Anda di halaman 1dari 31

Sejarah mencatat bahwa Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yakni kurikulum 1947

sampai kurikulum 2013, kurikulum tersebut mengalami pembaruan-pembaruan mengikuti


perkembangan dunia pendidikan yang semakin modern dan tentunya karena faktor
perkembangan zaman. Berikut kurikulum dari dulu sampai sekarang.

1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa
Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding istilah
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947,
yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, b. Garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan
kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang
merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi
ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.

2) Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952


Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih
merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol
dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai
1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu mata pelajaran,”
kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Pada masa
itu juga dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rendah 6
tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti
pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang
SMP, bisa langsung bekerja.

3) Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964


Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.

4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan perubahan
struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan perwujudan perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum
1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut
Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok
saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

5) Kurikulum Periode 1975


Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management
by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK
dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”,
yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU), Tujuan
Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.

6) Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975
yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik
lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum
Depdiknas periode 1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.
Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang
menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA
bermunculan.

7) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Kurikulum 1994
bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin
mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,”
kata Mudjito menjelaskan.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban belajar siswa
dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen Kurikulum 1999 lebih pada
menambal sejumlah materi.
8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program
pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal,
berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
2. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi,
3. sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
4. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
5. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester.
6. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut
aspek dari mata pelajaran tersebut.
7. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level.
8. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan,
1. Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada
level ini?
2. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum
dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
9. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk
menjawab pertanyaan, Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar
yang diharapkan?.
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan
individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya
adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman
pembelajaran.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten
dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur,
2002:55).
Kurikulum 2004 lebih keren dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap
mata pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa yang mesti di capai siswa. Kerancuan
muncul pada alat ukur pencapaian kompetensi siswa yang berupa Ujian Akhir Sekolah dan
Ujian Nasional yang masih berupa soal pilihan ganda. Bila tujuannya pada pencapaian
kompetensi yang diinginkan pada siswa, tentu alat ukurnya lebih banyak pada praktik atau
soal uraian yang mampu mengukur sejauh mana pemahaman dan kompetensi siswa.
Walhasil, hasil KBK tidak memuaskan dan guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya
kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

9) Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006


Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006.
Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Jadi, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Disamping itu, pengembangan KTSP harus
disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta
didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut
berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini
untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang
akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
Dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor
22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang
standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum
2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu
mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam
bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil
pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang
dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi
tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan
wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah dan para guru
belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam kurikulum yang sulit
mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal tahun 2013 KTSP dihentikan pada
beberapa sekolah dan digantikan dengan kurikulum yang baru.

10) Kurikulum Periode 2013


Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modivikasi dan pemutakhiran dari kurikulum
sebelumnya. Sampai saat ini pun saya belum menerima wujud aslinya seperti apa. Namun
berdasarkan informasi beberapa hal yang baru pada kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-
sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli
2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.
Kita telah mengetahui bahwasannya kurikulum di Indonesia telah mengalami pergantian dan
perbaikan ke arah yang lebih baik. Setiap kurikulum dirancang sedemikian rupa hingga
menghasilkan sebuah sistem pembelajaran yang semakin kompleks.

Sebagai generasi penerus bangsa yang pernah menempuh pendidikan, pastinya mengalami
suatu periode kerikulum yang pernah menjadi pedoman dalam proses pembelajaran.
Kurikulum itu yakni, Kurikulum 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum
1968,kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum 2006
dan kurikulum 2013.

Namun, apakah kita pernah mengetahui bagaimana landasan, pendekatan, kelemahan,


kelebihan, dan lain sebagainnya dalam setiap kurikulum yang pernah ada dan kurikulum yang
sekarang dipakai ini. Baiklah mari kita lihat bagaimana landasan, pendekatan, ciri,
kelemahan, kelebihan dan lain sebagainya pada setiap kurikulum.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat. Hal ini mengakibatkan
semakin cepatnya perkembangan pemikiran peserta didik terutama peserta didik di Indonesia.
Perkembangan pesat dari teknologi ini juga berdampak pada kualitas pendidikan yang
diberikan oleh guru kepada para peserta didik yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi
pendidikan juga sudah tidak mendukung lagi. Oleh karena itu kurikulum di indonesia juga
sudah kesekian kali diubah untuk menyesuaikan perkembangan pendidikan dengan
perkembangan teknologi dan perkembangan peserta didik.
Perubahan-perubahan yang dilakukan pada kurikulum di Indonesia bertujuan untuk
menyesuaikan dan mengembangkan pendidikan Indonesia ke kualitas yang lebih baik dan
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Selain itu perubahan kurikulum juga
ditujukan untuk menyesuaikan perkembangan peserta didik.
Namun dalam setiap perubahan kurikulum, sistem kurikulum di indonesia tidak selalu
berdampak positif, namun juga ada yang bersifat negatif sehingga diperlukan adanya
perbaikan kembali pada sistem pendidikan yang diterapkan pada saat itu.
Dalam makalah ini penulis ingin menguraikan beberapa hal mengenai beberapa
kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia sebelumnya. Sehingga penulis dan pembaca
dapat memahami dan mengambil pelajaran dari rangkuman beberapa kurikulum yang pernah
diterapkan di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai
sekarang?
C. TUJUAN
Mengetahui perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai
sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KURIKULUM

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai


pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan
hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus
dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai
dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman
yang senantiasa cenderung berubah.
Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum
menyangkut komponen kurikulum yakni:

1. Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat
dan falsafah bangsa.

2. Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata pelajaran
yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran.

3. Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu


sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi,
bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.

4. Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas
dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium,
perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.

5. Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara yang
paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien,
relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system dari
kutikulum.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA


Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999,
2004 dan 2006.

1. KURIKULUM RENCANA PELAJARAN (1947-1968)

Kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi oleh tatanan


sosial politik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga sistem
pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang
diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda. Sistem pendidikan belanda
pun bersifat diskriminatif. Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut
(Sanjaya, 2007:207):
a. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan pengantar
bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun.
b. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun dengan pengantar
bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa Belanda selama 7 tahun.
c. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan tinggi, yaitu
Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3 dan 5 tahun Lyceum 6 tahun,
Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5
tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.

Tiga tahun setelah Indonesia merdeka pemerintah membuat kurikulum “Rencana


Pelajaran”. Tahun 1947. Kurikulum ini bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan
beralih pada masa orde baru.

a. Rencana pelajaran 1947

Kurikulum ini lebih populer disebut dalam bahasa belanda “leer plan”, artinya rencana
pelajaran, ketimbang “curriculum” (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikannya
lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut
kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:
1) Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
2) Garis-garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif, namun
yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude), meliputi :
1) Kesadaran bernegara dan bermasyarakat;
2) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari
3) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Fokus pelajarannya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :
1) Daya cipta,
2) Rasa,
3) Karsa,
4) Karya,
5) Moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi.
1) Moral
2) Kecerdasan
3) Emosional/artistik
4) Keprigelan (keterampilan)
5) Jasmaniah.

b. Rencana Pelajaran Terurai 1952

Ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6
tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti
pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang
SMP, bisa langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat
(SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut
1) Bahasa Indonesia
2) Bahasa Daerah
3) Berhitung
4) Ilmu Alam
5) Ilmu Hayat
6) Ilmu Bumi
7) Sejarah
8) Menggambar
9) Menulis
10) Seni Suara
11) Pekerjaan Tangan
12) Pekerjaan kepurtian
13) Gerak Badan
14) Kebersihan dan kesehatan
15) Didikan budi pekerti
16) Pendidikan agama

c. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964

Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan


agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Kurikulum
1964 juga menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral,
yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana. Pada saat itu pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan
perkembangan anak. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
(Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan
jasmani.
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Selain itu
pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa
diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan,
sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pacasialis yang
sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun 1960.
Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran
berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana). Mata Pelajaran yang ada pada
Kurikulum 1964 adalah:
1) Pengembangan Moral
a) Pendidikan kemasyarakatan
b) Pendidikan agama/budi pekerti
2) Perkembangan kecerdasan
a) Bahasa Daerah
b) Bahasa Indonesia
c) Berhitung
d) Pengetahuan Alamiah
3) Pengembangan emosional atau Artistik
Pendidikan kesenian
4) Pengembangan keprigelan
Pendidikan keprigelan
5) Pengembangan jasmani
Pendidikan jasmani/Kesehatan

d. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 memiliki perubahan struktur kurikulum pendidikan dari


Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 bertujuan agar pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat
dan kuat.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 disebut
sebagai kurikulum bulat. Karena kurikulum ini hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok
saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual
di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan.
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada tingkat
bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikulum
ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yakni:
1) Pembinaan Jiwa Pancasila
a) Pendidikan agama
b) Pendidikan kewarganegaraan
c) Bahasa Indonesia
d) Bahasa Daerah
e) Pendidikan olahraga
2) Pengembangan pengetahuan dasar
a) Berhitung
b) IPA
c) Pendidikan kesenian
d) Pendidikan kesejahteraan keluarga
3) Pembinaan kecakapan khusus
Pendidikan kejuruan

2. KURIKULUM BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-1994)

Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin
ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang
lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme,
berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu
pengetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran
sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan
materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur
memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik.

a) Kurikulum 1975
Latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran
di sekolah menurut Menteri Pendidikan Republik Indonesia Sjarif Thajeb, adalah:

1) Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan baru tentang
pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
2) Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan dalam
GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan.
3) Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional.
4) Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif
yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
5) Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang kini
sedang berlaku.
6) Diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang sedang membangun.

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di


antaranya sebagai berikut.
1) Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh
siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan.

2) Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

3) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

4) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan


Sistem Instruksional (PPSI).

5) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon


(rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori
Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan
dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :
1) Tujuan institusional.
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak
dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.
2) Struktur Program Kurikulum.
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap
sekolah.
3) Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Garis-Garis Besar Program Pengajaran, memuat hal-hal yang berhubungan dengan program
pengajaran, yaitu.
a) Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran
yang bersangkutan selama masa pendidikan.

b) Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan
pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.

c) Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa
agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

d) Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran
berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.
4) Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu system yang
senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. PPSI sendiri merupakan sistem yang saling
berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu
dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007). Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai
pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran. Komponen
PPSI meliputi:
a) Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan memberikan petunjuk bagi guru
dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus.
b) b) Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Tes yang digunakan dalam PPSI
disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur efektifitas program/
pelaksanaan pengajaran.
c) Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses kegiatan belajar siswa merupakan
petunjuk bagi guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai dengan
bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus instruksional yang harus dicapai oleh
para siswa
d) Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan guru merupakan petunjuk-
petunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegiatan bimbingan sehingga para siswa
melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK.
e) Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program merupakan petunjuk-
petunjuk dari program yang telah disusun.
f) Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi yang merupakan
pengembangan program setelah selesai dilaksanakan.
5) Sistem Penilaian
Penilaian menggunakan PPSI diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan
pelajaran tertentu.
6) Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Sehingga mereka
memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi manusia yang mampu
meraih masa depan yang lebih baik.
7) Supervisi dan Administrasi
Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang
digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah
menggunakan teknik supervisi dan administrasi sekolah yang dapat dipelajari pada Pedoman
pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan administrasi.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah
1) Pendidikan agama
2) Pendidikan Moral Pancasila
3) Bahasa Indonesia
4) IPS
5) Matematika
6) IPA
7) Olah raga dan kesehatan
8) Kesenian
9) Keterampilan khusus

b) Kurikulum 1984

Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan
keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984, karena suda dianggap tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat
dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975
ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah.
2) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.

3) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.

4) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.

5) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan


yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas
termasuk Pendidikan Luar Sekolah.

6) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
lapangan kerja.

Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut.


1) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian
pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar-benar fungsional dan efektif.
2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
3) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan
yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran.
4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep
yang dipelajarinya.
c) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah
dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
d) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan
belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan
memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
1) Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984 memiliki enam
belas mata pelajaran inti.

2) Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.

3) Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di
SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam
program A dan B. Program A terdiri dari.

a) A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika

b) A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi

c) A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi

d) A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.

e) B, penekanan keterampilan kejuruan. Tetapi mengingat program B memerlukan sarana


sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.

4) Pentahapan waktu pelaksanaan

Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun berikutnya di
kelas yang lebih tinggi.

a) Kurikulum 1994

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menyebutkan bahwa Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan tersebut.

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan


pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang
memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic
Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini
memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa,
sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi
pelajaran yang cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya
sebagai berikut.

1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Diharapkan agar siswa
memperoleh materi yang cukup banyak.

2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi
kepada materi pelajaran/isi)

3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum inti
untuk semua siswa di seluruh Indonesia.

4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.

5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan


konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga menekankan pada
pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah siswa.

6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.

7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan


pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, di antaranya


sebagai berikut:
1) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.

2) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi
kehidupan sehari-hari.

Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum dengan
diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan
tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu :

1) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum


dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
2) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan
yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana
pendukungnya.

Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan


bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.

3. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN KTSP (2004/ 2006)

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1994) berimpilkasi pada


penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan keterampilan (skill).
Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang memadai terutama yang
bersifat aplikatif, sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan
kompetensi secara holistik.
Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yangdimaksudkan itu telah
diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasionalsebagai berikut:
1) Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.

2) Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.

3) Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4) Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

5) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan

Pemerintah dan Daerah sebagai Daerah Otonom, yang antara lain menyatakan pusat
berkewenangan dalam menentukan: kompetensi siswa; kurikulum dan materi pokok;
penilaian nasional;dan kalender pendidikan.
Atas dasar itulah maka Indonesia memilih untuk memberlakukan Kurikulum KBK
sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan serta penyempurnaannya dalam bentuk
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

a) Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis


Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi diantaranya UU No 2 1999
tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah
kebijakan.j pendidikan nasional.
KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran dipandang
merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik
mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge, understanding, skill, value,
attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami,
mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah
dipelajarinya.
Adapun kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi: kompetensi lulusan (dimilik
setelah lulus), kompetensi standar (dimiliki setelah mempelajari satu mata pelajaran),
kompetensi dasar (dimiliki setelah menyelesaikan satu topik/konsep), kompetensi akademik
(pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan persoalan), kompetensi okupasional
(kesiapan dan kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi
terhadap lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia), dan kompetensi temporal
(memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa
Secara umum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Sedangkan Kurkikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai pebelajar, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002:3).

1) Kompetensi Utama
Anderson dan Krathwhol (2001:ii), Kompetensi Utama dapat dikelompok menjadi 4
(empat) gugus, yaitu:
a) factual knowledge, menyangkut pengetahuan tentang fitur-fitur dasar pebelajar dalam
disiplin keilmuan dan dapat digunakan dalam memecahkan masalah. Jenis kompetensi ini,
yaitu: pengetahuan tentang terminologi, dan pengetahuan tentang detil spesifik (specific
details) serta fitur-fitur dasar (basic elements).
b) conceptual knowledge, meliputi kompetensi yang menunjukkan pemahaman tata hubungan
antar fitur dasar dalam suatu struktur yang lebih luas dan yang memungkinkan berfungsinya
fitur-fitur tersebut. Termasuk ke dalam kompetensi ini adalah, pengetahuan tentang
klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsi-prinsip kerja dan generalisasinya, serta
pengetahuan tentang teori, model, paradigma dan struktur dasar.
c) procedural knowledge, meliputi pengetahuan dan pemahaman bagaimana melakukan
sesuatu (technical know how), metode inkuiri, dan kriteria dalam menggunakan keterampilan,
algotima, teknik, dan metode. Termasuk dalam kompetensi ini, yaitu pengetahuan tentang
keterampilan khusus (subject-specific skills) dan perhitungan-perhitungan (algorithm),
pengetahuan tentang teknik dan metode khusus (subject-specific techniques and methods),
serta pengetahuan tentang kriteria penggunaan sebuah prosedur yang tepat.
d) metacognitive knowledge. merupakan kompetensi yang menyangkut tentang pengetahuan
terhadap kognisi secara umum dan kesadaran serta memahami kognisi diri sendiri.
Kompetensi ini meliputi 3 hal, yaitu: pengetahuan strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas
kognitif, termasuk pengetahuan tentang kontekstualitas dan kondisi khusus, dan pengetahuan
tentang diri sendiri.
Ke-empat gugus kompetensi utama tersebut perlu dijembatani dengan lima unsur pokok
yang diamanatkan dalam Kepmen 045/U/2002, yaitu: Pengembangan kepribadian (MK),
pengembangan keahlian dan keterampilan (MKK), pengemabngan keahlian berkarya (MKB),
pengembangan perilaku berkarya (PPB), dan pengembangan berkehidupan bermasyarakat
(PBB).
Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah.
1) KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi Paradigma
pembelajaran versi UNESCO: learning to know,learning to do, learning to live together, dan
learning to be.

2) Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses pembelajaran,
silabus menjadi kewenagan guru.

3) Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah mata pelajaran
belum bisa dikurangi.

4) Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode pembelajaran


PAKEM dan CTL,

5) Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian memadukan
keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan penilaian berbasis
kelas.
6) KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian
berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis
sekolah (PKBS).

b) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di
Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai
tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP
mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum,
2) Beban belajar,
3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan
4) Kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang
telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh
kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain,
pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi
dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Dengan demikian diharapkan
KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan
dan kebutuhan masyarakat.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut
berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

1) Tujuan diadakannya KTSP


a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melalui pengambilan keputusan bersama.
c) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan
yang akan dicapai.
Mulyasa (2006: 22-23)

KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan tujuh hal berikut :
a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya.
b) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan.
c) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah sendiri yang
paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.
d) Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum dapat
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
e) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya masing-masing.
f) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
g) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakatdan lingkungan yang berubah secara cepat
serta mengakomodasikannya dengan KTSP.
Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun
2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153) adalah sebagai berikut.
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.

b) Beragam dan terpadu.

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d) Relevan dengan kebutuhan.

e) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan


kebutuhan hidup dan dunia kerja.

f) Menyeluruh dan berkesinambungan.

g) Belajar sepanjang hayat,

h) Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.

2) Komponen KTSP

Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut.
a) Visi dan misi satuan pendidikan
Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan representasi dari apa yang
diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi dalam hal ini sekolah pada masa yang akan
datang.
b) Tujuan pendidikan satuan pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c) Kalender pendidikan
Kalender pendidikan untuk pengembang kurikulum jam belajar efektif untuk pembentukan
kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang harus dimiliki peserta didik.
d) Struktur muatan KTSP
Struktur muatan KTSP terdiri atas.
Mata pelajaran

Muatan lokal

Kegiatan pengembangan diri

Pengaturan beban belajar

Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan

Pendidikan kecakapan hidup

Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

e) Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan.

f) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

4. KURIKULUM 2013

Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses,
maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan
pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum
sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus
mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa
lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah;
2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu
strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang dialami peserta didik
akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses
pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang
dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi
Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi Dasar (KD).
2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran
3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu
mata pelajaran di kelas tertentu.
4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan
pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD
suatu mata pelajaran. Untuk SD pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep, generalisasi, topik
atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–based curriculum” atau “content-
based curriculum”.
6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang
memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan
adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah
kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan
penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang
tidak langsung.
8) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya
segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada
tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:


1) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata
pelajaran.
2) Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan,
dan program pendidikan.
3) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa
sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas
dalam berbagai mata pelajaran.
4) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan
yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan
dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis
kompetensi.
5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta lingkungannya.
7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,
dan seni.
8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan..
9) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
11) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi.
Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
1) Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
- Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
- Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
- Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
2) Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015
3) Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014
4) Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan
budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan
Januari – Desember 2013
5) Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan
masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016
REFERENSI

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan Pengembangannya.
Bandung: Mandar Maju
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta:
Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai