Oleh :
KELOMPOK 8 :
FAKULTAS EKONOMI
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
manajemen sekolah tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah “Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah” ini dapat bermanfaat.
2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, serta UU No. 225
tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang membawa konsekuensi terhadap
bidang-bidang kewenangan daerah sehingga lebih otonom termasuk dalam bidang
pendidikan. Sehingga penyelenggaraan yang bersifat terpusat atau sentralis berganti
kearah desentralisasi.
Pengelolaan pendidikan yang diarahkan pada desentralisasi menuntut
partisipasi masyarakat secara aktif untuk merealisasikan otonomi daerah. Karena itu
memerlukan kesiapan sekolah sebagai ujung tombak operasional pendidikan pada
level bawah. Pendidikan yang selama ini dikelola pusat (sentral) harus diubah sesuai
dengan perkembangan sistem yang bersifat desentraliasi. Otonomi daerah sebagai
kebijakan politik makro akan member imbas terhadap otonomi sekolah sebagai sub
system pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka disusun rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep dasar dari manajemen berbasis sekolah?
2. Apa tujuan dari adanya manajemen berbasis sekolah?
3. Bagaimana implementasi dari manajemen sekolah?
4. Apa saja tahapan dalam implementasi manajemen berbasis sekolah?
5. Apa perangkat implementasi manajemen berbasis sekolah?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep dasar dari manajemen berbasis sekolah?
2. Mengetahui tujuan dari adanya manajemen berbasis sekolah?
3. Mengetahui implementasi dari manajemen sekolah?
4. Mengetahui saja tahapan dalam implementasi manajemen berbasis sekolah?
5. Mengetahui perangkat implementasi manajemen berbasis sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Tujuan manajemen sekolah adalah untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan keadilan
pendidikan. Efisiensi dapat ditingkatkan melalui pengelolaan sumber daya yang ada
secara fleksibel, partisipasi masyarakat, dan birokrasi yang disederhanakan. Sebagai
kontrol dan hal-hal lain yang dapat menciptakan lingkungan yang baik, pendidikan yang
adil dicapai melalui partisipasi masyarakat, terutama mereka yang mampu dan yang
paling tidak mampu, yang akan menjadi tanggung jawab nasional.
1. Sedangkan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yang lebih rinci yaitu:
Meningkatkan peran serta warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
2. Meningkatkan tanggungjawab sekolah terhadap orangtua, mayarakat, dan
pemerintah;
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang
akan dicapai;
4. Memberikan pertanggungjawaban tentang mutu pendidikan kepada pemerintah,
orangtua peserta didik, dan masyarakat;
5. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum muatan
lokal, sedangkan kurikulum inti dan evaluasi berada pada kewenangan pusat dan
pengembangannya disesuaikan dengan daerah dan sekolah masing-masing.
6. Memberikan kesempatan untuk menjalin hubungan kerjasama kepada sekolah
baik dengan perorangan, masyarakat, lembaga dan dunia usaha yang tidak
mengikat.
Sebagai suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan, selain perlu memperhatikan
kondisi sekolah, implementasi Manajemen Berbasis Sekolah juga memerlukan
pentahapan yang tepat atau harus dilakukan secara bertahap. Penerapan Menejemen
Berbasis Sekolah (MBS) secara menyeluruh sebagai realisasi desentralisasi pendidikan
memerlukan perubahan-perubahan mendasar terhadap aspek-aspek yang menyangkut
keuangan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta partisipasi masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pertahapan impelementasi menejemen berbasis sekolah
(MBS) ini, secara garis besar, ada tiga tahap yang ada dalam MBS yaitu : sosialisasi,
plioting, dan desiminasi.
a) Tahap sosialisasi, merupakan tapahan penting mengingat masyarakat Indonesia
pada umumnya tidak mudah menerima perubahan
b) Tahap poling, merupakan tahap uji coba agar penerapan konsep Menejemen
Berbasis Sekolah tidak mengandung risiko. Efektifitas model uji coba ini
memerlukan persyaratan dasar, yaitu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas,
dan sustainabilitas. Akseptabilitas artinya adanya penerimaan dari para tenaga
kependidikan, khususnya guru dan kepala sekolah. Akuntabilitas artinya program
MBS harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara konsep, operasional,
pendanaannya. Reflikabilitas artinya model MBS yang diuji cobakan dapat
direfleksikan di sekolah lain sehingga perlakuan yang diberikan kepada sekolah
uji coba dapat dilaksanakan di sekolah lain. Sustainbilitas artinya program
tersebut dapat dijaga kesinangbungannya setelah uji coba dilaksanakan.
c) Tahap diseminasi, merupakan tahapan memasyarakatkan model menejemen
MBS yang telah diuji cobakan ke berbagai sekolah agar dapat
mengimplementasikannya secara efektifitas dan efisien
Sampai saat ini, banyak sekolah yang RPS nya kurang memadai yaitu kurang sesuai dengan
kriteria RPS yang baik. Padahal RPS sangat penting dilakukan untuk memberi arah dan
bimbingan para penyelenggara sekolah dalam rangka menuju perubahan/tujuan yang lebih
baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi
ketidakpastian masa depan sekolah. Tanpa perencanaan sekolah yang baik akan
menyebabkan ketidakjelasan tujuan yang akan dicapai, resiko besar dan ketidakpastian
dalam menyelenggarakan semua kegiatan sekolah.
Selain itu, masih banyak sekolah yang belum memahami esensi konsep MBS. Masih banyak
juga sekolah yang belum melaksanakan MBS secara konsisten menurut aspek, fungsi, dan
prinsip manajemen berbasis sekolah secara utuh.
Pemecahan masalah:
RPS merupakan dynamic blue print sekolah yang memuat gambaran kegiatan sekolah di
masa depan dalam rangka untuk mencapai perubahan/tujuan sekolah yang telah
ditetapkan. Perlu digarisbahwahi bahwa dalam situasi yang turbulen seperti saat ini, RPS
harus bersifat luwes/kenyal dan dinamis (planning dynamics), tidak kaku. Selain itu, RPS
harus menerapkan prinsip-prinsip RPS yang baik yaitu: memperbaiki output sekolah,
demand driven (prioritas kebutuhan sekolah), partisipasi, keterwakilan, data driven, realistis
sesuai dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi,
keterpaduan, holistic/tersistem, dan transparansi. Perlu dilakukan peningkatan kemampuan
sekolah dalam menyusun RPS melalui penerbitan pedoman/panduan penyusunan RPS dan
penataran-panataran penyusunan RPS yang dilakukan secara intensif. Selama ini keduanya
sudah dilakukan sehingga yang diperlukan adalah intensifikasi dan ekstensifikasinya.
Prinsip-prinsip MBS yang baik secara konsisten, yaitu partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
keadilan, penegakan hukum, cepat tanggap, demokrasi, tanggungjawab, efisiensi dan
efektivitas, profesionalisme, berwawasan ke depan (futuristic), dan pengawasan serta
kontrol yang efektif. Perlu diterbitkan panduan yang spesifik tentang prinsip-prinsip MBS
yang baik dan dilakukan focus group discussion (FGD) lintas unsur-unsur dalam sekolah dan
dengan lintas organisasi yaitu dengan Komite Sekolah, Dinas Pendidikan, dan Dewan
Pendidikan. Penyusunan RPS yang dilakukan secara partisipatif, laporan program dan
keuangan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel adalah merupakan upaya untuk
merealisasikan prinsip-prinsip MBS yang baik.
BAB III
KESIMPULAN
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada
sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi,
dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat
serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Dengan
adanya implementasi Manajemen Berbasis Sekolah diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan yang ada saat ini. Implementasi MBS tentunya memiliki strategi dan tahap-
tahapan pada pelaksanaannya dan memberikan hasil kepada sekolah. Implementasi
Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-
pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan,
monitoring dan evaluasi serta laporan pelaksanaan. Implementasi Menejemen Berbasis
Sekolah (MBS) memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman, pedoman-
pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan,
monitoring dan evaluasi serta laporan pelaksanaan. Perangkat implementasi ini
diperkenalkan sejak awal, melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sejak
pelaksanaan jangka pendek.
DAFTAR PUSTAKA