Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 6
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan, dan
juga sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Sebuah kurikulum mencerminkan falsafah hidup
suatu bangsa, kearah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum
yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat
cenderung/selalu mengalami perubahan yang diakibatkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum harus dapat mengantisipasi terjadinya perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang
dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan kurikulum dalam pendidikan merupakan salah satu isu penting dalam reformasi pendidikan di
setiap negara. Namun hal ini menjadi tak biasa, jika reformasi pendidikan hanya ditujukan pada
perubahan kurikulum saja. Karena perubahan kurikulum hanyalah salah satu aspek di antara banyak
faktor penting lainnya yang menentukan kualitas pendidikan suatu bangsa. Model pengembangan
kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana
pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat
untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah mengalami 10 kali
perubahan diantaranya adalah pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan
2013. Berbeda dengan itu, kemendikbud memaparkan tentang sejarah perkembangan kurikulum yaitu :
perkembangan kurikulum terdiri dari pertama kurikulum 1947, kedua kurikulum 1954, ketiga kurikulum
kurikulum 1968, keempat kurikulum 1973 (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan), kelima kurikulum
1975, keenam kurikulum 1984, ketujuh kurikulum 1994, kedelapan kurikulum 1997 (revisi kurikulum
1994), sembilan kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), kesepuluh kurikulum 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kesebelas kurikulum 2013. Perubahan orientasi, desain, model
dan lain sebagainya dengan tujuan utama untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan nasional
serta mensejajarkan dengan pendidikan-pendidikan yang ada di dunia.
a. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi: tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
b. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan
yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
Setelah munculnya keputusan MPR No. II/MPR/1973 maka muncullah kurikulum baru yang disusun oleh
pemerintah, yaitu kurikulum 1975 menggantikan kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum ini, konsep
pendidikan ditentukan dari pusat, sehingga para guru tidak perlu berfikir untuk membuat konsep
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selain itu terdapat beberapa prinsip yang melandasi kurikulum ini
diantaranya adalah:
1. Berorientasi pada tujuan, maksudnya pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai
oleh para siswa atau yang lebih dikenal dengankhirarki tujuan pendidikan yang meliputi tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan
yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,
dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-
jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni
memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar,
dalam hal ini sekolah dan guru.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, menjelang tahun 1983 kurikulum 1975 dirasa tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu, sehingga pada tahun 1984 dibentuklah kurikulum
yang baru yaitu kurikulum 1984. Ciri kusus dari kurikulum ini terdapat pada pendekatan pengajarannya
yang berpusat pada adak didik melalui cara belajar siswa aktif atau sering kita sebut dengan CBSA.
Materi pelajaran juga diberikan dengan konsep spiral yang artinya semakin tinggi kelas atau jenjangnya
semakin dalam dan luas pula materi pelajarannya. Selain itu metode penyampain materi tidak hanya
sekedar ceramah, metode praktik juga sudah mulai digunakan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien
untuk mencapau tujuan pelajaran. Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman
belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar
fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang
pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA).
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
c. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang
digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang
diberikan.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep yang dipelajari siswa
harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar
harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan
pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan
dari sederhana menuju ke kompleks.
Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1999) berimplikasi pada penguasaan
kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan
pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga
diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik. Upaya peningkatan
mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia
Indonesiaseutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlaq, budi pekerti, pengetahuan,keterampilan, seni, olah
raga, dan perilaku. (Ahmadi, 2013: 77).
Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang dimaksudkan itu telah
diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasional sebagai berikut:
a. Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.
b. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.
c. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
d. Pemberlakuan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan.
Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana
dikutip dari Ahmadi adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.
Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta didik adalah sentral proses
pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara
yang demokratis sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
lingkungan siswa.
b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta
didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan agama, suku, budaya, adat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal, dan pengembangan diri secara terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara
dinamis.
d. Relevan dengan kebutuhan.
d. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan
kebutuhan hidup dan dunia kerja.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
g. Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
h. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat.
(Ahmadi, 2013: 80).
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena
itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya adalah mendorong
peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Kementerian Agama telah menetapkan serangkaian Keputusan Menteri Agama (KMA). Salah
satunya adalah KMA Nomor 183 Tahun 2019 Tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan
Bahasa Arab Pada Madrasah. Regulasi terbaru ini merupakan pengganti dari peraturan sejenis
sebelumnya, KMA Nomor 165 Tahun 2013.
Selain menerbitkan KMA Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab Pada
Madrasah juga diterbitkan KMA Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum
Pada Madrasah. KMA Nomor 184 Tahun 2019 akan menggantikan KMA Nomor 117 Tahun 2014.
Meski telah tetapkan pada awal Mei 2019, tetapi Keputusan Menteri Agama ini tidak langsung
diberlakukakan. Sebagaimana Ayo Madrasah simak dari poin ketiga KMA tersebut disebutkan bahwa
kurikulum ini baru akan dijalankan pada tahun pelajaran 2020/2021. Sehingga pada tahun pelajaran ini,
2019/2020, penyelenggaraan pendidikan di madrasah masih menggunakan regulasi yang lama yakni
KMA Nomor 165 Tahun 2013.
KMA Nomor 183 Tahun 2019
KMA Nomor 183 Tahun 2019 Tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab
Pada Madrasah memiliki ruang lingkup, yang terdiri atas:
1. Kerangka Dasar Kurikulum PAI dan Bahasa Arab
2. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab
3. Pembelajaran PAI dan Bahasa Arab
4. Penilaian PAI dan Bahasa Arab
5. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) PAI dan bahasa Arab pada madrasah
Kesemuanya berlaku untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan
Madrasah Aliyah (MA). Dari Kurikulum ini peserta didik diharapkan mampu mengekspresikan
pemahaman agamanya dalam hidup bersama yang multikultural, multietnis, multipaham keagamaan dan
kompleksitas kehidupan secara bertanggungjawab, toleran dan moderat dalam kerangka berbangsa dan
bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
KMA 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah diterbitkan untuk
mendorong dan memberi aturan bagairnana berinovasi dalam implementasi kurikulum madrasah serta
memberikan payung hukum dalam pengembangan kekhasan Madrasah, pengembangan penguatan
Karakter, Pendidikan Anti Korupsi dan Pengembangan Moderasi Beragama pada Madrasah.
Sebagaimana penjelasan KMA 183 Tahun 2019 bahwa tujuan pengembangan kurikulum PAI
yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki pola pikir dan sikap keagamaan yang
moderat, inklusif, berbudaya, religius serta memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, produktif, kreatif, inovatif, dan kolaboratif serta mampu
menjadi bagian dari solusi terhadap berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia.
Begitu juga dengan pengembangan kurikulum Bahasa Arab bertujuan mempersiapkan peserta didik yang
memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Arab sebagai alat komunikasi global dan alat untuk
mendalami agama dari sumber otentik yang pada umumnya menggunakan Bahasa Arab dan melalui
proses rantai keilmuan (isnad) yang terus bersambung hingga sumber asalnya yaitu al-Qur’an dan Hadits.
Secara umum, KMA 165 Tahun 2014 dan KMA 183 Tahun 2019 masih sama yang mencakup Quran
Hadist, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan Bahasa Arab.
Namun yang menjadi perbedaannya yaitu adanya perbaikan substansi materi pelajaran karena disesuaikan
dengan perkembangan kehidupan abad 21 saat ini. Kemenag juga sudah menyiapkan materi pembelajaran
PAI dan Bahasa Arab yang baru ini sehingga baik guru dan peserta didik tidak perlu untuk membelinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan kurikulum berarti adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara
periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.mengubah semua yang terlibat di
dalamnya, yaitu guru, murid, kepala sekolah, pemilik sekolah, juga orang tua dan masyarakat umumnya
yang berkepentingan dalam pendidikan. Namun jika kita tengok kembali, pergantian kurikulum di
Indonesia yang dapat dibilang cukup intens membuat munculnya suatu anggapan bahwa setiap ganti
penguasa ganti pula kurikulumnya mengikuti kehendak para penguasnya. Sehingga belum juga satu
kurikulum dilaksankan sepenuhnya sudah berganti lagi dengan kurikulum baru. Dan disadari atau tidak
yang menjadi korban adalah para pelaku kurikulum sendiri yaitu pendidik dan para peserta
didik.Sehingga dalam perumusan dan pelaksanaan kurikulum tersebut, besar harapan agar kurilkum dapat
tersusun dengan sedemikian cermatnya sehingga mampu memprediksikan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat beberapa tahun kedepannya untuk menghindari terjadi bongkar pasang kurikulum.
Dalam pelaksanaannya diharapkan pula kontrol yang berkelanjutan sehingga dalam perjalanan kurikulum
bisa sesuai dengan yang diharapkan. Dan yang tidak boleh terlupa juga adalah transfer pemahaman akan
kurikulum pada para pendidik yang menjadi pelakunya, karena tidak sedikit pendidik yang belum bisa
memahami kurikulum yang berlaku dan yang sedang ia jalankan. Hal tersebut bertujuan agar tujuan
pendidikan dapat terwujud secara efektif, efisien dan serempak di seluruh nusantara.
B. Saran