PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan ajar merupakan salah satu aspek penting dalam dunia pendidikan, karena bahan
ajar merupakan salah satu sarana untuk mendukung berjalannya proses belajar. Bahan
ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran apabila dikembangkan sesuai kebutuhan
guru dan siswa serta dimanfatkan secara benar akan merupakan salah satu faktor penting
yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Dengan adanya bahan ajar maka peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran
bergeser. Semula guru di anggap sebagai satu-satunya sumber informasi di kelas,
sementara siswa diposisikan sebagai penerima informasi pasif. Dengan bahan ajar ini
pula, maka guru tidak lagi merupakan satu-satunya sumber belajar di dalam kelas. Dalam
hal ini, guru lebih diarahkan untuk berperan sebagai fasilitator yang membantu dan
mengarahkan siswa dalam pembelajaran. Serta dengan memanfaatkan bahan ajar yang
telah dirancang sesuai kebutuhan pembelajaran, siswa diarahkan lebih lagi untuk menjadi
pelajar aktif yang mempelajari setiap materi dalam bahan ajar dahulu sebelum mengikuti
pembelajaran di kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Konsep dari Bahan Ajar?
2. Apa Peran dan Fungsi Bahan Ajar Dalam Pembelajaran?
3. Bagaimana Bentuk-Bentuk Bahan Ajar?
4. Bagaimana Langkah-Langkah Mengembangkan Bahan Ajar?
5. Bagaimana Mengembangkan Modul dalam Pembelajaran
6. Bagaimana Mengembangkan LKPD dalam Pembelajaran?
7. Bagaimana Menentukan Jenis dan Situasi Pengalaman Belajar Sesuai Tuntutan KD
dan Materi Pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Konsep dari Bahan Ajar
2. Mengetahui Peran dan Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran
3. Mengetahui Bentuk-Bentuk Bahan Ajar
4. Mengetahui Langkah-Langkah Mengembangkan Bahan Ajar
5. Mengetahui Cara Mengembangkan Modul dalam Pembelajaran
1
6. Mengetahui Cara Mengembangkan LKPD dalam Pembelajaran
7. Mengetahui Cara Menentukan Jenis dan Situasi Pengalaman Belajar Sesuai Tuntutan
KD dan Materi Pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP BAHAN AJAR
Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara secara
sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar
adalah separangkat atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran,
metode pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain
secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu
mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.
Bahan ajar dalam bentuk media cetak maupun noncetak pada hakekatnya merupakan
penuangan strategi penyampaian pesan pembelajaran yang lazimnya disajikan secara
tatap muka atau secara verbal di depan kelas.
Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis
dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan
menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran paa dasarnya adalah
“isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan
topik/subtopi dan rinciannya. Dapat dipahami bahwa peran seorang guru dalam
merancang atau menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses
belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan
sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.1
Menurut Andi Prastowo isi bahan ajar harus mengandung kriteria sebagai berikut:2
1. Pengetahuan
a. Fakta yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi
nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama
bagian atau komponen suatu benda dan sebagainya.
1
Ina Magdalena et al., “Analisis Bahan Ajar,” Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial 2, no. 2 (2020): 311–326,
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara.
2
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Yang Inovatif (Yogyakarta: Diva Prees, 2012).
3
b. Konsep yaitu segala hal yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa
timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat,
inti atau isi dan sebagainya.
c. Prinsip yaitu hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi
dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar
konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
d. Prosedur yaitu langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
2. Keterampilan
Bahan ajar jenis sikap atau nilai adalah bahan untuk pembelajaran yang
berkenan dengan sikap ilmiah, antara lain:
a. Nilai-nilai kebersamaan
b. Nilai kejujuran
c. Nilai kasihsayang
d. Nilai tolong-menolong
e. Nilai semangat dan minat belajar
f. Nilai semangat bekerja
g. Bersedia menerima pendapat orang lain dengan sikap legowo, tidak alergi
terhadap kritik, serta menyadari kesalahannya sehingga saran dari orang lain
dapat diterima dengan hati terbuka dan tidak merasa sakit hati.
3
Magdalena et al., “Analisis Bahan Ajar.”
4
1. Menghemat waktu guru dalam belajar, adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi
mempelajari terlebih dahulu topic atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru
tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi.
2. Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator, adanya bahan
ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat memfasilitasi siswa dari
pada penyampai materi pelajaran.
3. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif, adanya bahan
ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki banyak waktu untuk
membimbing siswanya dalam memahami suatu topik pembelajaran, dan juga metode
yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cenderung
berceramah.
Fungsi bahan ajar adalah sebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar
yang lakukan oleh guru dengan materi pembelajaran yang kontekstual agar siswa dapat
melaksanakan tugas belajar secara optimal. Bahan ajar berfungsi sebagai berikut:4
a. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
diajarkan/dilatihkan kepada siswanya.
b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
c. Seharusnya dipelajari/dikuasainya.
d. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran
e. Membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar
f. Membantu siswa dalam proses belajar
g. Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pelajaran
4
Nurdyansyah and Nahdliyah Mutala’liah, “Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu Pengetahuan Alambagi
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar,” Program Studi Pendidikan Guru Madrasa Ibtida’iyah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 41, no. 20 (2015): 1–15.
5
h. Untuk menciptakan lingkungan / suasana balajar yang kondusif
Menurut Prastowo dari segi bentuknya, bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:
1. Bahan ajar cetak (printed), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang
dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contoh:
Handout, merupakan ringkasan bahan pembelajaran cetak yang berisi pemetaan
konsep, uraian singkat, ikhtisar, skema, prosedur kerja, atau penerapan rumus-
rumus dan contoh-contoh perhitungan praktis yang didistribusi secara Cuma-
Cuma kepada peserta didik.
Buku, adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan.
Modul, sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar murid dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga paling tidak modul berisi
paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan
sebelumnya.
Lembar kerja siswa, adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus
dikerjakan peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas.
Brosur, adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan lipat
tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap.
Leaflet, merupakan media berbentuk selembaran kertasyang diberi gambar dan
tulisan pada sisi kertas yang dilipat sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa.
Wall chart, merupakan suatu media pembelajaran yang dapat berupa gambar,
denah, bagan, atau skema yang biasanya digantungkan pada dinding kelas.
2. Bahan ajar dengar (audio) atau program audio, yaitu: semua sistem yang
menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh
seseorang atau sekelompok orang. Contoh: kaset, radio, piringan hitam, dan compact
diskaudio.
6
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu: segala sesuatu yang memungkinkan
sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial.
Contoh: video, compact disk, dan film.
4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yaitu: kombinasi dari dua atau
lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya
dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan atau
perilaku alami dari presentasi. Contoh: compact disk interaktif.
b. Menurut Sifat Bahan Ajar
Jika dilihat dari sifatnya menurut Prastowo maka bahan ajar dapat dikelompokkan
menjadi empat macam, yaitu:
1. Bahan ajar berbasiskan cetak. Yang termasuk dalam kategori bahan ajar ini adalah
buku, pamphlet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, bukukerja siswa, peta, charts,
foto, bahan dari majalah atau Koran, dan lain sebagainya.
2. Bahan ajar berbasiskan teknologi. Yang termasuk dalam kategori bahan ajar ini
adalah audioassete, siaran radio, slide, filmstrips, film, video, siaran TV, video
interaktif, computer based tutorial, dan multimedia.
3. Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek. Contoh: kit sains, lembar
observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya.
4. Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan ineraksi manusia (terutama untuk
keperluan pendidikan jarak jauh). Contoh: telepon, handphone, video conferencing,
dan lain sebagainya.
5
Herdiana. “Metode Pengembangan Pembelajaran”. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689-1699.
digilib.uinsby.ac.id/10435/5/Bab 3.pdf
7
2. Tahap perancangan, yaitu tahap perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan hasil
analisis, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan sumber, serta pemilihan
strategi pembelajaran.
3. Tahap pengembangan, adalah tahap penulisan bahan ajar secara utuh sesuai kebutuhan.
4. Tahap evaluasi, adalah tahap pengumpulan informasi mengenai kinerja bahan ajar yang
telah dikembangkan, sebagai masukan penyempurnaannya. Tahap ini dilakukan melalui
empat cara, yaitu: 1). telaah ahli materi, 2) uji coba satu-satu, 3). uji coba kelompok
kecil, dan 3) uji coba lapangan.
5. Tahap revisi, adalah tahap perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar berdasarkan
masukan yang diperoleh pada tahap evaluasi.
Penting ditekankan, dari kelima tahap di atas, tahap yang paling krusial adalah tahap
kedua dan ketiga; tahap perancangan dan pengembangan. Pada tahap perancangan, bahan
ajar didesain sedemikian rupa agar menghasilkan bahan ajar yang berkualitas. Selanjutnya,
berdasarkan rancangan yang telah didesain, dikembangkan lebih lanjut pada tahap ketiga
(tahap pengembangan). Berikut ini merupakan penjelasan detail mengenai pengembangan
bahan ajar:
1. Tahap Analisis
Pada tahap ini, karakteristik dan kebutuhan siswa merupakan fokus utama yang perlu
mendapat perhatian. Karakteristik dan kebutuhan siswa perlu diidentifikasi untuk
menentukan jenis dan substansi bahan ajar yang dikembangkan. Bahan ajar yang baik
adalah bahan ajar yang sesuai karakteristik siswa dan kebutuhan mereka terhadap bahan
ajar itu.
2. Tahap Perancangan
Pada tahap ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan, yaitu:
perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan
sumber, serta pemilihan strategi pembelajaran. Beberapa poin penting terkait dengan
empat langkah tersebut dapat dikemukakan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1
Hal-Hal yang Perlu Dilakukan dan Diperhatikan dalam Perancangan Bahan Ajar
8
Perancangan
- Menyusun tujuan pembelajaran -Rumusan tujuan harus
yang melibatkan empat hal: menunjukkan dengan jelas
1)Audience (siswa); 2) Behavior kompetensi yang diharapkan
(kata kerja dan objek), 3) seusai proses pembelajaran;
Condition (kondisi); 4) Degree -Rumusan tujuan
(derajat pencapaian). menggambarkan: siswa dapat
- Menyusun tujuan pembelajaran melakukan apa, dalam kondisi
dengan kalimat operasional; bagaimana, dan derajat capaian
Perumusan menghindari penggunaan kata yang seperti apa..
Tujuan kerja yang tak jelas, seperti: -Rumusan tujuan yang baik
Pembelajaran memahami, mengenal, akan memandu pemilihan
menguasai, mengetahui, topik, strategi, media, metode,
menyadari, dsb dan alat evaluasi hasil
pembelajaran,
- Memilih topik mengacu pada -Peta konsep diperlukan untuk
kurikulum dan hasil analisis mengidentifikasi tema, isu,
instruksional; teori, dan prosedur inti yang
Pemilihan - Menelusuri pustaka, buku/ diurai dalam topik pelajaran.
Topik sumber belajar lain, termasuk
Pembelajaran ensiklopedi;
- Membuat peta konsep.
-Memilih media/ sumber belajar -Media merupakan alat atau
yang dapat membelajarkan siswa, cara untuk menfasilitasi dan
bukan sekedar yang memper-mudah proses belajar
menyenangkannya. siswa dan membuat proses
-Jangan memilih media atas dasar belajar menjadi lebih
kesukaan dan ketersediaannya menyenangkan dan menarik
saja, jika tidak membantu proses bagi siswa.
Pemilihan belajar menjadi menarik, efisien -Media harus dipilih dengan
Media dan dan efektif; seksama dan bijaksana. Sebab
Sumber -Memilih media setelah memper- ada bahan ajar yang cukup
Pembelajaran timbangkan akses, biaya, hanya dengan media cetak saja,
9
kebaruan, kemudahan, kecepatan, tetapi ada pula yang
interaktivitas, dan aspek membutuhkan multi media,
paedagogisnya. bahkan berbasiskan
-Memilih jenis media/sumber komputer/jaringan.
belajar yang relevan, \baik cetak, -Sumber belajar lain bisa pula
non cetak, dan atau display. tokoh masyarakat terkait
(seperti tokoh agama, polisi,
pejabat, politisi, dll.)
- Menyusun urutan pembelajaran - Jenis urutan penyajian yang
yang sesuai dapat dipilih:
- Merancang aktivitas belajar 1) Kronologis (Chronological)
siswa, dikaitkan dengan hakekat 2) Geografis (Place to Place)
mater 3) Alur berputar (Concentric
- Merancang urutan penyajian circles)
Pemelihan Strategi informasi atau topik,urutan 4) Sebab akibat (Casal
Pembelajaran latihan dan tugas siswa, serta Secuence)
contoh yang harus diberikan 5) Logika terstruktur
untuk memperjelas topik (Structural logic)
- Merancang evaluasi formatif- 6) Pemecahan masalah
sumatif yang diperlukan siswa (Problem Centered)
untuk mengukur hasil belajarnya 7) Langkah mundur
(Backward Chaining)
a. Urutan Penyajian
Penentuan urutan penyajian, berarti pengaturan urutan tema, konsep, teori,
prinsip atau prosedur utama (chierf teaching points) yang harus disajikan. Pengaturan
urutan logis semua itu, tentunya tidak sukar dilakukan, jika sebelumnya telah dibuat
peta konsep ketika menentapkan topik pelajaran. Pengaturan urutan penyajiannya,
dapat dipilih beberapa alternatif berikut, yaitu:
10
1) kronologis (chronological), berdasarkan kronologis kejadian;
2) geografis (place-to-place), berdasarkan lokasi/tempat;
3) alur berputar (concentric circles), berdasarkan prinsip pengulangan kembali
topik sebelumnya untuk kemudian dikaitkan dengan informasi baru;
11
Bentuk aktivitas dapat dirancang untuk mengaktifkan partisipasi siswa dalam
proses belajar sambil menggunakan bahan ajar. Pilihan aktivitas yang paling tepat
dapat dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran, topik, serta karakteristik
siswa.
3. Tahap Pengembangan
12
siswa memahami bahan ajar dengan baik.
Tentunya, dengan mengikuti beberapa saran di atas, belum tentu
merupakan jaminan untuk menghasilkan sebuah produk bahan ajar yang baik.
Namun demikian, bagaimana pun kualitas bahan ajar yang dapat dihasilkan,
adalah sebuah prestasi. Bahan ajar yang berkualitas, menurut pengalaman, tidak
dapat dihasilkan seorang diri, apalagi sekali untuk selamanya. Karena itu, evaluasi
dan revisi adalah sebuah keniscayaan.
4. Tahap Evaluasi dan Revisi
Evaluasi dan revisi dimaksudkan untuk memperoleh beragam reaksi dari
berbagai pihak. Reaksi yang diberikan pihak lain merupakan masukan berharga untuk
memperbaiki bahan ajar. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, ada empat
tahapan yang harus dilalui dalam mengevaluasi bahan ajar, yaitu: 1) telaah ahli materi,
2) uji coba satu-satu, 3) uji kelompok kecil, dan 4) uji lapangan.
Masukan pada setiap tahap evaluasi diakomodasi sedemikian rupa, untuk
kemudian diintegrasikan dalam proses perbaikan bahan ajar. Dalam hal ini, perbaikan
boleh jadi berbentuk 1) menghilangkan bagian tertentu, 2) memperluas penjelasan atas
suatu topik, 3) memilih yang lebih mudah, 4) merubah gaya bahasa, 5) memperbaiki
kalimat, 6) menambah latihan, contoh, analogi, ilustrasi, contoh kasus, atau 7)
menambah penggunaan media lain yang dianggap dapat memperjelas dan membantu
siswa dalam proses belajarnya.
Dalam konteks perbaikan itu, ada satu hal penting yang tidak boleh
dilupakan, yaitu ketika satu komponen mendapat perbaikan, maka komponen lainnya
perlu segera disesuaikan. Dengan demikian, semua bagian diharapkan tetap utuh dan
padu (integral). Lebih dari itu, bahan ajar yang telah dibuat diharapkan pula
memperoleh sambutan yang baik dan bermanfaat secara optimal (Herdiana 2013).
13
asesmen, hingga sarana yang dibutuhkan dalam menjalankan pembelajaran secara
terorganisir.
Tujuan
Karakteristik
1) Self Instruction
Pada karakteristik ini, pelajar dituntut untuk belajar secara mandiri, tanpa bantuan dari
seorang pengajar. Sehingga, modul dirancang sedemikian rupa agar pelajar mudah
dalam mencerna isi materi modul tersebut. Oleh sebab itu, untuk memenuhi karakter
self instruction, maka dalam modul harus:
Memuat tujuan pembelajaran dengan jelas dan menggambarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
Memuat materi pembelajaran yang dikemas secara spesifik sehingga memudahkan
peserta didik mempelajarinya secara tuntas.
Terdapat contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan dalam memaparkan
materi pembelajaran.
Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang dapat digunakan untuk
mengukur penguasaan materi pembacanya.
6
Sungkono. “Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Pembelajaran”. Maj Ilm
Pembelajaran. Published online 2009:5-1.
14
Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas dan
lingkungan peserta didik.
Penggunaan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami dan komunikatif.
Terdapat rangkuman materi pembelajaran. h) Terdapat instrumen penilaian,
sehingga peserta didik dapat melakukan penilaian sendiri.
Terdapat umpan balik terhadap penilaian peserta didik untuk mengetahui tingkat
penguasan peserta didik.
Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/ referensi yang mendukung materi
pembelajaran yang dimaksud
2) Self Contained
Modul harus memuat seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan peserta didik.
Hal ini bertujuan untuk memberikan materi pembelajaran secara tuntas, karena materi
belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.
3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)
Stand Alone merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan
ajar atau media lain. Artinya, tanpa menggunakan bahan ajar lain atau media lain,
peserta didik dapat mempelajari dan mengerjakan tugas yang ada dalam modul
tersebut.
4) Adaptif
Modul dikatakan adaptif bila dapat menyesuaikan terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu, modul dapat digunakan diberbagai perangkat
keras (hardware).
5) Bersahabat atau Akrab (User Friendly)
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat atau akrab dengan
pemakainya. Setiap instruksi dan informasi yang tampil bersifat membantu dan
bersahabat dengan pemakai, dalam merespon dan mengakses sesuai dengan
keinginan. Sesuai karakteristik dalam penulisan modul yang dikemukakan
Maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik sebuah modul adalah jelas dan mudah
dipahami, memuat uraian materi pembelajaran secara lengkap dan utuh, memiliki sumber
yang jelas, memuat tujuan pembelajaran, bersahabat, dan adaptif sehingga dapat digunakan
belajar secara mandiri.
15
Secara umum, modul ajar terdiri dari komponen sebagai berikut7:
1. Informasi umum
Judul Modul Ajar
Pemilihan satuan dan jenjang pendidikan
Pemilihan Fase dan kelas
Pemilihan mata pelajaran
Deskripsi umum modul ajar
Identitas penulis modul
2. Capaian dan Tujuan Pembelajaran
Capaian Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran dari keseluruhan Modul Ajar
Alur Tujuan Pembelajaran
Dimensi Profil Pelajar Pancasila
3. Detail Rancangan Penggunaan
Total alokasi Jam Pembelajaran (JP) dan jumlah pertemuan
Penentuan model belajar (daring, luring, campuran)
Sarana Prasana
Prasyarat Kompetensi
4. Detail Pertemuan
1) Alokasi Jam Pembelajaran (JP) per pertemuan
2) Rincian Kegiatan Pembelajaran, yang disarankan terdiri dari:
Tujuan Pembelajaran
Indikator Keberhasilan
Pertanyaan Pemantik
Daftar perlengkapan ajar
Daftar lampiran materi pendukung
Langkah pembelajaran
Rencana asesmen
Rencana diferensiasi
3) Lampiran atau Materi Pendukung dapat terdiri dari:
7
Rahim A. “Pengembangan Modul Praktikum Bengkel Elektronika”. Skripsi Univ Negeri Padang. Published
online 2019:7-30.
16
Referensi materi / media pembelajaran;
Lembar kerja / Latihan / Asesmen; dan/atau
Instrumen Refleksi.
17
9. Periksa kembali kelengkapan komponen modul ajar.
Tabel 5.1
Tahun 2021
18
Mode Pembelajaran: Tatap Muka
a. Komputer (Optional)
c. Proyektor (Optional)
d. Papan Hitung
Materi Pendukung:
Latihan/asesmen
Lampiran LKS
Pengayaan
Remedial
Instrumen refleksi
Refleksi Guru
Refleksi Murid
19
Pertemuan_Bilangan Cacah
Materi Pendukung:
Latihan/asesmen
Asesmen
Lampiran LKS
Pengayaan
Remedial
Instrumen refleksi
Refleksi Guru
Refleksi Murid
20
dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam
belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk
mengarahkan peserta didiknya menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri.9
Lembar Kinerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu bahan ajar yang sering
digunakan oleh pendidik. LKPD menjadi bagian penting sebagai sarana pendukung dalam
belajar. Di dalamnya terdapat berbagai macam bentuk latihan soal yang seharusnya
mampu dimaksimalkan oleh peserta didik. Namun, dalam kenyataannya, LKPD menjadi
panduan utama guru dalam mengajar, padahal LKPD merupakan sarana pelengkap atau
pendukung saja. Lebih parahnya lagi ketika guru menjadi LKPD sebagai instrumen dalam
penilaian. LKPD tidak sekedar menjadi bahan pendukung dalam pembelajaran di kelas.
LKPD seharusnya bisa menjadi bagian penting dalam penyampaian nilai-nilai kebaikan
pada diri peserta didik. LKPD yang berkualitas tidak sekedar memberikan informasi
materi secara singkat dan memberikan panduan aktivitas serta latihan peserta didik saja,
melainkan di dalam LKPD tersebut juga memuat unsur nilai pendidikan karakter.
Semua kegiatan mendasar yang harus dilakukan peserta didik terkumpul dalam LKPD
untuk memaksimalkan pemahamann dan pembentukan kemampuan dasar sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensinya. Namun pada kenyataanya LKPD yang banyak
digunakan di sekolah bersifat umum karena berisi ringkasan materi saja dan soal-soal
sehingga berdampak kurang tertarik dan rasa malas peserta didik karena kegiatannya
bersifat monoton dan cenderung hanya menghafal konsep. Jadi LKPD yang digunakan
seakan menjadi tidak efektif karena hanya memuat rangkuman materi, soal objektif dan
soal uraian, yang semakin membuat peserta didik malas dan kurang tertarik. Aktifitas
peserta didik dalam pembelajaran belum berkembang secara maksimal.
Untuk membangkitkan minat belajar peserta didik salah satunya dengan memanfaatkan
LKPD yang dikembangkan atau dirancang sendiri oleh guru dimana pengembangan atau
perancangan LKPD tersebut dapat dibuat berdasarkan kondisi sekolah dan lingkungan.
LKPD yang dirancang atau yang dikembangkan tidak hanya menilai kemampuan kognitif
saja tetapi diharapkan juga mampu mengkolaborasikan aktivitas fisik peserta didik dalam
memahami konsep materi eksperimen maupun non-eksperimen. Guru diharapkan mampu
mengembangkan atau merancang LKPD sesuai dengan prosedur pembuatan LKPD,
dimana ada 3 persyaratan dalam pengembangan LKPD yaitu syarat didaktik, syarat
konstruksi dan syarat teknis. Sehingga diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna
9
Marwan Pulungan and Dkk, “Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Pada Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013”
(2013): 32.
21
dengan LKPD yang dirancang sendiri oleh guru sebagai alat bantunya yang disesuaikan
dengan kondisi dan lingkungan peserta didik.10
LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan
situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan penggunaan
LKPD adalah memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, bagi peserta
didik akan belajar mandiri dan belajar memahami serta menjalankan suatu tugas tertulis.
Macam-Macam LKPD
Manfaat LKPD
Manfaat LKPD secara umum antara lain (1) membantu guru dalam menyusun rencana
pembelajaran, (2) mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar, (3)
membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui
kegiatan belajar mengajar, (4) membantu peserta didik untuk menambah informasi
tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis, (5) melatih
peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses, (6)
mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep.11
10
Evy Aldiyah, “Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Pengembangan Sebagai Sarana Peningkatan Keterampilan
Proses Pembelajaran IPA Di SMP” 1, no. 1 (2021): 68.
11
Pulungan and Dkk, “Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Pada Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013,” 32.
22
Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kerja Peserta didik ( LKPD)
1) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar LKPD. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan
cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan,
kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh peserta didik.
2) Menyusun Peta Kebutuhan LKPD
Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKPD yang harus
ditulis dan sekuensi atau urutan LKPD-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKPD ini
sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan dan diawali dengan analisis
kurikulum dan analisis sumber belajar.
3) Menentukan Judul-Judul LKPD
Judul LKPD ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman
belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul
apabila kompetensi itu tidak terlalu besar.
4) Penulisan LKPD
Penulisan LKPD dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
a. Perumusan KD yang harus Dikuasai. Rumusan Kompetensi Dasar pada suatu
LKPDdapat dilakukan dengan cara menurunkan rumusannya langsung dari
kurikulum 2013.
12
Roya Praspita and Brillian Rosy, “Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik Berbasis Saintifik Pada Mata
Pelajaran Administrasi Umum Kelas X OTKP Di SMKN 1 Lamongan,” Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP) 9, no. 1 (2020): 507.
23
b. Menentukan Alat Penilaian. Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil
kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah
kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka
alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan
Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru
dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
c. Penyusunan Materi. Untuk penyusunan materi LKPD, ada beberapa poin yang
pelu diperhatikan, yaitu:
a) Materi LKPD sangat tergantung pada KD yang akan dicapai.
b) Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet,
jurnal hasil penelitian.
c) Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari
peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapat
melakukannya. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan
siapa.
d) Struktur LKPD, secara umum terdiri atas enam komponen, yaitu: judul,
petunjuk belajar (petunjuk peserta didik), kompetensi yang akan dicapai,
informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, dan
penilaian.13
G. PENGALAMAN BELAJAR
Pengalaman belajar merupakan sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk
memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Selain itu, Tyler juga menyatakan bahwa pengalaman belajar mengacu kepada interaksi
antara pelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan yang ia reaksi, artinya belajar
melalui perilaku aktif siswa, yaitu apa yang ia lakukan saat ia belajar, bukan apa yang
dilakukan oleh guru.14
Rohani (2004) berpendapat Pengalaman belajar adalah sejumlah aktivitas siswa yang
dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Menurut Wiliam Burton dalam Hamalik (2013) bahwa pengalaman
13
“Bagaimana Langkah- Langkah Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD) Yang Baik?,” accessed
November 6, 2022, https://www.gurusiana.id/read/andiardiman/article/bagaimana-langkah-langkah-
penyusunan-lembar-kerja-peserta-didik-lkpd-yang-baik-4905032.
14
Megawati, “Pentingnya Pengakomodasian Pengalaman Belajar Pada Pembelajaran IPA,” Jurnal Tunas
Pendidikan 1, no. 1 (2018): 21–30, http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/pgsd/article/view/62.
24
belajar meliputi adanya perubahan perilaku seperti keberanian untuk bertanya keberanian
untuk berpendapat selain perubahan perilaku, ada juga perubahan nilai, seperti perubahan
nilai kasih sayang, nilai tanggung jawab dan nilai keserasian hidup. Pengetahuan dalam
pengalaman belajar siswa dapat mengingat, memahami, menganalisis, mengevaluasi dan
dapat menerapkan penggunaan prosedur dalam situasi yang di berikan serta akan tumbuh
kreatifitas yang tiggi, selain pengetahuan pengalaman di dapatkan dari keterampilan
siswa pada saat pembelajaran seperti keterampilan memecahkan masalah, pengambilan
keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Karena belajar merupakan proses yang di
lakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang ingin di capai.15
Edgar Dale (1960) melukiskan proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa dalam
sebuah kerucut, yang dinamakan kerucut pengalaman. Kesepuluh jenis ini adalah:
1) Pengalaman langsung, dalam pengalaman ini anak mengalami sendiri, berbuat sendiri,
dengan cara ini akan memperoleh pengalaman secara langsung sehingga hasilnya
akan lebih berarti padanya.
2) Pengalamn langsung melalui benda-benda tiruan, misalnya untuk mempelajari bumi
yang bulat dpergunakan globe. Dengan benda tiruan anak dapat mempelajarinya
secara keseluruhan.
3) Pengalaman melalui dramatisasi, dengan pengalaman ini anak berkesempatan
melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan tertentu.
4) Pengalamn melalui demonstrasi, dalam pengalaman ini anak diajak untuk melihat
suatu proses.
5) Pengalaman melalui karyawisata, dalam karyawisata siswa menganalisis,
mengobservasi, dan meneliti sesuatu di luar kelas.
6) Pengalaman melalui pameran, dalam pameran diperlihatkan benda- benda yang
realistik, dengan maksud menyajikan suatu ide atau gagasan.
7) Pengalaman melalui televisi dan gambar hidup, alat ini berpengaruh pada anak
melalui pendengaran dan penglihatan, jadi pengalaman yang diperolehnya tidak
langsung tapi membutuhkan penghayatan yang tinggi.
15
Muhibatun Nisa, “Pengaruh Pengalaman Belajar Terhadap Sikap Positif Siswa Dalam Pembelajaran
Matematika Di SMP NU Dukuhjati Krangkeng-Indramayu,” Pediamatika 01, no. 01 (2019): 150,
http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/pmat.
25
8) Pengalaman melalui radio dan rekaman, pengalaman ini hanya membutuhkan
pendengaran saja, sehingga lebih sulit lagi dibandingkan dengan televisi dan gambar
hidup.
9) Pengalaman melalui lambang-lambang visual, pengalaman melalui lambang visual
memerukan penghayatan dan pemikiran yang tajam, sebab harus menterjemahkan
lambang tadi untuk membentuk suatu pengertian.
10) Lambang kata (verbal), pengalaman ini hanya dapat dimengerti jika anak dapat
berfikir abstrak.
26
pasar modern, interaksi sosial antar komunitas seagama / berbeda agama, praktik
kebudayaan masyarakat, praktik pelaksanaan suatu aturan hukum dan lain sebagainya.
16
“Aktivitas Dan Pengalaman Belajar | Ivonyerniwaty,” accessed November 6, 2022,
https://ivonyerniwaty.wordpress.com/2011/06/08/aktivitas-dan-pengalaman-belajar/.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara secara
sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga
berfungsi sebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru dengan materi yang konstektual agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar secara
optimal. Bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya dapat berupa
modul, dan LKPD.
Tujuan adanya bahan ajar diantaranya adalah: a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan
ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa, b. Untuk
membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks
yang terkadang sulit diperoleh, c. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai pemakalah berharap bahwa makalah
yang telah kami buat dari berbagai sumber referensi dapat memberikan pemahaman dan
juga manfaat bagi para pembaca mengenai pengembangan bahan ajar.
Kami sebagai pemakalah menyadari bahwasanya makalah yang telah kami buat
tentunya tidak luput dari berbagai kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat terbuka dalam menerima kritikan dan saran dari para pembaca agar kami
dapat memperbaiki kesalahan yang terdapat di dalam makalah ini dan membuatnya
menjadi lebih baik lagi.
28
DAFTAR PUSTAKA
Aldiyah, Evy. “Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Pengembangan Sebagai Sarana
Peningkatan Keterampilan Proses Pembelajaran IPA Di SMP” 1, no. 1 (2021): 50–56.
Magdalena, Ina, Tini Sundari, Silvi Nurkamilah, Dinda Ayu Amalia, and Universitas
Muhammadiyah Tangerang. “Analisis Bahan Ajar.” Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial
2, no. 2 (2020): 311–326. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara.
Mukti, Fitri, Connie Connie, and Rosane Medriati. “Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SMA Sint Carolus Kota Bengkulu.” Jurnal Kumparan Fisika 1, no. 3 (2018): 57–
63.
Nisa, Muhibatun. “Pengaruh Pengalaman Belajar Terhadap Sikap Positif Siswa Dalam
Pembelajaran Matematika Di SMP NU Dukuhjati Krangkeng-Indramayu.” Pediamatika
01, no. 01 (2019): 145–154. http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/pmat.
Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Yang Inovatif. Yogyakarta: Diva
Prees, 2012.
Praspita, Roya, and Brillian Rosy. “Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik Berbasis
Saintifik Pada Mata Pelajaran Administrasi Umum Kelas X OTKP Di SMKN 1
Lamongan.” Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP) 9, no. 1 (2020): 51–
64.
29
Pulungan, Marwan, and Dkk. “Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Pada Pembelajaran
Tematik Kurikulum 2013” (2013): 29–36.
Sungkono. 2009. “Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses
Pembelajaran.” Majalah Ilmiah Pembelajaran 5–1.
“Bagaimana Langkah- Langkah Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD) Yang
Baik?” Accessed November 6, 2022.
https://www.gurusiana.id/read/andiardiman/article/bagaimana-langkah-langkah-
penyusunan-lembar-kerja-peserta-didik-lkpd-yang-baik-4905032.
30