Anda di halaman 1dari 5

Langkah-langkah Pembaharuan/pengembangan Kurikulum

Pembaharuan kurikulum mengikuti pola 10 tahunan. Tentunya ada hal baru yang
dimasukkan dalam setiap kurikulum, mengikuti perubahan sosial dan ekonomi masyarakat.
Konsep Pembaharuan kurikulum pada umumnya adalah mengotak-atik mata pelajaran
dalam kurikulum, mengubah dan memperbaiki tujuan dan menambahkan atau mengurangi
muatan belajar. Tindakan seperti ini bukannya salah, tetapi bagian terpenting dari sebuah
pendidikan adalah bukan pada isinya yang banyak, tetapi pendekatan cara mendidik.
Rencana Pendidikan di Sekolah Isinya bukan saja mengenai kegiatan intra kurikular tetapi
juga ekstra kurikular. Yang dimaksud dengan kegiatan ekstra kurikular bukan saja berupa
klub tetapi seharusnya dikembangkan berdasarkan rundingan guru, kepala sekolah, orang tua
dengan mempertimbangkan kemampuan anak dan kondisi lingkungan/daerah di mana dia
berada.
Dengan kata lain, nafas bukanlah perkara yang memaksa guru atau menyengsarakan guru
(karena ketidakjelasannya) dalam mengembang- kan materi yang dia ajarkan. Akan tetapi
harus mengajak komponen sekolah untuk membicarakan bagaimana pendidikan di sekolah
seharusnya dikembangkan berdasarkan standar minimal yang ditetapkan pemerintah.
Jika ada seorang guru berhasil mengembangkan materi pelajarannya, mengembangkan
metode baru dan selesai dengan cepat menyusun silabus pengajaran, itu bukanlah sebuah
kemajuan bagi pendidikan di sekolah. Tetapi yang terpenting adalah menjadikan keberhasilan
itu menjadi bukan milik pribadi, tetapi dimiliki oleh semua guru dan aparat sekolah.
Dengan landasan berfikir seperti ini, maka pendidikan tidak lagi sekedar merupakan
jiplakan apa yang tertera dalam kurikulum, tetapi pendidikan di sekolah merupakan
pengembangan standar minimal yang menjadi sebuah kegiatan/program.

PROSES PEMBAHARUAN KURIKULUM


1. Kurikulum 1975
Pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak proklamasi kemerdekaan atau tepatnya
tanggal 17 agusyus 1945. sejak saat itu telah terjadi beberapa kali pembaharuan
kurikulum mulai dari tingkat sekolah dasar hingga menengah. Pembaharuan kurikulm
tersebut dilakukan untuk membuat pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik, menurut
Jasin (1987), sudah dilakukan lima kali pembaharuan kurikulum.
Pembaharuan tersebut adalah:
a. Pembaharuan pertamakali dilakukan pada tahun 1947. Pembaharuan tersebut
dilakukan untuk mengganti seluruh sistem pendidikan kolonial Belanda yang
sebelumnya telah dicanangkan di Indonesia. Pembaharuan ini sangat didukung 
dengan masih adanya semangat revolusi nasional dan semangat proklamasi
kemerdekaan yang masih menyala-nyala. Pembaharuan yang pertama atau disebut
dengan rencana pelajaran 1947 ini menekankan pada pembentukan karakter
manusia.
b. Pembaharuan yang kedua terjadi dengan keluarnya rencana pendidikan 1964.
Pembaharuan kurikulum ini didasarkan pada usaha untuk mengejar ketertinggalan
pendidikan di Indonesia di bidang ilmu alam (science) dan matematika.
c. Pembaharuan yang ketiga terjadi karena dikeluarkannya kurikulum 1968.
Pembaharuan ini terjadi bersamaan dengan beralihnya sistem pemerintahan dari
orde lama ke orde baru. Keadaan tersebut menuntut adanya pembaharuan dalam
segala aspek kehidupan yang salah satunya adalah pendidikan.
d. Pembaharuan yang keempat terjadi seiring dengan diterbitkannya kurikulum
1975/1976/1977. Kurikulum ini ditandai dengan adanya usaha yang sistematis
dalam penyusunan kurikulum tersebut. Bahan-bahan yang bersifat empiris
dijadikan dasar dalam penyusunan kurikulum ini.
2. Kurikulum 1984
Kurikulum ini manggantikan kurikulum 1975 yang didasarkan pada surat keputusan
menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0461/U/1983 tentang perbaikan kurikulum
pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan
kerja industri pada masa itu.
3. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 berisi tentang kewenangan pengembangan yang seluruhnya berada
ditangan pusat dan daerah sehingga sekolah tidak begitu terlibat, kemudian tidak terjadi
penataan materi, jam pelajaran serta struktur program siswa hanya dianggap sebagai
siswa yang harus menerima semua materi dan tanpa mempraktekannya. Pembelajaran
hanya dilakukan di dalam kelas dan ketrampilan hanya dikembangkan melalui latihan
soal.
Dari uraian di atas terlihat bahwa kurikulum ini tidak atau kurang mengena pada
siswa untuk pendidikan IPA, mengingat bahwa pendidikan IPA tidak sekedar
mengajarkan konsep namun membutuhkan proses ketrampilan. Sebagai contoh meneliti,
mengalami dan membuat rancangan prosedur sehingga kurikulum ini dirasa kurang baik
dan akhirnya terjadi perubahan kurikulum yang disebut KBK.
4. Kurikulum 2004 (KBK)
KBK tidak ditetapkan dalam UU atau Peraturan Pemerintah. Alasan dirubahnya
kurikulum 1994 menjadi KBK karena mutu pendidikan di Indonesia yang kurang baik
dan banyak siswa yang tidak menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, selain
itu mereka dituntut untuk menghapal materi tanpa memahaminya sehingga apa yang telah
di ujikan maka materi itu akan dengan mudah lupa.
Oleh karena itu dengan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK diharapkan dapat
menekankan kurikulum pada kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai siswa dalam
menyelesaikan pembelajaran. Menurut Paul (2007:43) kompetensi merupakan 
“kemampuan yang dapat berupa keterampilan, nilai hidup siswa yang mempengaruhi cara
mereka berpikir dan bertindak”.
5. Kurikulum 2006 (KTSP)
(kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum yang di sempurnakan
dari kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini disusun oleh masing-masing satuan
pendidikan  atau sekolah. Prinsipnya hampir sama dengan KBK. KTSP diberlakukan
mulai tahun 2006/2007. Dalam kurikulum ini pemerintah hanya sebagai pengembang
kompetensi sebagai standar isi dan kelulusan. Selanjutnya sekolah bebas menyusun
kurikulum sesuai dengan keadaan sekolah dan siswa didik.

Setiap kurikulum mempunyai empat komponen utama, yaitu tujuan, bahan pelajaran,
proses belajar-mengajar, dan penilaian. Dalam pengembangan kurikulum tiap komponen itu
harus diperhatikan dan saling erat kaitannya dengan semua komponen-komponen lainnya.
Misalnya, evaluasi harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, bahan pelajaran yang
diajarkan serta proses belajar-mengajar yang dijalankan.[1]
Hilda Taba (Taba, 1962: 194-343) berpendapat bahwa penyusunan dan
pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan
a. Merumuskan tujuan umum
b. Mengklarifikasi tujuan-tujuan
c. Merinci tujuan-tujuan berupa pengetahuan (fakta, ide, konsep), berpikir, nilai-
nilai dan sikap, emosi dan perasaan serta keterampilan.
d. Merumuskan tinjauan dalam bentuk yang spesifik
Rumusan tujuan meliputi:
a) Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
b) Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
c) Cara befikir untuk memperkuat
d) Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
Tujuan dirumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan
harapan. Oleh karena itu tujuan dirumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
masyarakat, siswa itu sendiri, serta ilmu pengetahuan.
2. Menseleksi pengalaman belajar
a. Relevan dengan kenyataan sosial
b. Balance ruang lingkup dan kedalaman materinya
c. Penentuan pengalaman belajar yang luas serta beraneka ragam
d. Penyesuaian dengan pengalaman serta kebutuhan dan minat siswa
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang direncanakan akan diperoleh siswa
selama mengikuti pendidikan. Pegalaman belajar yang dimaksud disini adalah pengalaman
belajar yag diperoleh siswa selama mengikuti pelajaran. Pengalaman belajar ini dapat berupa
mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai
dengan bentuk kurikulum itu sendiri. Pengembang kurikulum dapat menentukan pengalaman
belajar siswa yaitu dengan seberapa besar aktifitas seorang siswa terhadap lingkungan.
Terdapat lima prinsip pengalaman belajar, yaitu:
a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat tingkah laku yang
menjadi tujuan
b) Pengalaman belajar harus menyenangkan bagi siswa
c) Siswa harus terlibat dalam belajar
d) Siswa diberikan beberapa pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pendidikan
e) Pengalaman belajar yang disediakan dapat menghasilkan beberapa
kemampuan, yaitu: kemampuan berfikir, memperoleh informasi,
mengembangkan sikap sosial, mengembangkan minat.
Dalam proses belajar-mengajar harus diperhatikan latar belakang pendidikan dan
pengalaman anak serta persepsi masing-masing agar mereka dapat mengadakan reaksi mental
dan maupun emosional dalam bentuk kelakuan.
3. Organisasi bahan kurikulum dan kegiatan belajar
a. Menentukan organisasi kurikulum
b. Menentukan urutan atau sequence
c. Mengusahakan integrasi
d. Menentukan fokus pelajaran
Organisasi kegiatan dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan dan pengalaman-
pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk
kurikulum yang digunakan.
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu:
a) Pengorganisasian secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman
belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Misalnya, pengorganisasian pengalaman belajar yang
menghubungkan antara bidang IPA di kelas lima dan IPA di kelas
enam
b) Pengorganisasian secara horisontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan
pengalaman belajar dengan kajian lain dalam tingkat yang sama.
Misalnya, pengorganisasian pengalaman belajar bidang geografi dan
sejarah dalam tingkat yang sama.
4. Evaluasi hasil kurikulum
a. Menentukan kriteria penilaian
b. Menyusun program evaluasi yang komprehensif
c. Teknik mengumpulkan data
d. Interpretasi atau menafsirkan data evaluasi
e. Menerjemahkan evaluasi kedalam kurikulum
Evaluasi kurikulum mengacu kepada tujuan kurikulum dan dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi. Evaluasi perlu dilakukan untuk memperoleh balikan
sebagai dasar dalam melakukan perbaikan. Oleh karena itu evaluasi perlu dilakukan secara
terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai