Anda di halaman 1dari 11

Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia (Tahun 1973-2019 )

Dosen Pengampu :

Zulaeha S.Ag., M. Ag.,

Disusun oleh :

Kelompok 6

Nilda Amelia Ramadhani (19010102027)


Resti Sarudin (19010102029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan, dan
juga sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Sebuah kurikulum mencerminkan falsafah hidup
suatu bangsa, kearah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum
yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat
cenderung/selalu mengalami perubahan yang diakibatkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum harus dapat mengantisipasi terjadinya perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang
dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perubahan kurikulum dalam pendidikan merupakan salah satu isu penting dalam reformasi pendidikan di
setiap negara. Namun hal ini menjadi tak biasa, jika reformasi pendidikan hanya ditujukan pada
perubahan kurikulum saja. Karena perubahan kurikulum hanyalah salah satu aspek di antara banyak
faktor penting lainnya yang menentukan kualitas pendidikan suatu bangsa. Model pengembangan
kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana
pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat
untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan makalah dalam makalah ini adalah:

1. Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia (Tahun 1973-2019)


2. KMA 183 dan KMA 184 tahun 2019

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia ( Tahun 1973-2019)


2. Untuk mengetahui KMA 183 dan KMA 184 tahun 2019
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia ( Tahun 1973-2019)

Pengembangan kurikulum merupakan proses perencanaan dan penyusunan kurikulum agar


menghasilkan rencana kurikulum yang lebih baik dan menyesuaikan dengan situasai kondisi yang
ada.Kurikulum dikembangakan karena mengikuti situasi dan kondisi kehidupan masyarakat, sehingga
kurikulum membutuhkan inovasi untuk dikembangkan supaya bisa mengikuti kebutuhan di masyarakat.

Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah mengalami 10 kali
perubahan diantaranya adalah pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan
2013. Berbeda dengan itu, kemendikbud memaparkan tentang sejarah perkembangan kurikulum yaitu :
perkembangan kurikulum terdiri dari pertama kurikulum 1947, kedua kurikulum 1954, ketiga kurikulum
kurikulum 1968, keempat kurikulum 1973 (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan), kelima kurikulum
1975, keenam kurikulum 1984, ketujuh kurikulum 1994, kedelapan kurikulum 1997 (revisi kurikulum
1994), sembilan kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), kesepuluh kurikulum 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kesebelas kurikulum 2013. Perubahan orientasi, desain, model
dan lain sebagainya dengan tujuan utama untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan nasional
serta mensejajarkan dengan pendidikan-pendidikan yang ada di dunia.

 Kurikulum Berorientasi Pencapaian (1973-1997)

(1) Kurikulum 1973

Kurikulum 1973 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-


prinsip di antaranya sebagai berikut:

a. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi: tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
b. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan
yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

(2) Kurikulum 1975

Setelah munculnya keputusan MPR No. II/MPR/1973 maka muncullah kurikulum baru yang disusun oleh
pemerintah, yaitu kurikulum 1975 menggantikan kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum ini, konsep
pendidikan ditentukan dari pusat, sehingga para guru tidak perlu berfikir untuk membuat konsep
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selain itu terdapat beberapa prinsip yang melandasi kurikulum ini
diantaranya adalah:
1. Berorientasi pada tujuan, maksudnya pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai
oleh para siswa atau yang lebih dikenal dengankhirarki tujuan pendidikan yang meliputi tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan
yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,
dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-
jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni
memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar,
dalam hal ini sekolah dan guru.

(3) Kurikulum 1984

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, menjelang tahun 1983 kurikulum 1975 dirasa tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu, sehingga pada tahun 1984 dibentuklah kurikulum
yang baru yaitu kurikulum 1984. Ciri kusus dari kurikulum ini terdapat pada pendekatan pengajarannya
yang berpusat pada adak didik melalui cara belajar siswa aktif atau sering kita sebut dengan CBSA.
Materi pelajaran juga diberikan dengan konsep spiral yang artinya semakin tinggi kelas atau jenjangnya
semakin dalam dan luas pula materi pelajarannya. Selain itu metode penyampain materi tidak hanya
sekedar ceramah, metode praktik juga sudah mulai digunakan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien
untuk mencapau tujuan pelajaran. Ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman
belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar
fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang
pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.

b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA).
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

c. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang
digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang
diberikan.

d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep yang dipelajari siswa
harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya.

e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar
harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan
pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan
dari sederhana menuju ke kompleks.

f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar-


mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan
dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan

(4) Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang dimaksudkan


untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan sosial di masa depan sehingga membutuhkan keahlian tertentu
sebagai bagian dari modal melakukan kehidupan secara mandiri. Sehingga pendidikan diarahkan pada
pembentukan karakter anak yang memiliki kemampuan dasar siap bekerja dengan skill yang baik
sehinggga bisa digunakan di perusahaan –perusahaan atau pabrik-pabrik atau lebih tepatnya, pendidikan
bertujuan untuk memproduksi tenaga berpendidikan yang siap pakai. Terdapat ciri-ciri yang menonjol
dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut :
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi
kepada materi pelajaran/isi)
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua
siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan
siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen divergen
(terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok
bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara
pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan
dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman siswa.
(5) Kurikulum 1997

Pelaksanaan kurikulum 1997 kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content


oriented), di antaranya sebagai berikut:
a. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
b. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan
berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari
c. Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong
para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya
penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut
dilakukan dengan tetap. mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu: (a))
Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan. kebutuhan masyarakat. (b)
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang
ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana
pendukungnya. .
d. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran
dan kesesuaian dengan perkembangan siswa.
e. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti
tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku.

 Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004-2013)

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1999) berimplikasi pada penguasaan
kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan
pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga
diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik. Upaya peningkatan
mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia
Indonesiaseutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlaq, budi pekerti, pengetahuan,keterampilan, seni, olah
raga, dan perilaku. (Ahmadi, 2013: 77).

Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang dimaksudkan itu telah
diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasional sebagai berikut:
a. Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.
b. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.
c. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
d. Pemberlakuan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan.

(1) Kurikulum 2004/ KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang kebih sering kita kenal dengan KBK merupakan
sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan dan penguasaan kompetensi bagi
peserta didik melalui berbagai kegiatan dan pengalaman sesuai dengan standar nasional pendidikan
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, orang tua dan masyarakat, baik untuk melanjukan
pendidikan yang lebih tinggi, memasuki dunia kerja maupun sosialisasi dengan masyarakat.10KBK pada
prinsipnya adalah menggeser orientasi kurikulum dari yang berbasis content kepada orientasi kurikulum
yang berbasis pada kompetensi. Kurikulum lama yang berorientasi content mendorong para pengajar utuk
melakukan how to know dan what should be to know. Dengan demikian para tenaga pendidik lebih
tertuju agar para peserta didik dapat menguasai materi ataupun teori dibandingkan praktek pada diri
peserta didik. Berbeda dengan KBK yang mana berorientasi pada kompetensi yang mana menuntut para
pendidika tidak hanya melakukan how todo dan what to dosehingga para peserta didik dapat “tahu apa”
dan “melakukan apa”. Kompetensi memiliki landasan yang kuat yang mana dibangun diatas domain
pengajaran yaitu kognitif, efektif dan psikomotor. Sehingga jika siswa disebut “dapat menjelaskan” atau
dapat “melakukan” maka hal itu telah mendapat dukungan dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.Maka dalam proses KBK pendidik dituntut untuk dapat melakukan:
1. How to know ( bagaimana membuat siswa memahami pengetahuan)
2. How to be (bagaimana sesuatu yang dipelajari siswa menajadi bagian kepribadian siswa)
3. How to do (bagaimana sesuatu yang dipelajari siswa menjadikannya dapat melakukan sesuatu)
Pengembangan KBK sedikitnya mencakup tiga langkah kegiatan yaitu mengidentifikasikan
kompetensi mengembangkan struktur kurikulum, dan mendeskripsikan mata pelajaran.

(2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana
dikutip dari Ahmadi adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.
Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta didik adalah sentral proses
pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara
yang demokratis sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
lingkungan siswa.
b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta
didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan agama, suku, budaya, adat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal, dan pengembangan diri secara terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara
dinamis.
d. Relevan dengan kebutuhan.
d. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan
kebutuhan hidup dan dunia kerja.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
g. Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
h. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat.
(Ahmadi, 2013: 80).

(3) Kurikulum 2013 (K13)

Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena
itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya adalah mendorong
peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013,
yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.

B. KMA 183 dan KMA 184 Tahun 2019

Kementerian Agama telah menetapkan serangkaian Keputusan Menteri Agama (KMA). Salah
satunya adalah KMA Nomor 183 Tahun 2019 Tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan
Bahasa Arab Pada Madrasah. Regulasi terbaru ini merupakan pengganti dari peraturan sejenis
sebelumnya, KMA Nomor 165 Tahun 2013.

Selain menerbitkan KMA Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab Pada
Madrasah juga diterbitkan KMA Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum
Pada Madrasah. KMA Nomor 184 Tahun 2019 akan menggantikan KMA Nomor 117 Tahun 2014.

Meski telah tetapkan pada awal Mei 2019, tetapi Keputusan Menteri Agama ini tidak langsung
diberlakukakan. Sebagaimana Ayo Madrasah simak dari poin ketiga KMA tersebut disebutkan bahwa
kurikulum ini baru akan dijalankan pada tahun pelajaran 2020/2021. Sehingga pada tahun pelajaran ini,
2019/2020, penyelenggaraan pendidikan di madrasah masih menggunakan regulasi yang lama yakni
KMA Nomor 165 Tahun 2013.
KMA Nomor 183 Tahun 2019

KMA Nomor 183 Tahun 2019 Tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab
Pada Madrasah memiliki ruang lingkup, yang terdiri atas:
1. Kerangka Dasar Kurikulum PAI dan Bahasa Arab
2. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab
3. Pembelajaran PAI dan Bahasa Arab
4. Penilaian PAI dan Bahasa Arab
5. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) PAI dan bahasa Arab pada madrasah

Kesemuanya berlaku untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan
Madrasah Aliyah (MA). Dari Kurikulum ini peserta didik diharapkan mampu mengekspresikan
pemahaman agamanya dalam hidup bersama yang multikultural, multietnis, multipaham keagamaan dan
kompleksitas kehidupan secara bertanggungjawab, toleran dan moderat dalam kerangka berbangsa dan
bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

KMA 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah diterbitkan untuk
mendorong dan memberi aturan bagairnana berinovasi dalam implementasi kurikulum madrasah serta
memberikan payung hukum dalam pengembangan kekhasan Madrasah, pengembangan penguatan
Karakter, Pendidikan Anti Korupsi dan Pengembangan Moderasi Beragama pada Madrasah.

Sebagaimana penjelasan KMA 183 Tahun 2019 bahwa tujuan pengembangan kurikulum PAI
yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki pola pikir dan sikap keagamaan yang
moderat, inklusif, berbudaya, religius serta memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, produktif, kreatif, inovatif, dan kolaboratif serta mampu
menjadi bagian dari solusi terhadap berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia.

Begitu juga dengan pengembangan kurikulum Bahasa Arab bertujuan mempersiapkan peserta didik yang
memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Arab sebagai alat komunikasi global dan alat untuk
mendalami agama dari sumber otentik yang pada umumnya menggunakan Bahasa Arab dan melalui
proses rantai keilmuan (isnad) yang terus bersambung hingga sumber asalnya yaitu al-Qur’an dan Hadits.

Secara umum, KMA 165 Tahun 2014 dan KMA 183 Tahun 2019 masih sama yang mencakup Quran
Hadist, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan Bahasa Arab.

Namun yang menjadi perbedaannya yaitu adanya perbaikan substansi materi pelajaran karena disesuaikan
dengan perkembangan kehidupan abad 21 saat ini. Kemenag juga sudah menyiapkan materi pembelajaran
PAI dan Bahasa Arab yang baru ini sehingga baik guru dan peserta didik tidak perlu untuk membelinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan kurikulum berarti adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara
periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.mengubah semua yang terlibat di
dalamnya, yaitu guru, murid, kepala sekolah, pemilik sekolah, juga orang tua dan masyarakat umumnya
yang berkepentingan dalam pendidikan. Namun jika kita tengok kembali, pergantian kurikulum di
Indonesia yang dapat dibilang cukup intens membuat munculnya suatu anggapan bahwa setiap ganti
penguasa ganti pula kurikulumnya mengikuti kehendak para penguasnya. Sehingga belum juga satu
kurikulum dilaksankan sepenuhnya sudah berganti lagi dengan kurikulum baru. Dan disadari atau tidak
yang menjadi korban adalah para pelaku kurikulum sendiri yaitu pendidik dan para peserta
didik.Sehingga dalam perumusan dan pelaksanaan kurikulum tersebut, besar harapan agar kurilkum dapat
tersusun dengan sedemikian cermatnya sehingga mampu memprediksikan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat beberapa tahun kedepannya untuk menghindari terjadi bongkar pasang kurikulum.

Dalam pelaksanaannya diharapkan pula kontrol yang berkelanjutan sehingga dalam perjalanan kurikulum
bisa sesuai dengan yang diharapkan. Dan yang tidak boleh terlupa juga adalah transfer pemahaman akan
kurikulum pada para pendidik yang menjadi pelakunya, karena tidak sedikit pendidik yang belum bisa
memahami kurikulum yang berlaku dan yang sedang ia jalankan. Hal tersebut bertujuan agar tujuan
pendidikan dapat terwujud secara efektif, efisien dan serempak di seluruh nusantara.

B. Saran

Pengembangan kurikulum memang sangat dibutuhkan, mengingat agar pendidikan mampu


menjawab kebutuhan masyarakat. Namun perlu diingat kembali bahwa tujuan pendidikan tidak akan
terwujud hanya dengan baik pada satu aspek kurikulum saja. Beberapa aspek yang mendukung juga harus
diperhatikan seperti kualitas para pengajar, sarana belajar-mengajar dan lain-lain.
DAFTRAR PUSTAKA

Binti Maunah. 2009.Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Teras.


Hamalik, Oemar. Model-Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PPs Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI), 2004.
Indarto. Menyimak Perkembangan Kurikulum di Indonesia. (Makassar: Diposting dari
Web Master Gamaliel School, 1999
https://analisaaceh.com/penjelasan-kma-no-183-dan-184-tahun-2019-kurikulum-baru-madrasah/
https://www.ayomadrasah.id/2019/08/kma-183-tahun-2019-kurikulum-pai-b-arab.html?m=1
https://ejournal.staidarussalamlampung.ac.id › ...
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA ...
https://www.google.com/url?q=https://core.ac.uk/download/pdf/267075565.pdf

Anda mungkin juga menyukai