PEMBAHASAN
C. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan
yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya
peserta didik tersebut dari suatu sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan
teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Berdasarkan tiga tugas utama
tersebut Sutisna (1958) menjabarkan betanggung jawab kepala sekolah dalam
mengelola bidang kesiswaan berkaitan dengan hal-hal berikut:
1. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan
itu;
2. penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukkan murid ke kelas dan
program studi;
3. evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar;
4. program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti pengajaran,
perbaikan, dan pengajaran luar biasa;
5. pengendalian disiplin murid;
6. program bimbingan dan penyuluhan;
7. program kesehatan dan keamanan;
8. penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.
Dana merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang
efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi
dalam implementasi manajemen berbasis sekolah, yang menuntut kemampuan
sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan. Dalam
penyelenggaraan pendidikan, sumber dana merupakan potensi yang sangat
menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian
pengelolaan pendidikan.
Fungsi dana dalam MBS pada dasarnya untuk menunjang penyediaan sarana
dan prasarana, seperti tanah, bangunan, laborax torium, perpustakaan, media
belajar, operasi pengajaran, pelayanan administratif dan sebagainya. Dana
pendidikan sebenarnya tidak selalu identik dengan uang (red cost), tetapi segala
sesuatu pengorbanan yang diberikan untuk setiap aktivitas dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggara pendidikan.
A. Klasifikasi Dana Pendidikan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan eflsiensi pengeIolaan pendidikan. Hal
tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan
sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada
masyarakat dan pemerintah. Keuangan dan pembiayaan sangat menentukan
ketercapaian tujuan pendidikan di sekolah, yang memerlukan sejumlah investasi
dari anggaran pemerintah dan dana masyarakat. Jones (1985) mengemukakan
financial planning is called budgeting merupakan kegiatan mengkoordinasi
semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan
secara sistematis tanpa terjadi efek samping yang merugikan.
1.Pengelolaan Dana di Sekolah
Salah satu cara berpikir, berkaitan dengan pengelolaan dana di sekolah,
adalah kreatif dan dinamis selaras dengan kebutuhan perkembangan yang terjadi
di masyarakat dan lingkungan. Rowe (1990) mengungkapkan tiga langkah
utama pendekatan strategis dalam konteks manajemen, yaitu (1) strategic
planning sebagai dokumen formal, (2) strategic management sebagai upaya
untuk mengelola proses perubahan, dan (3) strategic thinking sebagai kerangka
dasar untuk merumuskan tujuan dan hasil yang dicapai secara
berkesinambungan.
Strategic planning mengacu pada adanya keterkaitan antara tekanan internal
yang datang dari dalam dan kebutuhan eksternal yang datang dari luar. Di sini,
strategi mengandung unsur analisis kebutuhan, proyeksi, peramalan,
pertimbangan ekonomis dan finansial, serta analisis terhadap rencana jangka
panjang dan rencana operasional dalam bentuk tindakan yang lebih rinci.
Kerangka manajemen strategis, seperti dikemukakan Rowe meliputi
perencanaan strategis, struktur organisasi, kontrol strategis, dan kebutuhan
sumber. Manajemen strategis berfungsi mengarahkan operasi internal organisasi
berupa alokasi sumber daya manusia, sarana fisik dan keuangan, untuk
mewujudkan interaksi optimal dengan lingkungan sekitarnya. Strategi sekolah
dalam menggali dana pendidikan secara administratif sangat tepat karena
berkaitan dengan bagaimana seorang Kepala sekolah melakukan upaya-upaya
pengelolaan sumber daya dan sumber dana yang terdapat di dalam lingkungan
sekolah. Dalam MBS strategi tersebut dapat direalisasikan melalui
penyelenggara berbagai kegiatan berikut:
a. Melakukan analisis internal dan eksternal terhadap berbagai potensi sumber
dana;
b. Mengidentiflkasi, mengelompokkan dan memperkirakan sumber-sumber
dana yang dapat digali dan dikembangkan;
c. Menetapkan sumber-sumber dana melalui
1) Musyawarah dengan orang tua siswa baru, pada awal tahun ajaran,
2) Musyawarah dengan para guru untuk mengembangkan koperasi sekolah,
3) Menggalang partisipasi masyarakat melalui dewan sekolah, dan
4) Menyelenggarakan kegiatan olah raga dan kesenian peserta Didik untuk
mengumpulkan dana dengan memanfaatkan fasilitas sekolah.
Dalam kaitannya dengan perencanan dan pembiayan MBS perlu dilakukan hal-
hal sebagai berikut:
a. Mengganti beberapa peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
b. Melakukan perbaikan terhadap peraturan dan input lain yang relevan, dengan
merancang pengembangan sistem secara efektif.
c. Melakukan pengawasan dan penilaian terhadap proses dan hasil MBS secara
terus menerus dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan tahap
berikutnya.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa MBS dapat
diimplementasikan secara efektif dan berjalan lancar apabila didukung oleh
beberapa sumber yang essensial, seperti: a) sumber daya manusia yang
kompeten dan mempunyai wawasan luas serta tepat waktu sesuai dengan
dinamika sosial masyarakat; b) tersediahya informasi yang akurat dan tepat
waktu untuk menunjang pembuatan keputusan; c) menggunakan manajemen
dan teknologi yang tepat dalam perencanaan; d) tersedianya dana yang memadai
untuk menunjang pelaksanaan.
4. Penyusunan Rencana Anggaran Pengeluaran Belanja Sekolah
Pelaksanaan penyusunan Rencana Anggaran Pengeluaran Belanja Sekolah
(RAPBS) di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional tampaknya
memadukan antara pengaturan pemerintah pusat dart sekolah. Dalam hal ini ada
beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang
intinya pihak sekolah tidak dapat mengubah dari petunjuk penggunaan atau
pengeluarannya dan sekolah hanya bertindak sebagai pelaksana pengguna
dalam tingkat mikro kelembagaan. Dengan demikian, pola pengelolaan
anggaran belanja sekolah, terbatas pada pengelolaan tingkat operasional. Salah
satu kebijakan tingkat sekolah adalah adanya pencarian tambahan dana dari
partisipasi masyarakat, selanjutnya cara pengelolaannya dipadukan sesuai
tatanan yang lajim sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian,
sesuai dengan semangat MBS sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan
yang sangat lebar dalam kaitannya dengan pengelolaan dana untuk mencapai
efektivitas pencapaian tujuan sekolah. Dalam manajemen berbasis sekolah
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja sekolah dilaksanakan oleh kepala
sekolah dibantu para wakilnya yang ditetapkan oleh kebijakan sekolah, serta
dewan sekolah di bawah pengawasan pemerintah.
5. Proses Pengaturan
Dalam garis besarnya pengaturan keuangan di sekolah meliputi penerimaan,
penggunaan, dan pertanggungawaban.
a. Penerimaan
Banyak pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan,
namun dalam pelaksanaanya pendekatan-pendekatan tersebut memiliki berbagai
persamaan. Dalam buku pedoman rencana, program dan penganggaran
dikemukakan bahwa sumber dana pendidikan antara lain meliputi anggaran
rutin (DIK); anggaran pembangunan (DIP); dana penunjang pendidikan (DPP);
Dana BP3; donatur; dan lain-lain yang dianggap sah oleh semua pihak terkait.
Pendanaan pendidikan pada dasarnya bersumber dari pemerintah, orang tua, dan
masyarakat (Pasal 33 No.2 Tahun 1989). Di samping itu, sejalan dengan
semangat manajemen berbasis sekolah, sekolah dapat menggali dan mencari
sumber-sumber dana dari pihak masyarakat, baik secara perorangan maupun
secara melembaga, baik di dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan
semangat globalisasi.
b. Penggunaan
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan untuk kepentingan
sekolah, khususnya kegiatan belajar-mengajar secara efektif dan efisien.
Sehubungan dengan itu, setiap perolehan dana, pengeluarannya harus
didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dengan rencana
anggaran pembiayaan sekolah (RAPBS).
Dana yang berasal dari SPP dan DPP pada umumnya digunakan untuk
pelaksanaan proses belajar-mengajar, pengadaan sarana dan prasarana,
pemeliharaan sarana dan prasarana, kesejahteraan pegawai, kegiatan belajar,
penyelenggaraan EBTA/EBTANAS dan pengiriman/penulisan STTB/NEM,
perjalanan dinas supervisi, pengelolaan pelaksanaan pendidikan, serta
pendataan. Sesuai dengan semangat manajemen berbasis sekolah, kepala
sekolah berwewenang penuh untuk mengatur masalah pendanaan pendidikan di
sekolahnya. Meskipun demikian, ia harus tetap memperhatikan perangkat
peraturan yang ada dan selaras dengan rincian pengeluaran.
c. Pertanggungjawaban
Dalam implementasi manajemen berbasis sekolah, setiap akhir tahun anggaran
sekolah dituntut untuk mempertanggungjawabkan setiap dana yang dikeluarkan
selama tahun anggaran. Pertanggungjawaban ini dilakukan di dalam rapat
dewan sekolah, yang diikuti komponen Sekolah, komponen masyarakat dan
pemerintah daerah.