Pembaharuan kurikulum mengikuti pola 10 tahunan. Tentunya ada hal baru yang
dimasukkan dalam setiap kurikulum, mengikuti perubahan sosial dan ekonomi masyarakat.
Konsep Pembaharuan kurikulum pada umumnya adalah mengotak-atik mata pelajaran
dalam kurikulum, mengubah dan memperbaiki tujuan dan menambahkan atau mengurangi
muatan belajar. Tindakan seperti ini bukannya salah, tetapi bagian terpenting dari sebuah
pendidikan adalah bukan pada isinya yang banyak, tetapi pendekatan cara mendidik.
Rencana Pendidikan di Sekolah Isinya bukan saja mengenai kegiatan intra kurikular tetapi
juga ekstra kurikular. Yang dimaksud dengan kegiatan ekstra kurikular bukan saja berupa
klub tetapi seharusnya dikembangkan berdasarkan rundingan guru, kepala sekolah, orang tua
dengan mempertimbangkan kemampuan anak dan kondisi lingkungan/daerah di mana dia
berada.
Dengan kata lain, nafas bukanlah perkara yang memaksa guru atau menyengsarakan guru
(karena ketidakjelasannya) dalam mengembang- kan materi yang dia ajarkan. Akan tetapi
harus mengajak komponen sekolah untuk membicarakan bagaimana pendidikan di sekolah
seharusnya dikembangkan berdasarkan standar minimal yang ditetapkan pemerintah.
Jika ada seorang guru berhasil mengembangkan materi pelajarannya, mengembangkan
metode baru dan selesai dengan cepat menyusun silabus pengajaran, itu bukanlah sebuah
kemajuan bagi pendidikan di sekolah. Tetapi yang terpenting adalah menjadikan keberhasilan
itu menjadi bukan milik pribadi, tetapi dimiliki oleh semua guru dan aparat sekolah.
Dengan landasan berfikir seperti ini, maka pendidikan tidak lagi sekedar merupakan
jiplakan apa yang tertera dalam kurikulum, tetapi pendidikan di sekolah merupakan
pengembangan standar minimal yang menjadi sebuah kegiatan/program.
Setiap kurikulum mempunyai empat komponen utama, yaitu tujuan, bahan pelajaran,
proses belajar-mengajar, dan penilaian. Dalam pengembangan kurikulum tiap komponen itu
harus diperhatikan dan saling erat kaitannya dengan semua komponen-komponen lainnya.
Misalnya, evaluasi harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, bahan pelajaran yang
diajarkan serta proses belajar-mengajar yang dijalankan.[1]
Hilda Taba (Taba, 1962: 194-343) berpendapat bahwa penyusunan dan
pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan
a. Merumuskan tujuan umum
b. Mengklarifikasi tujuan-tujuan
c. Merinci tujuan-tujuan berupa pengetahuan (fakta, ide, konsep), berpikir, nilai-
nilai dan sikap, emosi dan perasaan serta keterampilan.
d. Merumuskan tinjauan dalam bentuk yang spesifik
Rumusan tujuan meliputi:
a) Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
b) Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
c) Cara befikir untuk memperkuat
d) Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
Tujuan dirumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan
harapan. Oleh karena itu tujuan dirumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
masyarakat, siswa itu sendiri, serta ilmu pengetahuan.
2. Menseleksi pengalaman belajar
a. Relevan dengan kenyataan sosial
b. Balance ruang lingkup dan kedalaman materinya
c. Penentuan pengalaman belajar yang luas serta beraneka ragam
d. Penyesuaian dengan pengalaman serta kebutuhan dan minat siswa
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang direncanakan akan diperoleh siswa
selama mengikuti pendidikan. Pegalaman belajar yang dimaksud disini adalah pengalaman
belajar yag diperoleh siswa selama mengikuti pelajaran. Pengalaman belajar ini dapat berupa
mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai
dengan bentuk kurikulum itu sendiri. Pengembang kurikulum dapat menentukan pengalaman
belajar siswa yaitu dengan seberapa besar aktifitas seorang siswa terhadap lingkungan.
Terdapat lima prinsip pengalaman belajar, yaitu:
a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat tingkah laku yang
menjadi tujuan
b) Pengalaman belajar harus menyenangkan bagi siswa
c) Siswa harus terlibat dalam belajar
d) Siswa diberikan beberapa pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pendidikan
e) Pengalaman belajar yang disediakan dapat menghasilkan beberapa
kemampuan, yaitu: kemampuan berfikir, memperoleh informasi,
mengembangkan sikap sosial, mengembangkan minat.
Dalam proses belajar-mengajar harus diperhatikan latar belakang pendidikan dan
pengalaman anak serta persepsi masing-masing agar mereka dapat mengadakan reaksi mental
dan maupun emosional dalam bentuk kelakuan.
3. Organisasi bahan kurikulum dan kegiatan belajar
a. Menentukan organisasi kurikulum
b. Menentukan urutan atau sequence
c. Mengusahakan integrasi
d. Menentukan fokus pelajaran
Organisasi kegiatan dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan dan pengalaman-
pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk
kurikulum yang digunakan.
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu:
a) Pengorganisasian secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman
belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Misalnya, pengorganisasian pengalaman belajar yang
menghubungkan antara bidang IPA di kelas lima dan IPA di kelas
enam
b) Pengorganisasian secara horisontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan
pengalaman belajar dengan kajian lain dalam tingkat yang sama.
Misalnya, pengorganisasian pengalaman belajar bidang geografi dan
sejarah dalam tingkat yang sama.
4. Evaluasi hasil kurikulum
a. Menentukan kriteria penilaian
b. Menyusun program evaluasi yang komprehensif
c. Teknik mengumpulkan data
d. Interpretasi atau menafsirkan data evaluasi
e. Menerjemahkan evaluasi kedalam kurikulum
Evaluasi kurikulum mengacu kepada tujuan kurikulum dan dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi. Evaluasi perlu dilakukan untuk memperoleh balikan
sebagai dasar dalam melakukan perbaikan. Oleh karena itu evaluasi perlu dilakukan secara
terus menerus.