Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MATA KULIAH UMUM

BIMBINGAN KONSELING
EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH BERDASARKAN LANDASAN
YURIDIS FORMAL DAN YURIDIS INFORMAL

Disusun Oleh Kelompok 2:


CHAIRUN NISA 21023052
DISTY MEIRANI ANANDITA 21003090
FAIRUZ AL HABIB 21129385
JEFRI ANANDA PRATAMA 21087026
LIDYA FRANSISCA BR GULTOM 21018077
UMMI ATIAH 21129130

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Hj. Neviyarni S, M.S

UNIVERSITAS NEGERI PADANGTAHUN


2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil a’lamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang manaatas
rahmat dari-Nya, kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah umum Bimbingan Konseling dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang penyelenggaraan Bimbingan
konseling yang ada di Indonesia dan bahan bacaan bagi mahasiswa yang membutuhkannya
terutama bagi kami sebagai penyusun.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah umum Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan yaitu Ibu Prof. Dr. Hj. Neviyarni S, M.S yang telah membantu proses pembelajaran
sehingga kami dapat menyelesaikanmakalah ini.
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan pada
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan saran dan juga masukan yang
membagun dari semua pembaca untuk kebaikan makalah ini kedepannya.

Padang, 3 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................4

1.1 Latar Belakang ....................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................4

1.3 Tujuan .................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................5

2.1 Definisi Eksistensi, Kedudukan dan Bimbingan Konseling …………5

2.2 Eksistensi, Kedudukan dan Bimbingan Konseling di Sekolah ............5


2.3 Landasan Yuridis Formal Bimbingan Konseling ……………….…...8

2.4 Landasan Yuridis Informal Bimbingan Konseling ..............................10


BAB III PENUTUP ............................................................................................13

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................13

3.2 Saran ....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai mahasiswa yang mengikuti kelas mata kuliah Bimbingan Konseling kita diharuskan
mengetahui dan mempelajari materi yang berhubungan dengan berbagai komponen pendidikan dan
bagaimana bentukpenyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Salah satu materi yang harus kita ketahui
adalah mengenai penyelenggaraan Bimbingan Konseling. Berkenaan dengan ini, sekarang ini
Bimbingan Konseling telah memperoleh dasar legalitas yuridis formal yang lebih kokoh, yaitu
dengan hadirnya Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan per tanggal 8 Oktober 2014 dan juga ada andasan yuridis informal yang berkaitan atau
membahas tentang psikologis, sosial dan budaya, IPTEK, dan globalisasi.

1.2 Rumusan masalah


A. Apa itu eksistensi, kedudukan dan Bimbingan Konseling ?
B. Bagaimana eksistensi dan kedudukan Bimbingan Konseling di sekolah?
C. Apa landasan yuridis formal Bimbingan Konseling?
D. Apa landasan yuridis informal Bimbingan Konseling?

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui definisi eksistensi, kedudukan dan Bimbingan Konseling


B. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi dan kedudukan Bimbingan Konseling di sekolah
C. Untuk mengetahui landasan yuridis formal Bimbingan Konseling
D. Untuk mengetahui landasan yuridis informal Bimbingan Konseling

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Eksistensi, Kedudukan dan Bimbingan Konseling

Menurut KBBI, eksistensi adalah keberadaan atau ada. Menurut Sjafirah dan Prasanti,
eksistensi adalah keberadaan. Keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada
atau tidaknya kita. Eksistensi adalah paham yang cenderung memandang manusia sebagai
objek hidup yang memiliki taraf tinggi, dan keberadaan dari manusia ditentukan dengan dirinya
sendiri bukan melalui rekan atau kerabatnya, serta berpandangan bahwa manusia adalah satu-
satunya makhluk hidup yang dapat eksis.
Menurut KBBI, kedudukan dapat diartikan tempat atau keadaan yang sebenarnya, dalam
konteks BK, kedudukan diartikan sebagai peran bimbingan dan konseling itu sangat membantu
meningkatkan mutu pendidikan.
Sedangkan BK Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah No. 111 Tahun
2014, pengertian bimbingan konseling yakni suatu upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan
Konseling.

2.2 Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan Konseling di Sekolah

Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara


individual, kelompok, atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki (Hikmawati, 2016). Pelayanan ini
juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi oleh peserta
didik.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi
individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif,
pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam
lingkungannya.
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan semata-
mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau
5
ketentuan dari atas, tetapi yang lebih penting adalah menyangkut mengenai upaya
memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan
potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, konseling memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang dalam memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga
pengalaman yang menentukan arah kehidupannya.
Sama-sama kita ketahui bahwa bimbingan konseling adalah sebuah layanan yang
diperuntukan bagi siswa-siswi disekolah sebagai wadah perkembangan siswa kearah yang
lebih baik dan juga sebagai layanan apabila siswa bermasalah. Lantas di layanan bimbingan
konseling pasti ada guru bimbingan konseling, yanag mana beliau harus dituntut professional
dan juga bertanggungjawab atas segala tugasnya. Dibalik eksistensi tersebut sekarang ini juga
sudah adanya landasan yuridis formal dan informal yang berisikan landasan untuk
meningkatkan sistem BK tersebut.
Dalam sistem pendidikan di sekolah telah 23 dikembangkan 3 sub sistem, yang
meliputi sub sistem administrasi (administration), sub sistem pengajaran (instruction) dan sub
sistem pemberian bantuan atau pembinaan siswa(pupil/student personal service). Bidang
bimbingan dan konseling termasuk pada bidang pemberian bantuan/pembinaan siswa.
Tiga bidang pelayanan pendidikan, yaitu :
1) Bidang Kurikulum dan Pengajaran
Bidang ini meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan
pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap,
dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
2) Bidang Administrasi dan Supervisi
Bidang ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung
jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan
pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan,
pengadaan dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan
pengawasan.

6
3) Bidang Bimbingan dan Konseling
Bidang ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu
kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing
peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan tahap
tahap perkembangannya.
Tujuan pendidikan pada dasarnya meliputi beberapa komponen/aspek yang
secara bersama-sama merupakan suatu kebulatan. Komponen-komponen itu berupa
komponen intelektual, komponen sikap, komponen nilai-nilai hidup dan juga
komponen ketrampilan. Untuk mencapai tujuan tersebut belum cukup apabila hanya
melalui bidang pengajaran, meskipun disadari bidang pengajaran memang merupakan
bidang utama dalam keseluruhan pendidikan di sekolah.
Bimbingan dan konseling sebagai salah salah satu sub sistem pendidikan di
sekolah harus dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Setiap siswa
dengan segala keunikannya masing-masing, dengan berbagai kebutuhannya, yang
kadang-kadang memerlukan orang-orang/personil tertentu untuk membantunya dalam
menyesuaikan diri dengan kemampuan/keunikannya, memecahkan persoalan/masalah
yang dihadapinya serta memenuhi kebutuhannya. Guru dan kepala sekolah telah
banyak dituntut untuk melaksanakan tugasnya masingmasing, maka peranan guru BK
di sekolah semakin penting. Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
secara efektif akan memberikan sumbangan yang berarti bagi keberhasilan pendidikan
di sekolah. Bantuan terhadap siswa dalam mengatasi masalah belajar, masalah pribadi,
masalah sosial, masalah karir merupakan tugas dari pada pelayanan bimbingan dan
konseling.
A. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Mugiarso (2011 : 110) mengemukakan bahwa manajemen bimbingan dan
konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang diharapkan antara lain perlu
didukung oleh adanya organisasi yang jelas dan teratur. Organisasi yang demikian itu
secara tegas mengatur kedudukan, tugas dan tanggung jawab para personil sekolah
yang terlibat. Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling dikatakan jelas
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting, baik vertikal maupun
horizontal, sehingga mampu sebesar-besarnya kemadukan berbagai kerjasama dan
7
pelaksanaannya, serta berbagai sumber yang berguna bagi pelayan bimbingan dan
konseling.
2. Sederhana, sehingga jarak antara penetapan pelaksanaan dan upaya
pelaksanaannya tidak terlampau panjang, keputusan dapat dengan cepat ditetapkan
tetapi dengan pertimbangan yang cermat, dan pelaksanaan layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling terhindar dari urusan birokrasi yang tidak perlu.
3. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya
pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan tugas-tugas organisasi, yang
semuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik.
4. Menjamin keberlangsungannya kerjasama, sehingga semua unsur dapat saling
menunjang dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi
kelancarandan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling untuk
kepentingan peserta didik.
5. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilalian dan upaya tindak lanjut, sehingga
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program bimbingan dan konseling yang
berkualitas dapat terus dimantapkan. Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat
berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan secara
horizontal (penilaian sejawat).

2.3 Landasan Yuridis Formal Bimbingan Konseling


Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan yang
berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber dari
Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta
berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan
dan konseling di Indonesia.
1. Kurikulum 1975. Tiga jenis layanan pada jalur pendidikan formal, yaitu :
a. Layanan Manajemen dan supervise
b. Layanan pembelajaran
c. Layanan bimbingan dan penyuluhan

8
2. UU No. 2 tahun 1989, Bab X Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan
atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.

3. PP No. 28 dan 29 tahun 1990, Bab X Pasal 25 Ayat 1 dan 2. Bimbingan adalah
bantuan kepada peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan. Bimbingan dilakukan oleh Guru Pembimbing.

4. Keputusan Men PAN No. 84 tahun 1993. Tentang jabatan fungsional guru dan
angka kreditnya, tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program
bimbingan, melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan
program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut
pelaksanaan program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya.

5. UU No. 20 tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 1. Pendidik adalah tenaga


kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain sesuai dnegan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

6. PP No. 19 tahun 2005 Pasal 5 s/d 18, Standar Nasional Pendidikan tentang
standar isi unit satuan pendidikan dasar dan menengah.

7. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam
struktur KTSP ditafsirkan dan/pembimbing oleh konselor, guru atau tenaga
kependidikan.

8. Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan BK


dalam jalur pendidikan formal yang berisi panduan penyelenggaraan BK di jalur
pendidikan formal.

9. Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru, Bab III Pasal 15. Salah
satu persyaratan bagi pendidik yang telah menyandang sertifikat pendidik untuk

9
memperoleh tunjangan profesi adalah apabila pendidik yang bersangkutan
melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan konseling atau konselor.

10. Permendiknas No. 27 tahun 2008, Pasal 1 ayat 1. Tentang standar kualifikasi
akademik dan kompetensi konselor. Untuk dapat diangkat sebagai konselor
seseornag wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
yang berlaku secara nasional.

2.4 Landasan Informal Bimbingan Konseling

1. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan salah satu bagian yang terpenting untuk dibahas dalam
bimbingan konseling, hal ini didasari bahwa peserta didik atau klien sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki interaksi dan dinamika dalam
lingkungan serta senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya.
Proses perkembangan seseorang tidak selamanya berlangsung secara linear (sesuai dengan apa
yang diharapkan), tetapi terkadang bersifat stagnasi atau bahkan diskontinuitas
perkembangan.(Lubis, 2012)Dalam proses pendidikan, peserta didik tidak jarang mengalami
masalah stagnasi perkembangan, sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti
lahirnya perilaku menyimpang (delinquency), frustrasi, depresi, agresi atau bersifat kekanak-
kanakan. Agar perkembangan pribadi peserta didik atau klien dapat tumbuh dan berkembang
secara seimbang serta terhindar dari masalah-masalah psikologis, maka setiap peserta didik
atau klien perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi (pendekatan inilah pada akhirnya
menjadi konseling individu), yaitu bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta
didik atau klien melalui pendekatan psikologis. Pada sisi lain, setiap konselor maupun guru
pembimbing harus memahami aspek-aspek psikologis pribadi pelajar atau klien, sehingga
dengan modal itu pulalah para konselor dapat memberikan bimbingan dan arahan yang tepat,
sehingga pelajar atau klien memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang
bermakna, yaitu suatu kehidupan yang bukan hanya berarti buat diri pribadinya saja, tetapi juga
bermanfaat bagi orang yang ada di sekitarnya.

10
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor, yaitu (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan dan lingkungan, (c)
perkembangan individu, (d) belajar, dan (e) kepribadian. (Yusuf, 2006).

2. Landasan Sosial-Budaya

Landasan ini juga perlu diketahui secara lengkap oleh konselor atau guru Bimbingan dan
Konseling (BK), karena landasan ini dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang
dimensi kesosialan dan kebudayaan sebagai faktor yang memengaruhi perilaku individu.
Setiap individu pada dasarnya merupakan produk dari lingkungan sosial-budaya tempat
mereka tinggal. Sejak lahirnya, individu tersebut sudah diajarkan untuk mengembangkan pola-
pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam
memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari
lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu
yang berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan dalam proses pembentukan perilaku dan
kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak
“dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada
akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang
bersangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Budaya dan pandangan hidup
seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terkait dengan
sikap dan perlakuan orang tua atau peranan keluarga terhadap seseorang, sedangkan faktor
eksternal dipengaruhi oleh lingkungan di mana seseorang itu dilahirkan dan dibesarkan serta
pergaulan dan pengalaman yang ditempuh oleh seseorang tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan
kearifan dan keluasan pandangan dari setiap konselor, yang mana konselor harus mampu
memberikan layanan dan perhatian yang sama terhadap peserta didik atau klien yang
memerlukan bantuan, tidak terkecuali kepada mereka yang berbeda budaya, pandangan hidup,
dan agama, karena memberikan layanan terhadap orang yang membutuhkan atau memerlukan
merupakan tuntutan dari tugas profesionalismenya sebagai seorang konselor.

11
3. Landasan Ilmu Pengetahuan-Teknologi dan Globalisasi

Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan-teknologi dan globalisasi
memiliki multifungsi terhadap berbagai aspek dalam kehidupan manusia, artinya berbagai
disiplin ilmu seperti psikologi, ilmu pendidikan, filsafat, antropologi, sosiologi, komunikasi,
ekonomi, dan agama sangat berfungsi dalam bimbingan konseling.

Sumbangan berbagai disiplin ilmu lain kepada bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas
kepada pembentukan dan pengembangan teori-teori bimbingan konseling, melainkan juga
kepada praktik pelayanannya.

Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor di dalamnya
mencakup sebagai ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan
pengetahuan dan teori mengenai bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran
kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian, sehingga proses dan layanan
bimbingan konseling semakin hari semakin baik.Dalam perjalanan sejarahnya, bimbingan dan
konseling bersifat dinamis dan berkembang, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan budaya manusia itu sendiri. Mengingat perlunya pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka setiap konselor atau guru BK dituntut untuk mengadakan penelitian dan
eksperimen, sehingga layanan yang diberikan terhadap klien akan semakin baik dan sempurna.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Guru BK merupakan ujung tombak dalam menerapkan penguatan pendidikan karakter


lebih dalam, guru BK semestinya dapat memberikan masukan bagaimana seharusnya
pendidikan karakter itu dapst diterapkan. Pelayanan BK yang diberikan dapat mengantarkan
peserta didik agar sukses, serta dengan strategi layanan BK yang diberikan mampu
menyelesaikan permasalahan yang ada.
Layanan BK di sekolah kini telah memperoleh dasar legalitas yuridis formal yang lebih
kokoh, yaitu dengan hadirnya Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang ditandatangani oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan per tanggal 8 Oktober 2014.
Agar dapat berdiri tegak sebagai sebuah layanan profesional yang dapat diandalkan dan
memberikan manfaat bagi kehidupan, maka layanan bimbingan dan konseling perlu dibangun
di atas landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1) landasan psikologis; (2) landasan sosial-
budaya, dan (3) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.2 Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti menyarankan bagi :
1. Pelaksanaan layanan yang diberikan guru pembimbing dan mencukupi kebutuhan dari
program bimbingan dan konseling tersebut demi membantu perkembangan siswa menuju kea
rah yang baik.
2. Dengan adanya yuridis baik formal ataupun informal dapat meningkatkan pemahaman
terkait dengan pelaksanaan layanan konsultasi agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan dan
tidak jadi kekeliruan atas pengertian layanan konsultasi dan konseling individual, agar
permasalahan yang dibahas sesuai dengan pengertian layanan konsultasi.
3. Lebih memanfaatkan keberadaan bimbingan dan konseling yang ada disekolah
khususnya layanan konsultasi agar bisa berkonsultasi secara langsung dengan guru
pembimbing.

13
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.
Akhmad Sudrajad. (2018). Landasan dan Bimbingan Konseling.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2018/01/25/landasan-bimbingan-dan-
konseling/
Amti, Erman.,1991.Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.
Putri, A. E. (2019). Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling: Sebuah Studi Pustaka.
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 4(2), 39-42.

14

Anda mungkin juga menyukai