
(bagi guru).

3. Pendekatan dengan Organisasi Bahan


Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum. Pendekatan ini
penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah,
misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak
berhubungan satu sama lain.
4. Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola
mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa
secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek,
yaitu:
 Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi,
Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu
Bumi, kemudian dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang masih berada
dalam lingkup suatu bidang studi.

4
 Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam
kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang
berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada
hubungannya.
 Pendekatan Tempat / Daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok
pembicaraannya. Misalnya tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan
pembicaraan mengenai segi wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi
dan sebagainya.
5. Pendekatan Pola Integrated Curriculum
Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti
tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-
bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia
seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada
keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang
terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan
tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.
6. Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (competency-based
curriculum)
Kompetensi (competency) mengandung makna kemampuan seseorang
yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan
ada pengakuan resmi atas kemampuan tersebut. Dalam lingkup pendidikan
menengah kejuruan pengertian kurikulum berbasis kompetensi dapat diuraikan
sebagai berikut:
 Kurikulum berbasis kompetensi diartikan sebagai rancangan pendidikan
dan pelatihan yang dikembangkan berdasarkan persyaratan-persyaratan
berupa standar kompetensi yang berlaku di tempat kerja.
 Substansi kompetensi memuat pernyataan pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan sikap (attitude).

5
 Isi atau materi kurikulum yang dirancang dengan pendekatan berbasis
kompetensi diorganisasi dengan sistem modular (satuan utuh), ditata
secara sekuensial dan sistemik. Yang dimaksud dengan sistem modular
adalah perancangan substansi pembelajaran berdasarkan satuan
kompetensi secara utuh, sehingga memudahkan perpindahan dari suatu
satuan pembelajaran ke satuan pembelajaran lainnya berdasarkan
prinsip pembelajaran tuntas. Dalam pelaksanaannya, bahan ajar untuk
mendukung pembelajaran dapat berbentuk modul.
 Ada korelasi langsung antara penjenjangan jabatan pekerjaan di dunia
kerja dengan pentahapan pencapaian kompetensi di SMK.
John D McNeil dalam buku Contemporary curriculum in thought and action
(2006) menyatakan bahwa kurikulum dibagi menjadi empat model konsep
pengembangan kurikulum yaitu humanistik, rekonstruksi sosial, sistematik dan
akademik. Tetapi penulis akan menjelaskan enam model konsep pengembangan
kurikulum, yaitu: subjek akademis; humanistis; teknologis/kompetensi; dan
rekontruksi sosial.
Dari beberapa model konsep pengembangan kurikulum ini, maka
penyusunan kurikulum harus dapat melihat kepada ilmu pengetahuan itu sendiri
yang dapat dikaitkan dengan kepentingan peserta didik sebagai
manusia/individu, dan kurikulum juga harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan teknologi sekarang ini, dan yang tidak kalah pentingnya adalah
kurikulum dibuat dengan memperhatikan kepentingan masyarakat tiap-tiap
daerah.
2. Model Pengembangan Kurikulum
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur
dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan
mengeavaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model
pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan dalam pendidikan.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan model-model pengembangan
kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki

6
karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam
pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan
basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang
menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan
kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial.
Oleh karena itu, pengembangan kurikukulum perlu dilakukan dengan
berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.
Model-model pengembangan yang akan dibahas, yaitu model Ralph Tyler,
Administratif, Grass Root, Demonstrasi, Miller-Seller, Taba dan model
Beauchamp.
a. Model Ralph Tyler
Model pengembangan yang dikemukakan oleh Ralph Tyler (1949)
diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada
langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah:
a. Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
b. Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan
untuk mencapai tujuan pendidikan?
c. Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya
diorganisasikan?
d. Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Oleh karena itu menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan
dalam pengembangan kurikulum yang meliputi:
1. Menentukan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus
dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan
harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti
program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas
sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan
tersebut.
2. Menentukan Proses Pembelajaran

7
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses
pembelajaran adalah presepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik.
Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam
proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap,
pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh
karena itu, ketetapan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat
menentukan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan
isi atau materi. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman
belajar apa yang harus dilakukan, diorganisasi sedemikian rupa sehingga
dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi
belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan, akan mempermudah
untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang
sebaiknya digunakan.
4. Menentukan Evaluasi Pembelajaran
Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan
kagiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan,
harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau
pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para
pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-
komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip
evaluasi yang ada.
b. Model Administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas
(top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum
ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat
keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini
sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah

8
kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk
mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri
dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, displin ilmu, tokoh masyarakat,
tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja.
Tim ini bertugas untukk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan
rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun
kurikulum secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan
tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-
rambu dan substansi materi pembelajaran, menyusun alternatif proses
pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran.
c. Model Grass Roots
Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model administratif.
Model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai
dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau
dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Model
Gross Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para
pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari
unit-unit terkecil dan spesifik menuju bagian-bagian yang lebih besar.
d. Model Demonstrasi
Model pengembangan kurikulum ini idenya datang dari bawah (grass roots).
Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang
selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya
sering mendapat tantangan atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini.
Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang
diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen
suatu kurikulum. Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas
tentang kurikulum yang ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji
coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini:
1. Kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui
proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah.

9
2. Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih
khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan
berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks.
3. Haikikat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari
kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan.
4. Model ini akan menggerakan inisiatif, kreativitas guru-guru serta
memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi
kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
e. Model Miller-Seller
Model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan
kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s
& Robinson), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
1. Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Langkah pertama yang dianggap sangat penting adalah menguji dan
mengklarifikasi orientasi. Orientasi ini merefleksikan pandangan
filosofis, psikologis, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya
dikembangkan.
2. Pengembangan Tujuan
Langkah berikutnya adalah mengembangkan tujuan umum (aims) dan
mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang
bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini adalah mereflesikan
pandangan orang (image person) dan pandangan (image)
kemasyarakatan. Tujuan pengembangan merupakan tujuan yang masih
relatif umum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang
lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
3. Identifikasi Model Mengajar
Identifikasi model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan
tujuan dan orientasi kurikulum. Pada tahap ini pelaksana kurikulum
harus mengidentifikasi strategi mengajar yang akan digunakan yang
disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Kriteria yang harus
diperhatikan dalam menentukan model mengajar yang akan digunakan:

10
a. Disesuaikan dengan tujuan umum dan tujuan khusus
b. Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa
c. Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara
utuh, sudah dilatih, dan mendukung model.
d. Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.
4. Implementasi
Langkah ini merupakan langkah menerapkan kurikulum berdasarkan
pada langkah-langkah sebelumnya. Implementasi sebaiknya
dilaksanakan dengan memerhatikan komponen-komponen program studi,
identifikasi sumber, peranan, pengembangan profesional, penetapan
waktu, komunikasi, dan sistem monitoring. Langkah ini merupakan
langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum.
f. Model Taba (Inverted Model)
Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut
penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba memercayai
bahwa guru merupkan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikuum.
Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh guru dan memosisikan guru
sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik
dalam model pengembangan Taba. Dalam pengembangannya model ini
lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif.
Langkah-langkahnya adalah:
1. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru.
2. Menguji unti eksperimen
3. Mengadakan revisi dan konsolidasi
4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikuum (develoving a
framework)
5. Implementasi dan desiminasi
g. Model Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh Gerge A. Beauchamp, seorang ahli
kurikulum. Menurut Beauchamp (1931), proses pengembangan kurikulum
meliputi lima tahap, yaitu:

11
1. Menentukan arena atau wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
2. Menetapkan personalia
3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
4. Implementasi kurikulum
5. Evaluasi kurikulum.

C. PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Pendekatan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Sedangkan
model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan
sebuah proses pendidikan.
Ada 6 jenis pendekatan kurikulum untuk mengambangkan kruikulum :
1. Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran
2. Pendekatan berorientasi pada tujuan
3. Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (competency-based
curriculum)
4. Pendekatan Pola Integrated Curriculum
5. Pendekatan dengan Organisasi Bahan
6. Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat
digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Model Ralph Tyler
2. Model Grass Roots
3. Model Administratif
4. Model Demonstrasi
5. Model Miller-Seller
6. Model Taba (Inverted Model)
7. Model Beauchamp
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang

12
optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan system pendidikan dan system
pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang
digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam system pendidikan dan
pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang sifatnya
desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek
akademis berbeda dengan kurikulm humanistik, teknologis, dan rekonstruksi
social.
B. Saran
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai pendekatan serta
pengembangan kurikulum, maka penulis menyarankan untuk pembaca agar
dapat memahami dan mengimplementasikan yang telah dipaparkan diatas. Serta
dapat memanfaatkan beberapa model kurikulum untuk dikembangkan dengan
baik.

13
Daftar Pustaka:
Asih, ,Murni. (2011). Model Konsep Kurikulum. [online].
https://murniasihmu.wordpress.com/2011/12/31/model-konsep-
kurikulum/
Dwi, Elisa. (2015). Model Desain Kurikulum. [online].
http://elisadwi.blogs.uny.ac.id/2015/12/03/model-desain-kurikulum/
Fatahilah, Wahyu. (2013). Macam – Macam Model Konsep Kurikulum. [online].
http://wahyu-fatahilah.blogspot.co.id/2013/06/macam-macam-model-konsep-
kurikulum.html
Firman, Asep. (2014). Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum. [online].
https://asepfirman17.wordpress.com/administrasi-pendidikan/981-2/
Malik, Imam. (2013). Pendekatan Pengembangan Kurikulum. [online].
https://imammalik11.wordpress.com/2013/11/11/pendekatan-pengembangan-
kurikulum/
Masrifah, Siti dkk. (2014). Model dan Konsep Kurikulum. [online].
http://pendidikanekonomia.blogspot.co.id/2014/05/model-dan-konsep-
kurikulum_7377.html
McNeil, John D. (2006). Contemporary Curriculum in Thought and Action. Los
Angeles: John Wiley & Sons, Inc.
McNeil, John D. (1977). Curriculum A Comprehensive Introduction. Canada: Little,
Brown an Company, Inc.
Nasir, Muhammad. (2014). Pendekatan – Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum.
[online].
http://muhammadnasirspdi.blogspot.co.id/2014/10/pendekatan-pendekatan-dalam.html
Nurlela, Siti. (2015). Macam – Macam Model Konsep Kurikulum. [online].
http://lightatthenight.blogspot.co.id/2015/03/macam-macam-model-konsep-
kurikulum.html
Radityama,Yudi. (2014). Beberapa Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Dasar. [online].

14
https://yudiradityatama.wordpress.com/2014/11/12/beberapa-pendekatan-dalam-
pengembangan-kurikulum-pendidikan-dasar-makalah-oleh-yudi-irawan-nim-
14760019-program-megister-pendidikan-guru-madrasah-ibtidaiyah-sekolah-
pascasarjana-universitas-i/
Resmaleni. (2014). Model – Model Konsep Pengembangan. [online].
http://resmaleniteacher.blogspot.co.id/2014/04/model-model-konsep-
pengembangan.html
Ruhimat, Toto dan Alinawati, Muthia. (2011). Model Pengembangan dan Organisasi
Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Salim, Mahrus. (2014). Makalah Pendekatan Pendekatan dalam Pengembangan
Kurikulum.
[online]. http://mahrus-salim.blogspot.co.id/2014/11/makalah-pendekatan-pendekatan
dalam.html
Sahar. (2015). Makalah Pendekatan dan Pengembangan Kurikulum. [online].
http://mytugasmm.blogspot.co.id/2015/06/makalah-pendekatan-dan-
pengembangan.html
Suhartoni. (2013). Model Konsep Kurikulum. [online].
http://su11a12to.blogspot.co.id/2013/03/model-konsep-kurikulum.html
Zaenulamry, Ajie. (2015). Makalah tentang Pendekatan – Pendekatan Pengembangan
Kurikulum. [online].
http://ajiezaenulamry.blogspot.co.id/2015/08/makalah-tentang-pendekatan-
pengembangan.html

15

Anda mungkin juga menyukai